Anda di halaman 1dari 16

rganisasi Konferensi Islam (OKI)

Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi internasional non militer yang
didirikan di Rabat,Maroko pada tanggal 25 September 1969. Dipicu oleh peristiwa pembakaran
Mesjid Al Aqsha yang terletak di kota Al Quds (Jerusalem) pada tanggal 21 Agustus 1969 telah
menimbulkan reaksi keras dunia, terutama dari kalangan umat Islam. Saat itu dirasakan adanya
kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang kekuatan dunia Islam serta
mematangkan sikap dalam rangka mengusahakan pembebasan Al Quds.
Atas prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hassan II dari Maroko, dengan
Panitia Persiapan yang terdiri dari Iran, Malaysia, Niger, Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan
Maroko, terselenggara Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang pertama pada tanggal 22-25
September 1969 di Rabat, Maroko. Konferensi ini merupakan titik awal bagi pembentukan
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
I. Latar Belakang Didirikannya OKI
Secara umum latar belakang terbentuknya OKI sebagai berikut :
1. Tahun 1964 : Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu timbul suatu ide untuk
menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah internasional.
2. Tahun 1965 : Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di Jeddah Saudi Arabia yang
mencetuskan ide untuk menjadikan umat Islam sebagai suatu kekuatan yang menonjol dan untuk
menggalang solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat Islam dari zionisme khususnya.
3. Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh karenanya solidaritas Islam di
negara-negara Timur Tengah meningkat.
4. Tahun 1968 : Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan kunjungan ke beberapa negara Islam
dalam rangka penjajagan lebih lanjut untuk membentuk suatu Organisasi Islam Internasional.
5. Tahun 1969 : Tanggal 21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid Al Agsha. Peristiwa tersebut
menyebabkan memuncaknya kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.
Seperti telah disebutkan diatas, Tanggal 22-25 September 1969 diselenggarakan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Islam di Rabat, Maroko untuk membicarakan pembebasan
kota Jerusalem dan Mesjid Al Aqsa dari cengkeraman Israel. Dari KTT inilah OKI berdiri.
II. Tujuan Didirikannya OKI
Secara umum tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk mengumpulkan
bersama sumber daya dunia Islam dalam mempromosikan kepentingan mereka dan
mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut untuk berbicara dalam satu bahasa yang
sama guna memajukan perdamaian dan keamanan dunia muslim. Secara khusus, OKI bertujuan
pula untuk memperkokoh solidaritas Islam diantara negara anggotanya, memperkuat kerjasama
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan iptek.
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan February 1972, telah diadopsi
piagam organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih lengkap, yaitu :
A. Memperkuat/memperkokoh :

1. Solidaritas diantara negara anggota;


2. Kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan iptek.
3. Perjuangan umat muslim untuk melindungi kehormatan kemerdekaan dan hak- haknya.
B. Aksi bersama untuk :
1. Melindungi tempat-tempat suci umat Islam;
2. Memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam memperjuangkan haknya dan
kebebasan mendiami daerahnya.
C. Bekerjasama untuk :
1. menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan;
2. menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian diantara negara anggota dan
negara-negara lain.

III. Prinsip OKI


Untuk mencapai tujuan diatas, negara-negara anggota menetapkan 5 prinsip, yaitu:
1. Persamaan mutlak antara negara-negara anggota
2. Menghormati hak menentukan nasib sendiri, tidak campur tangan atas urusan dalam negeri
negara lain.
3. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah setiap negara.
4. Penyelesaian setiap sengketa yang mungkin timbul melalui cara-cara damai seperti perundingan,
mediasi, rekonsiliasi atau arbitrasi.
5. Abstein dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah, kesatuan nasional
atau kemerdekaan politik sesuatu negara.

IV. Keanggotaan OKI


1. Afganistan
2. Aljazair
3. Chad
4. Mesir
5. Guinea
6. Indonesia
7. Iran
8. Yordania
9. Kuwait
10. Lebanon

11. Libya
12. Malaysia
13. Mali
14. Mauritania
15. Maroko
16. Niger
17. Pakistan
18. Palestina
19. Arab Saudi
20. Yaman
21. Senegal
22. Sudan
23. Somalia
24. Tunisia
25. Turki
26. Bahrain
27. Oman
28. Qatar
29. Suriah
30. Uni Emirat Arab
31. Sierra Leone
32. Bangladesh
33. Gabon
34. Gambia
35. Guinea-Bissau
36. Uganda
37. Burkina Faso
38. Kamerun
39. Komoro
40. Irak
41. Maladewa
42. Djibouti
43. Benin
44. Brunei
45. Nigeria
46. Albania
47. Azerbaijan
48. Kirgizstan
49. Tajikistan
50. Turkmenistan
51. Mozambik
52. Kazakhstan
53. Uzbekistan
54. Suriname
55. Togo
56. Guyana

57. Pantai Gading

V. Peranan OKI
Melihat latar belakang terbentuknya OKI, terdapat kesan bahwa organisasi ini bersifat
dan bersikap lebih melayani kepentingan Arab dan Timur Tengah. Kesan tersebut tidak dapat
dipungkiri sepenuhnya, karena :
1.

