Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik
(bacaan atas) 100140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 6090 mmHg. Tekanan
darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Penderita hipertensi tidak terkontrol memiliki resiko signifikan terhadap berbagai
macam

komplikasi

termasuk,

penyakit

jantung

koroner

(PJK),

penyakit

serebrovaskuler, hypertensive retinopathy, chronic kidney disease (CKD), dan


kematian kardiovaskuler.
Sejak tahun 1990an, American Heart Association (AHA) telah berusaha untuk
memperbaiki terapi untuk penyakit hipertensi dan mengendalikan faktor resiko untuk
komplikasi terhadap sistem kardiovaskuler yang disertai dengan hipertensi tidak
terkontrol. Di luar daripada hal tersebut, diperkirakan 22.7 juta pasien dengan
hipertensi tidak mendapatkan pengobatan yang memadai, serta sebagian besar pasien
yang diobati secara aktif tetap memerlukan intervensi klinis tambahan untuk dapat
mencapai tekanan darah yang direkomendasikan.
Berdasarkan data AHA (2005-2006), 29% orang dewasa yang berusia 20
tahun ke aras memiliki hipertensi tidak terkontrol dan 68% di antaranya mendapatkan
terapi antihipertensi. Namun, hanya 64% penderita hipertensi yang berhasil mencapai
tekanan darah yang direkomendasi. Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan di Indonesia prevalensi hipertensi pada umur
18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1
persen penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis
hipertensi oleh nakes. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8
1

persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.


Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi
daripada laki-laki.
Dilain hal dari data 10 kematian terbanyak puskesmas Mampang Prapatan
didapatkan antara lain : cardiac arrest, cerebral infarction, Chronic renal failure,
septicaemia,

pneumonia,

unspecified

cause

mortality,

encephalophaty,

bronchopneumonia, tb paru. Dari data diatas dapat disimpulkan banyak penyebab


kematian yang disebabkan dari komplikasi hipertensi oleh karena itu sangatlah
penting untuk memperhatikan prevalens ideteksi dan pengobatan hipertensi 18
tahun di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
Sementara itu, berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
dimana prevalens ideteksi dan pengobatan hipertensi 18 tahun yang jauh dari target
yang ditentukan yakni hanya sebesar 46.33%, program hipertensi berada pada posisi
pertama untuk urutan prioritas masalah yang diambil dengan menggunakan metoda
Hanlon kualitatif.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian data mengenai
prevalensi deteksi dan pengobatan hipertensi 18 tahun yang berada di cakupan
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja alternatif pemecahan masalah dalam menangani rendahnya
prevalensi deteksi dan pengobatan hipertensi 18 tahun?
2. Bagaimana prioritas pemecahan masalah rendahnya prevalensi deteksi dan
pengobatan hipertensi 18 tahun?
3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan rendahnya
prevalensi deteksi dan pengobatan hipertensi 18 tahun?

1.3 Tujuan Diagnostik Komunitas


1.3.1 Tujuan umum
Menganalisa dan menjabarkanproses pelaksanaan pengobatan penyakit tidak
menular hipertensi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Meningkatkan prevalensi deteksi dan pengobatan hipertensi 18 tahun
pada masyarakat di Kecamatan Mampang Prapatan periode bulan Januari
Maret 2016
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemudahan pengobatan hipertensi pada
masyarakat terutama untuk masyarakat yang sulit menggapai akses ke
puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
3. Membuat rencana kegiatan untuk memperbaiki sistem deteksi dan
pengobatan hipertensi di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
periode bulan Januari Maret 2016
1.4 Manfaat Evaluasi Program
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
Melatih kemampuan pemahaman program yang ada di puskesmas sesuai

peran sebagai dokter komunitas.


Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap penyebab

masalah.
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
Membantu puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan dalam melakukan deteksi dan
pengobatan hipertensi di puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
Membantu puskesmas dalam memberikan informasi mengenai pentingnya
deteksi dan pengobatan hipertensi kepada masyarakat
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Pengetahuan dan kemudahan dalam berobat hipertensi bagi masyarakat
bertambah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri
yang meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih
keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung
apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut
(diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran
sistolik (bacaan atas) 100140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60
90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada
140/90 mmHg atau lebih.
2.1.2 Patofisiologi

Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer),


peningkatan resistensi terhadap aliran darah (resistensi perifer total)
bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu sementara curah jantung tetap
normal.Ada

bukti

bahwa

beberapa

orang

muda

yang

menderita prahipertensi atau hipertensi perbatasan memiliki curah jantung


4

yang tinggi, denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal.
Kondisi ini disebut sebagai hipertensi perbatasan hiperkinetik.Para penderita
ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi esensial tetap di kemudian
hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat seiring
bertambahnya usia.Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh
semua orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi.Peningkatan resistensi
perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur
arteri dan arteriol kecil.Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler
juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer. Hipertensi juga dikaitkan
dengan penurunan kelenturan vena perifer,yang bisa meningkatkan venous
return

(volume

darah

meningkatkan preload jantung,

yang
dan

kembali
akhirnya

ke

jantung),

menyebabkan disfungsi

diastolik. Masih belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh


darah memegang peranan dalam hipertensi esensial.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik)
sering meningkat pada orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini
dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi di atas normal, tetapi tekanan
diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini disebut hipertensi sistolik
terisolasi. Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan hipertensi
atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan
arteri, yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan
darah tinggi.
Banyak

mekanisme

yang

sudah

diajukan

sebagai

penyebab

peningkatan resistensi yang ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi.


Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan salah satu atau kedua
penyebab berikut:

Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya


gangguan sistem renin-angiotensin intrarenal
5

Abnormalitas sistem saraf simpatis


Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut
berperan sampai batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial.
Juga diduga bahwa disfungsi endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh
darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan dalam meningkatkan
resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.
2.1.3 Klasifikasi
2.1.3.1 Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling
umum, meliputi sebanyak 9095% dari seluruh kasus hipertensi.Dalam
hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat
seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari
cukup tinggi.Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks
dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit
berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga
beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan
darah tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya
dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah.
Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya
mengurangi asupan garam dalam makanan,meningkatkan konsumsi
buah-buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk
Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga, penurunan berat
badan ,dan menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan
tekanan

darah.Kemungkinan

peranan

faktor

lain

seperti

stres, konsumsi kafein, dan defisiensi Vitamin D kurang begitu


jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan
merupakan komponen darisindrom X (atau sindrom metabolik), juga
diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi.Studi terbaru

juga

memasukkan

kejadian-kejadian

pada

awal

kehidupan

(contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu
ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa. Namun,
mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi
dewasa tetap tidak jelas.
2.1.3.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang
diketahui. Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari
hipertensi. Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi endokrin,
seperti sindrom Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali,
sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan
feokromositoma.Penyebab
lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat
tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang
berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.
2.1.3.3 Hipertensi Krisis
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih
atau sama dengan 180 atau diastolik lebih atau sama dengan 110,
kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi) sering disebut
sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki
risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan
darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki gejala, tetapi lebih
cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus)dan pusing
dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi
mencakup berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal
jantung atau rasa lesu karena gagal ginjal.Kebanyakan orang dengan
7

krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan darah tinggi, tetapi pemicu


tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.
"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi
maligna", terjadi saat terdapat bukti kerusakan langsung pada satu
organ atau lebih sebagai akibat meningkatnya tekanan darah.
Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh
pembengkakan dan gangguan fungsi otak, dan ditandai oleh sakit
kepala

