Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material cetak yang sering digunakan dalam ilmu kedokteran gigi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu material cetak elastik dan material cetak non elastik.
Material cetak elastik terdiri dari reversible dan irreversible. Istilah reversible
berarti bahan melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan
tanpa terjadi perubahan kimia, contohnya agar. Sebaliknya, irreversible
menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi dan bahan tidak dapat diubah
kembali ke keadaan semula contohnya adalah alginat dan elastomer.
Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak yang menyerupai karet,
yang pada mulanya digunakan sebagai tambahan terhadap gel hidrokoloid. Bahan
ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Elastomer juga dikenal sebagai
synthetic rubber, yang bersifat lembut dan menyerupai karet. Contoh
kegunaannya adalah seperti bahan cetak pada pasien edentulus untuk gigi tiruan
penuh dan pasien dentulus untuk gigi tiruan sebagian lepasan.
American National Standards Institute (ANSI) / American Dental
Association (ADA) Standar No.19 menyebutkan bahan ini sebagai non-aqueous
elastomeric dental impression material untuk kedokteran gigi. Standar ini adalah
untuk bahan elastomer cetak gigi berbasis, misalnya pada polisulfida,
polisiloksan, polieter, atau bahan elastomerik tanpa air yang mampu bereaksi
untuk membentuk bahan seperti karet yang dapat digunakan untuk mengambil
cetakan.
Bahan-bahan yang dijelaskan dalam standar ini diklasifikasikan sebagai
Tipe I, II, atau III sesuai dengan sifat-sifat tertentu setelah pengaturan. Standar ini
merupakan adopsi dari ISO 4823:2000, Bahan Cetak Elastomerik-Kedokteran
Gigi.
Bahan yang menyerupai karet sintetis ini bersifat elastis yang apabila
digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan

fleksibel. Suatu bahan elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang
diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Secara kimia, ada empat tipe bahan cetak
elastomer yang sering digunakan di kedokteran gigi yaitu polisulfida, addition
silicone, condensation silicone, dan polyether, masing masing bahan tersebut
dapat mencetak struktur rongga mulut dengan cukup akurat untuk pembuatan
restorasi protesa cekat atau lepasan.
Bahan-bahan yang berbasis polimer ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan

masing-masing.

Polisulfida

merupakan

bahan

cetak

yang

menghasilkan detail permukaan yang baik namun mempunyai bau dan rasa yang
kurang nyaman. Silikon konvensional atau condensation silicone merupakan
bahan cetak silikon yang dikembangkan untuk mengatasi beberapa kelemahan
dari polisulfida. Addition silicone diperkenalkan setelah condensation silicone
dengan ciri-ciri yang lebih baik dan juga dikenal dengan nama polyvinyl siloxane.
Polieter mempunyai ciri-ciri mekanikal dan stabilitas dimensi yang baik tetapi
mempunyai working time yang singkat dan materialnya sangat kaku.
Makalah ini akan membahas tentang perbedaan working time, dimensional
accuracy, viskoelastisitas, dan modulus elastis antara elastomer polieter dan
silikon adisi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan elastomer polieter dan silikon adisi?
2. Bagaimana sifat fisik dan material dari elastomer polieter dan silikon
adisi?
3. Bagaimana perbandingan karakteristik elastomer polieter dan silikon
adisi?
4. Apa keuntungan dan kerugian dari masing-masing material cetak
elastomer polieter dan silikon adisi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian elastomer polieter dan silikon adisi.
2. Untuk mengetahui sifat fisik dan material dari elastomer polieter dan
silikon adisi.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari elastomer polieter dan silikon adisi.
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian masing-masing material cetak
elastomer polieter dan silikon adisi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Elastomer

Elastomer merupakan kelompok bahan cetak elastik yang menyerupai


karet. Bahan ini diklasifikasikan sebagai non-aqueous elastomeric impression
material oleh ANSI/ADA Spesification No.19. Biasanya digunakan untuk
mencetak pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan immediat dan
mahkota serta gigi tiruan cekat yang mana diperlukan cetakan yang akurat pada
detail gigi. Suatu bahan elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang
diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan silang tersebut mengikat rantai polimer
yang melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan tiga dimensi yang
sering disebut gel. Secara kimia terdapat empat jenis elastomer kedokteran gigi
yang digunakan sebagai bahan cetak : polisulfida, silikon polimerisasi kondensasi,
silikon polimerisasi tambahan, dan polieter.
2. Silikon Kondensasi
Polimerisasi kondensasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi
dantetrafungsi dari alkil silikat, yaitu tetraetil orthosilikat dengan adanya rantai
oktoat yang mengandung timah (Sn[C7H15COO]2). Pembentukan elastomer terjadi
melalui ikatan silang antara kelompok terminal dari polimer silikon dan alkil
silikat untuk membentuk jalinan kerja tiga dimensi. Bahan cetak silikon
kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan pasta katalis atau cairan dengan
kekentalan rendah. Karena polimer silikon merupakan suatu cairan, silikon
koloidal atau logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebagai pengisi untuk
membentuk suatu pasta.
Polimer ini tidak memilik karakteristik warna seperti warna coklat dari
timah dioksida yang digunakan dalam polisulfida. Kondensasi bahan pasta silikon
dan putty (bahan dengan kekentalan tinggi) dapat dibuat dalam berbagai jenis
warna.
3. Bahan cetak Silikon dengan Reaksi Tambahan (Silikon Adisi)