Salah satu persoalan dan kemelut dunia yang menjadi perhatian masyarakat internasional
terjadi dikawasan Arab dan Timur Tengah.
Dalam OKI persoalan Timur Tengah dan Palestina terlihat lebih menonjol karena
terkait di dalamnya pembicaraan dan desakan yang bernafaskan kepentingan agama dan umat
Islam seluruh dunia. Perlu diingat bahwa hampir separuh dari negara anggota OKI adalah
negara-negara Arab.1[2]
VI. Pedoman OKI dalam Mengambil Kebijakan

1. Persamaan penuh antara sesama anggota OKI


2. Penghormatan terhadap kebijaksanaan dalam negeri dan tidak melakukan intervensi dalam
negeri anggota OKI
3. Penghormatan atas kedaulatan, kemerdekaan, dan pemerintahan negara anggota OKI
4. penyelesaian konflik internal anggota OKI ditempuh secara damai melalui perundingan,
penengahan, teguran, dan arbitrasi
5. Larangan sesama anggota OKI menggunakan kekuatan militer atau intimidasi militer yang
dapat memecah belah persatuan, kedaulatan tanah air, dan kebebasan politiknya
VII. Struktural Lembaga OKI
Di dalam struktural OKI terdapat lima lembaga, antara lain:
a. Lembaga Asasi
1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri oleh pemimpin/kepala pemerintahan
setiap anggota OKI. Lembaga ini menempati kedudukan tertinggi dalam struktural
organisasi. Bertugas menentukan strategi khusus yang terkait masalah politik maupun
keberlangungan organisasi. KTT diadakan setiap tiga tahun sekali. Hingga kini
terhitung sepuluh KTT yang sudah dilaksanakan.

2. Konferensi Menlu Anggota OKI yang diselenggarakan tiap satu tahun sekali.
Konferensi yang dilaksanakan November 2006 kemarin di New York, AS. merupakan
pertemuan ke-28 sejak OKI didirikan. Bertugas merumuskan kebijakan tahunan OKI
yang berkaitan dengan perkembangan terkini setiap anggota, sekaligus melakukan
evaluasi umum terhadap pelaksanaan program pada tahun sebelumnya.

3. Sekretariat Jenderal/Umum. Lembaga ini menempati kedudukan ketiga tertinggi


dalam struktural organisasi, sebab perannya sebagai lembaga pelaksana. Berperan
membantu realisasi program kerja lembaga khusus maupun afiliasi. Adapun posisi
Sekretaris Jendral (Sekjen) OKI sekarang dijabat oleh Akmeledin Ahsanoglu dari
Turki dengan masa tugas selama empat tahun.

4. Mahkamah Pengadilan Islam Internasional. Lembaga kehakiman ini dibentuk pada


KTT OKI ketiga, beranggotakan tujuh perwakilan dari negara anggota yang dipilih
pada Konferensi Menlu OKI. Bertugas meluruskan kekeliruan persepsi anggota OKI
secara umum maupun khusus, serta mengeluarkan fatwa terkait permasalahan hukum
setelah mendapat persetujuan dari KTT dan Konferensi Menlu.
b. Komisi Umum
1. Komisi Al Quds. Dibentuk dalam Konferensi Menlu OKI keenam di Jedah, 1975.
Pada konferensi kesepuluh, Kesultanan Maroko ditetapkan sebagai kepala komisi.
Komisi Al Quds beranggotakan 16 negara: Maroko, Indonesia, Yordania, Suria,
Lebanon, Mesir, Pakistan, Nigeria, Arab Saudi, Irak, Palestina, Mauritania,
Banglades, Iran, Senegal, dan Genea. Bertugas memantau kondisi Al Quds,
mengawasi berbagai kesepakatan terkait masalah Al Quds dalam konferensi OKI atau
kesepakatan dengan negara di luar OKI, menjalin kerja sama dengan badan
internasional yang berkomitmen menjaga Al Quds, dan mengajukan usulan kepada
anggota OKI atau lembaga terkait menyikapi perkembangan Al Quds terkini.
2. Komisi Permanen Pers dan Kebudayaan. Dibentuk dalam KTT OKI ketiga di Mekah,
Arab Saudi Januari 1981. Tahun 1999 telah diadakan lima kali pertemuan. Komisi ini
diketuai Senegal dan bermarkas di Dakkar, Senegal. Bertugas menyiarkan informasi
akurat terkait problematika dunia Islam, lebih spesifik lagi masalah Palestina dan Al
Quds dalam rangka mem-back up informasi subyektif yang mendiskreditkan Islam
dan kaum Muslimin.
3. Komisi Permanen Bidang Ekonomi dan Perdagangan. Dibentuk pada KTT ketiga di
Mekah, 1981. Komisi ini dikepalai oleh Turki dan bermarkas di Ankara, Turki.
Bertugas melaksanakan keputusan KTT maupun Konferensi Menlu yang menyangkut
ekonomi dan perdagangan. Menindaklanjuti upaya pengucuran dana bantuan kepada
anggota OKI demi mewujudkan kesejahteraan umum.
4. Komisi Permanen Bidang Iptek. Dibentuk pada KTT OKI ketiga di Mekah, 1981.
bertugas melaksanakan kesepakatan bersama terkait masalah Iptek, sekaligus
membahas sarana efektif untuk saling membantu antara anggota OKI dalam rangka
memajukan bidang ini. Komisi Iptek dikepalai Pakistan dan bermarkas di Islamad,
Pakistan.
5. Komisi Islam yang Menangani Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dibentuk pada
Konferensi Menlu OKI di Istanbul, Turki 1976. Berfungsi sebagai lembaga sentral
bagi lembaga-lembaga cabang dalam tubuh OKI. Bisa mengajukan usulan kepada

