Laporan Kasus
Laporan Kasus
APPENDISITIS AKUT
Oleh:
dr. M. Yusuf Junaedi
Pembimbing :
dr.Wahyu Hari Sanyoto Sp.B
Pendamping :
dr. Puguh Santoso
dr. Yulita Wahyu Winarni
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 20 tahun
Pekerjaan
: pelajar
Alamat
Masuk RS
: 28 September 2012
No. RM
: 5983**
: Sdr. S
KELUHAN UTAMA
Nyeri perut kanan bawah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD dr.Iskak dengan keluhan nyeri perut di daerah kanan
bawah disertai demam, mual-mual, tetapi tidak sampai muntah. Nyeri dirasakan sejak
3 hari sebelum MRS bersifat terus-menerus dan menetap. Nyeri mulanya dirasakan di
daerah sekitar pusar, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Pasien juga meneluh
nafsu makan berkurang dan badan terasa lemas. Pasien tidak mengeluhkan gangguan
BAB. BAK pasien juga lancar, tidak ada rasa nyeri saat BAK, warna kuning normal
dan tidak disertai darah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Tampak lemah
Kesadaran
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 37,80C
HR: 80x/mnt
RR 22x/mnt
STATUS GENERALIS
Kepala
: Simetris, mesochepal
Mata
Hidung
: Discharge (-/-)
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
-
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: Status lokalis
Ekstremitas
: Superior
: Edema (-/-)
Inferior
: Edema (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap:
AL
: 14,22
AE
: 4,87
Hb
: 14,8
MCV
: 92,6
MCH
: 30,4
MCHC
: 32,8
AT
: 211
Netrofil
: 12,55
Netrofil seg.
: 88,3
Limfosit
: 1,1
Kimia Darah:
- GDA
: 102
Monosit
: 0,54
Score
1
1
1
2
1
1
2
1
10
In case
1
1
1
2
1
1
2
1
10
DIAGNOSIS KLINIS
Appendisitis Akut
DD:
-Gastroenteritis
-Kolik ureter
TERAPI
Pro. Appendiktomi
Inf. RL 20 tpm
PROGNOSIS
Dubia at bonam
5
FOLLOW UP
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning
-Inf. RL:D5%:1:1 20tpm
-demam(-)
-S: 37C
-mual(+)
-N: 76x/mnt
-muntah(-)
-TD: 130/80
-BAB(-)
-Rawat Luka
-BAK(+)
-supel (+)
-Mobilisasi
-BU normal
-demam(-)
-S: 36,8C
-mual berkurang
-N: 80x/mnt
-muntah(-)
-TD: 120/80
-BAB(-)
-Rawat Luka
-BAK(+)
-supel (+)
-Mobilisasi
-BU normal
-demam(-)
-S: 36,5C
-mual berkurang
-N: 72x/mnt
-muntah(-)
-TD: 120/80
-BAB lembek
-Rawat Luka
-BAK(+)
-supel (+)
-Mobilisasi
-BU normal
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Apendisitis merupakan peradangan pada Appendix vermiformis sebagai
penyebab abdomen akut yang paling sering dimana memerlukan tindakan bedah
mayor segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Penyakit ini
dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, akan tetapi sebagian
besar kasus ditemukan pada usia antara 20 sampai dengan 30 tahun dimana lebih
banyak menyerang laki-laki dibandingkan perempuan.1.2
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri.1 Sebagai faktor pencetus berupa
penyumbatan pada lumen appendiks, berupa hiperplasia folikel limfoid, fekalith,
benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.3
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus dan
periumbilikus dimana nyeri tersebut akan beralih ke kuadran kanan bawah yang
selanjutnya menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
berupa anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.3
Sekali diagnosis apendisitis dibuat, penderita disiapkan untuk menjalani
pembedahan, dan apendiks dengan segera dibuang setiap saat, siang atau malam. Bila
pembedahan dilakukan sebelum ruptur dan tanda-tanda peritonitis terjadi, perjalanan
pasca bedah umumnya tanpa komplikasi, dan penderita dikeluarkan dari rumah sakit
dalam beberapa hari.11
apendisitis
jarang
ditemukan
pada
mereka
yang
mempunyai
kebiasaan
mengkonsumsi serat.4
10
11
serat ototnya berjalan sirkuler dan bagian luar berjalan longitudinal, pada apendiks
tidak dijumpai tenia koli.9
Lumen di luar tunika mukosa, lamina propria, tunika submukosa, tunika
muskularis, dan tunika adventisia, tidak ditemukan adanya glandula digestive atau
