7.3
LINGKUP PEKERJAAN.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi ini adalah juga pekerjaan-pekerjaan persiapan guna
pelaksanaan konstruksi gedung, sehingga secara keseluruhan lingkup pekerjaan konstruksi ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Tanah.
3. Pekerjaan Beton Betulang.
4. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran.
5. Pekerjaan Keramik Lantai.
6. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela.
7. Pekerjaan Kerangka dan Penutup Atap.
8. Penggantung dan Pengunci.
9. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.
10. Pekerjaan Pengecatan.
7.4.
PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Pekerjaan Pembersihan
Pembersihan lokasi disini meliputi pembersihan lokasi bangunan dari semak-semak/perdu, dan juga
kotoran-kotoran agar tidak mengganggu jalannya pekerjaan dan juga untuk keselamatan tenaga kerja.
B. Pekerjaan Pengukuran
1.
Pengukuran Awal.
a. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik kolom bangunan di lapangan,
serta duga tinggi lantai gedung juga 0,00 m.
b. Hasil pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda-tanda patok-patok ukur di
titik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (pell 0,00 dengan cat
warna merah). Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/bengkirai berukuran
penampang 5/7 cm, ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah
tempat oleh benturan-benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank).
c. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil dengan
menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai dengan Konsultan
Pengawas / Direksi dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur yang ditetapkan
sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
d. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara Pengukuran Awal (Uitzet) yang
ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
2.
7.5
PEKERJAAN URUGAN.
1.
Umum.
a. Yang dimaksud pekerjaan urugan disini adalah pekerjaan penimbunan sirtu atau pasir urug
sebagai perbaikan tanah / peninggian lantai di bawah bangunan dengan tebal sesuai gambar
rencana dan diolaksanakan juga pada halaman belakang serta bawah paving.
b. Harus bersih dan bebas dari bahan organis dan kotoran.
c. Kadar air optimum ~ 10%.
d. Pengukuran bahan dan volume urugan akan dihitung pada daerah urugan di lokasi proyek,
bersama-sama antara Kontraktor dan Direksi.
e. Detail elevasi vinal penimbunan dapat dilihat dalam gambar rencana.
f.
Kontraktor harus mengajukan program, metode dan urutan-urutan dari pekerjaan penimbunan
urugan serta memonitoring kemajuan dari proses konsolidasi tanah yang terjadi.
g. Kontraktor di dalam menyusun usulan metode pelaksanaan, harus mempertimbangkan adanya
pekerjaan lain seperti pekerjaan pondasi, sehingga jenis pekerjaan satu dengan lainnya tersebut
tidak saling menghambat atau merugikan.
h. Penimbunan dilakukan secara bertahap setiap tebal 25 cm dipadatkan. Pedoman elevasi
timbunan pada saat pelaksanaan pengurugan dapat dilihat dalam gambar rencana.
i.
Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja/detail yang belum ada karena satu dan lain hal
harus digambarkan untuk kelancaran pekerjaan. Gambar-gambar yang diperlukan tersebut harus
mendapat persetujuan dari konsultan Pengawas secara tertulis sebelum dilaksanakan.
j.
Apabila di dalam pelaksanaan terdapat perubahan-perubahan atas gambar rencana, maka
Kontraktor diwajibkan membuat gambar revisi di atas kutipan aslinya dengan format yang akan
ditentukan Direksi.
2.
Pemadatan Urugan.
a. Lapisan tanah urugan ditimbun tiap lapis setebal 25 cm dan dipadatkan. Hal ini dilakukan terus
menerus yang dilanjutkan dengan perataan serta pemadatan pada setiap lapisnya dengan
stamper.
b. Bila belum memenuhi, peralatan dapat ditingkatkan beratnya dan jumlah gilasan diperbanyak.
c. Bila terjadi bahwa tanah tidak dapat mencapai kepadatan yang diharapkan, Kontraktor wajib
mengganti atau mencampur dengan tanah lain sedemikian hingga memenuhi persyaratan, dan
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
d.
7.6
2.
3.
Bekisting.
a. Bahan untuk bekisting terdiri atas :
Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 2 cm.
Klem bekisting.
b. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton atau tekanan lateralnya
pada saat pengecoran.
Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting kolom
disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 m dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar
pelaksanaannya (shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi sebelum bekisting dilaksanakan.
c. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin Konsultan
Pengawas / Direksi secara tertulis.
d. Bekisting bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan di atas,
boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin dari Konsultan Pengawas / Direksi.