KTT maupun Konferensi Menlu terkait masalah ekonomi, sosial-budaya, serta


melaksanakan rekomendasi dalam KTT dan Konferensi Menlu OKI.
c. Lembaga Cabang yang Berbentuk Yayasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pusat riset statistik, ekonomi, sosial, dan training yang bermarkas di Trebles
Pusat riset sejarah, seni, dan budaya Islam yang bermarkas di Istanbul
Markas Islam Menangani bakat, keahlian, dan riset yang bermarkas di Daka
Markas Islam untuk pengembangan perdagangan yang bermarkas di Mekah
Lembaga fikih Islam yang bermarkas di Jedah
Komite Internasional Pemeliharaan Warisan Budaya Islam bermarkas di Istanbul
Dewan permanen kas solidaritas Dunia Islam
Universitas Islam di Nigeria
Universitas Islam di Uganda
d. Yayasan Khusus
1.
2.
3.
4.

Organisasi Islam bidang pendidikan, ilmu dan budaya di Fas, Islamabad


Organisasi radio internasional Islam di Jedah
Kantor berita Islam Internasional di Jedah
Bank Pembangunan Islam di Jedah

e. Yayasan yang Beafiliasi dengan OKI


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kamar Dagang dan Industri Islam bermarkas di Karachi


Organisasi Islam Bidang Ibukota negara dan kota bermarkas di Mekah
Asosiasi Islam Riyadh Bidang Kompetisi bermarkas di Riyadh
Komite Islam Bidang Bulan Sabit Internasional bermarkas di Ban ghazi, Maroko
Persatuan Islam untuk Kepemilikan Kapal bermarkas di Mekah
Persatuan Keguruan Sekolah Arab dan Islam Internasional bermarkas di Jedah
Persatuan Bank Islam Internasional bermarkas di Kairo.2[3]

2.2. Peran OKI dalam Dunia Hubungan Internasional


OKI Sebagai organisasi internasional yang awalnya lebih banyak menekankan pada masalah
politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu
organisasi internasional yang menjadi wadah kerjasama di berbagai bidang seperti sosial dan
budaya. Peranan OKI dalam pengembangan sosial budaya ini OKI telah membentuk
banyak Badan-Badan Subsider seperti misalnya yang menangani masalah pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, hukum, kebudayaan, yang tugasnya hampir menyerupai badanbadan khusus PBB. Diantara badan-badan subsider ini antara lain adalah: Komisi
Internasional Peninggalan Kebudayaan Islam yang menangani masalah-masalah yang
menyangkut pemeliharaan hasil-hasil budaya Islam yang ada di negara-negara Islam;
Akademi Fikih Islam yang bertujuan mempelajari masalah-masalah yang menyangkut
2