duktus sekretorius untuk produksi dari enzim pencernaan dan fungsi pencernaan.5
Bagaimanapun, semua setuju bahwa pemotongan Appendix vermiformis tidak
memperlihatkan adanya kehilangan fungsi dari sistem digestive maupun sistem imun
seseorang.5
3. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke dalam sekum. Hambatan
aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.1
12
13
dan
dapat
berkembang
menjadi
septisemia
dan
menyebabkan
kematian.2.3.5
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinding abdomen dalam waktu 24-48 jam pertama. 1 Bila semua
proses tersebut berjalan lambat maka usaha pertahanan tubuh adalah membatasi
14
proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus atau adneksa
sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah
infiltrate apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang
dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan
massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri
secara lambat.1.3
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.3
Penelitian apidemiologik menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan higiene
seseorang mempengaruhi terjadinya apendisitis. Berdasarkan Medical Journal of
Australia, Teori Diet, khususnya konsumsi serat yang tidak cukup, telah
meningkatkan pelaporan geografi penyakit tersebut, tetapi tidak secara penuh
menjelaskan epidemiologinya.12 Insiden apendisitis sedikit pada mereka yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat. Diet tinggi serat
akan menurunkan viskositas dari feses, menurunkan bowel transit time, dan
mengecilkan formasi fekalith yang membuat individu cenderung mengalami
obstruksi pada lumen apendiksnya.4
E. GAMBARAN KLINIS
Gejala apendisitis akut dapat dibedakan ke dalam dua tipe, yaitu gejala tipikal
dan gejala atipikal (Hobler, K. 1998).Gejala tipikal meliputi nyeri samar-samar dan
tumpul yang bermula pada umbilikus atau periumbilikus sebelum terlokalisir pada
fossa iliaca kanan (sebelah kanan bawah abdomen). Nyeri biasanya berhubungan
dengan penurunan nafsu makan (74-78% kasus), demam, mual (61-92% kasus), dan
muntah (50% kasus) yang dapat berlangsung atau tidak. Ketika muntah berlangsung,
15
beberapa saat kemudian selalu diikuti oleh sakit perut yang hebat. Pada saat muntah
mendahului terjadinya nyeri ini menunjukkan bahwa terjadi obstruksi pada usus.2.4
Gejala atipikal muncul dalam 2-12 jam dimana nyeri berpindah ke perut
kanan bawah ke titik Mc Burney, nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan nyeri somatik setempat, yang bersifat menetap dan diperberat
bila berjalan atau batuk.1.12 Tidak semua orang yang menderita apendisitis
mengalami semua gejala tersebut.2
Variasi letak Appendix vermiformis, umur pasien, serta beratnya inflamasi
membuat gejala dari apendisitis tidak konsisten.4 Bila letak apendiks retrosekal
retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan
bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih
ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas
mayor yang menegang dari dorsal.1
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang dapat menimbulkan
gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristaltik meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi
menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena
rangsangan dindingnya.1.4 Disamping itu peradangan apendiks dekat dengan vesika
urinaria maupun ureter dapat menyebabkan gejala iritasi, hematuri atau pyuria.
Cystitis pada pasien laki-laki jarang hadir. Cystitis pada pasien laki-laki
dipertimbangkan jika terjadi inflamasi apendiks dekat dengan pelvis.4
Pada pengamatan jasmani: untuk apendisitis akut tampak penderita yang
kesakitan, jalannya agak membungkuk ke depan. Tampak perut agak tegang. Nyeri
tekan di perut atas tetapi lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah.
Sedangkan untuk apendisitis kronik tidak nampak penderita yang kesakitan. Tetapi
16
pada perabaan perut teraba nyeri tekan di perut atas, dan lebih jelas nyeri tekan dan
nyeri lepas di perut kanan bawah.15
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya
rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam
beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan
letargik. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah
terjadi perforasi. Pada bayi 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi.1
1. Tanda Awal :
Nyeri dimulai di epigastrium atau di region umbilicalis disertai mual dan
anoreksia
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik Mc.Burney :
Nyeri tekan
Nyeri lepas
Defans muskuler
F. DIAGNOSIS
Diagnosis apendisitis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Hampir 80% diagnosis penyakit dapat ditegakkan melalui anamnesis. Dalam kasus
17
apendisitis, seorang dokter akan mengajukan banyak pertanyaan antara lain: Keluhan
utama ? Dialami sejak kapan ? Lokasinya ? Pola nyeri ? Berat ringannya gejala ?
Kondisi medik lainnya ? Riwayat penyakit dalam keluarga ? Riwayat pengobatan ?
Riwayat penyakit sebelumnya ? Riwayat penggunaan alkohol, merokok ? 2
Pada umumnya pada kasus apendisitis, pasien datang dengan keluhan utama
nyeri perut kanan bawah dengan sifat nyeri samar-samar dan tumpul yang bermula
pada umbilikus atau periumbilikus sebelum terlokalisir pada fossa iliaca kanan
(sebelah kanan bawah abdomen) yang diikuti oleh anoreksia, nausea, dan muntah. 2.4
Pada kasus apendisitis akut yang klasik gejala-gejala ini umumnya berlangsung lebih
dari 1-2 hari, yang dalam 2-12 jam dimana nyeri berpindah ke perut kanan bawah ke
titik Mc Burney, nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat, yang bersifat menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk.1.11.12 Sementara pada kasus apendisitis kronis terdapat riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu.1
Sangat penting untuk menanyakan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
penyakit dalam keluarga, riwayat pengobatan maupun riwayat penggunaan alkohol
maupun merokok, disebabkan banyak gangguan lain yang juga memberikan
gambaran klinis akut abdomen yang harus dibedakan dengan apendisitis akut.2.11
2. Pemeriksaan Fisis
Sebelum melakukan pemeriksaan fisis, seorang dokter maupun seorang
perawat sebelumnya melakukan pemeriksaan terhadap status vitalis pasien meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Ditemukan bahwa pasien tampak
kesakitan, membungkuk, dan memegang perut kanan bawah. Demam biasanya
ringan, dengan suhu 37.5 38.5oC. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksiler dan suhu rektal sampai 1 oC.1
18
Pemeriksaan fisis dilakukan dari kepala hingga kaki (Head to Toe) meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.2
a. Inspeksi
Pemeriksaan pada perut sangat membantu untuk mempersempit diagnosis.
Lokasi nyeri sangat penting.2 Pada inspeksi perut tidak ditemukan adanya gambaran
yang spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses periapendikuler.1
b. Palpasi
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan bisa
disertai nyeri lepas (ditemukan pada 96% pasien), tapi ini tidak spesifik. 1.4 Nyeri
tekan perut kiri bawah ditemukan hanya pada pasien dengan situs inversus atau
anatomi apendiks yang panjang sampai pada kuadran perut kiri bawah, hal ini
jarang.4 Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut
kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda
Rovsing.2.4.12 Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam
untuk menentukan adanya nyeri.1 Dapat pula ditemukan nyeri perut kanan bawah
apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan yang disebut sebagai tanda
Blumberg.1
c. Perkusi
Didapatkan nyeri ketok pada perut kanan bawah, ini menandakan terjadi
proses inflamasi pada apendiks.2
d. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
dapat hilang pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata.1
19
20
Kesulitan untuk mendiagnosis apendistis akut ini dapat pula dipermudah dengan
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain terdiri atas pemeriksaan
labolatorium (pemeriksaan darah rutin, kimia darah, urinalisis, C-Reactive Protein),
pemeriksaan radiologi, dan tes lainnya (Clinical Score).4
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin biasanya digunakan untuk melihat ada tidaknya
infeksi, seperti peningkatan jumlah leukosit.1 Akan terjadi leukositosis ringan
(10.000-20.000/ml) pada 80-85% pada pasien dewasa, yang disertai dengan
peningkatan jumlah netrofil lebih dari 75% berlangsung pada 78% pasien, terlebih
pada kasus dengan komplikasi.1.3.4 Demam ditemukan pada 4% pasien dengan
apendisitis akut dimana jumlah sel darah putihnya kurang dari 10.000/ml dan netrofil
kurang dari 75%.4
Pemeriksaan Kimia Darah
Pemeriksaan kimia darah mahal, dan penemuannya tidak spesifik.
Pemeriksaan kimia darah ini biasanya memperlihatkan adanya dehidrasi, atau
kelainan elektrolit maupun cairan.2
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan
kelainan pada ginjal dan saluran kemih, misalnya infeksi traktus urinarius. 2.3 Satu
studi pada 500 pasien dengan apendisitis akut menampakkan adanya gejala traktus
urinarius seperti disuria dan nyeri panggul kanan. Satu dari tujuh pasien mengalami
puyria dengan 10 Leukosit/LPB, dan satu dari enam pasien ditemukan lebih dari 3
eritrosit/LPB. Seorang dokter mungkin melakukan pemeriksaan urinalisis untuk
melihat kehamilan pada seorang wanita dalam usia subur (mereka yang mempunyai
periode menstruasi yang teratur).2
21
USG Abdomen
USG
abdomen
merupakan
metode
lainnya
yang
digunakan
untuk
22
Tidak invasif
23
CT-Scan Abdomen
CT-Scan abdomen merupakan Gold Standar bagi pemeriksaan radiologi yang
penting dalam mengevaluasi pasien apendisitis dengan gejala yang tidak khas
terutama mereka yang tidak jelas anamnesis dan pemeriksaan fisis (CT-Scan
abdomen jarang digunakan pada wanita yang hamil maupun anak-anak mengingat
efek radiasi yang ditimbulkan).4.12
Keuntungan dari CT-Scan abdomen meliputi sensitifitas dan akurasi yang
tinggi dibandingkan dengan tehnik pemeriksaan radiologi lainnya (sensitifitas dan
spesifitas CT-Scan abdomen hampir sama yaitu mencapai 95% = sensitivitas: 94%,
spesifitas: 95%)4.12, dalam hal ini CT-Scan abdomen lebih akurat dibandingkan
dengan USG abdomen untuk mendiagnosis apendisitis pada orang dewasa dan anak
remaja.4 Keuntungan lainnya CT-Scan tidak invasive, dan mempunyai potensi untuk
mengevaluasi kelainan akut abdominal lainnya.4.5 Kerugiannya antara lain pasien
akan terpapar oleh radiasi, berpotensi untuk menimbulkan reaksi anafilaktik pada
pemakaian kontras intravena, waktunya lebih lama jika digunakan kontras melalui
mulut, dan pasien akan merasa tidak nyaman jika digunakan kontras melalui rektum.4
CT-Scan abdomen merupakan metode yang dapat digunakan untuk
membedakan periappendiks flegmon dengan abses.6
menunjukkan adanya obstruksi usus atau perforasi, benda asing dan pada kasus yang
jarang dapat memperlihatkan adanya apendikolith pada apendiks.1.6 Adanya
apendikolith pada pasien dengan gejala apendisitis yang jelas adalah besar
24
Gambar 8. Menunjukkan foto polos abdomen posisi supine yang diambil pada
pasien dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah yang hebat. Adanya lesi pada
tulang panggul kanan yang mungkin menyebabkan nyeri. Foto polos abdomen dapat
digunakan untuk mengevaluasi kasus lain yang yang menyebabkan nyeri akut
maupun kronik abdomen.
c. Clinical Diagnostic Score
25
Pemeriksaan lainnya yaitu melalui sistem skoring. Yang terkenal adalah yang
dikenal dengan istilah MANTRELS Score (Skor Alvarado).
Characteristic
Score
A = Anorexia
N = Nausea and vomiting
T = Tenderness in RLQ
R = Rebound pain
E = Elevated temperature
L = Leukocytosis
S = Shift of WBC to the left
Total
Nilai :
1
1
2
1
1
2
1
10
<4
: bukan
4-7
: ragu-ragu (observasi)
>7
G. DIAGNOSIS BANDING
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding.1 Gastroenteritis adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan
apendisitis. Pada kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit
akan meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri
tidak jelas dan berpindah-pindah. Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas.
Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu observasi berkala akan dapat
menegakkan diagnosis.3
Adenitis mesenterikum, divertikulitis Meckeli, enteritis regional, amubiasis,
ileitis akut, perforasi ulkus duodenik, kolik ureter, salfingitis akut, kehamilan ektopic
terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan dengan apendisitis.
Pneumonia lobus kanan bawah kadang-kadang juga berhubungan dengan nyeri perut
26
H. PENATALAKSANAAN
Pada penatalaksanaan pasien dengan apendisitis beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain: 1) Penatalaksanaan sebelum operasi, 2) Operasi apendektomi,
3) Penatalaksanaan pascaoperasi 4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi.3
1. Penatalaksanaan Sebelum Operasi
Penatalaksanaan pada pasien apendisitis dimulai dengan memelihara pasien
dari makanan maupun minuman apapun sebagai persiapan operasi. Drips intravena
untuk hidrasi pasien. Antibiotik diberikan secara intravena seperti cefuoxamine dan
metronidazole untuk membunuh bakteri dan mengurangi infeksi perut maupun
komplikasi postoperative pada luka di perut. 12 Antibiotik yang digunakan merupakan
27
antibiotik gram negative spektrum luas dan anaerobik. 4 Bagaimanapun secara umum,
apendisitis tidak dapat diobati hanya dengan pemberian antibiotik saja, tetapi
memerlukan operasi.2
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan.
Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila
dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan
abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang
secara periodik. Foto abdomen dan torak tegak dilakukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan
dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya
gejala.3
2. Operasi Apendiks
Pembedahan pada kasus apendisitis akut dilakukan oleh ahli bedah dengan
mengangkat apendiks. Pada operasi ini diperlukan kerja sama dengan ahli anestesi,
dan biasanya anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi umum jika lambung
kosong (tidak terisi makanan sejak 6 jam yang lalu), dapat pula dengan menggunakan
anestesi spinal.12 Operasi dapat saja dengan membuat insisi kecil pada perut bagian
bawah (apendektomi) atau dengan menggunakan laparoskop yaitu membuat insisi
kecil sebanyak tiga atau empat buah. Pada kasus lain yang dicurigai apendisitis dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan laparoskopi. Laparoskopi lebih disukai pada
operasi terbuka karena insisi lebih kecil sehingga luka yang dihasilkan sedikit, waktu
perawatan di rumah sakit lebih cepat, dan nyeri lebih sedikit. 2.4 Kerugiannya yaitu
membutuhkan biaya yang lebih mahal, dan waktu operasi kira-kira 20 menit lebih
lama dibandingkan dengan open apendektomi.4 Pembedahan laparoskopi dikenal
juga sebagai minimally invasive surgery (MIS), bandaid surgery, atau keyhole
28
surgery, atau pinhole surgery yang merupakan tehnik operasi modern pada abdomen
dengan membuat insisi kecil (biasanya 0.5-1.5cm).17
Operasi laparoskopi apendektomi ini berhasil kira-kira 90% pada apendisitis
perforasi. Kontraindikasinya pada pasien dengan intra-abdominal adhesi yang
signifikan.4
Apendektomi direncanakan pada infiltrate periapendikuler tanpa pus yang
telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberikan antibiotik kombinasi yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8
minggu kemudian, dilakukan apendektomi. Pada anak kecil, wanita hamil, dan
penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi
abses, dapat dipertimbangkan membatalkan tindakan bedah.1
SERI APENDEKTOMI
Appendix terinfeksi
29
Insisi menurut Mc Burney (grid incision atau muscle splitting incision). Sayatan
dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan SIAS
(Spina Iliaka Anterior Superior) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral
(titik Mc Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Otot-otot
dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, setelah itu akan
tampak peritoneum parietal (mengkilat dan berwarna biru keabu-abuan) yang
disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum dikenali dari ukurannya yang
30
lebih besar, mengkilat, lebih kelabu/putih, dan tidak mempunyai haustrae dan
taenia koli. Basis apendiks dicari pada pertemuan ketiga taenia koli.3
Tehnik inilah yang paling sering digunakan karena keuntungannya tidak mungkin
terjadi benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada
alat-alat tubuh, dan masa istirahat pasca bedah yang lebih pendek karena
penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya adalah lapangan operasi terbatas, sulit
diperluas, dan waktu operasi lebih lama. Lapangan operasi dapat diperluas dengan
memotong otot secara tajam.3
Insisi menurut Roux (Muscle cutting incision). Lokasi dan arah sayatan sama
dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung menembus dinding otot perut
tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak peritoneum. Keuntungannya
adalah lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas, sederhana, dan mudah.
