Anda di halaman 1dari 15

COASTAL PHYSICAL TYPOLOGY ANALYSIS FOR SUSTAINABLE

TOURISM (Case Study: Bulukumba District South Sulawesi)

A. Latar Belakang
Proses yang terjadi di laut dan di darat membentuk jenis pesisir
tertentu (tipologi pesisir). Tipologi pesisir ditentukan oleh proses genetic
dan material penyusunnya, sehingga setiap tipologi pesisir tertentu akan
memberikan ciri-ciri pada bentanglahan (landscape) dan berbagai macam
sumberdaya yang ada pada wilayah pesisir tersebut. Zonasi tipologi fisik
pesisir

akan

mempermudah

dalam

melakukan

perencanaan

dan

pengelolaan pesisir secara tepat sesuai dengan kondisi dan kapasitasnya.


Perencanaan mempunyai fungsi penting untuk mengarahkan
pemanfaatan

dan

pengelolaan

wilayah

pesisir

yang

mendukung

pembangunan berkelanjutan. Tipologi pesisir merupakan unit analisis


yang digunakan untuk membuat perencanaan. Aspek lainnya yang
menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan adalah kerentanan
pesisir terhadap bencana (CVI) yang dihitung berdsarkan tipologi fisik
pesisir dan karakteristik sosial masyarakat pesisir. Tipologi fisik pesisir ,
CVI dan karakteristik sosial masyarakat pesisir adalah nilai kebaruan dari
penelitian ini. Artinya adalah tipologi pesisir, CVI dan karakteristik sosial
masyarakat adalah input awal untuk menyusun perencanaan wilayah
pesisir yang mendukung pembangunan wilayah secara berkelanjutan.

Pengembangan

kawasan

pesisir

harus

mengikuti

pola

keberlanjutan dan keterpaduan agar pemanfaatan kawasan pesisir


tersebut tidak merugikan satu sama lainnya. Keberlanjutan mengandung
arti integritas lingkungan perbaikan kualitas hidup, serta keadilan antar
generasi,

sedangkan

keterpaduan

mengandung

arti

keterpaduan

perencanaan antara nasional. Propinsi, regional, dan lokal maupun


keterpaduan

perencanaan

antar

sektor

pada

tiap-tiap

tingkat

pemerintahan, seperti keterpaduan antar sektor pariwisata dan sektor


perikanan di tingkat regional (Khakim, 2009).
Dibutuhkan

unit

analisis

yang

sesuai

untuk

menyusun

perencanaan pengembangan kawasan pesisir secara terpadu untuk


mendukung pembangunan berkelanjutan. Tipologi pesisir dapat dijadikan
sebagai unit analisis (Khakim, 2009) ditambah dengan kerentanan wilayah
pesisir terhadap bencana dan karakteristik sosial masyarakat. Wilayah
yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Bulukumba, Propinsi
Sulawesi

Selatan.

Kabupaten

Bulukumba

merupakan

salah

satu

kabupaten yang mengalami erosi pantai yang terparah di Sulawesi


Selatan. Hasil survey menunjukkan beberapa pantai di Kabupaten
Bulukumba masuk dalam kategori kritis (see figure 1).
Salah satu potensi wilayah pesisir yang dimiliki Kabupaten
Bulukumba yang potensial untuk dikembangkan adalah pariwisata.
Pariwisata merupakan aktivitas multi sektor yang terkait dengan ekonomi,

seni, budaya, sosial masyarakat dan lingkungan. Pembangunan di bidang


pariwisata

harus

mempertimbangkan

sektor-sektor

terkait

dalam

perumusan kebijakan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya


pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus
kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan
sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa,
memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa,
serta mempererat persatuan antarbangsa. Uraian mengenai tujuan
pembangunan di bidang pariwisata tersebut mensyaratkan pertimbangan
ekonomi, sosial dan ekologi dalam pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan.
Kegiatan wisata yang dilakukan di wilayah pesisir dikategorikan
sebagai pariwisata pesisir. Khakhim (2009) mengemukakan bahwa
pariwisata pesisir merupakan aktivitas wisata yang dilakukan di wilayah
pesisir dengan obyek daya tarik yang bersumber dari potensi bentang laut
(seascape) maupun bentang darat pesisir (coastal landsacape). Konsep
pengembangan

pariwisata

pesisir

berdasarkan

pada

aspek

mempertahankan kelestarian lingkungan, meningkatkan kesejahteraan


masyarakat setempat dan menjamin kepuasan pengunjung. Konsep
mempertahankan kelestarian lingkungan terkait dengan atribut fisik dan
proses alami di wilayah pesisir yang dapat di dekati melalui aspek tipologi
fisik wilayah kepesisiran, kerentanan terhadap bencana, kesesuaian dan

daya dukung kawasan wisata. Kesejahteraan masyarakat setempat dapat


dilihat dari karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan bagaimana
masyarakat memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta dari aktivitas
wisata. Kepuasan pengunjung sangat penting mengingat sumber utama
pendapatan pariwisata pesisir adalah dari pengunjung. Salah satu
pendekatan untuk menjamin kepuasan pengunjung adalah dengan
mengkaji persepsi pengunjung terhadap pemandangan (view) obyek
wisata dan kebutuhan wisatawan terhadap sarana prasana obyek wisata.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dari peneilitian ini adalah:
1. Menganalisis tipologi fisik wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba.
2. Menganalisis potensi dan kondisi sumber daya pesisir Kabupaten
Bulukumba untuk kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata
pesisir.
3. Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten
Bulukumba untuk pengembangan Kawasan Wisata Pesisir.
4. Merumuskan strategi pengembangan kawasan wisata Pantai Angin
Mamiri dan Tanjung Bayang yang mendukung pengembangan
pariwisata pesisir berkelanjutan.

B. Metode Penelitian
1. Analisis Peta
Tahapan yang diperlukan untuk mendapatkan tipologi fisik pesisir,
kesesuaian lahan untuk kegiatan pariwisata adalah dengan menghimpun

informasi-informasi spasial terkait kriteria tipologi fisik pesisir dan


kesesuaian wisata. Informasi tersebut dihimpun dari citra satelit, peta rupa
bumi indonesia yang diperkuat dengan survei lapangan. Setelah
mendapatkan informasi yang dibutuhkan, kemudian tiap informasi tersebut
diklasifikasikan berdasarkan tipologi pesisir dan kesesuaian lahan untuk
wisata.
2. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) tertutup dan terbuka. Pertimbangan menggunakan pertanyaan
tertutup dan terbuka dalam wawancara adalah jumlah sampel dan
kemudahan untuk menganalisa. Pertanyaan tertutup digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam jumlah yang besar sehingga
memudahkan dalam analisis data. Pertanyaan terbuka cocok digunakan
untuk mewawancarai responden dalam jumlah yang sedikit, dalam hal ini
tokoh kunci yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan terkait
dengan tujuan penelitian.
3. Survei Lapang
Survei lapang merupakan pengumpulan data primer dengan
mengamati dan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Data-data
yang dikumpulkan melalui observasi lapangan meliputi data biofisik
kawasan, sosial ekonomi masyarakat dan foto kawasan wisata. Data yang

dihimpun menggunakan metode survei adalah data atau informasi yang


tidak didapatkan dari literatur yang tersedia.
4. Studi Literatur
Data yang dihimpun dari karya ilmiah sejenis tersebut digunakan
untuk mendukung analisis data dan pembahasan dalam menyusun
laporan penelitian. Jenis dan metode pengumpulan data yang digunakan
mengacu pada tujuan penelitian. Komponen data, jenis data, sumber dan
metode
pengumpulan
pada Tabel
Tabel 1. Komponen,
jenisdata
dan dapat
metodedilihat
pengumpulan
data 3.1.
N

Tujuan
Komponen Data

o
1.

Sumber dan Metode

Jenis

Penelitian

Data

Pengumpulan Data
Primer
Sekunder

Menganalisi 1. Citra landsat 8


1. Sekun
2. Peta
Geologi
s
tipologi
der
skala 1 : 50.000 2. Sekun
fisik wilayah 3. Peta Rupa Bumi
der
pesisir
Skala 1 : 25.000
4. Gelombang,
3. sekun
Kabupaten
pasang
surut,
der
Bulukumba
arus, kedalaman 4. Sekun

- Instansi
Pemerintah

laut, iklim, angin

2.

der

Menganalisi A. Kesesuaian
s

potensi

dan kondisi

Kawasan
Wisata

Primer - Survei

sumber

1. Tipe pantai
2. Lebar pantai

daya pesisir
3. Kedalaman
perairan
4. Material

dan

arus
6. Kemiringan

der
Primer
Primer

daya

dukung
kawasan

pantai
7. Kecerahan

wisata
pesisir.

- Peta LPI

perairan
5. Kecepatan

dasar

kesesuaian

&

- Layang-layang
der
Sekun
Arus
- Peta RBI
der
- Seichi Disc
Primer - Survei
- Survei
Primer - Tracking GPS
- Citra satelit
Sekun

untuk

- Citra satelit

sekun - Survei

Kabupaten
Bulukumba

Primer - Survei

perairan
8. Penutupan

&
Sekun

lahan pantai
9. Biota
berbahaya
10. Jarak

der
Primer
Primer

Ketersediaa

&

n Air Tawar

sekun
der

B. Daya

Dukung
- Survei

Kawasan
1. Luas/panjan

Primer
- Pengelola
&

garis
sekun - Kuisioner

pantai
2. Waktu yang
disediakan

- Citra Satelit

der
Sekun

kawasan

der

wisata
3. Waktu yang -

Primer

dihabiskan
pengunjung

C. Touristic
Ecological
Footprint (TEF)
1. Makanan

- Kuisioner
-

&

2. Akomodasi

- Kuisioner

Sekun - Kuisioner

3. Komponen
transportasi
4. Limbah

Primer - Kuisioner

der
Primer
&
Sekun

der
Primer
&
Sekun

der
Primer
&
sekun
der

- BPS
- Studi literatur
- Citra satelit
- Studi literatur

D. Kualitas
Bersih

Air
(Air

Tawar)
1. Salinitas
2. pH
3. DHL
4. TDS

Primer Primer Primer


Primer

Water Checker
Water Checker
Water Checker
Water Checker

E. Preferensi
Visual Lanskap
1. Tipologi fisik

Primer

Primer

Tipologi
Fiisk

wilayah
pesisir
2. Foto
Kawasan

Camera

wisata

F. Coastal
Vulnerability
Index
1. Elevasi

2. Rat-rata
pergeseran
garis pantai
3. Rata-rata

Sekun

Elevation

der

Model
Citra Landsat

Digital

Sekun
8
der

Instansi

Sekun
Pemerintah

pasang surut
4. Tinggi

der
-

Maksimum

Sekun

Sekun

Instansi
Pemerintah

der

Gelombang
significant

Peta Geologi
Peta

5. Geologi
6. Geomorfolog 2.

i
Menganalisi 1. Tingkat
s

kondisi

pendidikan
2. Mata

sosial
ekonomi
masyarakat
pesisir.

pencaharian
3. Tenaga
kerja
(asal)
4. Pendapatan
5. Persepsi
terhadap
kawasan wisata

der
Sekun
der
Primer Primer Primer Primer Primer -

Geomorfologi

Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara

4.

Merumuska
n

strategi

pengemban
gan
kawasan
wisata
pesisir

Sekun
der

Analisis Data
Hasil Survey
Lapang

DAFTAR PUSTAKA

Addo, Kwasi A. 2013. Assesing Coastal Vulnerability Index to Climate


Change: The Case of Accra Ghana. Department of Marine and
Fisheries Cinces University of Ghana

Badan Informasi Geospasial. 2014. http://www.bakosurtanal.go.id/beritasurta/show/indonesia-memiliki-13-466-pulau-yang-terdaftar-danberkoordinat. Diakses pada tanggal 21 Desember 2014.

Khakhim. 2009. Kajian Tipologi Fisik Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta


Untuk Mendukung Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah
Pesisir. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan


Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Disampaikan Pada
Seminar Sains 21 Februari pada Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Peng, L., Guihua, Y. 2007. Ecological Footprint Study on Tourism Itinerary


Products in Shangri-La, Yunnan Province, China. El Sevier
Science Ltd.

Mutaali, L. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan


Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Daniel, T.C., dan Boster, R.S. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: The
Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service Research
Paper RM-167.

Anda mungkin juga menyukai