kehidupan "ijtihad" yang berasal dari tradisi Islam; Komisi Hukum Islam Internasional guna
menyumbangkan kemajuan prinsip-prinsip Hukum Islam beserta kodifikasinya.
Sebaiknya OKI sebagai forum sosial dan budaya berdasarkan pada Konferensi
Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan February 1972, yang mengadopsi piagam organisasi
yang berisi tujuan OKI secara lebih lengkap diantaranya memberi semangat dan dukungan
kepada rakyat Palestina dalam memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami daerahnya.
Kemudian, membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan
berdaulat.
Di KTT Luar Biasa OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi pada 7-8 Desember 2005 telah
mengakomodir keinginan tersebut dan dituangkan dalam bentuk Macca Declaration dan OICyears Program of Actions meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan
Statuta OKI baru yang diharapkan dapat dilaksanakan sebelum tahun 2015. OIC 10-years
Program of Actions ini adalah perubahan awal OKI yang tidak hanya memfokuskan masalah
politik tetapi juga ekonomi perdagangan. OIC 10-years Program of Actions mencakup isu-isu
politik dan intelektual, sosial, isu-isu pembangunan, ekonomi dan ilmu pengetahuan yang
diharapkan dapat menjawab kesenjangan kesejahteraan umat. Dari OIC 10-years Program of
Actions semua yang harus dilakukan OKI diharapkan dapat berlangsung dan tercapai sesuai
pada batas waktunya.
Kemudian adanya KTT OKI ke-14, 13-14 Maret 2008, Presiden RI menyampaikan
dalam pidatonya, diantaranya potensi kapasitas negara-negara anggota OKI dapat
diberdayakan dalam memainkan perannya dalam upaya memelihara perdamaian dan
keamanan global, pemberantasan kemiskinan dan percepatan pembangunan, hal ini
merupakan salah satu yang harus dilakukan OKI dalam perannya sebagai forum budayasosial.
Selain itu, OKI diharapkan dapat meredam Islamphobia, saat ini pandangan Dunia
Islam tertuju kepada gerakan Islamphobia dan maraknya aksi penistaan terhadap kesucian
agama Islam di Barat. Barat melalui kekuatan medianya mengesankan adanya kesamaan
antara Islam dengan terorisme. Padahal, Islam menolak terorisme dan bahkan mengajarkan
prinsip kasih sayang antara manusia. eran media yang sedemikian kuat dalam memburukkan
wajah Islam ini yang disinggung dalam sidang para Menteri OKI. Para menteri LN OKI telah
menyelesaikan sidangnya di Dushanbe Tajikistan dan telah menyusun sebuah deklarasi yang
semestinya. Namun tidak seperti yang diharapkan dari OKI, yang diinginkan yaitu tindakan
nyata dan implementasi isi deklarasi itu untuk membantu mengatasi problematika beragam
umat Islam. OKI yang termasuk organisasi internasional sebaiknya tidak bersikap pasif dan
sangat diharapkan muncul sebagai pemain yang berperan besar dalam hubungan global
sebagai tindakan yang harus dilakukan oleh OKI demi dunia Islam.3[4]
2.2. Peran OKI dalam menangani kasus Suriah
Pemberontakan Suriah 2011-2012 adalah sebuah konflik kekerasan internal yang sedang
berlangsung di Suriah. Ini adalah bagian dari Musim Semi Arab yang lebih luas, gelombang
pergolakan di seluruh Dunia Arab. Demonstrasi publik dimulai pada tanggal 26 Januari 2011,
dan berkembang menjadi pemberontakan nasional. Para pengunjuk rasa menuntut
pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad, penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri
hampir lima dekade pemerintahan Partai Ba'ath. Pemerintah Suriah mengerahkan Tentaranya
untuk memadamkan pemberontakan tersebut, dan beberapa kota yang terkepung. Menurut
3

saksi, tentara yang menolak untuk menembaki warga sipil dieksekusi oleh tentara Suriah.
Pemerintah Suriah membantah laporan pembelotan, dan menyalahkan "gerombolan
bersenjata" untuk menyebabkan masalah pada akhir 2011, warga sipil dan tentara pembelot
membentuk unit pertempuran yang memulai kampanye pemberontakan melawan Tentara
Suriah.
Para pemberontak bersatu di bawah bendera Tentara Pembebasan Suriah dan berjuang
dengan cara yang semakin terorganisir, namun komponen sipil dari oposisi bersenjata tidak
memiliki kepemimpinan yang terorganisir. Pemberontakan memiliki nada sektarian,
meskipun tidak faksi dalam konflik tersebut telah dijelaskan sektarianismelah yang
memainkan peran utama. Pihak oposisi didominasi oleh Muslim Sunni, sedangkan angka
pemerintah terkemuka adalah Alawit Muslim Syiah. Assad dilaporkan didukung oleh Alawi
yang didominasi orang Kristen di negara ini.4[5]

Organisasi Konferensi Islam (OKI)

OKI merupakan organisasi Negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas


penduduknya beragama Islam yang dibentuk sebagai reaksi terhadap pembakaran mesjid Al
Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus 1969 yang merupakan salah satu tempat suci umat
Islam, selain Mekkah dan Madinah serta bentuk penolakan terhadap pendudukan wilayahwilayah arab oleh Israel termasuk pula penguasaan atas Yerussalem semenjak tahun 1967.
Latar belakang dan sejarah terbentuknya OKI
Pendudukan Israel atas wilayah-wilayah arab khususnya kota Yerusalem semenjak tahun
1967 telah menimbulkan kekawatiran bagi negara-negara arab dan umat Islam akan tindakantindakan yang mungkin dilakukan Israel terhadap wilayah pendudukannya termasuk di
Yerusalem yang didalamnya berdiri mesjid Al Aqsa. Pada tanggal 21 Agustus 1969
kekawatiran Negara-negara arab dan umat Islam terbukti dengan tindakan Israel yang
membakar mesjid Al aqsa. Pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut menimbulkan reaksi dari
pemimpin negara arab khususnya Raja Hasan II dari Maroko, menyerukan para pemimpin
negara-negara arab dan umat Islam agar bersama-sama menuntut Israel bertanggungjawab
atas pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut Seruan Raja Hasan II dari Maroko mendapat
sambutan dari Raja Faisal dari Arab Saudi dan Liga Arab, yang langsung ditindaklanjuti
dengan pertemuan para duta besar dan menteri luar negeri liga arab pada tanggal 22-26
Agustus 1969 yang berhasil memutuskan :
Tindakan Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang tidak
dapat diterima.
Tindakan Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta mengancam
keamanan Arab.
Mendesak agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam.
Untuk merealisasikan hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia
penyelenggara KTT Negara-negara Islam oleh Arab Saudi dan Maroko berangotakan;
Malaysia, Palestina, Somali dan Nigeria, dan pada tanggal 22-25 September 1969
dilangsungkan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam dihadiri 28 negara dan
menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya :
1. Mengutuk pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel
2. Menuntut pengembaliam kota Yerusalem sebagaimana sebelum perang tahun 1967.
3. Menuntut Israel untuk menarik pasukannya dari seluruh wilayah arab.
4. Menetapkan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab Saudi pada bulan Maret 1970.

Tujuan OKI
1. Memelihara dan meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan.
2. Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci.
3. Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
4. Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi, kolonialisme dalam segala bentuk.
5. Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi martabat umat, dan hak masingmasing negara Islam.
6. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling pengertian antar negara OKI dan
Negara-negara lain.
Struktur organisasi OKI
Struktur organisasi terdiri dari :
1. Badan utama meliputi :
KTT para raja dan Kepala negara/pemerintahan
Sekretaris Jenderal sebagai badan eksekutif
Konferensi para Menteri luar negeri
Mahkamah Islam Internasional sebagai badan Yudikatif
Komite-komite khusus, meliputi :
komite Al-Quds
2. komite social, ekonomi dan budaya
3. Badan-badan subsider meliputi:
a). Bidang Ekonomi terdiri dari:
1. Pusat Riset dan latihan sosial ekonomi berpusat di Ankara (Turki).
2. Pusat Riset dan latihan teknik berpusat di Dhakka (Bangladesh)
3. Kamar Dagang Islam berpusat di Casablanca (Maroko).
4. Dewan Penerbangan Islam berpusat di Tunis (Tunisia).
5. Bank Pembangunan Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
b). Bidang Sosial Budaya terdiri dari:
1. Dana Solidaritas Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi)
2. Pusat Riset Sejarah dan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
3. Dana Ilmu, teknologi dan Pembangunan berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
4. Komisi Bulan Sabit Islam berpusat di Bengasi (Libya)
5. Komisi Warisan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
6. Kantor Berita Islam Internasional berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
Anggota - Anggota OKI
Organisasi Konfrensi Islam (OKI) pada saat pembentukannya memiliki anggota 28 Negara
dan terus mengalami pertambahan, hingga dewasa ini anggota OKI berjumlah 46 negara yang
berasal dari kawasan Asia Barat, Asia Tengah, Asia Tenggara, Afrika. Negara-negara anggota
OKI adalah : Arab Saudi, Maroko, Aljazair, Bahrain, Libya, Mauritania, Djiboti, Mesir,
Suriah, Tunisia, Yaman, Yordania, Oman, Qatar, Somalia, Irak, Lebanon, Kuwait, Uni Emirat
Arab, Palestin, Afganistan, Bangladesh, Iran, Pakistan, Maladewa, Turki,Azerbaijan,
Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Nigeria, Mali, Niger, Senegal, Uganda, Siera
Leone, Guinea issau, Gabon, Gambia, Chad, Comoros, Camerun, Burkina Faso, Benin.
Kegiatan OKI
Adapun kegiatan yang dilakukan OKI selalu dalam rangka memperjuangkan kepentingan
umat Islam, negara-negara anggota, memelihara perdamaian, ketentraman dan kesejahteraan
dunia, memperjuangkan kemerdekaan Palestina, baik dalam kegiatan politk, ekonomi dan