Gambar 1. Bahan cetak Vinyl Polysiloxine

Silicon tambahan seringkali disebut bahan cetak polyvinylsiloxane atau


vinyl polysiloxane. Kebalikan dengan silicon kondensasi, polimer reaksi tambahan
berujung kelompok vinyl dan berkaitan dengan kelompok hidrid, diaktifkan oleh
katalis garam platinum. Bila proprsi silicon vinil dan silicon hidrid tidak seimbang
atau terdapat gangguan, reaksi sampingan akan menghasilkan gas hydrogen yang
apabila mengeras dapat menimbulkan gelembung kecil pada model stone setelah
cetakan dibuat dan dikeluarkan dari mulut.
Salah satu kerugian dari bahan cetak silicon adalah sifat hidrofobik. Untuk
mengatasinya, pabrik membuat silicon dengan dengan rekasi tambahan yang lebih
hidrofilik (suka air) yaitu dengan menambahkan bahan permukaan tambahan
(sarfaktan). Bahan permukaan ini memungkinkan bahan cetak membasahi
jaringan lunak lebih baik dan dapat diisi dengan stone secara lebih efektif.
Bahan cetak vinyl polysiloxane merupakan bahan yang bersifat elastic
paling ideal. Distorsi akibat pengeluaran dari under sangat jarang terjadi, karena
bahan ini mempunyai nilai regangan dalam tarikan terendah (distorsi permanen).
4. Bahan Cetak Polieter
Susunan kimia nya tersusun atas polimer berbasis polieter yang diperkeras
dengan reaksi antara cincin aziridin, yang merupakan ujung cabang molekul
polieter. Rantai utama dapat berupa suatu kopolimer etilen oksid dan
tetrahidrofuran. Ikatan silang, dan kemudian pengerasan, terjadi oleh jenis ester
sulfonat aromatik, dimana R adalah gugus alkil. Ini menghasilkan ikatan silang
oleh polimerisasi katonik melalui kelompok imin.
Komposisinya di pasok berupa dua pasta. Basis pengaduk polimer polieter,
suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti
glikoleter atau ftalat.

Pasta aselerastor mengandung alkil sulfonat aromatik

sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan pembuat plastis yang disebut
sebelumnya.

Gambar 2. Kemasan Bahan Cetak Polieter tube


Awalnya, polieter hanya dikemas dalam

satu kekentalan. Kemudian

pabrik pembuat menyediakan pasta tambahan yang dapat digunakan untuk


menghasilkan suatu adukan pengencer. Polieter biasanya di aduk dengan alat
pengaduk otomatis, meskipun alat ini dapat mengaduk dengan sempurna, tapi
kebanyakan polieter masih di aduk dengan menggunakan tangan.
Kecepatan waktu kerja polieter kurang sensitif terhadap perubahan
temperatur dibandingkan dengan silikon tambahan. Penggunaan bahan pengencer
juga memperpanjang waktu kerja dengan hanya sedikit meningkatkan waktu
pengerasan. Juga tersedia bahan retarder yang dapat memperlama waktu kerja
tanpa mengurangi sifat elastik atau meningkatkan pengerutan polimerisasi.
Polieter selalu di anggap sebagai bahan cetak yang paling keras, tidak termasuk
bahan putty viskositas tinggi. Perubahan dimensi bahan cetak polieter sedikit jika
di bandingkan bahan cetak lainnya, serta bahan cetak polieter ini tidak mudah
rusak jika disimpan dalam tube pada kondisi lingkungan yang normal.
BAB 3
PEMBAHASAN
Material cetak elastomer mempunyai sifat dan karakteristik, antara lain
yaitu viskositas, working time dan setting time, sifat elastisitas (elastic recovery
dan deformitas permanen), serta stabilitas dimensi. Berikut akan dibahas

perbandingan sifat dan karakteristik tersebut antara polyether dengan polyvinyl


siloxane (silikon adisi).
3.1 Viskositas
Viskositas adalah ukuran konsistensi suatu bahan beserta
ketidakmampuannya untuk mengalir. Bahan dengan viskositas rendah,
kemampuan untuk mengalirnya lebih baik daripada bahan dengan viskositas
yang tinggi.
3.1.1

