Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LATAR BELAKANG KEANEKARAGAMAN


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang
sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah
mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka
konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat
luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya
masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan
sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing
yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari

sinilah

muncul

istilah

multikulturalisme.

Banyak

definisi

mengenai

multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang


kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang
kemudian diwujudkan dalam politics of recognition (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum
mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan
penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa
inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu
kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun
bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari


kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi
geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok
manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan
kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat
yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang
menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat
berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia adalah potret sebuah negara yang memiliki keragaman budaya yang lengkap
dan bervariasi. Bangsa indonesia mempunyai bermacam-macam suku bangsa, dan setiap suku
bangsa mempunyai ciri-ciri kebudayaannya tersendiri yang sesuai dengan latar belakang masingmasing.
Pada setiap daerah, Indonesia mempunyai corak dan budaya masing-masing yang
memperlihatkan ciri khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari,
misalnya upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi lainnya.
Contohnya adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam tanah tetapi diletakkan
dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).
Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
suatu daerah. Pada umumnya, kebudayaan daerah merupakan budaya asli dan telah lama ada
serta diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya. Kebudayaan kita sekarang ini
sebenarnya merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan masa lampau.
Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang berdaulat, telah memiliki sejarah budaya yang
cukup panjang dan membanggakan, sejak proklamasi kemerdekaan tangal 17 Agustus 1945,
bangsa Indonesia dikenal di masyarakat dunia sebagai bangsa yang memiliki peradaban dan
budaya luhur.

Bangsa kita terdiri dari bermacam - macam suku bangsa. Di Indonesia ini terdapat lebih dari
300 kelompok suku bangsa. .Berikut ini contoh suku bangsa yang ada di Indonesia.
Suku Bangsa Aceh , Suku Bangsa Batak , Suku Bangsa Minangkabau , Suku Bangsa Melayu ,
Suku Bangsa Kubu , Suku Bangsa Betawi , Suku Bangsa Sunda , Suku Bangsa Banten , Suku
Bangsa Baduy , Suku Bangsa Jawa , Suku Bangsa Madura ,Suku Bangsa Bali , Suku Bangsa
Sasak,Suku Bangsa Sumba ,Suku Bangsa Bima, Suku Bangsa Manggarai , Suku Bangsa Bajawa,
Suku Bangsa Ende, Suku Bangsa Rote, Suku Bangsa Dayak, Suku Bangsa Banjar ,Suku Bangsa
Minahasa, Suku Bangsa Bugis, Suku Bangsa Toraja, Suku Bangsa Ambon, Suku Bangsa
Ternate ,Suku Bangsa Papua.
suku - suku bangsa yang disebutkan di atas baru sebagian kecil saja. Masih banyak suku
bangsa lain yang belum disebut.
1.

KERAGAMAN BUDAYA
Kita sudah mempelajari keragaman suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa memiliki
adat istiadat dan budaya sendiri. Budaya dan adat istiadat daerah dapat kita jumpai dalam hidup
sehari - hari. Maka terbentuklah bermacam - macam adat istiadat dan budaya sendiri. Mari kita
bahas bentuk - bentuk keragaman budaya bangsa Indonesia dalam aspek - aspek berikut.

a.

Bahasa Daerah
Setiap suku bangsa mempunyai bahasa daerah yang khas. Ada bahasa Jawa, bahasa
Minangkabau, bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Madura, dan sebagainya.

b.

Adat Istiadatnya
Ada bermacam - macam adat istiadat. Contohnya upacara adat yang dipakai waktu orang
menikah, waktu orang melahirkan, waktu orang meninggal, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kadang - kadang, upacara - upacara ini dipadukan dalam agama yang dianut masyarakat.
Meskipun berbeda - beda, adat istiadat ini menunjukkan kekayaan budaya yang sangat indah
yang dimiliki bangsa Indonesia.

c.

Bentuk Rumah Adat


Bentuk rumah suku - suku bangsa yang ada di Indonesia juga bermacam - macam.
Misalnya:

Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang.

d.

Rumah adat Jawa Tengah dan Yogyakarta disebut Rumah Joglo.

Rumah adat Sulawesi Utara disebut Rumah Pewaris.

Rumah adat suku Toraja disebut Rumah Tongkanan.

Rumah Betang di Kalimantan Tengah.

Rumah Lobo di Sulawesi Tengah.

Kesenian Daerah
Ada bermacam-macam kesenian daerah, misalnya alat musik, tarian, lagu, dan seni
pertunjukan. Berikut ini beberapa contoh alat musik daerah.

e.

Alat musik Gamelan (Jawa).

Alat musik Kolintang (Minahasa).

Alat musik Calung dan Angklung (Jawa Barat).

Alat musik Sasando (Kupang).

