Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INDIVIDUAL LEARNING
ANATOMI & FISIOLOGI SEL-SEL YANG BERPERAN DALAM SISTEM IMUN

OLEH
Ni Komang Trisna Maha Natalya
1302105019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2015

ANATOMI DAN FISIOLOGI DALAM SISTEM IMUN

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. (Smeltzer,2002)
Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi
dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor. (Smeltzer,2002)
Letak Sistem Imun :

Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi
integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di
lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama.
Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal
dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang
spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen
asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak
sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada
kontak pertama.

Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme,
membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan membuang atau memperbaiki sel yang
rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri
faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya (non-self) (Corwin, 2007).
Organ dan sel dalam sistem imun
Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam
darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam jumlah yang besar pada
organ limfoid, dan dapat ditemukan pula dalam keadaan tersebar pada seluruh jaringan tubuh
kecuali pada central nervous system (CNS). Kemampuan sel-sel tersebut untuk bersirkulasi
dan mengadakan perpindahan antara darah, lymph, dan jaringan merupakan hal yang sangat
penting untuk terjadinya respon imun.
Sistem imun harus mampu merespon antigen asing yang mempunyai keragaman
molekul sangat besar. Sehubungan dengan tugas sistem imun sebagai alat pertahanan, sistem
imun mempunyai mekanisme kerja yang sangat unik meliputi :
1. kerjasama dengan sel-sel lain untuk mengenali antigen dan untuk berkembang
menjadi sel efektor.
2. mampu keluar-masuk antara sirkulasi dan jaringan, mempunyai daya migrasi menuju
jaringan terinfeksi dan homing pada daerah yang terinfeksi itu.
3. limfosit yang spesifik harus mampu menerima stimuli dan melakukan penggandaan
klon terhadap antigen yang sesuai.
4. limfosit menempati organ yang menguntungkan untuk terjadinya pertemuan dengan
antigen dan juga mendukung perkembangan dan diferensiasinya. Sel-sel yang terlibat
dalam sistem imun berasal dari sumsum tulang.
Beberapa komponen sistem imun menyelesaikan seluruh proses diferensiasinya di
dalam sumsum tulang sedangkan sebagian yang lain menyelesaikan diferensiasinya setelah
keluar dari sumsum tulang. Untuk penjelasan hal tersebut akan dibahas pada bab lain. Semua
sel yang membentuk komponen darah berasal dari sumsum tulang, termasuk di dalamnya
adalah darah merah yang mengangkut oksigen, platelet yang membantu pembekuan darah
pada jaringan yang luka, dan sel darah putih yang terlibat dalam sistem imun.

Semua komponen sel tersebut berasal dari prekursor yang sama,yakni hematopoietic
stem cells (HSC) dalam sumsum tulang. Karena HSC memiliki potensi untuk berdiferensiasi
menjadi semua tipe sel darah maka sering disebut pluripoten hematopoietic stem cells.
Fungsi sistem imun :

Pembentuk kekebalan tubuh.


Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.
Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

Sistem imun membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh.


3. Pembentukan Kekebalan tubuh dibentuk secara:
Kekebalan bawaan (innate immunity) Yaitu kekebalan diturunkan dan ada sejak lahir.

Kekebalan bawaan melakukan respon imun non-spesifik dalam waktu yang cepat.
Kekebalan adaptif (acquired immunity) Yaitu kekebalan yang didapatkan dari
pengenalan tubuh terhadap antigen.
Kekebalan adaptif melakukan respon imun spesifik dalam waktu yang lambat.

4. Respon Imun
Respon imun adalah cara tubuh merespon masuknya antigen ke dalam tubuh.
Respon imun terbagi menjadi :
a. Respon imun non-spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons
imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah
kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan
enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,
polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non
spesifik.tidak mem-beda-bedakan antigen yang diserang. Respon imun non
b. Respon imun spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas
spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan
yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka
mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.
5. Komponen sistem imun