Viskositas Polyether
Material cetak polyether mempunyai 4 klasifikasi berdasarkan

konsistensinya, yaitu:
a. Kelas Light Body (low viscosity)
b. Kelas Regular Body (medium viscosity)
c. Kelas Heavy Body (high viscosity)
d. Kelas Putty (very high viscosity)
Viskositas dari masing-masing kelas di atas berbeda seperti yang
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Nilai viskositas bahan cetak polyether (Combe E.C, Notes on
Dental Materials, 5th ed. Edinburgh. Churcill Livingstones, 1986 : 221)
Nilai Viskositas (Nsm-2)

Tipe Bahan

3.1.2

Putty
400-700
Heavy Body
200-300
Regular Body
40-150
Light Body
10-70
Viskositas Polyvinyl Siloxane (Silikon adisi)
Silikon adisi merupakan salah satu bahan cetak yang paling

menyerupai plastik (pseudoplastic), efek peningkatan regangan pada bahan


yang belum mengeras amatlah menonjol untuk silikon adisi. Ketika
disuntikkan, bahan ini mudah mengalir dan mempertahankan bentuknya
ketika dimasukkan ke sendok cetak.

Gambar 3. Perbandingan Viskositas dari Berbagai Bahan Cetak dengan


Konsistensi dan Waktu yang Berbeda
Bahan cetak polyether mempunyai konsistensi yang berbeda-beda.
Konsistensi polyether terdiri dari viskositas medium, dimana viskositas
medium ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan viskositas medium dari
bahan cetak elastomer yang lain. Polyether juga terdapat dalam viskositas
rendah dan viskositas tinggi. Viskositas dari bahan cetak ini tergantung dari
jumlah filler. Thinner dapat ditambah untuk menghasilkan viskositas yang
rendah.
3.2

Working Time dan Setting Time


Working time (waktu kerja) adalah waktu yang diperlukan pada
saat mulai pencampuran bahan cetak dan berakhir tepat sebelum
terbentuknya sifat-sifat elastik pada bahan cetak tersebut.
Sedangkan setting time (waktu pengerasan) diartikan sebagai
waktu yang berlangsung dari permulaan pencampuran sampai pengerasan
yang cukup untuk mengeluarkan cetakan dari dalam mulut dengan distorsi
minimum.

Gambar 4. Working time dari 6 macam material cetak

Gambar 5. Setting time dari 6 macam material cetak


Keterangan :
- President = Silikon adisi
- Impregum F = Polyether
- Surflex F = Polysulfide
Pada kedua diagram diatas dapat dilihat bahwa Impregum F
(polieter) yang ditunjukkan oleh huruf B pada batang diagram ketiga dan
President (silikon adisi) yang ditunjukkan oleh huruf A pada batang diagram
keenam menunjukkan perbedaan yang cukup berarti, baik pada diagram
working time maupun setting time.

Working time pada Impregum F (polieter) adalah 130 detik,


working time ini lebih lama daripada working time President (silikon adisi)
yang pada diagram menunjukkan waktu kerja 90 detik.
Setting time Impregum F (polieter) pada diagram kedua
menunjukkan bahwa lama waktu pengerasannya adalah 130 detik. Hal ini
berarti waktu pengerasan Impregum F (polieter) lebih lama dibandingkan
dengan waktu pengerasan President (silikon adisi) yang menunjukkan waktu
pengerasannya hanya 105 detik.
3.3

Sifat Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda yang memungkinkan benda
berubah bentuk karena diberi suatu beban, kemudian bila beban tersebut
dihilangkan maka benda akan kembali ke bentuk semula.
Sifat elastisitas suatu benda yang baik dapat dilihat dari besarnya
elastic recovery dan deformasi permanen bahan tersebut. Elastic recovery
dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang disebut Muenchs
elasticitimeter.
Semakin besar elastic recovery dan semakin kecilnya nilai
deformasi permanen, maka dapat dikatakan sifat elastisitas bahan tersebut
adalah baik.

Elastic Recovery
Data menunjukkan bahwa besarnya elastic recovery bahan cetak
Polyether yaitu 98,5% sedangkan untuk bahan cetak Polyvinyl siloxane

yaitu 99,8%.
Nilai Deformasi Permanen
Perbandingan nilai deformasi permanen bahan polyether dan bahan
polyvinyl siloxane berdasarkan konsistensi (viskositasnya) terlihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan deformasi permanen bahan cetak polyether dan
polyvinyl siloxane (Craigh R.G, Restorative Dental Materials, 12th ed.
Missouri: Elsevier, 2006: 270-331)
Bahan Cetak

Viskositas

10

Deformasi

Polyether

Polyvinyl Siloxane

Low
Medium
Medium plus thinner
High
Low
Medium
High
Very high

Permanen (%)
1,5
1-2
2
2
0,05-0,4
0,05-0,3
0,1-0,3
0,2-0,5

Terlihat bahwa bahan cetak polyether dengan berbagai viskositas


mempunyai deformasi permanen yang lebih besar dibanding deformasi
permanen bahan cetak polyvinyl siloxane. Hal ini menunjukkan bahwa
sifat elastisitas bahan cetak polyvinyl siloxane lebih baik daripada
polieter.
3.4

Stabilitas dimensional
Stabilitas dimensional bahan cetak adalah kemampuan bahan
tersebut untuk tetap mempertahankan bentuk ketika diberikan berbagai
tingkatan suhu, kelembaban ataupun tekanan. Keakurasian bahan cetak
sangat dipengaruhi oleh stabilitas dimensional ini.
Stabilitas dimensional bahan cetak polyether sama baiknya jika
dibandingkan dengan stabilitas dimensional bahan cetak silikon. Akan tetapi,
pada bahan cetak polyether, dapat terjadi perubahan dimensi jika bahan ini
berada dalam suasana yang lembab, karena bahan ini merupakan bahan yang
mengabsorbsi air (hidrofilik). Oleh sebab itu, bahan cetak polyeter harus
dihindari dari kontak dengan air. Bahan cetak polyeter harus dibilas dan
dikeringkan serta didisinfeksi secepatnya setelah pencetakan.
Penelitian menunjukkan bahwa cetakan yang diisi bahan cetak
(polyether ataupun polyvinyl siloxane) antara 24 jam dan 1 minggu kemudian
memiliki keakuratan yang sama seperti cetakan yang diisi segera, sehingga
bisa dikatakan stabilitas dimensional dari kedua bahan cetak tersebut baik.

11

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Viskositas polieter medium lebih tinggi bila dibandingkan dengan
viskositas medium bahan cetak elastomer lain, termasuk silikon adisi yang berarti
silikon adisi memiliki kemampuan mengalir yang lebih baik daripada polieter.
Working time dan setting time yang dimiliki oleh polieter lebih lama dibandingkan
dengan working time dan setting time silikon adisi. Working time dan setting time
yang terlalu singkat akan menimbulkan kerugian dalam pencetakan karena harus
dilakukan pencetakan yang cepat dengan hasil distorsi minimum.
Polieter juga memiliki nilai deformasi permanen yang lebih besar
daripada deformasi permanen silikon adisi, ini menunjukkan bahwa sifat
elastisitas bahan cetak polyvinyl siloxane lebih baik daripada polyether. Polieter
dan silikon adisi memiliki stabilitas dimensional yang sama-sama baik. Namun,

12

elastomer polieter bersifat hidrofilik yang berarti bahan cetak polyeter harus
dihindari dari kontak dengan air. Bahan ini harus dibilas dan dikeringkan serta
didisinfeksi secepatnya setelah pencetakan
4.2 Saran
Masing-masing bahan cetak memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Kelebihan dan kekurangan ini juga tergantung dari penggunaan bahan
cetak itu sendiri.
Pemilihan bahan cetak yang tepat hanya ditentukan oleh karakteristik
tertentu yang disukai operator. Bagaimanapun, ada variasi yang nyata dari
masing-masing produk. Sama halnya dengan keterampilan dan pengalaman dokter
gigi yang amat berbeda dalam menangani jenis bahan tertentu dan membuat
cetakan.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
American Dental Association. 2012. Standars, Technical Specifications &
Technical Reports; ANSI/ADA Standard No. 19-Dental Elastomeric
Impression Materials: 2004 (online). (http://www.ada.org/830.aspx#19,
diakses 6 Oktober 2012).
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Johan Arief Budiman dan Susi Purwoko (terj.). Jakarta : EGC.
Hong, Guang, Hiroshi Murata, Ying-Ai Li, dkk. 2005. Physical Properties and
Additional Characteristics of Current Elastomeric Impression Materials.
International Chinese Journal of Dentistry, No.5, p.80-90.
Keyf, Filiz. 1994. Some Properties of Elastomerik Impression Materials Used in
Fixed Prosthodontics. Journal of Islamic of Sciences. Vol 7 (1) : p.44-48.
Mandikos, Michael N.. 1998. Polyvinyl Siloxane Impression Materials: An update
on Clinical Use. Australian Dental Journal. Vol 43 (6) : p.428-434.

13

Rinaldy, Rin Zoraya. 2010. Hubungan Elastisitas dengan Stabilitas Dimensional


pada Bahan Cetak Siloxane. Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Siregar, Pande. 2000. Penggunaan Polieter sebagai Bahan Cetak di Kedokteran
Gigi. Skripsi gelar Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara. Medan.

14

Anda mungkin juga menyukai