3805 5246 1 SM PDF
3805 5246 1 SM PDF
Pendahuluan
Leptospira adalah bakteri penyebab leptospirosis
dapat menginfeksi berbagai jenis mamalia dan dapat
menyebabkan penyakit bersifat akut maupun kronis.
Infeksi Leptospira bersifat akut menimbulkan gejala
klinik berupa gangguan fungsi hati dan ginjal yang
progresif. Penyakit bersifat kronis tidak menimbulkan
Pengambilan Serum
Pengambilan serum dimaksudkan untuk diagnosis
leptospirosis. Sebelum diambil darahnya tikus dianestesi
terlebih dahulu dengan menggunakan ketamin HCl, do
sis 50-100 mg/kg berat badan. Obat anestesi tersebut
diberikan secara intramuskular dengan jarum suntik 21
G. Efek anestesi terjadi selama 20 40 menit setelah
penyuntikan dan siuman sempurna tercapai setelah
1,5 jam. Untuk mengurangi pengeluaran saliva, lebih
dahulu diberikan atropin (0,02-0,04 mg/kg) secara
intramuskular. Setelah tikus pingsan, kapas beralkohol
70 % dioleskan di bagian dada dan selanjutnya jarum
suntik ditusukkan di bawah tulang rusuk sampai ma
suk lebih kurang 50 75 % panjang jarum. Posisi ja
rum membentuk sudut 450 terhadap badan tikus yang
dipegang tegak lurus. Setelah posisi jarum tepat menge
nai jantung, secara hati-hati darah dihisap sampai di
usahakan alat suntik terisi penuh. Darah dalam alat
suntik dimasukkan ke dalam tabung lalu diputar selama
15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum yang
terbentuk dibagian atas endapan selanjutnya diambil
dengan pipet secara hati-hati agar jangan sampai bagian
selanjutnya
dengan pipet secara hati-hati agar jangan sampai bagian endapan
endapandiambil
terhisap.
terhisap.
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan leptotek
Pemeriksaan
dilakukan
leptotek
Dri-Dot.
Serum sebanyak
Dri-Dot.
Serumserologi
sebanyak
10 ldengan
diambil
dengan
menggu
nal
kan
mikropipet
kemudian diteteskan
pada kertas
Lep
10
diambil
dengan menggunakan
mikropipet kemudian
diteteskan
pada kertas
totek Dri-Dot tepat pada lingkaran biru. Selanjutnya se
Leptotek Dri-Dot tepat pada lingkaran biru. Selanjutnya serum diratakan sampai
rum diratakan sampai menutupi lingkaran biru dengan
menutupi
lingkaran spatula
biru dengan
menggunakan
spatula
dan didiamkan
selama 30
menggunakan
dan
didiamkan
selama
30 detik.
Serum
dinyatakan
positifbakteri
bakteri
Leptospira
jikaagglutinasi
terjadi partikel
detik.
Serum
dinyatakan positif
Leptospira
jika terjadi
agglutinasi partikel pada antigen Leptospira (Gambar 1)
Pemeriksaan Serologi
(a)
(b)
70
2. Penampang
korpuskulus
renalisR.korteks
R. norvegicus
infektif patogenik
Gambar 2. Gambar
Penampang
melintangmelintang
korpuskulus
renalis korteks
norvegicus
infektif Leptospira
Leptospira
pada dilatasi
perbesaran
100 glomerulus,
x. (a) terjadi(b)
dilatasi
pada perbesaran
100patogenik
x. (a) terjadi
kapiler
terjadikapiler
hialinisasi pada
glomerulus, (b) terjadi hialinisasi pada glomerulus.
glomerulus.
Pembahasan
dengan konsentrasi
bertingkat makin pekat (70% sampai
Leptospira sebanyak 8 ekor dan negatif sebanyak 3
100%) selama 24 jam. Sampel selanjutnya dijernihkan
ekor. Dari 8 ekor positif, 4 ekor adalah tikus jantan dan
dengan xilol selama Gambaran
6 jam. Setelah
proses penjernihan,
tikus
betina. dan lesi (gambar 2)
histopatologi
menunjukkan4 ekor
adanya
hialinisasi
dilakukan embedding dengan parafin yang telah dicair
Hasil pemeriksaan sediaan histopatologi ginjal R.
Hasil
pemeriksaan
sama seperti
hasil
kan pada 58pada
60glomerulus
C selama 6(glomerulonefritis
jam. Selanjutnya kronik).
blok
norvegicus
terinfeksiini
Leptospira,
menunjukkan
adanya
parafin dipotong serial pada ketebalan 5 m dengan
kerusakan struktur jaringan ginjal berupa dilatasi kapi
penelitian
dilakukan
oleh Bernard di Beirut, Libanon tahun 1947. Hasil
menggunakan
mikrotom. yang
Potongan
tersebut dimasukkan
ler (1 ekor) dan hialinisasi (7 ekor) pada glomerulus
ke dalam air hangat dan dipindahkan ke atas kaca benda,
(gambar 2).
lalu dibiarkan mengering. Sediaan selanjutnya diwarnai
7
dengan teknik pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Dalam
Pembahasan
pewarnaan sediaan, setelah parafinnya dihilangkan, xilol
Gambaran histopatologi menunjukkan adanya
yang tersisa dihilangkan dengan menggunakan kertas
hialinisasi dan lesi (gambar 2) pada glomerulus (glo
filter dan berturut-turut dicelupkan beberapa kali ke
merulonefritis kronik). Hasil pemeriksaan ini sama
dalam alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%,
seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Bernard di
akuades, dan dimasukan ke dalam Ehrlichs hematoxylin
Beirut, Libanon tahun 1947. Hasil penelitian Bernard,
selama 3-7 detik. Pada proses selanjutnya sediaan dicuci
menunjukkan terdapatnya penebalan benda-benda hia
dengan air mengalir selama 10 menit. Selanjutnya
lin pada jaringan ginjal Rattus norvegicus. Hialinisasi
sediaan dicelupkan ke dalam akuades, alkohol 30%,
adalah akumulasi di dalam anyaman glomerulus yang
50%, 60%, 70% beberapa kali celupan lalu dimasukkan
terdiri dari bahan eosinofilik homogen. Dalam proses
ke dalam eosin Y 1-2% dalam alkohol 70% selama 1-2
hialinisasi, kapiler glomerulus menyempit atau obli
menit. Setelah itu sediaan dicelupkan ke dalam alkohol
terasi, dan struktur halus glomeruli menghilang (Robbin
70%, 80%, 90%, 96% beberapa celupan, lalu dikeringkan
dan Kumar, 1997).
di antara kertas filter dan dimasukkan ke dalam silol
Glomerulonefritis merupakan manifestasi awal
selama 10 menit. Selanjutnya sediaan ditetesi dengan
dari leptospirosis akut, terjadi beberapa hari setelah
entelan dan ditutup dengan kaca tutup dan diberi label.
infeksi. Berbeda dengan infeksi akut, glomerulonefritis
Sebagai kontrol juga dibuat sediaan histopatologi ginjal
pada hewan karier terjadi berminggu-minggu atau
yang berasal dari tikus sehat. Sediaan diperiksa di bawah
berbulan-bulan setelah Leptospira berkoloni di ginjal
mikroskop dengan perbesaran 100 X.
(Monahan et al, 2009). Selama berkolonisasi di ginjal,
Data hasil pemeriksaan histopalogis ginjal dianalisis
Leptospira akan dikeluarkan lewat urin ke lingkungan.
secara deskriptif dengan membandingkan gambaran
Oleh karena itu hewan karier berperan sebagai sumber
perubahan struktur histopatologi antara R. norvegicus
penular leptospirosis. Menurut Monahan et al (2009),
yang positif dan yang negatif Leptospira berdasarkan
glomerulonefritis adalah lesi yang paling umum terkait
uji serologi.
dengan infeksi kronis, dan dapat berkembang menjadi
Hasil
Rattus norvegicus yang tertangkap dari hasil pe
masangan perangkap sebanyak 11 ekor (5 jantan dan
6 betina). Hasil pemeriksaan serologi dengan leptotek
Dri-Dot menunjukkan bahwa R. norvegicus infektif
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di laboratorium
tentang studi histopatologi ginjal tikus got R. norvegicus
pasca diinfeksi bakteri Leptospira yang diisolasi dari
kota Semarang. Kepada pemegang program untuk
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pengendalian tikus dan pencegahan leptospirosis.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
B2P2VRP Salatiga yang telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian ini, Dinas Kesehatan Kota
Semarang yang telah memberikan bantuan selama
proses sampling tikus, Kepala Laboratorium Terpadu
MIPA UNS Surakarta yang telah membantu dalam
penyediaan alat-alat laboratorium selama penelitian
dilaksanakan serta semua pihak yang telah membantu
penelitian ini.
Daftar Pustaka
Adler B, Pena MA. Leptospira and Leptospirosis. Vet
Microbiol, 2010, 287-296.
Bernard, HK. Leptospira icterohaemorrhagiae in rats
of Beirut. Transactions of The Royal Society of
Tropical Medicine and Hygiene, 1947, 40 (6).
Faine S, Adler B, Bolin C, Perolat P. Leptospira and
Leptospirosis, 2nd ed. MediSci, Melbourne,
Australia, 1999, 63.
Monahan AM, Callanan JJ, dan Nally JE. Review
Paper: Host-Pathogen Interactions in the Kidney
during Chronic Leptospirosis. Vet Pathol. 2009,
46:792799.
Nurisa I, dan Ristiyanto. Penyakit bersumber tikus di
Indonesia. Bull. Kes. 2004, 4 (1) : 22-27.
Pudji. Infeksi dan racun merusak ginjal, www. pdpersi.
co.id. 2000.
Robbin dan Kumar. Buku ajar patologi (diterjemahkan
oleh Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anato
mik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga).
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
Susalit E, Roesma J, Rahardjo P, dan Sidabutar RP.
Kelainan ginjal pada penyakit tropik. Cermin
Dunia Kedokteran, 1987, (47) 21 22.
Tucunduva MT, Athanazio DA., Gonalves Ramos EA.
et al. Morphological alterations in the kidney of
rats with natural and experimental Leptospira
infection. J Comp Pathol, 2007, 137(4):231238.
Visith S dan Kearkiat P, Nephrophaty in leptospirosis.
Postgrad Med. 2005, Vol 51: 184-188.
Yang CW, Wu MS, Pan MJ, Leptospirosis renal disease.
Nephrol Dial Transplant 2001, 16 (Suppl 5):7377.