sosial budaya. Adapun tantangan yang dialami OKI sampai sekarang antara lain:
1. Meminimalisasi perbedaan orientasi politik diantara negara anggota OKI
2. Mengubah dan menghapuskan salah penafsiran dunia Barat terhadap Islam yang selalu
negatif, seperti mengaikkan Islam, dengan kegiatan Fundamentalis, Terorisme, dan kekerasan
lainya.
3. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta Solidaritas antar Anggota OKI.
4. Meningkatkan Kerjasama dalam berbagai bidang untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat
seluruh negara anggota OKI.
5. Mengupayakan terus-menerus agar kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Pelestina.
Perkembangan Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada masalah
politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu
organisasi internasional yang menjadi wadah kerjasama di berbagai bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia.
Untuk menjawab berbagai tantangan yang mengemuka, negara-negara anggota OKI
memandang revitalisasi OKI sebagai permasalahan yang mendesak. Semangat dan dukungan
terhadap perlunya revitalisasi OKI dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa struktur dan
kinerja organisasi OKI dinilai belum efisien dan efektif. Dalam kaitan ini, telah diadakan
rangkaian pertemuan yang berhasil mengkaji dan melakukan finalisasi TOR restrukturisasi
OKI yang disiapkan oleh Malaysia.
Pada pertemuan tingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan (KTT) ke-10 di Putrajaya,
Malaysia, 11-17 Oktober 2003, OKI sepakat untuk memulai upaya kongkrit dalam
merestrukturisasi Sekretariat OKI terutama pada empat aspek: perampingan struktur,
metodologi, peningkatan kemampuan keuangan dan sumber daya manusia. KTT Luar Biasa
OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi pada 7-8 Desember 2005 telah mengakomodir keinginan
tersebut dan dituangkan dalam bentuk Macca Declaration dan OIC 10-years Program of
Actions yang meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan Statuta OKI
baru yang diharapkan dapat dilaksanakan sebelum tahun 2015.
OIC 10-years Program of Actions merupakan awal perubahan OKI yang tidak hanya
menfokuskan pada masalah politik tetapi juga ekonomi perdagangan. Program Aksi 10 tahun
OKI mencakup isu-isu politik dan intelektual, isu-isu pembangunan, sosial, ekonomi dan
ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat menjawab kesenjangan kesejahteraan umat. Di
bidang politik dan intelektual, dalam 10 tahun OKI diharapkan mampu menangani berbagai
isu seperti upaya membangun nilai-nilai moderasi dan toleransi; membasmi ekstrimisme,
kekerasan dan terorisme; menentang Islamophobia; meningkatkan solidaritas dan kerjasama
antar negara anggota, conflict prevention, peanganan masalah Filipina, hak-hak kelompok
minoritas dan komunitas muslim, dan masalah-masalah yang dialami Afrika.
KTT OKI ke-11 berlangsung antara tanggal 13-14 Maret dan bertemakan The Islamic
Ummah in the 21st Century menghasilkan dokumen utama, yaitu: Piagam OKI, Final
Communiqu dan sejumlah resolusi. Final Communiqu mengangkat isu antara lain
mengenai politik, keamanan, Palestina, minoritas muslim seperti Kosovo, terorisme,
ekonomi, sosial budaya, hukum, iptek dan sosial budaya. Sedangkan resolusi terkait yang
berhubungan dengan keamanan global/ regional antara lain: Resolutions on the Cause of
palestine, the City of Al-Quds Al Sharif, and the Arab-Israel Conflict, Resolutions on Political
Affairs, Resolutions on Muslim Communities and Minorities in Non-OIC Member States.
Piagam Baru tersebut pada intinya merupakan penegasan bagi OKI untuk mengeksplorasi
bentuk kerjasama yang lain dan tidak hanya terbatas pada kerjasama politik saja.
Dalam kesempatan menghadiri KTT OKI ke-14, 13-14 Maret 2008, Presiden RI dalam
pidatonya menyampaikan antara lain:

1. Dukungan terhadap OICs Ten-Year Plan of Action yang merupakan cerminan


pragmatisme OKI dalam menghadapi tantangan dan permasalahan umat
2. konflik Palestina-Israel merupakan penyebab utama krisis di Timur Tengah dan juga
merupakan tantangan serius perdamaian dan keamanan internasional. Terkait dengan hal ini,
Presiden Indonesia menyambut baik hasil Konferensi Annapolis pada bulan Desember 2007,
terutama mengingat adanya joint understanding untuk mendirikan negara Palestina pada akhir
tahun 2008
3. potensi kapasitas negara-negara anggota OKI dapat diberdayakan dalam memainkan
perannya dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan global, pemberantasan
kemiskinan dan percepatan pembangunan
4. Islam, demokrasi, dan modernitas maupun HAM adalah compatible
5. Islam adalah agama perdamaian dan toleran. Upaya interfaith dan inter-civilization
dialogue perlu didukung dalam mengurangi persepsi yang salah dan ketakutan terhadap Islam
(Islamophobia) di kalangan Barat
6. pembangunan umat Islam harus memperhatikan aspek lingkungan. Dapat disampaikan
bahwa wakil Asia, Afrika, dan Arab juga memiliki pandangan yang kurang lebih sama.
Selanjutnya, dalam KTM ke-35 OKI dengan tema Prosperity and Development di Kampala,
Uganda, tanggal 18-20 Juni 2008, telah dilakukan penandatanganan Piagam Baru OKI oleh
para Menteri Luar Negeri, termasuk Menteri Luar Negeri RI. Indonesia sangat mendukung
proses revitalisasi OKI dan menginginkan agar OKI dapat semakin efektif dalam menanggapi
berbagai perubahan dan tantangan global sesuai dengan tujuan pembentukannya. Sebagai
negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia senantiasa berpartisipasi aktif
dalam OKI dengan tujuan akhir untuk mendorong proses good governance di dunia Islam
untuk menjadikan OKI sebagai organisasi yang kredibel, kompeten, dan diakui perannya di
dunia internasional.
Pertemuan ke-36 Dewan Menteri Luar Negeri OKI (PTM ke-36 OKI) yang dilaksanakan di
Damaskus, tanggal 23-25 Mei 2009 membahas isu-isu kerjasama yang menjadi perhatian
bersama seperti politik; komunitas muslim di negara bukan anggota OKI; kemanusiaan
(humanitarian affairs); hukum; masalah-masalah umum dan keorganisasian; informasi;
ekonomi; ilmu pengetahuan dan teknologi; dawah; sosial budaya; dan administrasi serta
keuangan. Dalam kesempatan tersebut Menlu RI menyampaikan pokok-pokok pidato antara
lain mengenai perlunya diintensifkan pelaksanaan reformasi OKI, khususnya di bidang
demokrasi, good governance, dan HAM termasuk hak-hak wanita, sesuai dengan mandat
Program Aksi 10 Tahun OKI (TYPOA) dan Piagam Baru OKI, disamping isu Palestina,
kerjasama perdagangan dan pelibatan sektor swasta di antara negara anggota, serta,sebagai
Ketua PCSP-OIC, melaporkan perkembangan proses perdamaian di Filipina Selatan terkait
dengan pelaksanaan pertemuan Tripartite antara Pemerintah Filipina-MNLF-OKI yang
merundingkan implementasi sepenuhnya Perjanjian Damai 1996.
Peran Pemri yang menonjol lainnya dalam OKI adalah dalam rangka memfasilitasi upaya
penyelesaian konflik antara Pemerintah Filipina (GRP) dengan Moro National Liberation
Front (MNLF) dengan mengacu kepada Final Peace Agreement / Perjanjian Damai 1996.
Peran Indonesia saat ini adalah sebagai Ketua Organization Islamic Conference Peace
Committee for the Southern Philippines (PCSP-OIC). Adapun hasil penting terakhir adalah
diadakannya Pertemuan JWGs ke-2 antara GRP dan MNLF difasilitasi PCSP-OIC pada tgl.
19-28 Agustus 2008, bertempat di KBRI-Manila. Sebagai tindaklanjutnya, Pertemuan
Tripartite ke-3 antara GRP, MNLF dan PCSP-OIC direncanakan diselenggarakan pada bulan
Januari ataupun Pebruari 2009. Dengan pelaksanaan proses-proses sebagaimana dimaksud,
diharapkan akan membantu tercapainya proses pencapaian penyelesaian konflik secara damai
di kawasan Filipina Selatan dan memberikan situasi aman dan bebas dari konflik di kawasan
dimaksud.

Lebih lanjut, dalam berbagai forum internasional, termasuk OKI, Indonesia telah
memberikan dukungan bagi berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan
Yerusalem sebagai ibukotanya. Realisasi dari dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
dukungan diplomatik, yaitu pengakuan terhadap keputusan Dewan Nasional Palestina
(Palestinian National Council) untuk memproklamirkan Negara Palestina pada tanggal 15
Nopember 1988. Dukungan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hubungan diplomatik
antara Pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989. Di samping itu, Indonesia
adalah anggota Committee on Al Quds (Yerusalem)yang dibentuk pada tahun 1975.
Selain itu, Isu terorisme juga telah menjadi perhatian utama OKI. Komitmen OKI untuk
mengatasi masalah terorisme terlihat antara lain pada The Extraordinary Session of the
Islamic Conference of Foreign Ministers on Terrorism di Kuala Lumpur, Malaysia, 1-3 April
2002 yang menghasilkan Kuala Lumpur Declaration on International Terrorism. Deklarasi
tersebut pada intinya menekankan posisi negara-negara anggota OKI dalam upaya untuk
memerangi terorisme dan upaya-upaya untuk mengkaitkan Islam dengan terorisme.
Terorisme merupakan salah satu isu di mana OKI memiliki sikap bersama pada pembahasan
di forum SMU PBB. Hal ini terkait dengan implementasi UN Global Counter-Terrorism
Strategy dan penyelesaian draft konvensi komprehensif anti terorisme internasional di mana
menyisakan outstanding issue pada definisi terorisme. Inti posisi OKI menekankan perlunya
dibedakan antara kejahatan terorisme dengan hak sah perlawanan rakyat Palestina untuk
merdeka. Dalam kaitan ini maka penyelesaian politik konflik Palestina secara adil akan
memberikan sumbangan bagi pemberantasan the root causes of terrorism.

