Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUANBLACK MARKET

(Pasar Gelap)
Merupakan kegiatan yang melibatkan transaksi, atau kegiatan ekonomi ilegal , dalamhal
pembelian dan penjualan barang dagangan secara tidak benar/tidak sah. Yang dalam halini
bukan saja kegiatannya yang dianggap ileggal, namun barang atau jasa yang diperjual belikan
juga dapat dianggap illegal. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa penjualan senjata,obat-obatan
terlarang, barang hasil pencurian, atau barang resmi yang diperjual belikan untukmenghindari
pembayaran pajak atau syarat lisensi.Black market atau pasar gelap, dalam istilah lain dikenal
dengan illicit trade (illegaltrade) sekarang berusaha untuk di tiadakan, baik yang dilakukan
secara nasional maupunsecara transnasional karena dianggap tidak sesuai dan melanggar hukum
dan ketentuan
dari berbagai negara. Transaksi pada black market memiliki dampak negatif terhadap kondisi per
ekonomian suatu negara, dengan penyebabnya yaitu lalulintas barang dan jasa yangdiperdagangk
an tidak dikenakan pajak dan ketentuan yang berlaku, transaksi secara illegal iniselain dilarang
oleh hukum yang berlaku di suatu negara, juga dilarang oleh agama, terutamanegara yang
mayoritas penduduknya muslim (islam).Di Indonesia penyebaran barang secara illegal, sangatlah
sering terjadi, terkait denganhal tersebut, sangatlah bertentangan dengan Undang-undang No 8
tahun 1999 (Pasal4)tentang perlindungan konsumen. Yang pada hakikatnya, konsumen memiliki
hak untukmendapatkan informasi yang jelas terkait dengan kondisi dan jaminan barang/jasa
yangdigunakannya. Sedangkan dalam (pasal 7) menegaskan bahwa penjual harus
memberikaninformasi yang benar, jelas, dan jujur terkait kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa, sertamemberikan penjelasan terhadap penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.Khusus
penyebaran dan transaksi barang elektronik pada Black market telah di bahasDalam UU No
36/1999 tentang telekomunikasi , khususnya pada pasal 32, telah
dijelaskan bahwa perangkat telekomunikasi yang dibuat, dirakit, dimasukan, diperdagangkan, da
ndigunakan di dalam negeri harus memenuhi persyaratan teknis dan izin yang telah
ditentukan.Terlepas dari keuntungan dan kerugian dalam peredaran barang elektronik pada pasar
gelapyang semakin meluas, yang terpenting dari hal tersebut yaitu pengetahuan dan
kesadaranyang cukup dalam memilih, membeli, dan mempergunakan barang elektronik yang
sesuaidengan kebutuhan dari konsumen.Dalam kasus perdagangan barang elektronik, kasus
perdagangan Handphone secaragelap kerap terjadi di indonesia, terkait hal tersebut telepon
selular termasuk produktelematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan
No.: 19/MDAG/PER/5/2009 (Permendag 19/M
DAG/PER/5/2009). Definisi
produk telematikamenurut Pasal 1 angka 1 Permendag 19/M-DAG/PER/5/2009 adalah sebagai
berikut :
Produk telematika adalah produk dari kelompok industri perangkat keras telekomunikasi
dan pendukungnya, industri perangkat penyiaran dan pendukungnya, industri komputer
dan peralatannya, industri perangkat lunak dan konten multimedia, industri kreatif teknologi
informasi, dan komunikasi.

Telepon selular, menurut ketentuan


Lampiran I Permendag 19/M- DAG/
PER
/5/2009,
merupakan salah satu produk yang wajib dijual dengan
disertai kartu jaminan/garansi purna jual dalam Bahasa Indonesia. Hal tersebut terkait juga penga
turan
Pasal 2 ayat (1) Permendag 19/M-DAG/PER/5/2009
yang menyatakan bahwa:
Setiap produk telematika dan elektronika yang diproduksi dan/atau diimpor
untukdiperdagangkan di pasar dalam negeri wajib dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan
kartu jaminan (garansi purna jual) dalam Bahasa Indonesia.
Karena itu, terhadap penjual telepon selular yang melanggar ketentuan
Pasal 2 ayat (1) Permen 19/M-DAG/PER/5/2009
berlaku ketentuan
Pasal 22 Permen 19/M- DAG/PER/5/2009
yang menyatakan bahwa:
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat [1],
dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen
(UUPK).
Melihat pada
ketentuan UUPK, Pasal 8 ayat (1) huruf j UUPK menyatakan bahwa
seorang pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang yang tidakme
ncantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam Bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap pelanggaran Pasal 8UUK ini
pelaku usaha dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp2 miliar (lihat Pasal 62 ayat [1] UUPK). Maka, berdasarkan pengaturan
Pasal 62 ayat [1] jo. Pasal 8 ayat (1) UUPK
seorang penjual telepon selular yang tidak memberikan kartu garansi dan layanan purna jual d
apat dikenai sanksi pidana. Lebih lanjut, mengenai penuntutan berdasarkan Pasal 62 ayat (1)
jo. Pasal 8 ayat (1). Dariuraian di atas, dapat kiranya disimpulkan bahwa penjualan telepon
selular di pasar gelapatau tanpa garansi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan adalah kegiatan yangmelanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai