Oleh
KELOMPOK 4
MAYANGSARI
03021181419009
SOVIA EL RAFIQA
03021281419081
seratus
tahun
terakhir.
Intergovernmental
Panel
on
Climate
konsentrasi gas-gas
rumah
kaca akibat
aktivitas
manusia.
Penggunaan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batubara menjadi salah satu
penyebab pemanasan global. Bentuk polusi yang paling banyak diakibatkan oleh
pembakaran batubara adalah polusi udara. Polusi udara terjadi akibat
terkontaminasinya udara oleh bahan berbahaya dalam jumlah maupun
karakteristiknya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.
Polutan-polutan penting yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara
antara lain adalah SOx, NOx, COx, dan material lain. Berikut adalah penjelasan
lebih detail mengenai polutan-polutan tersebut. Sulfur Dioksida, batubara
memiliki kandungan sulfur yang dapat mencapai 10% dalam fraksi berat. Namun
rata-rata kandungan sulfur di dalam batubara berada di kisaran 1-4% tergantung
dari jenis batubara tersebut. Reaksi sulfur oksida dengan kelembaban ataupun
hujan dapat menimbulkan hujan asam yang sangat berbahaya bagi tanaman,
hewan terutama hewan air, serta sifatnya yang korosif dapat merusak
infrastruktur-infrastruktur yang ada. Selain itu, batubara mengandung Sulfur
Trioksida, sebagian kecil sulfur dioksida yang terbentuk pada pembakaran
batubara, terkonversi menjadi sulfur trioksida (SO3). Rata-rata SO3 terbentuk
sebanyak 1% dari total gas buang pembakaran. Satu sistem pada boiler yang
berfungsi untuk mengontrol gas buang NOx, memiliki efek samping meningkatkan
pembentukan SO3 dari 0,5% sampai 2%. SO3 sangat mudah bereaksi dengan air
untuk membentuk asam sulfat (H2SO4) pada temperatur gas buang di bawah
260oC. Seperti yang kita ketahui bahwa asam sulfat bersifat amat sangat korosif
dan berbahaya.
Nitrogen Oksida yang dihasilkan oleh pembakaran batubara biasa disebut
dengan NOx. Bahaya polutan NOx yang paling besar berasal dari NO2, yang
terbentuk dari reaksi NO dengan oksigen. Selain itu NO x dapat mengakibatkan
hujan
asam,
gangguan
pernapasan
manusia,
korosi
pada
material,
pembentukan smog dan kerusakan tumbuhan. Abu (Fly Ash), hasil pembakaran
batubara di boiler juga menghasilkan partikel-partikel abu dengan ukuran antara 1
hingga 100 m. Akibat pembakaran, beberapa partikel radioaktif ringan, seperti
gas radon menguap dan tinggal (menumpuk) di atmosfir. Karbon Dioksida, sejak
tahun 1980-an, efek dari meningkatnya jumlah emisi CO2 akibat ulah manusia
semakin diperhatikan. CO2 yang dikenal dengan sebutan gas rumah kaca, menjadi
satu
dari
beberapa
gas
buang
yang
mengakibatkan
terjadinya global
warming (pemanasan global). CO2 selalu dihasilkan oleh semua jenis proses
pembakaran yang menggunakan bahan bakar fosil berbasis hidrokarbon. Karena
jumlah produksi CO2 dari proses pembakaran yang secara alamiah selalu
berjumlah banyak.
Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
Tahun
2009
Tentang
pertambangan berhak:
a. memperoleh
sebagai salah satu unit menghasil CO2 yang cukup signifkan. Sebuah lembaga riset
independen yang berbasis di Amerika Serikat, CGD (Center for Global
Development), menunjukkan di mana penghasil gas CO2 berada dan berapa
banyak gas CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dan menyebabkan kenaikan efek
rumah kaca. CGD menjelaskan bahwa pembangkit listrik merupakan kontributor
terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). CGD mengumpulkan
data dari sekitar 50.000 pembangkit listrik di seluruh dunia. Hasilnya sungguh
sangat mencengangkan, PLTU Suralaya Indonesia tercatat pada urutan ke-11
sebagai pembangkit listrik yang menghasilkan emisi CO2 terbesar di dunia dengan
volume emisi 27,2 juta ton.
Dalam rangkaian kegiatan penambangan batubara sangat banyak
merugikan masyarakat. Untuk membuka lahan pertambangan batubara, dilakukan
kegiatan land clearing (pembersihan lahan) menyebabkan hutan menjadi gundul.
Jumlah pohon berkurang mengakibatkan proses penyerapan air oleh pohon
tersebut berkurang. Air yang tidak terserap oleh akan mengalir langsung ke sungai
dan ke laut. Jika tanah tidak mampu menahan kecepatan aliran air, maka dapat
terjadi erosi. Alat-alat berat untuk produksi batubara menimbulkan polusi. Jumlah
polusi yang dihasilkan tidak sebanding dengan jumlah pohon yang ada dapat
menyebabkan emisi CO2 berlebihan. Parahnya lagi, pembakaran PLTU juga
memberikan dampak besar terhadap pemanasan global. Es di kutub utara mencair
menyebabkan muka air laut dan sungai akan meluap jika tidak dapat
mengakomodasi air. Hal yang paling tidak diinginkan, yaitu terjadi banjir. Banjir
membawa dampak aktivitas sosial-ekonomi menjadi sulit. Rumah-rumah yang
terendam banjir, akses transportasi terganggu, dan masyarakat yang mau mencari
nafkah pun menjadi terhambat.
Untuk merealisasikan UU No 4 Tahun 2009, kita perlu meminta
pertanggungjawaban PLTU Batubara atas kerugian bagi masyarakat lokal dan
sekitarnya. Mungkin, sebagian besar perusahaan PLTU tidak menyadari dampak
yang telah ditimbulkan akibat pembakaran PLTU Batubara sehingga mengabaikan
dampak tersebut. Jika pengoperasian PLTU Batubara tidak bisa menghormati
hukum, mereka harus ditutup. PLTU Batubara tertua dan paling kotor yang telah
gagal mengadopsi teknologi terbaik yang tersedia untuk membatasi emisi beracun