Anda di halaman 1dari 10

8 MACAM KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

GURU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah seorang tenaga pendidik, pembimbing, dan pelatih bagi para
muridnya. Menjadi seorang guru bukanlah suatu hal yang mudah, dengan tugas dan tanggung
jawab yang besar dalam mencerdaskan anak bangsa itu perlu adanya keterampilan dan keahlian
dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga pendidik bagi para muridnya. Para guru idealnya
tampil secara professional dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan
mengembangkan kurikulum.
Untuk menjadi guru yang professional diperlukan adanya keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh guru karena keterampilan dasar tersebut merupakan modal awal atau gerbang
utama untuk dapat menajdikan dirinya sebagai tenaga pendidik yang akan menjalankan tugas dan
kewajibanya dalam proses pembelajaran.
Rendahnya kualitas pendidikan itu merupakan indikasi perlunya tenaga guru yang
memiliki ketrampilan dan professional, untuk itu seseorang yang berkeinginan menjadi seorang
guru harus mempersiapkan dirinya dengan keterampilan dasar guru, karena tanpa adanya
keterampilan yang dimiliki oleh guru tersebut berarti seorang tersebut tidak bisa dikategorikan
kriteria seorang guru yang tugasnya adalah mengajar, membimbing, melatih, dan
mengembangkan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud keterampilan Dasar Guru ?
2. Bagaimana model-model ketrampilan Dasar guru ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui maksud akan keterampilan Dasar Guru
2. Mengklasifikasikan model-model ketrampilan dasar guru

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Dasar Mengajar Guru

Ketrampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu karismatik umum dari
seorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampila yang diwujudkan melalui
tindakan. Keterampilan dasar mengajar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa
bentuk bentuk perilaku besifat mendasar dan khusus yang harus dimilki oleh seorang
guru sebagai modal awal untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan
professional[1].
Seorang guru yang professional harus menguasai keterampilan dasar dalam mengajar.
Keterampilan ini merupakan abilitas yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan.
Abilitas yang dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dan seseorang yang
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Abilitas
seorang guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui delapan keterampilan
mengajar (teaching skills).
B. Model-model Keterampilan Dasar Guru
Adapaun model-model keterampilan dasar guru dalam mengajar secara aplikatif indikatornya
dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar, yakni :
1. Keterampilan bertanya (Question Skills)
Secara umum, tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi, namun demikian,
pertanyaan yang diajukan guru bukan semata matabertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang pengetahuan siswanya, tetapi yang jauh lebih penting adalah untuk mndorong siswa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. pengusaan terampilan bertanya bagi seorang
guru sangat penting karena, dengan menggunakan keterampilan bertanya yang efektif dan
efesien , diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa.
a. Dampak pertanyaan yang baik
Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal ini dikarenakan
pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat akan
memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu: a) meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran; b) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu
masalah yang sedang dibicarakan; c) mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif dari
siswa, karena pada hakikatnya berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
b. Yang harus dikuasai guru dalam bertanya
a) Pausing, setelah guru mengajukan pertanyaan, murid diminta tenang sebentar. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan berfikir siswa mencari jawaban.
b) Prompting, guru memberikan gambaran lebih apabila siswa tidak bisa menjawab pertanyaan
yang telah diajukan, memecah pertanyaan semula menjadi beberapa sub pertanyaan sehingga
akhirnya semua dapat terjawab.
c) Probing,melacak,menuntun, mengarahkan. Probing dilakukan karena belum diperoleh jawaban
memuaskan. Untuk memperoleh jawaban yang sempurna, maka guru menunjuk murid lain untuk
menjawab.

