Anda di halaman 1dari 21

Oktober 2015

PARASITOLOGI

OLEH:
NAMA

: PRATIWI

STAMBUK

: N 111 12 040

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

PROTOZOA
1. Plasmodium
a. Morfologi
Plasmodium yang menginfeksi manusia dan vertebrata lainnya ada 4 jenis, yaitu:
Plasmodium falciparrum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae,
termasuk dalam kelompok protista mirip hewan, sporozoa (Apicomplexa), yang merupakan
parasit dengan siklus hidup yang kompleks. Empat jenis plasmodium mempunyai struktur
morfologi yang berbeda saat menginfeksi sel darah dan fisiologi yang berbeda setiap spesies
plasmodium. Plasmodium senang hidup pada daerah yang tropis atau subtropis dengan suhu
berkisar antara 16 C 33 C, jika suhu lebih rendah/lebih tinggi dari suhu idealnya maka
tahap sporogoni tidak akan terjadi. Selain suhu juga ditunjang dengan kelembaban yang ideal
60% serta daerah yang curah hujan tinggi, hal inilah yang membuat penularan malaria terjadi
tiap tahun atau mengalami peningkatan pada bulan tertentu atau musiman.
1. Plasmodium vivax
Spesies plasmodium ini menyebabkan penyakit malaria tertiana benigna atau
disebut Malaria tertiana. Nama tertiana dilihat berdasarkan timbulnya gejala demam terjadi
setiap 48 jam. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan subtropik, kejadian penyakit
malaria 43% disebabkan oleh P.vivax. Proses skizogoni eksoeritrositik dapat terus terjadi
sampai 8 tahun, disertai dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru
terhadap eritrosit. Kejadian relaps dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode
laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu.
Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (retikulosit), dan tidak dapat
menyerang/tidak mampu menyerang eritrosit yang masak. Segera setelah invasi ke dalam
eritrosit langsung membentuk cincin, sitoplasma menjadi aktif seperti ameoba membentuk
pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut vivax. Infeksi terhadap eritrosit lebih
dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat trophozoit berkembang eritrosit
membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut
schuffners dot. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di
dalamnya. Cincin menempati 1/3 - 1/2 dari eritrosit dan trophozoit menempati 2/3 dari sel
darah merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin mulai terakumulasi sesuai dengan
pembelahan nukleus dan terulang lagi sampai empat kali, terdapat 16 nuklei pada skizon yang

masak. Bila terjadi imunitas atau diobati kemoterapi hanya terjadi sedikit nukleus yang dapat
diproduksi. Proses skizogoni dimulai dan granula pigmen terakumulasi dalam parasit.
Merozoit yang bulat dengan diameter 1,5 m langsung menyerang eritrosit lainnya.
Skizogoni dalam eritrosit memakan waktu 48 jam.
Beberapa merozoit berkembang menjadi gametosit dan gametosit yang masak mengisi
sebagian besar eritrosit yang membesar (10 m). Sedangkan mikrogametosit terlihat lebih
kecil dan biasanya hanya terlihat sedikit dalam eritrosit. Gametosit memerlukan empat hari
untuk masak. Perbandingan antara makro: mikrogametosit adalah 2:1, dan salah satu sel
darah kadang diisi keduanya (makro+mikro) dan skizon.
2. Plasmodium falciparum
Penyakit malaria yang disebabkan oleh spesies ini disebut juga malaria tertiana
maligna, adalah merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia.
Daerah penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan subtropik, dan kadang dapat meluas
ke daerah yang lebih luas, walaupun sudah mulai dapat diberantas yaitu di Amerika Serikat,
Balkan dan sekitar Mediterania. Plasmodium falciparum adalah pembunuh terbesar manusia
di daerah tropis di seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50% penderita malaria tidak
tertolong.
Seperti pada malaria lainnya, skizon eksoeritrositik dari P. falciparum timbul dalam
sel hati. Skizon robek pada hari kelima dan mengeluarkan 30.000 merozoit. Di sini tidak
terjadi fase eksoeritrositik kedua dan tidak terjadi relaps. Tetapi penyakit akan timbul lagi
sekitar satu tahun, biasanya sekitar 2-3 tahun kemudian setelah infeksi pertama. Hal tersebut
disebabkan oleh jumlah populasi parasit yang sedikit di dalam sel darah merah.
Merozoit menyerang sel darah merah pada semua umur, disamping itu P. falciparum
terdiri dengan tingkat parasitemia yang tinggi dibanding malaria lainnya. Sel darah yang
mengandung parasit ditemukan dalam jaringan yang paling dalam seperti limpa dan sumsum
tulang pada waktu skizogoni. Pada waktu gametosit berkembang, sel darah tersebut bergerak
menuju sirkulasi darah perifer, biasanya terlihat sebagi bentuk cincin.
Tropozoit bentuk cincin adalah yang paling kecil diantara parasit malaria lainnya yang
menyerang manusia, sekitar 1,2 m. Begitu tropozoit tumbuh dan mulai bergerak dengan
pseudopodi, pergerakannya tidak seaktif infeksi P. vivax. Eritrosit yang terinfeksi
berkembang menjadi irreguler dan lebih besar daripada

