.Hibridisasi di lakukan terhadap 4 tetua, induk induk jantan ditanam di rumah plastic dan
tetua betina ditanam di lapangan kebun Subang dari bulan Maret sampai Agustus 2011.,
bahan terdiri dari 4 parent ( tetua)LV 1043,, LV 2904 , LV 2906, dan LV 2908. Perbanyakan
menggunakan metode hibridisasi dan emaskulasi untuk tetua tetua betina, luas lahan 250m
di rumah plastic dan 750 m di lapangan.Tujuan Hibridisasi untuk menggabungkan dua sifat
atau lebih sehingga diperoleh benih Fi hibrida.
Hasil Hibridisasi antara tetua LV 1043 X LV 2904 menghasilkan 252 buah tua dan 1500
gram benih sedangkan antara tetua LV 2908 X LV 2906 menghasilkan 1 876 buah tua dan
1520 gram benih
Kata kunci ; benih, hibrida, mentimun, pelepesan varietas
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu sayuran yang penting di
Indonesia, khususnya di dataran rendah. Luas areal panennya menduduki urutan ke-3 setelah
cabai dan bawang merah dengan rata-rata produktivitas 48,121 ha/tahun dalam kurun waktu
tahun 1995 s/d 1999. Lima propinsi utama pertanaman mentimun, rata-rata luas areal panen,
produksi dan produktivitas selama tahu 1995 s/d 1999 tertera dalam
Tabel 1.
Dari sudut produktivitas rata-rata 5,3 ton/ha termasuk belum optimal, karena potensi
hasil, meurut hasil penelitian AVNET adalah 12-19 ton/ha (Sumpena dan Permadi, 1995).
Dari tiga varietas 0P yang telah dilepas tahun 1999, rata-rata potensi hasilnya adalah 21,6
ton/ha Sumpena dan Permadi, 1999) bahkan penelitian di Amerika Serikat menunjukkan
produktivitas 7 sampai 30 ton/ha (Lower & Edward, 1980).
Salah satu cara memperbaiki potensi hasil mentimun adalah melalui pembentukan
varietas hibrida. Penggunaan varietas hibrida pada mentimun dapat meningkatkan hasil 2439% apabila menggunakan tetua yang berkerabat jauh (Hayes and Jones, 1916, Cit, Whitaker
and Davis, 1962) melalui kerjasama penelitian AVNET diperoleh bermacam- macam
genotipe unggul dari negara-negara ASEAN. Variasi
genotipe tersebut memperlihatkan hubungan kekerabatan yang cukup jauh sehingga peluang
untuk membentuk varietas hibrida dari mecam-macam genotipe tersebut cukup besar.
Tabel 1.
Propinsi utama di Indonesia produsen mentimun, rata-rata luas panen, produksi dan
produktivitas antar tahun 1995 s/d 1999.
No.
Areal panen
Produksi
Produktivitas
(1.000 ha)
(ton)
(ton/ha)
Propinsi
1.
DKI
117
369
9.2
2.
Jawa Barat
17.136
120.012
7.0
3.
Jawa Tengah
5.747
13.797
5.0
4.
Yogyakarta
259
690
2.7
Jawa Timur
2.377
9.994
4.2
48.121
253.449
5.3
INDONESIA
Di Indonesia mentimun dikonsumsi sebagai lalaban (buah muda), sayur (buah agak
tua) tergantung preperensi konsumen setempat, atau sebagai acar, sari buah/juice, bahkan
untuk bahan baku kosmetik. Karena itu, selain daya hasil maka kualitas hasil menentukan
pilihan konsumsi setempat.
Pada tahun 2.000 dan tahun 2.001 dilakukan selfing sebanyak lima kali terhadap lima
galur mentimun calon tetua hibrida yang berasal dari : Indonesia (2 galur), dari Thailand (2
galur) dan dari Filiphina (1 galur) ,sehingga tingkat homozygote calon tetua hibrida tersebut
mencapai 97 sampai 100 persen. Pada tahun 2.002 dilakukan persilangan setengah dialel
terhadap 5 tetua mentimun hasil selfing, dan dihasilkan 10 kombinasi persilangan, untuk
mengetahui DGU (Daya Gabung Umum ) dan DGH (Daya Gabung Husus ) serta efek
Heterosis, benih-benih hasil persilangan ditanam kembali, menggunakan Rancangan Acak
Kelompok, diulang tiga kali dan ke 5 tetua di ikut sertakan sebagai control. Hasil pengujian
diperoleh tetua 1 dan tetua 3 merupakan penggabung umum yang baik untuk sifat kualitas
dan sifat kuantitas dan efek heterosis. Kombinasi persilangan yang berpotensi dijadikan
hibrida persilangan P1 X P3 , P1 X P4 , dan P4 X P5 ( Sumpena dan Permadi 2003. )
Pada tahun 2004 sampai tahun 2006 dilakukan UDHP dan UDHL terhadap 10 galur
hibrida serta 2 varietas hibrida yang beredar dipasaran ( Puket dan Herkules ), Rancangan
yang digunakan RAK, 12 Perlakuan dan 3 Ulangan, lokasi pengujian di Bogor, Subang ,
Indramayu, Garut, Lembang dan Blitar. Hasil pengujian menunjukan 2 galur hibrida setara
sampai lebih baik dari control, hibrida Puket dan Herkules (Sumpena dan Permadi, 2006).
Pada tahun 2010 telah dilakukan Uji daya hasil Lanjutan terhadap 3 calon varietas
kacang panjang, 3 calon varietas mentimun dan 3 calon varietas tomat yang menunjukan hasil
: Kacang panjang Pras 1, 2 dan Pras 3, Mentimun hibrida 1 dan hibrida 7 serta Tomat Cl 6046
di rekomendasikan sebagai calon varietas karena menunjukan potensi hasil setara sampai
lebih tinggi di banding dengan control.( Sumpena dkk 2010 ).
Cara tanam, benih disemai/ dikecambahkan diatas Petridis dengan media kertas saring,
setelah 2-3 hari (berkecambah ) benih ditanam dilapangan yangtelah di siapkan Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar kuda atau kambing (10 ton/ha ), pupukbuatan
TSP 56 gram per pohon dan pupuk susulan, berupa urea dan kcl masing masing 45 gram per
pohon diberikan 2 kali masing masing pada umur 2 minggu dan umur 4 minggu setelah
tanam. Pengendalian hama penyakit menggunakan insektisida dan fungisida dengan dosis 0,2
cc/gr per liter air dengan interpal penyemprotan 1 minggu sekali, setelah tanaman berumur 2
minggu setelah tanam dipasang stik bamb supaya tanaman memanjat. Persilangan
disilangkan setelah tanaman berumur 30 hari sampai umur 50 hari, pengumpulan tepungsari
(pollen ) dilakukan terhadap tetua tetua jantan yang bunganya sudah mekar alat yang di
gunakan pollinator . Sedangkan perlakuan terhadap tetua tetua
yangsudah masak tetapi belum mekar dengan warna 70 % kuning,dilakukan kastrasi terhadap
bunga bunga yang terpilih dengan cara membuang kelopak bunga dan meninggalkan putik,
dilakukan penyerbukan buatan 3 buah bunga betina per pohonnya sedangkan bunga bunga
jan tan dibuang. Panen buah buah tua pada umur 100 hari sampai 120 hari dengan tanda
warna buah putih kotor dan retak retak kulit buahnya ( buah hasil persilangan LV 1403 X LV
2904 ) dan wara kuning buah buah ua hail pesilangan ( LV 2908 X LV 2906.)
HASIL
Rata rata jumlah buah tua yang dipanen 1876 sampai 2126 buah
Rata rata bobot buah tua 1785 kg sampai 1950 kg
Bobot benih 1500 sampai 1520 gram per satu kombinasi persilangan
.Viabilitas awal 100 %
KESIMPULAN
PUSTAKA
Sumpena, U dan A.H. Permadi, 1995. Multilocation trial of cucumber in the lowland
Indonesia,AVNET Workshop, Bangkok
dan Permadi,2002 Uji daya gabung dan heterosis pada galur galur hibrida
mentimun,Laporan hasil penelitian BALITSA
Toto Sutaterr dan Supriadi, 1988 Pengaruh Pemberian Kapur, Pupuk kandang