Komponen utama sistem imun yang paling utama adalah bagian lapisan pertahanan
ketiga, yaitu leukosit.
Sistem limfa tersusun atas organ-organ limfatik yang terdiri dari dua, yaitu:
Organ limfatik primer
a. Sumsum tulang, menghasilkan limfosit.
b. Timus, tempat pematangan limfosit dari sumsum tulang.
Organ limfatik sekunder
a. Nodus limfa, adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus)
yang mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme.
b. Limpa/spleen, fungsinya membuang antigen dalam darah dan menghancurkan eritrosit
yang sudah tua.
c. Tonsil, fungsinya memerangi infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring.
Berdasarkan granula pada plasma, leukosit terbagi menjadi:
d. Leukosit granulosit, yaitu leukosit yang plasmanya bergranula, yaitu neutrofil, eosinofil
dan basofil.
e. Leukosit agranulosit, yaitu leukosit yang plasmanya tidak bergranula, yaitu monosit,
limfosit B dan limfosit T.
Sel yang terlibat dalam sistem imun sebagai berikut :
a. Sel-sel Fagosit
Merupakan kumpulan sel-sel imun yang khusus dalam mencari dan makan bakteria,
virus, dan sel-sel tubuh yang mati atau cedera. Terdapat 3 jenis utama yaitu : Sel
granulosit, Makrofag, dan sel dendrit.
b. Sel Granulosit
Di dalam sitoplasma sel granulosit terdapat granula dalam jumlah yang banyak pada
pengecatan dengan gimsa ataupun yang lain. Jumlah sel-sel granulosit akan meningkat
selama ada reaksi sistem imun. Sel-sel tersebut akan segera mengadakan migrasi ke daerah
infeksi atau daerah yang mengalami inflamasi. Ada tiga macam granulosit, yaitu, neutrofil,
eosinofil, dan basofil. Ketiganya memiliki waktu hidup yang relatif pendek. Neutrofil
merupakan fagosit yang paling banyak jumlahnya dalam tubuh kita, sehingga bisa
dikatakan sebagai komponen seluler terpenting dalam imunitas innate. Eosinofil akan
meningkat jumlahnya dengan drastis jika terdapat infeksi parasit. Basofil juga memiliki
fungsi terkait dengan alergi dan inflamasi.
c. Makrofag

Makrofag merupakan bentuk perkembangan dari monosit. Selama berada pada tahap
monosit, sel ini berada dalam sirkulasi darah namun begitu tumbuh menjadi makrofag
segera melakukan migrasi ke dalam jaringan-jaringan. Makrofag memiliki kemampuan
untuk bergerak keluar masuk suatu jaringan terutama ketika melaksanakan fungsinya
sebagai efektor pada imunitas innate.
d. Sel Dendrit
Sel dendrit (DC) mempunyai tugas untuk menelan antigen dan mempresentasikan
kembali antigen yang telah disederhanakan ke permukaan sel. Presentasi antigen yang
telah sederhana pada permukaan sel dendriti sangat penting maknanya, karena dengan itu
sel-sel limfosit bisa mengenal dan selanjutnya reaksi sistem imun secara bertahap akan
dilaksanakan. Pada perkembangan awal, sel dendritik sebagaimana sel monosit berada
dalam peredaran darah. Sel dendritik yang belum masak segera mesasuki jaringan. Sel
dendritik yang berhadapan dengan patogen akan segera masak dan mengadakan migrasi ke
jaringan lymph node.

Gambar 1 : komponen sistem imun


A. Antigen Dan Antibodi
1. Definisi
Antigen adalah molekul yang dapat merangsang respons imun spesifik untuk melawan
antigen itu sendiri atau sel yang membawanya. Miliaran sel B dan T dihasilkan selama
perkembangan janin dengan kemungkinan berikatan dengan sekurang kurangya 100 juta
antigen berbeda. Antigen yang dapat berikatan dengan sel T atau B termasuk antigen yang
melekat pada dinding sel bakteri atau microplasma, selumbung virus, atau serbuk, debu, atau
makanan. Setiap sel tubuh individu memiliki protein permukaan yang dapat dikenali sebagai
anti gen asing oleh sel B atau sel T dari tubuh individu lain. Bila antigen dapat mengkinftikan

dan kemudian memperbanyak diri atau berdiferensiasi, hal ini disebut dengan antigen
imunogenik.
Antigen adalah segala bentuk molekul yang dianggap oleh tubuh sebagai benda asing.