dan gangguan

kesadaran (kebingungan

atau

rasa

kantuk). Papiledema retina dan perdarahan fundus serta eksudat adalah


tanda lain kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda
kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut menjadi serangan jantung)
atau kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalamaorta. Sesak napas,
batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema
paru. Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat gagal
ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk memompa
cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri.Penurunan fungsi ginjal
secara cepat (cedera ginjal akut/acute kidney injury) dan anemia
hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah) juga mungkin
terjadi.Pada
situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara cepat
untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi.Sebaliknya,
tidak ada bukti bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat
dalam keadaan hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan
organ target. Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukan
berarti

tidak

ada

risiko.Penggunaan

obat-obatan

oral

untuk

menurunkan tekanan darah secara bertahap selama 24 sampai 48 jam


dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.
2.1.4 Gejala dan Tanda Klinis
8

Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya


melalui screening, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi
melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi
hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga),
gangguan penglihatan atau pingsan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah di atas 120 (sistole)
dan 80 (diastole), berdasarkan tahapannya dibagi di dalam table berikut ;

Selain dari hasil pemeriksaan tekanan darah, hipertensi juga dicurigai


ketika

terdeteksi

adanya retinopati

hipertensi pada

pemeriksaan fundus

optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop.Biasanya beratnya


perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang
lebih ringan
mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga
dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah
tinggi secara persisten. Biasanya,untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga
kali pengukuran sfigmomanometer yang berbeda dengan interval satu bulan.
Pemeriksaan awal pasien dengan hipertensi mencakup anamnesis dan
pemeriksaan fisik lengkap. Dengan tersedianya pemantauan tekanan darah
ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi
menghindari kekeliruan diagnosis pada pasien dengan hipertensi white coat
(jenis hipertensi yang disebabkan oleh stres saat bertemu dokter atau berada
dalam suasana medis) telah dihasilkan suatu perubahan protokol.
Hipertensi primer atau esensial lebih umum pada orang dewasa dan
memiliki berbagai faktor risiko, di antaranya obesitas dan riwayat hipertensi
dalam keluarga.Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab hipertensi sekunder, dan untuk
menentukan apakah hipertensi menyebabkan kerusakan pada jantung, mata,
dan ginjal. Pemeriksaan tambahan untuk diabetes dan kadar kolesterol
tinggi dilakukan

karena

kondisi

ini

merupakan

faktor

risiko

terjadinya penyakit jantung dan mungkin memerlukan penanganan.


Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal,
yang mungkin merupakan penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar
kreatinin darah saja dapat memberikan dugaan yang terlalu tinggi untuk laju
filtrasi glomerulus. Panduan terkini menganjurkan penggunaan rumus
prediktif seperti formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)
untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR).eGFR juga dapat
memberikan nilai awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk
memonitor efek samping obat antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal.
Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga sebagai indikator
sekunder penyakit ginjal.

10

Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG/ECG)

dilakukan

untuk

memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada jantung akibat


tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya
penebalan dinding jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung
pernah mengalami gangguan ringan seperti serangan jantung tanpa gejala
(silent heart attack). Pemeriksaan foto Rntgen dada atau ekokardiogram juga
dapat dilakukan untuk melihat tanda pembesaran atau kerusakan pada
jantung.
2.1.6 Tatalaksana
2.1.6.1 Non-medikamentosa
Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan
darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension
Society 2004 mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten
dengan pedoman dari US National High BP Education Program tahun
2002untuk pencegahan utama bagi hipertensi sebagai berikut:

Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20


25 kg/m2).

Mengurangi

asupan

diet

yang

mengandung

natrium

sampai

<100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).

Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat


(30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).

Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari (15ml alkohol


murni) pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari(10ml alkohol
murni) pada perempuan.

Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya,


sedikitnya lima porsi per hari).