Tulangan.
a. Baja tulangan secara umum yang digunakan adalah baja tulangan polos dengan mutu baja U 24,
yakni yang di dalam gambar perencanaan ditandai dengan sebagai kode diameternya.
b. Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan pengujian
laboratorium lebih dahulu menurut prosedur teknis yang berlaku, dan biaya-biaya pengujian
sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap telah temasuk di
dalam faktor-faktor penawaran.
c. Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenankan langsung dikerjakan
sebelum mendapatkan pembenaran / persetujuan dari Pengawas / Direksi.
d. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada / sulit di pasaran Kontraktor
Pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan rencana
perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaannya.
e. Bila Konsultan Pengawas / Direksi meluluskan, Kontraktor Pelaksana dapat melaksanakannya
sesuai dengan ijin Konsultan Pengawas / Direksi.
f.
Perlakuan pelaksanaan tulangan ( penyambungan pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan
dan lain-lain ) harus memenuhi PBI 1971.
g. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking yang
jumlah, penempatan dan mutunya disetujui Konsultan Pengawas / Direksi.
h. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus bebas dari
kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat antara
campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
Adukan Beton.
a. Adukan beton harus memenuhi mutu karakteristik beton K-175 sesuai dengan rekomendasi di
dalam PBI 1971.
b. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan molen dengan hasil pengadukan yang telah memenuhi
persyaratan pengujian adukan di lapangan pekerjaan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
c. Kontraktor harus menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan Konsultan
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
Pengawas / Direksi sesuai prosedur teknis pengambilan sample dan diuji di laboratorium lain di
luar laboratoriumnya sendiri.
4.
Pengecoran Beton.
a. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka Kontraktor
harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran dilaksanakan.
b. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
1. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bekisting serta pemasangan
beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas / Direksi.
2. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta dinyatakan dalam
daftar bahan, alat dan tenaga kerja.
3. Kontraktor telah membuat schedulle rencana pengecoran dan strategi pengecoran berupa
gambar tata letak bahan serta arah pengecoran.
4. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan pekerjaan tahap
ke-2 telah dipersiapkan dan dibuat.
5. Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut di dalam sub butir 1, 2, 3 dan 4 di atas telah
mendapatkan pembenaran dari Konsultan Pengawas / Direksi. Seluruh persiapan di atas,
apabila telah disetujui Direksi berdasarkan pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan,
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
c. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen. Angka
kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan PBI 1971 dan harus sesuai
dengan rekomendasi laboratorium yang membuat mixdesign.
2. Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai yang diatur
di dalam PBI 1971, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
Setelah mencapai umur yang cukup benda-benda uji ini harus diteskan ke laboratorium
dengan biaya Kontraktor. Bila hasil laboratorium ternyata mutu beton yang telah dilaksanakan
tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang
telah diatur di dalam PBI 1971. Bila test-test di lapangan inipun masih mendapatkan hasil
mutu beton di bawah K-175 maka Kontraktor berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan
melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun.
3. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator pelaksanaannya harus dilakukan secara
semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan tegak lurus, secara perlahan-lahan
demikian juga penarikan vibrator. Selama pengecoran vibrator tidak boleh disentuhkan
tulangan dan bekisting.
4. Dalam menggunakan ready mix, maka harus mematuhi retention time yang telah ditentukan.
d. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan Pengawas /
Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
5.
Pemeliharaan Beton.
a. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar matahari
langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan caracara seperti di bawah ini :
1. Semua bekisting yang melingkup beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur sampai
dibongkar.
2. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya permukaan plat
lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat pengecoran,
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah bekisting dibuka.
Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
d. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai bagian beton
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
sebagai tumpuan selama menurut Konsultan Pengawas / Direksi bahwa beton tersebut belum
cukup mengeras.
6.
Pembongkaran Bekisting.
1. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai.
2. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor harus Melaporkan terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas
3. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati hati sehingga tidak :
a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun konstruksi
lainnya.
b. Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.
4. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan mortal
beton sesuai campuran asal.
7.
Sloof
Kolom Praktis
Kolom Utama teras
Balok Gantung
Balok Latei
Ring Balk / gewel
Strous
15/20
12/15
20/25
12/20
12/15
12/15
20
tulangan
tulangan
tulangan
tulangan
tulangan
tulangan
tulangan
5 10
4 10
4 10
4 10
4 10
4 10
6 10
begel 6 15,
begel 6 15,
begel 6 15,
begel 6 15,
begel 6 15,
begel 6 15,
begel 6 15,
0 - 14 mm = 0.25 mm
16 - 25 mm = 0.4 mm
Untuk dimensi / ukuran beton dilaksanakan sesuai ukuran pada gambar dengan ketentuan sebagai
berikut :
Untuk ukuran yang terpendam atau tidak nampak, ukuran tetap sesuai gambar.