Alat musik Gambang Kromong (Betawi).

Pakaian Adat
Selain fungsi utamanya sebagai penutup tubuh, pakaian juga menunjukkan budaya suatu
daerah. Berbagai suku bangsa memiliki pakaian tradisionalnya sendiri.

f.

Senjata Tradisional
Setiap daerah mempunyai senjata tradisionalnya sendiri - sendiri. Misalnya:

Badik, Golok, Trisula, Keris, dan Tombak sering dipakai orang Betawi

Rencong adalah senjata tradisional dari Aceh

Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat


g.

Keris adalah senjata tradisional dari Jawa

Makanan Khas Daerah

Makanan khas orang Betawi antara lain Gado - gado, Ketoprak, Nasi Uduk, dan Kerak
Telor.

h.

Masyarakat Maluku memiliki makanan khas yang disebut Dabudabu Sesi.

Masyarakat Yogyakarta memiliki makanan khas yang disebut Gudeg.

Masyarakat Palembang memiliki makanan khas yang disebut Pempek.

Masyarakat Sumatera Barat memiliki makanan khas yang disebut Rendang.

Lagu - Lagu Daerah


Setiap daerah di nusantara ini memiliki berbagai lagu tradisional. Misalnya:

Gambang Suling dan Ilir - ilir dari Jawa Tengah.

Bubuy Bulan adalah lagu tradisional dari Jawa Barat.

Injit - injit Semut adalah lagu tradisional dari Jambi.

Sapu Tangan Bapuncu adalah lagu tradisional dari Kalimantan Selatan.

Soleram adalah lagu tradisional dari Riau.

Ampar - ampar Pisang dari Kalimantan Selatan.

Kalayar dan Tumpi Wayu dari Kalimantan Tengah.

Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan.

Apuse dan Yamko Rambe Yamko dari Papua

i.

Bungeng Jeumpa dari Nangroe Aceh Darussalam.

Burung Tentiana dan O Ulate dari Maluku.

Sinanggar Tulo dari Sumatera Utara.

Kicir-kicir dan Keroncong Kemayoran dari Jakarta.

Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang turun temurun di masyarakat. Cerita
rakyat ada yang merupakan sejarah ada pula yang merupakan karangan. Cerita rakyat yang
merupakan karangan biasanya tidak diketahui pengarangnya. Contoh cerita rakyat antara lain
Sangkuriang (Jawa Barat), Malinkundang (Minangkabau), Putri Cendana (Nusa Tenggara),
Kleting Kuning dan Keong Emas (Jawa).
Potensi keberagaman budaya
Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya
Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam
ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian,
adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara
yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku,
bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik
tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki
adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana
dapat memperkuat budaya nasional sehingga kesatuan kesadaran atau nation bahwa
kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga
memperkuat integrasi.
.Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman
budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar
menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya
masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme
baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat
dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang

mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas


pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta
hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat
berakhir dengan konflik.

Karakteristik budaya Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia


adalah puncak-puncak kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional
Indonesia adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas
dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional.
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung
antardaerah dan antar budaya.
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan
non Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang
berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya ,
sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau
honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah
ramah tamah dan toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka
Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66
tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu
Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya
kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting
disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka
Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai Ben Ika Tunggale Ika (baca: ben iko tunggale iko,
Bahasa Jawa red). Kata ben artinya biarpun, kata ika dibaca iko yang artinya itu atau ini
dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata
tunggale artinya sadulur atau saudara. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun

yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah
paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang
dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi
merupakan akar budaya nasional.nasional
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional
misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas

PENTINGNYA PERSATUAN DALAM KERAGAMAN


Banyaknya perbedaan kebudayaan dalam suku bangsa bisa menjadi sunber-sunber untuk
dapat menyebabkan terjadinya konflik antara suku-suku bangsa dan golongan pada umumnya
dalam negara-negara yang berkembang seperti negara Indonesia, ada paling sedikit lima macam:
1.

Konflik bisa terjadi kalo warga dari dua suku-bangsa masing-masing bersaing dalam hal

2.

mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.


Konflik bisa terjadi kalo warga dari satu suku-bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur dari

kebudayaannya kepada warga dari suatu suku-bangsa lain.


3.
Konflik yang sama dasrnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalo warga dari
satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari sukubangsa lain yang berbeda agama.
4.
Konflik terang akan terjadi kalau satu suku-bangsa berusaha mendominasi suatu suku-bangsa
5.

lain secara politis.


Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku bangsa yang telah
bermusuhan secara adat.
Potensi untuk bersatu atau paling sedikit untuk bekerjasama tentu ada dalam tiap-tiap hubungan
antara suku bangsa dan golongan. Potensi itu ada dua, yaitu:

1.

Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara sosial-ekonomis,
kalu mereka masing-masing bisa mendapatkan lapangan-lapangan mata pencaharian hidup yang
berbeda-beda dan yang saling lenglap-melengkapi. Dalam keadaan saling butuh-membutuhkan
itu, akan berkembang suatu hubungan , yang di dalam ilmu antropologi sering disebut dengan
hubungan simbiotik. Dalam hal itu sikap warga dari satu suku-bangsa terhadap yang lain dijiwai
oleh suasana toleransi.

2.

Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat juga hidup berdampingan tanpa konflik, kalau
ada orientasi ke arah suatu golongan ketiga, yang dapat menetralisasi hubungan antara kedua
suku-bangsa tadi.
Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman budaya,
mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme
ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang
berbeda. Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang tinggi dan tidak ada
kebudayaan yang rendah di antara keragaman budaya tersebut. Semua kebudayaan pada
prinsipnya sama-sama ada dan karena itu harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah
dan berdiri sama tinggi.
Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam
semboyan yaitu bhineka tunggal ika.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan
dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan
tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera
kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah
falsafah dan dasar negara Pancasila.
Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara keragaman
budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar
bahasa persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran
yang tinggi semua komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk menjadikan
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan
antarkomponen bangsa.
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh sukusuku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya
yang berasaskan kekeluargaan.
Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan
pandangan kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan

terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah
Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di
Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di
lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan
kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan
sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
kesatuan wilayah.
Dalam pandangan Koentjaraningrat (1993:5) Indonesia dapat disebut sebagai negara
plural terlengkap di dunia di samping negara Amerika. Di Amerika dikenal semboyan et
pluribus unum, yang mirip dengan bhineka tunggal ika, yang berarti banyak namun hakikatnya
satu.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika memang menjadi sangat penting ditengah beragamnya
adat dan budaya Indonesia. Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut
hanya menjadi pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika bermakna
berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah semboyan jitu yang terbukti berhasil menyatukan
bangsa dengan sejuta suku, bangsa yang kaya akan ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh
dan merdeka.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benarbenar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain,
yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam keragaman
memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga

masyarakat

agar

dapat

mewujudkan

hal-hal

sebagai

berikut :

1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang


2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah
4. Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman antara
lain:
1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya
4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing
Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut
belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim
atau diakui sebagai budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang
diklaim oleh bangsa lain.
Toleransi Di Tengah Keanekaragaman
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini bisa menjadi sumber harmoni, namun pada sisi yang
lain juga bisa menjadi sumber konflik dan disintegrasi bangsa. Oleh karenanya, sangat penting
untuk mengelolah keanekaragaman tersebut melalui pendekatan kebudayaan dan sejarah
kebangsaan.
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini tentunya tidak hanya menjadi fakta kehidupan,
melainkan telah menjadi identitas kebangsaan yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum
bangsa ini menjadi satu kesatuan yang utuh, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bhineka Tunggal Ika yang dicetuskan oleh salah seorang philosof lokal Nusantara, Mpu Tantular
pada abad XIV ini telah menjadi simbol dan sekaligus menjadi semboyan persatuan bangsa kita
sejak dari dulu, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Konsep ini lahir dari sebuah fakta, dimana kehidupan sosial masyarakat Indonesia sarat dengan

keanekaragaman, baik agama, ideology, politik, budaya dan ras yang tentunya keberadaannya
tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Selain itu, sembonyan Bhineka Tunggal Ika sekaligus
menjadi bukti bahwasanya kepedulian terhadap keanekaragaman dan pentingnya persatuan dari
berbagai latar belakang perbedaan telah menjadi kesadaran hidup bagi sebahagaian masyarakat
Indonesia sejak dari dulu.
Kesadaran ini terkontruksi dalam bentuk prilaku toleransi dengan melihat perbedaan bukan
hanya sebagai bawaan hidup manusia, melainkan sebuah kekayaan yang harus dirayakan dan
dilestarikan dalam peraktek kehidupan sosial masyarakat demi untuk memperkaya pemahaman
dan keutuhan jalinan persaudaraan diantara sesama,sehingga dengan demikian, sangat jelas
bahwasanya masyarakat Indonesia sejak dari dulu telah terbiasa dengan keanekaragaman.
Olehnya itu, sangat disayangkan jika belakangan ini, dominasi berbagai kepentingan dan klaim
kebenaran turut campur dalam megelolah keanekaragaman , sehingga mengakibatkan kehidupan
sosial bangsa ini semakin tercabik-cabik akibat letupan konflik sosial yang hampir terjadi
diberbagai wilayah bangsa ini. Fenomena tersebut pun semakin memperjelas bahwasanya
mengelolah keanekaragaman atau pluralitas dan multikulturalisme bangsa bukanlah perkara
mudah, apalagi di tegah maraknya fundamentalisasi agama dan indentitas.
Meski demikian, patut pula untuk disyukuri karena bangsa ini masih bisa berdiri kokoh dengan
simbol dan indentitas keanekaragamannya, meski badai kekerasan dalam bentuk teror dan
konflik komunal, datang silih berganti menerpa kehidupan sosial masyarakat bangsa ini.

Integrasi Bangsa
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini bisa menjadi sumber harmoni, namun pada sisi yang
lain juga bisa menjadi sumber konflik dan disintegrasi bangsa. Oleh karenanya, sangat penting
untuk mengelolah keanekaragaman tersebut melalui pendekatan kebudayaan dan sejarah
kebangsaan. sebab struktur dasar masyarakat bangsa ini adalah apa yang lahir dari rahim budaya
dan tradisinya sendiri, bukan apa yang datang dari luar (Barat dan Timur Tengah).

Terkait hal ini, menarik untuk mengutip pendapat Sri Sultan Hamengku Buwono X, bahwasanya
Pluralisme adalah kesadaran untuk menghargai agama dan perbedaan yang ada pada orang lain
dengan tetap mampu membedakan antara konsep pluralisme ala Barat dan Indonesia. Bhineka
tunggal ika adalah merupakan gagasan pluralisme dan multikulturalisme ala Indonesia yang
harus diwujudkan sebagai strategi integrasi kebangsaan untuk semua lapisan perbedaan. (Sri
Sultan Hamengkubuwono, 2013).
Meski demikian, bukan berarti gagasan yang dilontarkan Sri Sultan tersebut adalah bentuk
eklusivisme pemikiran, dengan menafikan gagasan yang datang dari luar, melainkan sebuah
upaya untuk menyelami makna kearifan lokal bangsa dengan mencoba mendialogkannya dengan
berbagai gagasan yang sedang berkembang tanpa harus tercerabut dari akar dan falsafah
kebudayaan bangsa ini, sebab menjadi seorang pluralis yang toleran tidak mesti harus kehilangan
identitas.
Sehingga dengan demikian, wacana pluralisme dalam konteks Indonesia bukan lagi sebagai
wacana baru, atau cara pandang dari hasil gagasan pluralisme ala Barat, melainkan betul-betul
lahir dari hasil pengalaman dan reflesksi kehidupan sosial masyarakat Nusantara.
Toleransi
Perbedaan tidak hanya terjadi karena foktor biologis, melainkan juga karena faktor Teologis,
dimana perbedaan adalah sebuah keniscayaan Ilahiah yang tidak mungkin bisa dipungkiri
keberadaanya. Perbedaan Agama, budaya dan identitas adalah sebuah skenario dan keniscayaan
hidup yang berasal dari Tuhan untuk manusia, dan akan selamanya ada seiring dengan dinamika
kehidupan ummat manusia di dunia ini.
Mengelolah keanekaragamana tersebut bukan perkara mudah, apalagi jika hal tersebut sudah
terkait pada persoalan politik, identitas dan akidah. Oleh karenanya, dibutuhkan kerja keras dan
kesabaran dalam berjuang. Pluralisme adalah upaya untuk memperindah keragaman melalui
sikap toleransi, bukan untuk memperkeruh perbedaan apalagi menyelesaikan perbedaan dengan
tindakan refresif dan radikal.
Dalam konteks Indonesia, toleransi menjadi kunci utama pengelolaan keanekaragaman tersebut.
Toleransi harus lahir dari kesadaran hidup tiap manusia untuk menghargai perbedaan, hidup

berdampingan secara damai serta mampu berinteraksi dengan baik tanpa ada sekat perbedaan
agama, suku dan budaya.
Dampak Negatif Dari Keragaman Budaya daerah anatara lain:
1. Keragaman suku bangsa dan budaya mempersulit pemerintahan untuk menetapkan
kebijakan pembangunan.
2. Keragaman keadaan alam menghambat usaha pembangunan saran dan prasarana.
3. Keragaman sikap mental setiap suku bangsa menghambat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pembangunan.
4. Keragaman struktur budaya dapat menjadi penghambat dalam pembentukan satu budaya.
5.Kurangnya dana Pembangunan
Cara Mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia. Dampak mengatasi akibat
Keragaman Budaya di Indonesia antara lain:
1. Terus menerus sikap mental yang berpartisipasi terhadap pembangunan.
2. Mengembangkan Budaya daerah yang luhur dalam rangka membentuk budaya.
3. Memeratakan pendidikan dan pengajaran keseluruhan wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia menjadi Manusia yang Cerdas, Bertanggung Jawab.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka ideologi yang
harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep
Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan,
bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.

Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan keBhinnekaan
sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat
yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah
masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.
SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar
masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya
control nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.

Anda mungkin juga menyukai