11

Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan


darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi
dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih
baik.
2.1.6.2 Medikamentosa
Saat ini tersedia beberapa golongan obat yang secara
keseluruhan disebut obat antihipertensi, untuk pengobatan hipertensi.
Risiko kardiovaskuler (termasuk risiko infark miokard dan stroke) dan
hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi pertimbangan ketika
meresepkan obat.Jika pengobatan dimulai, Seventh Joint National
Committee on High Blood Pressure (JNC-7) dari National Heart,
Lung, and Blood Institute menyarankan agar dokter memonitor
respons pasien terhadap pengobatan serta menilai apakah terjadi efek
samping akibat obat yang digunakan. Penurunan tekanan darah sebesar
5 mmHg

dapat

mengurangi

risiko

stroke

sebesar

34%

dan

risiko penyakit jantung iskemik hingga 21%. Penurunan tekanan darah


juga dapat mengurangi kemungkinan demensia, gagal jantung, dan
mortalitas yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Pengobatan harus ditujukan untuk mengurangi tekanan darah
hingga kurang dari 140/90 mmHg untuk sebagian besar orang, dan
lebih rendah lagi untuk mereka yang memiliki diabetes atau penyakit
ginjal. Sejumlah praktisi medis menyarankan agar tekanan darah
dijaga pada level di bawah 120/80 mmHg. Jika tekanan darah yang
diharapkan tidak tercapai, maka diperlukan pengobatan lebih lanjut.
Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk
menentukan pengobatan untuk berbagai sub-kelompok pun berubah
seiring berjalannya waktu dan berbeda-beda di berbagai negara. Para

12

ahli

berbeda

pendapat

mengenai

pengobatan

terbaik

untuk

hipertensi.Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization,


dan Amerika Serikat mendukung diuretik golongan tiazid dosis rendah
sebagai terapi pilihan untuk lini pertama.Pedoman di Inggris
menekankan penghambat

kanal

kalsium (calcium

channel

blocker/CCB) untuk orang yang berusia di atas 55 tahun atau yang


berdarah Afrika atau Karibia. Pedoman ini menyarankan penghambat
enzim

konversi

angiotensin (angiotensin-converting

enzyme

inhibitor/ACEI) yang merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk


pengobatan lini pertama pasien berusia muda.Di Jepang, pengobatan
dianggap wajar apabila dimulai dengan satu dari 6 golongan obat
termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid,penghambat reseptor beta,
dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali
penghambat reseptor alfa, dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat
digunakan.
Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk
mengendalikan hipertensi mereka. Pedoman JNC8 dan ESHESC menyarankan untuk memulai pengobatan dengan dua macam obat
apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah
sistolik atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi
yang lebih dipilih adalah penghambat sistem reninangiotensin dengan
antagonis kalsium, atau penghambat sistem reninangiotensin dengan
diuretik.Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Penghambat kanal kalsium dengan diuretik

Penghambat beta dengan diuretik

Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor


beta

13

Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan verapamil atau


diltiazem
Kombinasi yang tidak boleh digunakan adalah sebagai berikut:

Penghambat kanal kalsium non-dihidropiridin (seperti verapamil atau


diltiazem) dengan penghambat reseptor beta

Dua

jenis

penghambat

sistem

reninangiotensin

(contohnya,

penghambat enzim konversi angiotensin + penghambat reseptor


angiotensin)

Penghambat sistem reninangiotensin dan penghambat reseptor beta

Penghambat reseptor beta dan obat anti-adrenergik.


Hindari kombinasi penghambat ACE atau antagonis reseptor
angiotensin II, diuretik, dan OAINS (termasuk penghambat COX-2
selektif dan obat bebas tanpa resep seperti ibuprofen) jika tidak
mendesak, karena tingginya risiko gagal ginjal akut. Istilah awam dari
kombinasi ini adalah "triple whammy" dalam literatur kesehatan
Australia.Tersedia tablet yang mengandung kombinasi tetap dari dua
golongan obat tersebut. Meskipun nyaman dikonsumsi, obat-obatan
tersebut sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang biasa menjalani
terapi dengan komponen obat tunggal.