Untuk ukuran beton yang nampak masing-masing dikurangi 3 cm untuk finishing plesteran, kecuali plat
lantai tetap dan kolom seperti gambar.
7.7
1.
Pasangan tembok 1pc : 3kpr : 8 psr pada bangunan baru dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua pasangan tembok batu bata, kecuali pasangan tembok yang harus rapat air dibuat dengan
campuran (adukan) perekat 1pc : 3 psr.
b. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-retak dengan
maksimum pecah dari batu bata merah 5 %.
c. Bata harus berukuran sama menurut aturan Normalisasi, dan sebelum dipasang direndam air
terlebih dahulu.
d. Bata yang digunakan harus berkwalitas baik dan hasil pembakaran yang matang, berukuran sama,
tidak boleh pecah-pecah dan lain-lain menurut pemeriksaan Direksi.
e. Semua voeg (siar) diantara pasangan bata pada hari pemasangan harus dikeruk sedalam
1 cm pada bagian luar dalam.
f. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1 m untuk setiap hari.
g. Pemasangan tembok dipasang luas maksimum 12,00 m2, harus diberi beton pengikat.
h. Perancah ( andang ) tidak diperbolehkan dipasang dengan menembus tembok.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
2.
7.8
Pasangan bata trasram dengan perekat 1pc : 3ps bahan pencair dengan air biasa dilaksanakan pada :
a. Diatas pondasi sesuai dengan gambar rencana diteruskan setinggi 40 cm di atas lantai .
b. Dan di tempat-tempat lain apabila dianggap perlu oleh Direksi (sesuai gambar).
b.
c.
Pekerjaan kusen pintu dan jendela dilaksanakan dalam semua type dan ukuran dimana semua ini
terlihat pada gambar rencana. Kusen pintu dan jendela menggunakan kayu kruing / bengkirai
dengan ukuran 6/14 Sebagai penutup kusen pintu digunakan daun pintu panil bengkirai / panil
bengkirai isian multiplek, menggunakan ukuran slimar kayu bengkirai / kruing ukuran 4/12 cm.
Daun jendela menggunakan kayu kruing / bengkirai ukuran 3/8 cm dengan isian kaca polos 5
mm, dan letaknya sesuai gambar.
Semua ukuran yang tercantum didalam gambar adalah ukuran toko (sebelum dikerjakan),
dengan toleransi ukuran setelah dikerjakan 10%.
Bahan perekat menggunakan lem merk AIBON atau sekualitas.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
7.9
2.
7.10
Untuk penggantung langit-langit (plafond hanger) digunakan kayu meranti gergaji mesin, berkualitas
baik dengan ukuran 4/6 cm dilengkapi isian kayu 4/6 cm dengan balok plafond utama dipasang kayu
6/910 cm.
Pola / bentuk plafond / langit-langit sesuai gambar denah dan detail plafond.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
3.
4.
5.
6.
7.
8.
7.11
Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata maka bagian bawah kayu penggantung
seluruhnya harus diserut (dipasah) hingga rata dan tiap-tiap sambungan / persilangan harus digunakan
klos-klos tumpuan dari kayu jati ukuran 2/3/15 cm.
Untuk langit-langit digunakan eternit 1 x 1 m buatan dalam negeri dengan kualitas yang dapat disetujui
Direksi, dengan mengajukan contoh terlebih dahulu antara lain keluaran pabrik : Gresik, Mercedes
Special, Dayaku, Kerang Spesial, Panah Mas atau merk lain yang sekualitas.
Pemasangan eternit harus lurus dan rata / horizontal sesuai dengan pola.
Jarak nat antara eternit diusahakan seminimal mungkin (max. 0,5 cm) untuk bagian tepi eternit yang
saling berhubungan harus benar-benar lurus dan rata.
Dimana langit-langit / eternit dipasang berhubungan dengan tembok (berhimpit) maka harus dipasang
list-list datar dari papan kamfer tebal (1 x 4 cm) dan difinishing dengan cat seperti pada cat kayu bagian
lainnya (kusen) dengan panjang list minimal 2 m.
Paku langit-langit dipasang dengan jarak masing-masing maksimum 10 cm secara teratur.
PEKERJAAN PLESTERAN DAN BENANGAN.
a.
Plesteran Beton.
1. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Bila
pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan rata, maka
permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang dimaksudkan
di dalam gambar rencana pelaksanaan.
2. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan
pendahuluan berurutan sebagai berikut :
Permukaan dibuat kasar dengan betel.
Dibasahi dengan air.
Disaput air semen (Pc).