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)


Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian penguatan (reinforcemen/reward) lebih
efektif dibandingkan dengan hukuman (punishment) secara psikologis indiveidu membutuhkan
penghargaan atas segala yang telah dilakukannya.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang dapat meningkatkan
kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut.[2] Guru yang baik harus selalu
memberikan penguatan dalam bentuk pengutan verbal ( diungkapkan dengan kata-kata
langsung), maupun non verbal ( diungkapkan dengan isyarat) yang merupakan modifikasi
tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback)
bagi siswa atas perbuatan yang baik sebagai suatu tindakan dorongan, sehingga perbuatan
tersebut terus diulang.
Tujuan dalam memberikan penguatan adalah:[3]
a. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran
b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ada empat cara dalam memberi penguatan yaitu :
a. Penguatan kepada pribadi tertentu
b. Penguatan kepada kelompok siswa
c. Pemberian penguatan secara segera
d. Variasi dalam penggunaan
Keterampilan dasar memberikan peguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons
yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.[4]
Ada dua jenis penguatan yang bisa diberikan oleh guru, yaitu penguatan verbal dan
penguatan nonverbal.[5]
a. Penguatan verbal
Penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata pujian dan penghargaan
atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati
sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar. Misalnya, ketika diajukan
sebuah pertanyaan kemudian siswa menjawab dengan tepat, maka guru memuji siswa tersebut
dengan mengatakan: bagus!, Tepat Sekali, Wah, hebat kamu, dan lain sebagainya.
b. Penguatan nonverbal
Penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya, melalui anggukan kepala
tanda setuju, gelengan kepala tanda tiak setuju, mengernyitkan dahi, angkat pundak dan lain
sebagainya.

Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan agar penguatan
itu dapat meningkatkan motivasi pembelajaran.
Kehangatan dan keantusiasan
Saat guru memberikan penguatan, tunjukkan sikap yang hangat dan antusias, bahwa penguatan
itu benar-benar diberikan sebagai balasan atas respons yang diberikan siswa. Hindari kepurapuraan atau tindakan penguatan yang mengada-ngada.
Kebermaknaan
Yakinkan pada diri siswa bahwa penguatan yang diberikan guru adalah penguatan yang wajar,
sehingga benar-benar bermakna untuk siswa. Hindari penguatan yang berlebihan, sebab
penguatan yang demikian justru akan mematikan motivasi siswa.
Gunakan penguatan yang bervariasi
Penguatan yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosanan sehingga
tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, penguatan perlu
dilakukan dengan teknik yang bervariasi.
Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respons atau tingkah laku tertentu. Penguatan
yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan kurang bermakna.[6]

3. Keterampilan Mengadakan Variasi ( Variaton skills)


Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai perubahan dalam proses
interaksi belajar mengajar. Peserta didik merupakan individu yang unit, heterogen, dan memiliki
interes yang berbeda-beda. Siswa ada yang memiliki keenderungan audiitif, visual dan kinestik.
Karena itulah guru harus memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran. Variasi adalah Penggunaan variasi dalam kegiatan pembelajaran ditunjukan untuk
mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa. Dengan mengadakan vaiasi dalam kegiatan
pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal, sehingga siswa senantiasa
menunjukan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.[7]
Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap
menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan
ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.[8]
a. Tujuan mengadakan variasi
a) Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran yang
relevan
b) Memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimiliki siswa
c) Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar
yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
d) Member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi
b. Prinsip-prinsip penggunaan variasi

a) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai
b) Variasi harus digunakan secara lancardan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran
c) Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam RPP
Sesuai dengan jenisnya, teknik-teknik yang dapat digunakan dalam melakukan variasi
stimulus dijelaskan sebagai berikut:[9]
a. variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran
untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan.
1) Penggunaan variasi suara dalam suatu proses pembelajaran bisa terjadi kurangnya perhatian
siswa disebabkan oleh suara guru, mungkin terlalu lemah sehingga suaranya tak bisa ditangkap
oleh seluruh siswa; atau pengucapan kalimat yang kurang jelas (ngosom). Guru yang baik akan
terampil mengatur volume suaranya, sehingga pesan akan mudah ditangkap dan dipahami oleh
seluruh siswa.
2) Pemusatan perhatian (focusing)
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru
untuk memfokuskan perhatian siswa. Misalnya, dengan mengajak siswa untuk memerhatikan
sesuatu bersama-sama melalui kalimat: Coba Anda perhatikan dengan seksama bagan ini...!
focusing diperlukan untuk minta perhatian khusus dari siswa terhadap hal-hal yang spesifik.
3) Kebiasaan guru (teacher silence)
Ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata apa-apa. Teknik ini bisa digunakan untuk
menarik perhatian siswa. Coba Anda lakukan manakala siswa dalam keadaan ribut, kemudian
Anda diam sambil menatap mereka satu per satu, pasti mereka akan diam. Dengan kebisuan guru
dapat menarik perhatian siswa. Oleh sebab itu, teknik diam dapat digunakan sebagai alat untuk
menstimulasi ketenanga dalam belajar.
4) Mengadakan kontak pandang (eye contact)
Setiap siswa membutuhkan perhatian dan penghargaan. Guru yang baik akan
memberikan perhatian kepada siswa melalui kontak mata. Kontak mata yang terjaga terus
menerus dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Pandang setiap mata siswa dengan penuh
perhatian sebagai tanda bahwa kita memerhatikan mereka; bahwa apa yang kita katakan akan
sangat bermanfaat untuk mereka. Anda percaya, bahwa kontak mata dapat menjadi magnet untuk
menarik perhatian setiap siswa.
5) Gerak Guru (teacher movement)
Gerakan-gerakan guru di dalam kelas dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk merebut
perhatian siswa. Guru yang baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan
yang ingin disampaikan. Gerakan-gerakan guru dapat membantu untuk kelancaran
berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh siswa.
Bayangkan oleh Anda, apa yang akan terjadi seandainya selama dua jam pelajaran guru

menjelaskan materi pelajaran sambil duduk terus-menerus, apalagi mukanya terhalang oleh tas
guru, sehingga hanya terdengar suaranya saja. Bosan, bukan ? Nah, karena itu sekali-kali guru
dapat keluar dari sarangbangkunya. Berjalan perlahan mendekati siswa sambil berkomunikasi
dengan tetap mempertahankan kontak pandang. Yakin semua itu dapat membangkitkan gairah
belajar siswa.
b. Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima secara utuh. Untuk kepentingan tersebut, guru perlu menggunakan
variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran.
Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat (visual) seperti menggunakan gambar,
slide, foto, bagan, dan lain-lain.
b) Variasi alat atau media yang bisa didengar (auditif) seperti menggunakan radio, musik,
deklamasi, puisi, dan lain sebagainya.
c) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (dimanipulasi).
Pemanfaatan media semacam ini dapat menarik perhatian siswa, sebab siswa dapat secara
langsung membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perorangan ataupun secara
kelompok. Yang termasuk ke dalam alat dan media ini adalah berbagai macam peragaan, model,
dan lain sebagainya.
c. Variasi dalam Berinteraksi
Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu
membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan pola interaksi satu arah, yaitu dari guru ke
siswa. Pola interaksi yang demikian bukan dapat membuat iklim pembelajaran menjadi statis,
tetapi dapat memasung kreativitas siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi
interaksi dua arah, yaitu pola interaksi siswa-guru-siswa, bahkan pola interaksi yang multiarah.
4. Keterampilan Menjelaskan (explaining skill)
Tugas guru yang utama adalah mengajar. Mengajar adalah menyampaiakan ilmu
pengetahuan kepada siswa (transfer of knowledge) disi guru dituntut untuk mampu menjelaskan
materi pelajaran secara professional. Keterampilan menjelaskan dapat mempengaruhi siswa
secara positif dan efektif, maka sudah seharusnya seorang guru harus mengusai keterampilan
tersebut.

a.
a)
b)
c)
d)
b.
a)

b)

5.