2.1.7 Komplikasi
Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi
kematian prematur di seluruh dunia.Hipertensi meningkatkan risiko :
1.
2.
3.

Penyakit jantung iskemik


Stroke,
Penyakit periferal vaskular, dan

penyakit

kardiovaskular

lain,

termasuk gagal jantung, aneurisma aorta, aterosklerosis difus, dan emboli


paru.

14

4.
5.
6.
7.

Gangguan kognitif dan demensia


Penyakit ginjal kronik
Retinopati Hipertensi
Nefropati hipertensi

2.2 Kepatuhan
2.2.1 Definisi
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya (Caplan dkk, 1997). Kepatuhan berasal dari kata
patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin
yaitu ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang ditetapkan (kamus
Besar Bahasa Indonesia). Menurut Haynes (1997), kepatuhan adalah secara
sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan
minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan
petunjuk medis.
Menurut Cramer, kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi:1

Kepatuhan Penuh
Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas
waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai
petunjuk.

Penderita yang Tidak Patuh


Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.
2.2.2 Cara Mengukur Kepatuhan
Beberapa ahli mengemukakan cara mengukur kepatuhan berobat antara
lain pengukuran kepatuhan berobat yang dinyatakan oleh Sacket, dkk (1985)
dan Sarafino (1990). Sacket, dkk (1985) menyatakan bahwa kepatuhan berobat
dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter yang didasarkan pada
hasil pemeriksaan, pengamatan terhadap jadwal pengobatan, penilaian pada

15

tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet/pil pada akhir pengobatan,


pengukuran kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada pasien dan
pengisian formulir khusus. Pernyataan Sarafino (1990) hampir sama dengan
Sacket yaitu kepatuhan berobat pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu
perhitungan sisa obat secara manual, perhitungan sisa obat berdasarkan suatu
alat elektronik serta pengukuran berdasarkan biokimia (kadar obat) dalam
darah/urin).

Cara mengukur kepatuhan:2

16

Beberapa prediktor yang menyebabkan rendahnya kepatuhan minum obat:2


17

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah:3

Akomodasi (Biaya Transportasi)


Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat
mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah jarak dan waktu, biasanya pasien
cenderung malas melakukan pengobatan pada tempat yang jauh.

Gejala Penyakit
Keteraturan pasien melakukan pengobatan juga dipengaruhi oleh keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Keluhan yang diderita akan membuat pasien semakin
aktif dalam kunjungan pengobatan.

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien


Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal
penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh
infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana
pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang
18

diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula pasien melakukan kunjungan


pengobatan.

Pengetahuan4,5
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu,
untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.
Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian
rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan,
semakin baik pula pasien dalam mengikuti pengobatan (Azwar, 2007).

Dukungan Keluarga6
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih,
adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah
tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy,
2006).
Pasien yang sedang sakit sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang
terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu
dengan:
o Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi porsi,
jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi.
o Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan istirahat
serta kapan saatnya kontrol.
o Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.
o Memberikan motivasi pada pasien untuk datang ke balai pengobatan.

19

Efek Samping Pengobatan


Efek samping obat yang dirasakan pasien, terutama pasien penyakit kronik
yang harus mengkonsumsi obat dalam jangka panjang, juga turut berperan
dalam menentukan keteraturan pasien mengkonsumsi obatnya. Apabila pasien
merasa terganggu dengan efek samping obat yang dikonsumsinya, maka pasien
akan malas untuk melanjutkan pengobatannya.

Motivasi
Keinginan pasien untuk sembuh merupakan salah satu motivasi yang kuat
untuk membantu kepatuhan pasien dalam pengobatannya. Dengan motivasi
yang kuat, maka pasien tidak akan beralasan seperti sibuk, lupa, atau tidak
punya waktu dalam meneruskan pengobatannya.

Biaya Pengobatan
Biaya pengobatan yang besar juga akan menjadi penghambat bagi pasien untuk
meneruskan pengobatannya.

Kemauan Membayar
Pasien dengan penyakit kronik harus teratur dan rutin untuk melakukan
pengobatan jangka panjang. Kebanyakan pasien akan merasa keberatan apabila
harus membayar terus menerus untuk melanjutkan pengobatannya.

20

BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS
PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN

1
1
1

Keadaan Geografis dan Lingkungan


Data Wilayah
Batas Wilayah
Sebelah utara : Berbatasan dengan Jln. Bangka XI, XII kelurahan Pela
Bangka.
Sebelah timur : Berbatasan dengan Kali Bangka Kelurahan Pejaten Barat,
Kelurahan Pasar Minggu.
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Jln. Kemang Selatan Raya Kelurahan
Cilandak Timur, Kelurahan Pasar Minggu.
Sebelah barat : Berbatasan

dengan

kali

Krukut

Kelurahan Cipete Utara, Kelurahan Kebayoran Baru


Luas Wilayah
Kecamatan Mampang Prapatan dalam lingkungan kotamadya Jakarta Selatan
dengan luas wilayah 329,67 Ha.

Jumlah RW dan RT
Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan terdiri dari 5 RW dan 66 RT dan 8.292
KK.

Kondisi Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan membina warga yang
tinggal di Kelurahan Bangka. Wilayah puskesmas juga kurang strategis
dibandingkan dengan Puskesmas yang telah berubah menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah saat ini. Daerah puskesmas jauh dari permukiman kumuh dan
berdiri diantara rumah-rumah yang cukup mampu.

21

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan


2

Keadaaan Penduduk (2016)


Jumlah penduduk
: 25.041 jiwa
Laki-laki
: 12.762 jiwa
Perempuan
: 12.279 jiwa
Penduduk Kecamatan Mampang Prapatan dikelompokkan menjadi anak-anak

0-15 tahun sebanyak 643 orang (2.56%), penduduk usia produktif usia 16-64 tahun
sebanyak 17.748 orang (68.47%) dan lansia sebanyak 856 orang (3.41%).

22

Tabel 3.1 Jumlah penduduk berdasarkan umur


Umur

Jumlah

Persentase

0-4

2.070

8.26%

5-14

4.367

17.43%

15-44

12.413

49.57%

45-60

4.704

18.78%

60

1.487

5.93%

Total

25.041

100%

Dimana penduduk berusia produktif 15-44 tahun merupakan penduduk


terbanyak yaitu sebesar 49.57% dan penduduk lansia yang paling sedikit sebesar
5.93%.
Sarana pendidikan di Kecamatan Mampang Prapatan meliputi 11 unit SD, 2
unit SMP, 3 unit SMA.
Tabel 3.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Mampang Prapatan
Sekolah

Jumlah

SD

11

SMP

SMA

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Mampang Prapatan memiliki

rasio 1 Puskesmas melayani 25.041 penduduk, 1 Posyandu melayani 1.367 penduduk


dan 1 Praktek dokter pribadi melayani 6.302 penduduk.

23

Tabel 3.3 Jumlah pasien yang ditangani per fasilitas kesehatan


Rasio Fasilitas Kesehatan

3
1

Penduduk

Puskesmas

25.041

Posyandu

1.367

Praktek dokter pribadi

6.302

Sosial Budaya
Pemeluk Agama.
Di Kecamatan Mampang Prapatan terdapat 5 jenis agama yang dianut oleh

penduduknya. Pemeluk agama Islam merupakan penduduk terbanyak dengan jumlah


22.910 (91.49%) orang, kemudian Kristen 1.332 (5.32%) orang, Katolik 602 (2.40%)
orang, Hindu 90 (0.36%) orang dan Budha 107 (0.43%) orang.
Tabel 3.4 Agama yang dianut di Kecamatan Mampang Prapatan
2
Data

Agama

Jumlah

Persentase

Islam

22.910

91.49%

Kristen
Katolik

1.332
602

5.32%
2.40%

Hindu

90

0,36%

Budha

107

0,43%

Total

25.041 orang

100%

tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Bangka terbanyak pada penduduk dengan tamat
Sarjana 1.618 (1.09%), tamat Diploma 19.970 (13.53%), tamat SMA 55.254
(37.45%), tamat SMP 16.535 (11.21%), tamat SD 16.226 (10.99%), tidak tamat SD
14.549 (9.86%) dan tidak atau belum bersekolah 23.392 (15.84%).

24

Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mampang Prapatan


Tingkat pendidikan

Jumlah

Persentase

Tamat Sarjana
Tamat Diploma
Tamat SMA

274
3.389
9.379

1.09%
13.53%
37.45%

Tamat SMP

2.808

11.21%

Tamat SD

2.753

10.99%

Tidak tamat SD
Tidak bersekolah

2.470
3.967

9,86%
15.84%

25.041

100%

Total

Sarana Fisik dan Medis


Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan memiliki gedung yang terdiri dari
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l

: 300 m2
: 152.885 m2
: 1976
: 7.700 watt
: 1 (satu) ambulance, 2 (dua) mobil,
2 (dua) motor
Jaringan telepon
: 1 (satu) line (7196578)
Televisi
: 2 (dua) unit
Air Conditioner
: 6 (enam) unit
Komputer
: 10 (sepuluh) unit
Pompa air listrik
: jet pump
Rehab terakhir tahun
: 2004
Bangunan terdiri dari
:
a 1 (satu) ruang loket atau Tata Usaha (TU)
b 2 (dua) ruang tunggu pasien
c 1 (satu) ruang periksa Balai Pengobatan Umum (BPU)
d 1 (satu) ruang suntik atau tindakan
e 1 (satu) ruang Keluarga Berencana (KB),KIA, dan Imunisasi
f 1 (satu) ruang periksa gigi
g 1 (satu) ruang laboratorium sederhana
h 1 (satu) ruang obat
i 1 (satu) ruang dapur
j 2 (dua) kamar mandi
Luas tanah
Luas bangunan
Dibangun tahun
Daya listrik
Kendaraan

25

k
3
1

1 (satu) ruang gudang (ukuran 1 m x 1 m)

Sarana Pelayanan Puskesmas


Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah :

a
b
c
d
e

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
Promosi Kesehatan

Upaya Pengobatan

Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang


disesuaikan dengan kemmapuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:

a
b
c
d
e

Upaya Kesehatan Sekolah


Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Kesehatan Olah Raga

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Jaringan Pelayanan Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan


Posyandu

: 15 kegiatan

Kader

: 75 orang

Puskesmas Keliling

: 5 RT
26

Jenis Pelayanan Dalam Gedung


Jenis pelayanan dalam gedung yang ada di Puskesmas Kecamatan Mampang

Prapatan adalah:
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
4

Balai Pengobatan Umum


Balai Pengobatan Gigi
MTBS
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Penyakit Tidak Menular
Lansia
HIV, IMS
TB Paru
Gizi
KIA & KB
Laboratorium
Pelayanan 24 jam
Pelayanan Konsultasi Jiwa, Remaja, HIV/AIDS, Kesehatan Lingkungan

DATA 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS KECAMATAN


MAMPANG PRAPATAN BULAN JANUARI-MARET AHUN 2016
Tabel 3.6 Diagnosis tersering di Puskesmas Bangka
JUMLAH PENDERITA
NO

NAMA PENYAKIT

JUMLAH

PERSENTASE
(%)

Infeksi saluran pernapasan bagian


atas (ISPA)

872

37.3%

Penyakit lain pada saluran


pernafasan atas

23

0.98%

Diabetes Melitus tidak bergantung


insulin

456

19.5%

Cacar Air

45

1.9%

Penyakit pada sistem otot dan


jaringan ikat

306

13.09%

27

Penyakit kulit infeksi

186

7.95%

Penyakit Kulit Alergi

134

5.7%

Penyakit mata lain lain

31

1.32%

Hipertensi

89

3.80%

10

Diare

195

8.3%

Dari data yang didapatkan, penyakit terbanyak yang ditemukan adalah ISPA
dengan 872 (37.3%) kasus.