3. Mortar untuk plesteran adalah campuran 1pc : 3psr yang diaduk secara benar-benar homogen.
4. Ketebalan plesteran rata-rata 1,5 cm.
5. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc).
b.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
7.12
b.
b.
c.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat Synthetic Supergloss merk Emco atau
setara.
Pekerjaan ini dilaksanakan pada jalusi atap dan lain-lain yang dinyatakan dicat menggunakan cat
besi / kayu.
Sebelum kayu dicat semua permukaan yang akan dicat harus dimeni terlebih dahulu. Sedangkan
untuk pengecatan besi, seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan dahulu dari segala
kotoran dan karat yang melekat dengan menggosok menggunakan kertas gosok hingga benarbenar bersih.
Setelah meni telah kering permukaan kayu diplamur hingga rata dan bila mana perlu didempul
dan kemudian digosok dengan kertas gosok hingga sempurna, rata dan halus.
Setelah pekerjaan plamur selesai dan kering, digosok dengan kertas gosok hingga rata dan halus,
kemudian dicat dasar 1 kali selanjutnya dengan cat akhiran (penutup) 3 kali atau lebih untuk
mencapai hasil yang sempurna dan berkualitas baik.
Untuk mencapai hasil yang sempurna, setiap lapis pengecatan harus dilaksanakan setelah lapisan
sebelumnya benar-benar kering.
Semua pekerjaan pengecatan di atas pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan hati-hati. Apabila dalam
pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan mengotori pekerjaan yang sebenarnya tidak
harus terkena cat, maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk membersihkannya atau bahkan menggantinya
apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.
7.14
2.
3.
4.
5.
6.
:
:
:
:
:
Stop Kontak
Saklar
Panel MBC + Box
Type lampu dalam pekerjaan ini
Penyambungan Listrik
b.
Panel Listrik.
1. Panel menggunakan box hanger lengkap dengan komponen-komponennya, termasuk MCB ex
Merlin Gerin Asli atau yang setara, Mounting Rail, Cabling material dan accescories lainnya, MCB
untuk tegangan 230 s/d 400 volt - 60 Hz.
2. Panel tenaga (SDP) terbuat dari plat baja tebal 1,5 mm untuk badan panel, dan tebal 2 mm untuk
pintu panel, dan plat dasar komponen panel dengan rangka besi siku.
3. Isolator untuk rail tembaga harus ditopang dengan kokoh dan mempunyai tahanan isolasi minimal
50 M Ohm.
4. Semua panel wall mounted harus dilengkapi dengan rail tembaga untuk terminal pentanahan
(Arde) dan waltermer (karet kedap) untuk kabel masuk / keluar.
5. Pintu panel harus dilengkapi dengan handel yang bisa dikunci, serta karet (packing), sehingga
kedap terhadap uap air.
6. Semua komponen panel yang dibuat harus baru dan dalam kondisi baik tanpa cacat dengan
kualitas baik.
c.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
4.
5.
6.
7.
Semua penyambungan kabel harus dilaksanakan dalam circulart box dengan menggunakan
terminal strip atau las dop kualitas baik (merk scothlock).
Penyambungan kabel dalam tray maupun dalam conduit tidak dibenarkan. Semua penyambungan
kabel di terminal panel harus menggunakan sepatu kabel dan setiap group diberi label dan diikat
yang rapi.
Conduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah dari jenis / type E (Electrical Conduit) ex
EGA / Clipsal lengkap dengan accescoriesnya.
Pemasangan conduit dan accescoriesnya harus lurus terhadap garis lurus bangunan dan diklem
rapi dengan jarak maksimum 100 cm dan menggunakan fisher yang sesuai.
Semua pemasangan conduit yang masuk ke panel, harus menggunakan bushinglock nut
(waltermeer) sehingga bisa kedap terhadap uap air, rapi, kuat dan tidak tajam terhadap isolasi
kabel.
d.
e.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010
10. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing untuk disetujui Konsultan Pengawas sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik selambat-lambatnya 30 hari setelah menerima
Surat Perintah Kerja.
11. Sekring MCB dan MCCB produksi Merlin Gerin dilengkapi dengan box terbuat dari plat ketebalan
2 mm, dicat dasar anti karat dan dicat finish dengan cat warna abu-abu atau ditentukan yang lain,
dipasang lengkap dengan pintu dan kunci. Ukuran panel disesuaikan dengan kapasitas (group).
12. Untuk setiap panel harus disediakan group cadangan (spare) minimal 10 A atau sesuai gambar.
7.15
Apabila Penyedia Barang / Jasa telah melaksanakan hal tersebut di atas sesuai dengan kontrak, maka penyerahan
pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang
pertama.
Arthagraha/dok lelang/10/10/2010