Kerugiannya bahwa diagnosis harus tepat sehingga lokasi dapat dipastikan, lebih
banyak memotong saraf dan pembuluh darah sehingga pendarahan lebih banyak,
masa istirahat pasca operasi lebih lama karena adanya benjolan yang mengganggu
pasien, nyeri pasca operasi lebih sering, kadang-kadang ada hematoma yang
terinfeksi, dan masa penyembuhan lebih lama.3
Insisi Pararektal. Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rectus abdominis
dextra secara vertical dari cranial ke kaudal sepanjang 10 cm. Keuntungannya,
tehnik ini dapat dipakai pada kasus-kasus apendisitis yang belum pasti dan kalau
perlu sayatan dapat diperpanjang dengan mudah. Sedangkan kerugiannya, sayatan
ini tidak secara langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan
memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar, dan untuk menutup luka operasi
diperlukan jahitan penunjang.3
3. Penatalaksanaan Pascaoperasi
Pascaoperasi apendektomi, perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dalam, syok, hipertermia, atau gangguan
pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan
31
lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, maka
pasien dipuasakan terus sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum mulai dari 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk ditempat tidur selama
2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat duduk dan berdiri di luar kamar. Hari
ketujuh jahitan dapat diangkat dan diperbolehkan pulang.3
4. Penatalaksanaan Gawat Darurat Non-Operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam
peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.3
I. KOMPLIKASI
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecendrungan untuk menjadi
progresif dan perforasi.3 Komplikasi apendisitis yang paling sering adalah ruptur.
Ruptur terjadi apabila apendisitis tidak didiagnosa dan ditangani dengan cepat dan
tepat. Mereka yang beresiko tinggi mengalami ruptur apendiks adalah bayi, anakanak, dan mereka yang lebih tua. Ruptur ini dapat berkembang menjadi abses dan
peritonitis. Peritonitis merupakan infeksi yang sangat berbahaya, dimana terjadi
perforasi sehingga bakteri dan bagian lainnya bocor ke dalam rongga perut. Pada
beberapa pasien peritonitis ini menyebabkan kegagalan organ dan terjadi kematian.2
J. PROGNOSIS
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan
32
morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi yaitu peritonitis. Serangan berulang
dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminology apendisitis kronik sebenarnya
tidak ada.3.12 Waktu penyembuhan bergantung pada usia, kondisi pasien, keadaan
gizi, komplikasi dan berbagai kondisi lainnya (konsumsi alkohol), tetapi biasanya
penyembuhannya berlangsung antara 10-28 hari. Untuk anak-anak yang usianya lebih
muda (sekitar 10 tahun) penyembuhan berlangsung kira-kira 3 minggu. Seorang
dokter menganjurkan agar pasien tidak mengkonsumsi alkohol setelahnya.12
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong de Wim, Sjamsuhidajat.Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum. In; R.
Sjamsuhidajat, Wing de Jong, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2 th ed. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC; 2002. 639-46
33
2. Anonyma.
Appendicitis.
Available
from
URL;
James
Garrett,
editors.
Available
from
URL;
Appendectomy
Series.
Available
from
URL;
http://health.allrefer.com/health/appendectomy-appendectomy-series-2.html. Last
up date July 22, 2007.
34
11. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Lambung dan Duodenum. In; Sylvia
Anderson Price, Lorraine McCaerty Wilson, editors. Patofisiologi. 4th ed. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. 401-2.
12. Hobler.
Appendicitis.
Available
from
URL;
Human
Anatomy.
Available
from
URL;
17. Anonyma.
Laparoscopic
Surgery.
Available
from
URL;
18. Labeda Ibrahim. Akurasi Diagnosis Apendisitis Akut berdasarkan Sistem Skor
Kalesaran Mei-Oktober 1998. In: dr Ibrahim Labeda, SpB-KBD, dr. Murni A. Rauf,
SpB-KBD, dr.Djumadi Achmad, Sp.PA, dr. Nadjib Bustan, dan dr. John Pieter,
editors. Kumpulan Makalah Ilmiah Sebagai Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis I Ilmu Bedah FK-UH. 1999.
35