Kegiatan belajar mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa
dalam mempelajari bahan yang di sampaikan oleh guru. Sedangkan kegiatan mengajar
berhubungan dengan guru menjelaskan bahan kepada siswa.[10] Dalam pelaksanaannya
guru dapat menggunakan media pembelajaran dan sumber-sumberbelajar yang relevan dengan
tujuan pembelajaranyang akan dicapai . pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan yang luas kepada untuk bertanya. Untuk menaggapi pertanyaan
tersebut seorang guru harus mampu menjelaskan secara sistematis dan logis.[11]
Keterampilan menjelaskan merupakan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi
secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya
sebab dan akibat.
Tujuan menjelaskan
Membimbing siswa untuk dapat memahami konsep dan prinsip secara objektif dan bernalar.
Melibatkan siswa untuk berfifkir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya
Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penilaian.
Komponen-komponen dalam keterampilan menjelasakn (explaining skills) adalah sebagai
berikut:
Merencanakan
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang terencana. Guru sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran terlebih dahulu membuat perencanaan, baik itu berupa silabus atau RPP. Dalam
semua kegiatan tersebut mmerlukan keterampilan menjelaskan dari seorang guru.
Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat di tingkatkan hasilnya dengan memeprhatikan kejelasan dengan
kata lain penjelasan disampaikan dengkata-kata yang muda dimengerti oleh siswa.
Menggunakan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Set Induction Skills)
Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai
pembelajaran. Membuka pelajaran (set induction) adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental
maupun perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar Menurut Abimanyu (1984) membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi/suasana siap
mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terfokus pada hal-hal yang akan dipelajari.
Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri kegaiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksud untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencarian siswa
dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
komponen menutup pelajaran sebagaimana dijelaskan Uzer Usman :

a.
b.
6.

a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.
7.

a.
b.
c.
d.

meninjaubkembali penguasaan mater pokok sengan merangkum atau menyimpulkan hasil


pembelajaran.
Melakukan evaluasi
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang di butuhkan oleh siswa secara
kelompok. Untuk itu keterampilan guru harus dilatih dan dikembangkan, sehingga guru memiliki
kemampuan untuk melayani siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.
komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok :
memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
memperjelas maslah untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam memimpin diskusibseorang
guru perlu memperjelas atau menguraikana permasalahan, meminta komentar siswa, dan
menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta
memperoleh pengertian lebih jelas.
Menganalisis pandangan siswa
Meningkatkan urunan siswa
Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi
Menutup diskusi
Hal-hal yang perlu dihndari adalah mendominasi/ monopoli pembicaraan dalam diskusi.[12]
Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Uzer Usman (1992:89) pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengemabalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan
perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dlam mengerjakan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif.
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif
atau klasikal dengan perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktifititas belajar
agama. Suharsimi arikanto (1988) berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha
yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang opatimal.
Ada beberapa variable yang perlu dikelola secar asinergik, trepadu dan sistematik oleh guru
yakni:
Ruang kelas, menunjukan batasan lingkuan belajar,
Usaha guru, adanya dinamika kegiatan guru dalam mensiasati segala kemungkinan yang terjadi
dalam lingkungan belajar,
Kondisi belajar, merupakan batasan aktifitas yang harus diwujudkan
Belajar dan optimal, merupakan ukuran kualitas proses yang mendorong mutu sebuah produk
belajar.[13]

8. Keterampilan pembelajaran perseorangan


Pembelajaran individual adalah pembelajarn yang paling humanis untuk memenuhi
kebutuhan dan interes siswa. Walaupun untuk kondisi pendidikan Indonesia sangat jarang
dilakukan. Namun hakikatnya, guru dpat melakukanya, biarpun pembelajaran dilkukan dengan
cara klasikal, namun sentuhan tetap individual.
a. Hakikat pembelajaran perseorangan
1) Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa
2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing
3) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya
4) Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran peran guru dalam hal ini adalah sebagai
organisator, narasumber motivator, fasilitator, konselor dan sekaligus sebagai peserta kegiatan
b. Komponen-komponen pembelajaran perseorangan
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
2) Keterampilan mengorganisasi
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkinkan guru membantu
siswa untuk maju tanpa mengalami frustrasi
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mencakup membantu
siswa menetapkan tujuan dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut.[14]

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan belajar mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam
mempelajari bahan yang disampaikan guru, dengan demikian guru harus mempunyai berbagai
keterampilan sebagai dasar atau modal utama dalam mengajar atau proses pembelajaran karena
dengan adanya keterampilan tersebut guru dapat melakukan tugas utamanya dalam

mencerdaskan anak bangsa. Sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat terwujud secara
signifikan apabila tenaga pengajar (guru) memiliki keterampilan, kompetensi, dan professional.

Daftar Pustaka
Ramayulis,2013. Propesi & Etika Keguruan,Jakarta:Kalam Mulia
Rusman, (2012). Model-model pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sudjana Nana. 2013. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sutikno Sobry M. 2013. Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica

Anda mungkin juga menyukai