2. Respon sel B terhadap anti gen


Ketika menghadpi antigen sfesifik, sel B berikatan dengan antigen tersebut seperti
kunci dengan gemoknya. Hal ini menyebabkan sel B berdifernsiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma pada giliranya mulai mensekresi jutaan molekul antibodi yang dibentuk secara
spesifik untuk melawan antigen. Setelah dibentuk, antibodi yang disebut imunoglobulin,
berderar melalui aliran darah menemukan antigen yang merangsang pembentukanya dan
akhirnya menghancurkanya. Repon yang diperantarai antibodi diperlukan sebagai mekanisme
pertahanan terhadap bakteri dan virus yang bersirkulasi serta terhadap toksin yang dihasilkan
bakteri.
Limfosit mengetahui asing atau tidaknya suatu molekul melalui protein penanda yang disebut
MHC (Major Histocompatibility Complex).
Molekul MHC adalah protein yang terdapat pada membran sel di tubuh yang dianggap tidak
asing. Suatu antigen yang tidak mengandung molekul MHC akan dianggap asing.
Macam-macam molekul MHC:
1) Molekul MHC kelas I, ditemukan di sel-sel tubuh, kecuali eritrosit.
2) Molekul MHC kelas II, ditemukan di sel limfosit T, limfosit B dan makrofag.
Limfosit mengenali antigen karena dapat berikatan pada epitop antigen.
Secara umum, antigen spesifik limfosit adalah:
1) Limfosit B, reseptornya mengenali:
a. Antigen uniselular atau prokariotik, misalnya virus dan bakteri.
b. Antigen utuh.
2) Limfosit T, reseptornya mengenali:
a. Antigen multiselular atau eukariotik, misalnya jamur, cacing parasit, darah transfusi, sel
atau organ transplantasi.
b. Antigen berupa fragmen.

3. Antibodi

Antibodi adalah protein yang menempel pada limfosit B dan dapat mengenali antigen
spesifik. Antibodi disebut juga immunoglobin (Ig) karena mengandung protein -globulin.
Kelas-kelas antibodi/imunoglobulin
Terdapat lima imunoglobulin spesifik yang dibentuk dalam berespons terhadap antigen : IgG,
IgM, IgA, IgE, IgD.
IgG adalah antibodi yang paling banyak ditemukan dan mencakup sekitar 80% dari
semua imunoglobulin dalam darah IgG adalah antibodi utama yang melintasi plasenta dari
ibu kepada janinnya selama kehamilan kadar IgG meningkat secara lambat selama respons
primer terhadap suatu antigen, tetapi meningkat secara cepat dan dengan kekuatan yang lebih
besar pada pajanan kedua.
IgM adalah jenis yang pertama kali dibentuk dan paling tinggi konsentrasinya sewaktu
pajanan primer pada suatu antigen. Igm adalah antibodi berukuran terbesar.
IgA paling banyak terdapat dalam sekresi misalnya air liur, mukus vagina, air susu,
sekresi saluran cerna dan paru, dan semen. IgA lebih bekerja secar lokal dari pada sistemik.
IgA ibu disalurkan kepada banyinya sewaktu menyusui ( seperti juga IgG dan IgM dalam
jumlah yang lebih sedikit ).
IgE berperan dalam respons alergi. Imunoglobulin ini juga merupakankan antibodi
yang paling terstimulasi pada infeksi parasit.
IgD terdapat dalam konsentrasi rendah dalam darah. Peranya dalam respons imun tidak
diketahui, meski diakui membantu proses kematangan dan diferensiasi semua sel B.
Struktur Antibodi
Semua antibodi memiliki penampakan yang sama yang terdiri atas dua rantai berat
panjang yang disebut bagian Fc, dan dua ujung kecil yang disebut bagian Fab. Bagian Fc
identik untuk semua antibodi dari kelas tunggal ( seperti IgG atau IgM). Bagian Fab bersifat
spesifik untuk setiap antibodi dan mengandung tempat ikatan untuk antigen. Peningkatan
antigen ke bagian Fab mengaktifkan bagian Fc. Hal ini menyebabkan kerusakan
mikroorganisme atau sel pembawa antigen.
Reaksi antigen-antibodi:
1) Aglutinasi/presipitasi, penggumpalan antigen.
2) Netralisasi/detoksifikasi, penetralan toksin yang dihasilkan antigen.
3) Opsonisasi, penandaan patogen/sel terinfeksi oleh protein komplemen sebagai sinyal
kimiawi.
4) Fagositosis, penghancuran patogen/sel terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin E. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Syaifuddin,H. (2011). Anatomi Fisiologi edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai