Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVEEXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X-MIA 4 SMA N 6


MALANG DALAM MATERI FISIKA KALOR
Qurnia Nimatul Ulfah1, Asim2, Parno3
Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang
1
Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang
2
Dosen Fisika Universitas Negeri Malang
3
Dosen Fisika Universitas Negeri Malang
E-mail: qurnianimatul@yahoo.com
ABSTRAK: Penelitian dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) pada kelas X-MIA 4 SMA
N 6 Malang dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan motivasi belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran
yang sudah diterapkan di kelas tersebut belum mampu memunculkan
kemampuan berpikir kritis dengan maksimal. Motivasi belajar siswa juga
kurang begitu bagus, ditunjukkan dengan rendahnya minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran fisika di kelas. Penelitian dilakukan selama dua
siklus penelitian, dimana masing-masing siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, diperoleh bahwa
model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa karena setiap
langkah pembelajarannya berisi kegiatan-kegiatan belajar yang menuntun
siswa ke arah tersebut.
Kata Kunci: POE, kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar

Pendidikan adalah sektor yang paling berpengaruh dalam berkembangnya


suatu bangsa. Pendidikan berperan serta dalam menciptakan generasi baru yang
lebih cerdas. Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, salah satunya dan yang
dianggap paling berpengaruh adalah pendidikan pada jenjang sekolah. Pendidikan
di sekolah tercipta melalui interaksi antara guru dengan siswa melalui proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dalam kelas sangat mempengaruhi tingkat
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru (Suwati,
2008:166).
Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia sekarang ini, mengatakan
bahwa pembelajaran yang berkembang harusnya berpusat pada siswa dengan pola
pembelajaran aktif mencari (diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains) dan juga pembelajaran kritis (Permendiknas no. 69 th 2013). Berdasarkan
Permendiknas tersebut dapat dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan

sekarang ini menuntut pembelajaran yang mengedepankan kemampuan berpikir


kritis siswa. Pembelajaran kritis menekankan pada kegiatan menganalisis,
menafsir, dan menilai sesuatu perkara atau masalah secara rasional dan logikal.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis.
Kegiatan pembelajaran tersebut membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dari
diri siswa sendiri. Motivasi belajar dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritisnya, karena dengan memiliki motivasi belajar, siswa
akan lebih semangat dan selalu merasa tertantang untuk mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan data lapangan yang berasal dari observasi di kelas X-MIA 4
SMA N 6 Malang pada pembelajaran fisika, menunjukkan bahwa pembelajaran
yang dilakukan di kelas tersebut masih kurang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswanya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
dirancang masih kurang menonjolkan kegiatan berpikir kritis siswanya, seperti
kegiatan menganalisis, menafsir, dan menilai sesuatu perkara atau masalah secara
rasional dan logikal, yang telah disebutkan di atas. Selain itu, faktor motivasi
belajar siswa juga mempengaruhinya. Selama observasi awal dilakukan, siswa
terlihat tidak memiliki minat yang besar dalam mengikuti pembelajaran fisika.
Antusiasme belajar juga rendah, ditunjukkan dengan respon yang minim pada saat
ditanya ataupun diminta bertanya.
Oleh karena kenyataan lapangan yang menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis dan motivasi belajar siswa kelas X-MIA 4 SMA N 6 Malang masih
kurang tereksplorasi, sementara kurikulum yang ada menuntut sebaliknya, maka
peneliti melakukan penelitian berupa penerapan model pembelajaran POE
(Predict-Observe-Explain) yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan motivasi belajar siswa pada kelas X-MIA 4 tersebut.

METODE
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas
karena berorientasi pada penerapan tindakan berupa model pembelajaran POE
pada kelas X-MIA 4 untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi
belajar siswa kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali siklus dengan

masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan pembelajaran dengan model
POE.
Data penelitian diperoleh dari hasil pengamatan observer selama penelitian.
Data pertama merupakan data keterlaksanaan model pembelajaran yang
didapatkan dari hasil pengamatan pada proses pembelajaran dengan model
pembelajaran POE. Data kedua merupakan data kemampuan berpikir kritis siswa
selama melakukan kegiatan pembelajaran tiap pertemuannya. Data ketiga adalah
data motivasi belajar siswa. Data ketiga ini diperoleh dari perhitungan hasil isian
angket motivasi belajar yang diisi oleh masing-masing siswa pada kelas X-MIA 4
sebelum dimulai siklus penelitian dan juga disetiap akhir siklus. Selanjutnya
masing-masing data tersebut dianalisis dan hasil akhirnya disajikan dalam bentuk
persentase ataupun nilai dengan deskripsi tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Hasil pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa selama

Persentase Kemampuan Berpikir Kritis (%)

pembelajaran ditunjukkan dalam gambar berikut.

Grafik Rata-Rata Kelas Kemampuan Berpikir Kritis


Siswa
100,00
86,03

90,00
80,00
70,00

67,34

70,03

60,00
50,00

42,26

40,00
30,00

20,00
10,00
0,00
1

Pertemuan Minggu KeGambar 1. Grafik Rata-Rata Kelas Kemampuan Berpikir Siswa Kelas

Gambar tersebut menunjukkan grafik rata-rata kelas untuk hasil observasi


kemampuan berpikir kritis siswa kelas X-MIA 4 selama dua kali siklus penelitian.
Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pada pertemuan I siklus I, persentase
kemampuan berpikir kritis siswa bernilai 42,26%. Selanjutnya, pada pertemuan
kedua mengalami peningkatan menjadi 67,34%. Pada siklus II, persentase
kemampuan berpikir kritis siswa juga terus mengalami peningkatan hingga
mencapai 86,03%. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian, hasil tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas X-MIA 4
tersebut meningkat dari yang awalnya belum mampu berpikir kritis (karena
nilainya masih di bawah 75%) hingga pada akhirnya dapat mencapai standar
kemampuan berpikir kritis, yaitu 75%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Menurut Rhodes dalam Colley dkk. (2012), berpikir kritis adalah
kemampuan otak dalam mengeksplorasi secara mendalam mengenai isu-isu, ideide, temuan, dan fakta sebelum menerima atau meneruskan suatu pendapat atau
kesimpulan. Pernyataan tersebut menguatkan bahwa penerapan model POE
Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Hal tersebut dikarenakan tahapan-tahapan pembelajaran POE menuntun siswa
untuk menemukan dan mengeksplorasi hasil temuan pada kegiatan pengamatan
(Observe) dan juga pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa (berdasarkan
hasil prediksi) menjadi satu pengetahuan yang baru (konsep fisika yang baru).
Selain itu, pernyataan Siegel (1988:23) dalam Bailin (1999) yang mendefinisikan
berpikir kritis terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan untuk menaksir suatu
alasan dengan baik dan kesediaan, keinginan, serta kecondongan
(kecenderungan) untuk melakukan satu tindakan/percobaan dan mempercayai
alasannya juga mendukung hasil penelitian yang mengatakan bahwa penerapan
model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian
Koespitarini (2013) tentang pengaruh model pembelajaran POE (PredictObserve-Explain) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Gaya.

Penelitian tersebut dilakukan di kelas IV SDN Karangsari Kecamata Haurwangi


Kabupaten Cianjur, dan menyatakan bahwa model pembelajaran Predict Observe
Explain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya.
Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil pretes sebesar 31,94 dan
nilai rata-rata hasil postes sebesar 60,83 (Koespitarini, 2013). Selain itu, penelitian
dari Suyanto dkk. (2012) juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran PredictObserve-Explain lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas VIII pada pokok bahasan Tekanan daripada strategi pembelajaran
eksperimen.

B. Motivasi Belajar Siswa


Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
akan sangat dipengaruhi dengan baik buruknya motivasi belajar yang dimiliki
siswa. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya dorongan yang lebih besar dari
dalam diri siswa untuk belajar (motivasi belajar baik/tinggi), maka siswa akan
cenderung mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik. Apabila motivasi
belajar siswa baik, maka minat siswa dalam pelajaran juga akan baik.
Hasil penelitian terhadap motivasi belajar siswa selama pembelajaran
adalah sebagai berikut.

Tingkat motivasi Belajar Siswa

Grafik Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Kelas XMIA 4


2,86
2,84
2,82
2,8
2,78
2,76
2,74
2,72
Awal

Siklus 1

Siklus 2

Tahapan penelitian

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Kelas X-MIA 4

Pada grafik tersebut, terlihat bahwa pada tahap penelitian awal (sebelum
diterapkan model pembelajaran POE), rata-rata motivasi belajar siswa berada
pada nilai 2,77. Selanjutnya, setelah dilakukan penelitian siklus I dengan dua kali
pertemuan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran POE, terjadi
peningkatan motivasi belajar menjadi 2,80. Nilai tersebut meningkat kembali
menjadi 2,84 pada akhir siklus II.
Peningkatan motivasi belajar yang terjadi pada kelas tersebut, tidak
signifikan, yaitu hanya sebesar 0,07. Memang secara angka terlihat tidak besar,
akan tetapi, apabila dilihat dari perubahan tingkah laku siswa pada saat mengikuti
pembelajaran sudah terlihat sangat besar. Pada pembelajaran di awal penelitian,
siswa terlihat tidak antusias mengikuti pembelajaran. Selain itu, saat diminta
untuk bertanya ataupun berpendapat sebagian besar dari siswa dalam kelas
tersebut akan memilih diam. Bahkan, setelah ditunjuk oleh guru pun, siswa
tersebut tetap memilih diam. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian, siswa
mulai antusias mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Siswa dalam kelas juga
lebih memperhatikan pada pembelajaran. Satu hal lagi, siswa juga mulai mau
untuk berpendapat di depan kelas. Dengan bantuan jawaban yang telah mereka
tulis terlebih dahulu di kertas, setiap siswa mulai bersedia membuka diri untuk
berpendapat.
Hasil penelitian ini senada dan menguatkan hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya. Hasil penelitian Azhari (2013) menyatakan bahwa motivasi belajar
fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Turen yang belajar dengan strategi
pembelajaran predict observe explain lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang belajar dengan strategi pembelajaran konvensional dan Liang (2011) yang
menyatakan pembelajaran predict observe explain dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.

C. Keterlaksanaan Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)


Hasil pengamatan keterlaksanaan model pembelajaran selama penelitian
adalah sebagai berikut.

Grafik Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran


POE untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Motivasi Belajar
100,00
Keterlaksanaan (%)

100,00

88,71

96,77

77,42

80,00

60,00
40,00
20,00
0,00
1

Minggu keGambar 4.15 Grafik Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran POE untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar Siswa

Pada pertemuan I, kegiatan prediksi hanya berjalan separuh saja, pemberian


penguatan kurang, belum ada penyimpulan dan refleksi pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan tersebut mengakibatkan persentase keterlaksanaan model
pembelajaran POE hanya sebesar 77,42%. Selanjutnya pada pertemuan II,
beberapa kesalahan di atas juga kembali terulang sehingga persentase
keterlaksanaannya juga belum cukup bagus yaitu sebesar 88,71%. Hasil
keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dikategorikan terlaksana dengan
membutuhkan perbaikan pada beberapa bagian yang kurang.
Setelah dilakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus I, diperoleh letak
kekurangan-kekurangan pada siklus I tersebut dan mendapatkan masukan untuk
memperbaikinya di siklus II. Penerapan masukan-masukan hasil refleksi dari
siklus I menunjukkan hasilnya. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II ini
mengalami peningkatan. Pada pertemuan I, persentase keterlaksanaan model
pembelajaran POE sebesar 96,77% dan kemudian semakin meningkat lagi pada
pertemuan II siklus II yaitu menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran POE yang diterapkan di kelas X-MIA 4 SMA N 6 Malang ini sudah
terlaksana dengan baik. Hasil tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan
penelitian. Keterlaksanaan model pembelajaran POE tersebut meningkat dari
kategori terlaksana menjadi sangat terlaksana.

Pada siklus I, diperoleh beberapa temuan, antara lain: 1) kegiatan


pembelajaran telah menggunakan model pembelajaran POE (Predict-ObserveExplain). 2) Kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepenuhnya didominasi
oleh kegiatan belajar siswa. Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator. 3) Kelas cukup gaduh, akan tetapi masih bisa dikontrol untuk tetap
mengikuti alur pembelajaran yang sudah direncanakan. 4) Pada saat kegiatan
diskusi, hanya beberapa siswa saja yang melakukan kegiatan diskusi, sedangkan
siswa lainnya tidak mau dan terlihat tidak antusias berdiskusi. 5) setelah kegiatan
praktikum, diskusi, dan presentasi selesai, guru memberikan penguatan materi
dengan cukup baik. Pada saat penguatan, terdapat satu atau dua orang siswa yang
bertanya sehingga diakhir penguatan terlihat siswa dapat menerimanya dengan
baik.
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I tersebut terdapat
beberapa kekurangan, antara lain: 1) Guru kurang mampu mengendalikan
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. 2) Guru masih
cenderung fokus pada salah satu sisi kelas, terutama pada saat
menerangkan di depan kelas sambil menulis di papan tulis ataupun pada
saat penunjukkan siswa. 3) Guru kurang mampu mengefisienkan waktu
pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran menjadi sangat molor. 4)
Terdapat beberapa bagian dalam model pembelajaran yang terlewatkan
oleh guru, seperti kegiatan menyampaikan hasil prediksi, memotivasi
siswa, dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
Selanjutnya, dengan berdasar pada hasil kegiatan pembelajaran pada siklus
I, dilakukan perbaikan terhadap beberapa bagian pembelajaran yang memiliki
kekurangan. Sehingga pembelajaran pada siklus II dapat berjalan lebih baik. Pada
pembelajaran siklus II diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1) Proses
pembelajaran dengan model POE telah berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
rencana yang telah disusun. 2) Siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran dari awal pertemuan, terlihat bahwa sudah tidak ada lagi siswa yang
tidak melakukan kegiatan prediksi diawal pembelajaran. 3) Siswa lebih terampil
dan cakap dalam melakukan kegiatan praktikum dan diskusi, karena siswa sudah
semakin terbiasa menggunakan peralatan praktik. 4) Siswa sudah lebih bisa

mandiri dalam melalui setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Sedikit kekurangan


yang ditemukan dalam pembelajaran siklus II ini, yaitu guru yang masih sering
menggunakan pertanyaan retorika dan terkadang masih belum bisa membagi
perhatian dengan adil.
Pada pertemuan II siklus II, diperoleh hasil keterlaksanaan model
pembelajaran yang mencapai 100% oleh hasil pengamatan kedua observer. Hal
tersebut sebenarnya sangat mustahil terjadi karena masih terdapat beberapa
kekurangan kecil selama proses pembelajaran. Akan tetapi, hal tersebut dapat
terjadi karena format lembar keterlaksanaan hanya terdiri dari kolom ya dan tidak.
Dimana observer akan memberikan tanda centang pada kolom ya pada setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilalui baik itu berjalan dengan baik ataupun
tidak. Jadi persentase keterlaksanaan tersebut hanya berdasarkan terlaksana atau
tidaknya satu langkah pembelajaran dengan mengesampingkan kualitas dari
langkah pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya, kualitas dari pelaksanaan
model pembelajaran tersebut dibubuhkan pada bagian keterangan pada lembar
observasi.
Apabila dilihat secara keseluruhan, maka proses pembelajaran pada siklus
II sudah dapat dikatakan sangat terlaksana karena keterangan yang menunjukkan
rendahnya kualitas pelaksanaan pembelajaran hanya sedikit dan tidak
mengganggu langkah-langkah pembelajaran dengan model POE secara umum.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa kelas X-MIA 4 SMA N 6
Malang dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran POE (PredictObserve-Explain).

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasannya, hasil penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran POE untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa kelas X-MIA
4 SMAN 6 Malang terlaksana dengan baik. Penerapan model pembelajaran POE
(Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,

yaitu dari 42,26% sampai menjadi 86,03% hanya dalam 4 kali pertemuan.
Berdasarkan hasil ulangan harian, juga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa mengalami peningkatan. Selanjutnya, Penerapan model pembelajaran
POE (Predict-Observe-Explain) juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Saran
Untuk peneliti, selama proses pembelajaran, peniliti yang berperan sebagai
guru model harus mampu mengelola kelas dan berimprovisasi dengan lebih baik
lagi agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian-penelitian yang serupa, baik
oleh peneliti sendiri ataupun peneliti-peneliti yang lain asalkan mendapatkan ijin
dari peneliti sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Azhari, Anjar Pranggawan.2013.Pengaruh Strategi Pembelajaran Predict
Observe Explain terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Turen Tahun Pelajaran 2012/2013, (Online),
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7
&cad=rja&uact=8&ved=0CFMQFjAG&url=http%3A%2F%2Ffisika.um.a
c.id%2Fdownload%2Fartikel-skripsi%2Fdoc_download%2F312-artikelanjar-pranggawan-azhari-dwi-haryotomuhardjito.html&ei=n4XLU97eIJG7uAT78YDgCQ&usg=AFQjCNH_c9
07fWEfQMxSKTVdm052ULDq9w&sig2=zHG56cBXrgYmrY1BUoT2w&bvm=bv.71198958,d.c2E), diakses 14 Januari 2014.
Bailin, Sharon; Case, Rolland; Coombs, Jerrold R.; Daniels, Leroi B..1999.
Conceptualizing Critical Thinking. Journal of Curriculum Studies ISSN
1366-5839, 1999, Vol.31, No. 3, 285-302, (Online),
(http://www.ubc.ca/okanagan/ctl/__shared/assets/ct-conceptualize597.pdf)
diakses 11 Desember 2013.
Colley, Binta M.; Bilics, Andrea R.; Lerch, Carol M.2012. Reflection: A Key
Component to Thinking Critically. Kanada: The Canadian Journal for the
Scholarship of Teaching and Learning Vol.3 Issue 1, (Online),
(http://ir.lib.uwo.ca/cgi/viewcontent.cgi?article=1045&context=cjsotl_rcac
ea), diakses tanggal 10 Desember 2013.
Costa, A. L.1985.Toward a Model Of Human Intellectual
Functioning.Developing Mind:ASDC. 43-47.
Glynn, Shawn M.; Aultman, Lori Price; Owens, Ashley M..2005.Motivation To
Learn In General Education Programs. The Journal of General Education,
Vol.54, No. 2, (Online),

(http://jesserbishop.wiki.westga.edu/file/view/motivation%20general%20e
ducation.pdf), diakses tanggal 09 Desember 2013.
Herawati, L.2010.Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
pada Materi Pokok Larutan Asam-Basa di SMA. Tesis UPI. Bandung.
Joyce, Bruce, et al.2000.Models of Teaching Sixth edition.Boston:Allyn & Bacon.
Khan, Manzoor Ali.2009.Teaching of Heat and Temperature by Hypotthetical
Inquiry Approach: A Sample of Inquiry Teaching. Journal Of Physics
Teacher Education Online Vo. 5, No. 2, Autumn 2009, (Online),
(www.phy.ilstu.edu/jpteo).
Koespitarini, Resna. 2013.Pengaruh Model POE (Predict Observe Explain)
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Gaya. Skripsi,
Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),
(http://repository.upi.edu/5293/), diakses tanggal 2 April 2014.
Liang, J. 2011. Using POE to Promote Young Childrens Understanding of the
Properties of Air. Asia-Pacific Journal of Research in Early Childhood
Education, 5 (1) p. 45-68. (Online),
(http://newnonmun.com/CP/eng/control.php?mode=down&code=1295655
577), Diakses 5 Desember 2013.
Liew, Chong-Wah, Treagust, David F.1998.The Effectiveness of Predict-ObserveExplain Tasks in Diagnosing Students Understanding of Science and in
Identifying Their Levels Of Achievement. Educational Resources
Information Center, (Online), (http://eric.ed.gov/?g=predict-observeexplainft=on), diakses tanggal 5 Desember 2013.
Liew, W. C.2004.The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Technique in
Diagnosing Students Understanding of Science and Identifying Their
Level Of Achievement, (Online), (http://escape.library.curtin.edu), diakses
tanggal 27 Februari 2013.
Liliasari.2007.Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju
Profesionalisme Guru, (Online), (http://file.upi.edu), diakses 4 Maret 2013.
Mabout, Sompong dan TRegust, David F.2006.The Use of a Predict-ObserveExplain Sequence in The Laboratory to Improve Students Conceptual
Understanding of Motion in Tertiary Physics in Thailand.
Singapore:National Institute of education.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.69 tahun 2013.
Sardiman.2007.Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suciati, Prasetya Irawan.2001.Teori Belajar dan Motivasi. Penyunting Trini
Prastati. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supriyadi.2010.Teknologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.
Supriyono, Koes H.2003.Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang.
Suwati. 2008. Sekolah Bukan untuk Mencari Pekerjaan. Jakarta: Pustaka Grafia.
Suyanto, Yunita Putri; Susanto, Hadi; Linuwih, Suharto.2012.Keefektifan
Penggunaan Strategi Predict, Observe, and Explain untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. Unnes Physics Education

Journal 1 (1), (Online), (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej),


diakses 4 Maret 2013.
Taabooshirazi, Gita.2007.Gender Differences in Physics: A Focus on Motivation..
Journal Of Physics Teacher Education Online Vol.4, No. 3, (Online),
(www.phy.ilstu.edu/jpteo).
Trianto.2007.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah.2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Widodo, Tri; Kadarwati, Sri.2013.Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th XXXII, No.1.

Anda mungkin juga menyukai