P. vivax, sehingga menyebabkan

degenerasi sel hospes.


Skizon yang masak berkembang menjadi 8-32 merozoit, pada umumnya 16 merozoit.
Skizon sering ditemukan pada darah perifer, fase eritrosit ini memakan waktu sekitar 48 jam.

Pada kondisi yang berat, saat terjadi parasitemia ditemukan lebih dari 65% eritrosit
mengandung parasit, tetapi biasanya pada kepadatan 25% saja sudah menyebabkan fatal
(gambar 1).
3. Plasmodium malariae
Infeksi parasit P. malariae disebut juga malaria quartana dengan terjadinya krisis
penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut dikenali sejak Zaman Yunani, karena waktu demam
berbeda dengan parasit Malaria tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan antara
demam karena penyakit Malaria tertiana dengan quartana dan memberikan deskripsi yang
akurat dimana parasit tersebut diketahui sebagai P. malariae.
Plasmodium malariae adalah parasit kosmopolitan, tetapi distribusinya tidak tetap
disetiap lokasi. Parasit ditemukan di daerah tropik Afrika, Birma, India, Sri Lanka, Malaysia,
Indonesia, New Guienia dan Eropa. Juga tersebar di daerah baru seperti Jamaica, Guadalope,
Brazil, Panama dan Amerika Serikat. Diduga parasit menyerang orang di zaman dulu, dengan
berkembangnya peradaban dan migrasi penduduk, kasus infeksi juga menurun.
Skizogoni eksoeritrositik terjadi dalam waktu 13-16 hari, dan relaps terjadi sampai 53
tahun. Bentuk eritrositik berkembang lambat di dalam darah dan gejala klinis terjadi
sebelumnya, dan mungkin ditemukan parasit dalam ulas darah. Bentuk cincin kurang motil
dari pada Plasmodium vivax, sedangkan sitoplasma lebih tebal. Bentuk cincin yang pipih
dapat bertahan sampai 48 jam, yang akhirnya berubah bentuk memanjang menjadi bentuk
band yang mengumpulkan pigmen di pinggirnya. Nukleus membelah menjadi 6-12
merozoit dalam waktu 72 jam. Tingkat parasitemianya relatif rendah sekitar satu parasit tiap
20.000 sel darah. Rendahnya jumlah parasit tersebut berdasarkan fakta bahwa merozoit hanya
menyerang eritrosit yang tua yang segera hilang dari peredaran darah karena didestruksi
secara alamiah.
Gametosit mungkin berkembang dalam organ internal, bentuk masaknya jarang
ditemukan dalam darah perifer. Mereka berkembang sangat lambat untuk menjadi sporozoit
infektif.
4. Plasmodium ovale
Penyakit yang disebabkan infeksi parasit ini disebut malaria tertiana ringan dan
merupakan parasit malaria yang paling jarang pada manusia. Plasmodium ovale tersebar di
daerah tropik, tetapi telah dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan Eropa, dilaporkan di
daerah Pantai Barat Afrika yang merupakan lokasi asal kejadian, penyakit berkembang ke

daerah Afrika Tengah dan di Afrika Timur. Juga di Philipina, New Guenia dan Vietnam.
Plasmodium ovale sulit didiagnosis karena mempunyai kesamaan dengan P. vivax.
Skizon yang masak berbentuk oval dan mengisi sebagian dari sel darah hospes.
Biasanya akan terbentuk 8 merozoit, dengan kisaran antara 4-16. Bentuk titik (dot) terlihat
pada awal infeksi ke dalam sel darah merah. Bentuknya lebih besar dari pada P. vivax dan
bila diwarnai terlihat warna merah terang.
Gametosit dari P.ovale memerlukan lebih lama dalam darah perifer daripada malaria
lainnya. Tetapi mereka cepat dapat menginfeksi nyamuk secara teratur dalam waktu 3 minggu
setelah infeksi.

Gambar 1.Perbedaan morfologi plasmodium (US Namru, 2006)

b. Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup plasmodium sangat kompleks (lihat gambar 2) dengan fase pertumbuhan
yang berbeda sesuai jenis plasmodium. Siklus dimulai dari sporozoit, fase infeksi
plasmodium disuntikan dari kelenjar saliva nyamuk yang terinfeksi saat mengigit manusia.
Diikuti inokulasi, sporozoit masuk ke dalam darah dalam waktu 30 menit. Walaupun banyak
yang mati oleh sel darah putih, tetapi beberapa dari sporozoit tersebut masuk ke dalam sel
hati. Siklus hidup plasmodium dibagi dalam dua fase, Yaitu :
1. Fase vertebrata (Fase aseksual)
Bila

nyamuk

terinfeksi

plasmodium

menghisap

darah

vertebrata,

nyamuk

menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan memanjang masuk
ke dalam aliran darah. Pada dasarnya sporozoit dengan panjang 10-15 m dan diameter 1 m
masuk aliran darah sporozoit langsung masuk ke dalam parenkim hati atau organ internal
lainnya. Fase ini disebut fase pre erytrocytic atau exoerytrocytic primer (schizogony).
Di dalam sel hati, parasit bermetamorfosis menjadi tropozoit, setelah sekitar satu
minggu, tropozoit masak dan mulai mengalami proses skizogoni. Merozoit yang terbentuk
terjadi setelah proses skizogoni lebih pendek daripada sporozoit. Merozoit masuk ke sel hati
lainnya dan membentuk skizon kemudian membentuk merozoit lagi.
Merozoit meninggalkan sel hati berpenetrasi ke dalam sel eritrosit, ini adalah awal fase
erytrocytic. Begitu masuk eritrosit, merozoit berubah bentuk menjadi tropozoit lagi.
Parasit cepat berkembang menjadi skizon. Bilamana perkembangan merozoit telah
sempurna, maka sel pecah kemudian ke luar sel metabolik dari parasit. Banyak merozoit
dibunuh oleh sel retikulo endotelial dan leukosit, tetapi masih ada sejumlah merozoit yang
berparasit dalam sel hospes.
Setelah beberapa generasi proses reproduksi aseksual tersebut, beberapa merozoit
masuk ke dalam sel eritrosit dan membentuk macrogametocyt dan microgametocyt,
gametocytogenesis mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan nyamuk,
gametosit segera akan mati atau dimakan oleh sel phagosit dalam sistem retikulo endotelial.
2. Fase invertebrate (Fase seksual)
Bila eritrosit yang mengandung gemetosit dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka
gametosit berkembang menjadi gamet. Fertilisasi makrogamet dan mikrogamet akan
menghasilkan zigot diploid yang dengan cepat berkembang menjadi ookinete yang motil
dengan bentuk yang memanjang. Ookinete berpenetrasi ke membran periotropik dinding usus
nyamuk, bermigrasi ke haemokel usus dan berubah bentuk menjadi oosit. Oosit ditutupi
oleh kapsul segera setelah keluar dari haemokel. Selama perjalanannya tersebut zygot

membelah diri secara haploid sporoblast membelah menjadi ribuan sporozoit. Sporozoit ini
memecah oosit dan keluar bermigrasi dalam tubuh nyamuk, kemudian masuk ke dalam
kelenjar ludah nyamuk menunggu untuk diinjeksikan ke hospes vertebrata.

Gambar 2.Siklus hidup malaria (hhtp://www.cdc.org.gov/dpdx)

2. TOXOPLASMA GONDII
a. Morfologi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa tingkat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit), dan ookista (berisi sporozoit).
Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak
membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu
inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan
badan golgi. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia
termasuk manusia dan kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut
dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista
dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran
kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang
berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat

ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung. Di otak bentuk kista lonjong atau
bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot.
Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai
dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing
sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron. Toxoplasma gondii dalam
klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, berkembang biak secara seksual dan aseksual yang
terjadi secara bergantian.
b. Siklus hidup
Daur hidup Toxoplasma gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus
ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing. Siklus
ekstaintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing, domba. Pada
siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif.
Setelah mengalami sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif.
Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk ookista.
Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga sporozoit bebas. Sporozoitsporozoit ini menembus mukosa ileum dan mengikuti aliran darah dan limfa menuju berbagai
organ tubuh seperti otak, mata, hati dan jantung. Sporozoit bebas akan membentuk
pseudokista setelah berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista tersebut berisi
endozoit atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang
mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun
(infeksi laten).

HELMINTH
1 FILARIASIS
Larva yang infeksius keluar dari proboscis nyamuk pada saat nyamuk menghisap darah.
Larva tersebut jatuh dikulit dan masuk dalam kulit melalui luka bekas tusukan proboscis
nyamuk. Larva ini bermigrasi ke saluran limfe dan berdiam diri di kelenjar limfe terdekat. Di
kelenjar limfe inilah larva berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina. Kedua
cacing ini kemudian membentuk keturunan dengan jalan menghasilkan mikrofilaria (250300). Mikrofilaria ini akan segera muncul diperedaran darah 6 bulan -1 tahun kemudian.
Bilamana tidak terjadi reinfeksi, mikrofilaria ini dapat hidup selama 5-10 tahun.
Pada saat nyamuk menghisap darah, dapat saja mikrofilaria yang terdapat dalam
peredaran darah ikut terhisap dan masuk ke dalam lambung nyamuk. Dari lambung nyamuk,
larva ini berpenetrasi ke hemocele dan berkembang menjadi larva stadium I,II,III (L1, L2,
L3) di thorax nyamuk. Dari thorax larva L3 yang aktif dapat berpenetrasi kemana-mana
antara lain ke proboscis nyamuk. Unutk menjadi larva yang infeksius, dibutuhkan waktu
10-14 hari di tubuh nyamuk.
Pada hari kesepuluh biasanya tubuh nyamuk sudah penuh mengandung larva yang
berpenetrasi kemana-mana. Keadaan ini menyebabkan nyamuk tersebut mati dan dengan

sendirinya mengakibatkan menurunnya presentasi infeksi. Larva stadium III adalah larva
infeksius yang siap menginfeksi tubuh manusia. Bilamana nyamuk menghisap darah dan
menjatuhkan L3 ke kulit manusia sehingga siklus diatas terulang kembali.

Gambar 1. Siklus Hidup Filariasis


A Wuchereria bancrofti
Morfologi
Mikrofilaria W.bancrofti memiliki mikrofilaria berukuran 244-296. Tubuhnya
dikelilingi oleh selubung atau sheath. W.bancrofti strain nocturnal periodik memiliki sheath
yang biasanya terlepas sedangkan strain nocturnal subperiodik sheathnya tidak terlepas.
Bentuk tubuhnya panjang agak melengkung dengan dinding tubuh yang halus. Body
nucleinya terpisah-pisah atau berdiri sendiri-sendiri berwarna biru. Body nuclei tidak pernah
mencapai ujung ekornya. Cephalic space pendek, kira-kira sama dengan lebar tubuhnya.
Mikrofilaria ini hidup didalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu
saja, jadi mempunyai periodisitas.
Pada umumnya, mikrofilaria W. Bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya
mikrofilaria hanya terdapat di dalam tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria
terdapat di kapiler alat dalam (paru-paru, jantung, ginjal).