http://tegerbangun366.blogspot.co.id/2010/03/organisasi-konferensi-islamoki.html

Organisasi konferensi islam


1. 1. Organisasi Konferensi Islam
2. 2. Sejarah singkat.Latar Belakang: peristiwa pembakaran Mesjid Al Aqsha yang
terletak di kota Al Quds (Jerusalem) pada tanggal 21 Agustus 1969 telah
menimbulkan reaksi keras dunia, terutama dari kalangan umat Islam. Saat itu
dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang
kekuatan dunia Islam
3. 3. Diprakarsai : Raja Feisal Ibn.Abdul Aziz dan RajaHassan II Didirikan : di
Rabat, Maroko 25September 1969 oleh beberapanegara Islam.Berdirinya OKI
dibicarakan pada KTTOKI ke-1 tahun 1969
4. 4. KTT OKI Selanjutnyaa) KTT OKI ke-2 di Lahore (Pakistan, 1974)b) KTT OKI
ke-3 di Taif (Arab Saudi, 1981)c) KTT OKI ke-4 di Casablanca (Maroko, 1984)d)
KTT OKI ke-5 di Kuwait City (Kuwait, 1987)e) KTT OKI ke-6 di Dakar (Senegal,

5. 5. OKI saat ini beranggotakan 57 negara Islam atauberpenduduk mayoritas Muslim di


kawasan Asia dan Afrika.o Afganistan, 1969. o Arab Saudi, 1969. o Gambia, 1974. o
Mozambik, 1994.o Aljazair, 1969. o Senegal, 1969. o Guinea-Bissau, 1974. o
Kazakhstan, 1995.o Chad, 1969. o Sudan, 1969. o Uganda, 1974. o Uzbekistan,
1995.o Guinea, 1969. o Somalia, 1969. o Burkina Faso, 1975. o Suriname, 1996.o
Indonesia, 1969. o Tunisia, 1969. o Kamerun, 1975. o Togo. 1997.o Iran, 1969. o
Turki, 1969. o Komoro, 1976. o Guyana, 1998.o Kuwait, 1969. o Yaman, 1969. o
Irak, 1976. o Pantai Gading, 2001o Lebanon, 1969. o Yordania, 1969. o Maladewa,
1976.o Libya, 1969. o Bahrain, 1970. o Djibouti1, 978.o Malaysia, 1969. o Oman,
1970. o Benin, 1982.o Mali, 1969. o Qatar, 1970. o Brunei, 1984.o Maroko, 1969. o
Suriah, 1970. o Nigeria, 1986.o Mauritania, 1969. o Uni Emirat Arab, o Azerbaijan,
1991.o Mesir, 1969. 1970. o Albania, 1992.o Niger, 1969. o Sierra Leone, 1972. o
Kirgizstan, 1992.o Pakistan, 1969. o Bangladesh, 1974. o Tajikistan, 1992.o Palestina,
1969. o Gabon, 1974. o Turkmenistan, 1992.
6. 6. Tujuan OKI:1. Memajukan solidaritas Islam2. Memperkuat kerja sama antara
negara anggota3. Mengupayakan seoptimal mungkin untuk menghilangkan adanya
suatu pemisahan4. Menyokong segala usaha perdamaian dunia5. Mengatur usaha
perlindungan tempat-tempat suci
7. 7. Peran OKI di masa lalu : Sebagai suatu organisai yang menampung aspirasi umat
Islam. Membentuk banyak badan-badan Subsider seperti misalnya yang menangani
masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan kebudayaan.
Badan-badan Subsider: - Komisi Internasional Peninggalan Kebudayaan Islam, yang
menangani masalah-masalah yang menyangkut pemeliharaan hasil-hasil budaya Islam
yang ada di negara-negara Islam. - Akademi Fikih Islam, yang bertujuan mempelajari
masalah-masalah yang
8. 8. Peran OKI di masa sekarang dan yangakan datang :Mengkoordinasikan usahausaha untukmelindungi tempat-tempat suci.Mendukung dan membantu
perjuanganrakyat Palestina untuk mendapatkan hak-hak dan membebaskan tanah air
mereka.Upaya memelihara perdamaian dankeamanan global,
pemberantasankemiskinan dan pembangunan, hal inimerupakan salah satu yang
harusdilakukan OKI dalam perannya sebagaiforum sosial-budaya.
9. 9. OIC 10-years Program of Actions,yaitu dalam 10 tahun OKI diharapkanmampu
menangani berbagai isuseperti upaya membangun nilai-nilaitoleransi; membasmi
ekstrimisme,kekerasan dan terorisme;meningkatkan solidaritas dankerjasama antar
negara anggota,conflict prevention, hak-hakkelompok minoritas dan
komunitasmuslim.
10. 10. KesimpulanOKI merupakan Organisasi yang berperan dalam mengkoordinasikan
kerja sama umat Islam di dunia (terutama negara-negara anggota), baik dalam bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta berperan dalam membicarakan suatu permasalahan
atau sengketa melalui jalan damai oleh Organisasi ini.
11. 11. ThankYou

Anda mungkin juga menyukai