Gambar 2. Mikrofilaria W.bancrofti


Wuchereria bancrofti yang dewasa hidup di kelenjar limfe. Cacing dewasa berwarna
putih susu yang berbentuk seperti benang dan berkutikula halus. Cacing jantan berukuran
40mm sedangkan betina antara 80-100mm. Bagian posteriornya membulat. Cacing jantan
memiliki papilla di bagian posteriornya sebanyak 12 pasang. Spiculenya tidak begitu jelas
nampak.

Gambar 3. Wuchereria bancrofti jantan dan betina


B Brugia malayi
Morfologi
Seperti halnya Wuchereria bancrofti, mikrofilaria cacing ini juga memiliki sheath. Pada
pewarnaan, sheath tersebut berwarna merah muda terang. Pada slide yang dikeringkan
dengan cepat, mikorfilaria cacing ini masih mempertahankan sheathnya sehingga tampak
terbungkus seluruhnya oleh sheath. Bilamana slide dikeringkan secara perlahan-lahan,
nampak mikrofilaria ini terlepas dari sheathnya. Tubuh mikrofilaria ini tidak halus seperti
Wuchereria bancrofti melainkan lebih pendek, terpelintir dan banyak berlekuk (twisted and
kinky) dengan ukuran 177-230. Body nucleinya tidak tersusun secara terpisah-pisah,
melainkan bergerombol sampai bertumpang tindih satu sama lainnya. Pada pengecatan, body
nuclei ini berwarana ungu gelap. Disamping itu yang menjadi ciri khas ditemukannya satu
atau dua nuclei yang terletak di ujung ekornya dan dinamakan terminal nuclei. Cephalic
space pada brugia malayi lebih panjang dibandingkan Wuchereria bancrofti. Panjang cephalic
space mikrofilaria ini 2 kali panjang tubuhnya.
Cacing dewasa dapat ditemukan pada pembuluh limfe. Ukuran cacing dewassa jantan
adalah 260 x 0,08 mm sedangkan betina 55 x 0,16 mm. Morfologi cacing dewasa pada
dasarnya sama dengan Wuchereria bancrofti, hanya saja ukuran dan bentuk bangunan bagian
anterior dan posteriornya berbeda.

Gambar 4. Mikrofilaria Brugia malayi


C Brugia timori
Morfologi
Bentuk mikrofilaria Brugia timori mirip sekali dengan mikrofilarian Brugia malayi.
Namun keduanya dapat dibedakan berdasarkan ukuran panjang tubuhnya (Brugia timori lebih
panjang dari Brugia malayi). Cephalic space nya yang berukuran 3x lebar tubuhnya. Pada
pewarnaan giemsa, sheathnya terwarnai lebih pucat dibandingkan sheath Wuchereria
bancrofti dan Brugia malayi. Bentuk dewasanya juga berbeda dengan brugia malayi.

Gambar 5. Mikrofilaria Brugia timori


2

SCHISTOSOMIASIS
Trematode dewasa yang jantan berukuran 0,9-2,2 x 0,05 mm sedangkan yang betina

sedikit lebih besar yaitu 1,2-2,6 x 0,03 mm. Integumentnya tidak bertrabekula (digunakan
sebagai identifikasi). Cacing ini memiliki oral dan ventral sucker. Sistem pencernaannya
dimulai dari mulut, esofagus yang pendek dan lanjut ke dua buah ceca yang kemudian
bersatu menjadi satu saluran saja di posterior tubuh. Letak pertemuan kedua ceca ini sering
digunakan sebagai identifikasi. Saluran ekskresi dimulai dari flamel sel kemudian menuju
colecting tubulus dan vesika urinaria. Cacing jantan pendek tetapi kekar. Pada bagian ventral
tubuhnya terdapat lipatan yang berbentuk celah dan dinamakan gynecophoral canal.
Testisnya ada 7 berderet dalam 1 kolom dari situ terdapat 1 vas efferan, vas defferen dan
menjadi satu vesikula tunggal yang terltak di bawah ventral sucker. Cacing betina ramping
dan lebih panjang daripada yang jantan. Ovariumnnya berbentuk memanjang. Letak ovarium
cacing ini di tengah-tengah tubuh. Letak ovarium ini digunakan sebagai identifikasi.

Gambar 6. S.japonicum jantan dan betina


Telur cacing ini berwarna coklat, berbentuk bulat dan memiliki tonjolan di sebelah
lateral. Ukuran telur 89 x 67. Dalam sehari, betina mampu menghasilkan 1500 butir telur.
Miracidium trematoda ini berbentuk silinder dan tubuhnya ditutupi silia. Miracidium yang

berukuran 160 x 60 memiliki organ internal seperti misalnya saluran cerna dan gland sel
yang mampu menghasilkan enzim yang digunakan mempenetrasi host. Cercaria trematoda ini
memiliki ekor bercabang (forked tail) dan dinamakan pula ferrocercous. Antara badan dan
ekornya terdapat suatu pembatas berupa impression. Ekornya lebih panjang dari tubuhnya.
Cercaria memiliki ventral dan terminal sucker serta gland sel unutk melakukan penetrasi.
Flamel sel digunakan unutk membedakan ketiga spesies trematoda. Cercaria S.japonicum
biasanya terapung di air yang membedakannya dengan spesies lainnya yang cercarianya
menyebar di air.

Gambar 7. Telur S.japonicum


Schistosoma hidup terutama didalam vena mesenterika superior, dimana tempat ini
cacing betina akan menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau meninggalkan yang jantan
untuk bertelur didalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur berbentuk
oval hingga bulat dan memerlukan waktu beberapa hari untuk berkembang menjadi
mirasidium matang didalam kerangka telur. Massa telur menyebabkan adanya penekanan
pada dinding venula yang tipis, yang biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik
mirasidium yang masih berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur
menembus lumen usus yang kemudian keluar dari tubuh. Pada infeksi berat, beribu-ribu
cacing ditemukan pada pembuluh darah.
Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva menembus jaringan lunak dalam 5-7
minggu, membentuk generasi pertama dan kedua dari sporokista. Pada perkembangan
selanjutnya dibetuk serkaria yang bercabang. Serkaria ini dikeluarkan jika siput berada pada
atau dibawah permukaan air. Dalam waktu 24 jam, serkaria menembus kulit. Tertembusnya
kulit ini sebagai hasil kerja dari kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim proteolitik,
menuju aliran kapiler, ke dalam sirkulasi vena menuju jantung kanan dan paru-paru, terbawa
sampai ke jantung kiri menuju sirkulasi sistemik. Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini
diambil oleh Schistosoma muda pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Schistosoma
merayap melawan aliran darah sepanjang arteri pulmonalis, jantung kanan dan vena cava
menuju kehati melalui vena hepatica. Infeksi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang
tidak terbatas.
Menetasnya telur berlangsung didalam air walaupun dipengaruhi kadar garam, pH,
suhu dan aspek penting lainnya. Migrasi Schistosoma joponicum dimulai dari masuknya

cacing tersebut kedalam pembuluh darah kecil, kemudian ke jantung dan sistem peredaran
darah. Cacing yang sedang bermigrasi jarang menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi
kadang menimbulkan reaksi hebat pada tubuh penderita.

Gambar 8. Siklus hidup S.joponicum


SOIL TRANSMITTED HELMINTHS
1. Ascaris Lumbricoides
a. Morfologi
Cacing ini berbentuk silindris mirip cacing tanah dan disebut cacing gelang. Cacing
betina berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan cacing jantan dengan ukuran
panjangnya 22-35 cm (cacing jantan ukuran panjangnya 10-31 cm). tubuhnya berwarna
kuning kecoklatan, berkutikulum halus yang bergaris-garis lembut. Mulut mempunyai tiga
bibir yakni satu di bagian dorsal dan dua lainnya terletak subventral. Ekor cacing jantan
melengkung ke arah ventral, berpapil kecil dilengkapi dengan 2 spikulum yang masingmasing berukuran panjang 2 mm dan ujung posteriornya meruncing. Ekor cacing betina lurus
dan ujung posteriornya membulat (conical).

Cacing betina bertelur dan terdapat 4 maacm telur yaitu sebagai berikut:

b. Daur hidup
Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing
betina dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan kondisi yang menguntungkan,
embrio akan berubah di dalam telur menjadi larva yang infektif. Apabila manusia tertelan
telur yang infektif, larva akan keluar di duodenum dan menembus dinding usus halus, masuk

sirkulasi portal, kemudian ke jantung kanan, melalui pembuluh darah kecil paru sampai di
jaringan alveolar paru. Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas, kemudian tertelan, turun
ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus. Siklus hidup ini berlangsung sekitar 65
sampai 70 hari.

2. Trichuris trichiura
a. Morfologi
Cacing ini berbentuk mirip cambuk, sehingga disebut cacing cambuk. Bagian
anteriornya yang merupakan 3/5 bagian tubuhnya langsing mirip benang. Sedangkan 2/5
bagian tubuh lainnya merupakan bagian posterior yang tampak lebih gemuk. Bagian kaudal
cacing jantan melengkung ke ventral dan dilengkapi spikulum. Bagian kaudal cacing betina
membulat dan tumpul mirip koma. Cacing betina berukuran lebih besar dibanding cacing
jantan dengan ukuran panjang 4-5 cm (cacing jantan 3-4 cm).

Cacing betina bertelur. Telur berbentuk mirip biji melon dan berukuran 50um. Berkulit
tebal dan halus terdiri atas 2 lapis dan berwarna orange cokelat. Pada masing kutub
dilengkapi dengan tutup (plug) transparan. Telur berisi granula yang seragam, berwarna
kuning.

b. Daur hidup
Manusia mendapat infeksi dengan menelan telur yang infektif (telur yang mengandung
larva). Di duodenum larva akan keluar, menembus dan berkembang di mukosa usus halus dan
menjadi dewasa di sekum. Siklus ini berlangsung sekitar 3 bulan.

3. Hookworms (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)


a. Morfologi
Keduanya biasanya disebut cacing tambang. Cacing tambang berbentuk silindris
berwarna keputihan dan bermulut besar. Cacing betina berukuran panjang 9-11 mm dan
cacing jantan berukuran panjang 5-11 cm. bagian ujung posterior cacing jantan melebar
(bursa copulatriks), berfungsi memegang cacing betina pada saat kopulasi. Kedua spesies
cacing tambang berbeda morfologi dalam hal bentuk tubuh, rongga mulut, bursa kopulatoriks
(jantan) dan spinal kaudal (betina).

Ancylostoma duodenale
Bentuk tubuh menyerupai huruf C
Rongga mulut dilengkapi 2 pasang gigi

Necator americanus
Bentuk tubuh menyerupai huruf S
Rongga mulut dilengkapi plat pemotong

Dorsal ray bursa kopulatriks bercabang

(cutting plate)
Dorsal ray bursa kopulatriks bercabang

tiga dan lekukannya dangkal


Ekor cacing betina berspina kaudal

dua dan lekukannya dalam


Ekor cacing betina tidak berspina kaudal

Cacing tambang betina bertelur. Telur berbentuk oval, pada salah satu kutub lebih
mendatar (telur Necator americanus kutub-kutubnya lebih mendatar). Berukuran 50-60 um
(Necator americanus berukuran lebih panjang 70um). Berkulit tipis tampak sebagai salah satu
garis. Bagian dalam berwarna abu-abu pucat. Isi tergantung dari derajat maturitasnya. Pada
tinja segar telur terdiri dari 4, 8, atau 16 blastomer. Telur Necator americanus paling sedikit
terdiri atas 8 blastomer.

b. Daur hidup

Anda mungkin juga menyukai