Derajat Kesehatan
Keadaan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan

dapat dilihat pada tabel berikut


Tabel 3.7 Status Gizi Balita di Kecamatan Mampang Prapatan
No

Status Gizi Balita

Jumlah

Persentase

1.

Gizi Baik

1604

86.10 %

2.

Gizi Lebih

169

9.07%

3.

Gizi Buruk

90

4.83%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa status gizi balita di Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan adalah baik, sebanyak 1.604 balita (86.10%). Gizi
lebih sebanyak 169 balita (9.07%) dan gizi buruk sebanyak 90 balita (4.83%).
6

Visi, Misi dan Strategi dari Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan

28

Visi Puskesmas Bangka


Menjadi Puskesmas yang Mandiri dan Proaktif dalam melayani masyarakat

menuju Bangka Sehat


2

Misi Puskesmas Bangka


a Meningkatkan jangkauan pelayanan kepada masyarakat melalui Puskesmas
b

Keliling dan Layanan Pasar


Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam PERKESMAS melalui

kerjasama dengan Kader dan ToMa


Meningkatkan Derajat Kesehatan masyarakat dengan meningkatkan
Pengetahuan, Keperdulian dan Perubahan Perilaku masyarakat melalui

PHBS
Menurunkan AKI melalui pelayanan secara komprehensif kepada ibu

Hamil
Menurunkan AKA melalui program 1000 Hari Kehidupan

Moto Puskesmas
Working with heart in harmony

Managemen Puskesmas
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara

sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien


(KepMenkes RI No.128/MENKES/SK/2004).
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sebagai sarana pelayanan
kesehatan di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan bertanggung jawab
melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat maupun pelayanan kesehatan medis.
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sebagai organisasi melaksanakan
pengelolaan kegiatan melalui proses managemen dengan tujuan mencapai efektifitas
dan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta keuangan yang tersedia dalam
rangka pencapai tujuan dalam organisasi.

29

Rangkaian kegiatan sistematis yang dilakukan oleh puskesmas-puskesmas


dalam membentuk fungsi dari managemen dibagi menjadi Proses P1, P2 dan P3

P1
Perencanaan
tingkat
puskesmas

P2
Pengorganisas
ian dan
Pelaksanaan

P3
Pengendalian,
Pengawasan
dan Pelaporan

Gambar 2 Fungsi Managemen Puskesmas


30

Managemen Puskesmas Bangka dijalankan dengan menggunakan tahap-tahap


sebagai berikut:
1

Planning (Perencanaan)
Perencanaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan berikut
Perencanaan mengacu dalam POA (Plan of Action) yang telah dibuat
dan dibahas beberapa bulan sebelumnya dan dikonsultasikan lintas
vertikal ke Kantor Kelurahan. Dapat juga jika pemerintah membuat
sebuah program dan disalurkan ke Puskesmas Bangka melalui Kantor

Kelurahan sehingga Perencanaan tidak berjalan satu arah


Program yang akan dijalankan diambil dari analisa program yang telah
ditetapkan sebelumnya yang telah disusun oleh masing-masing unit

yang terdapat di Puskesmas Bangka


Organizing (Pengorganisasian)
Komunikasi internal pelaksanaan program yang ada dibicarakan secara
seutuhnya antara atasan dan bawahan dan unit-unit lainnya yang berkaitan
dengan program yang dimaksud.
Pembinaan kemudian dilakukan kepada para pegawai Puskesmas Bangka
yang akan dilakukan oleh sudin setempat untuk mengikuti pelatihan yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.


Actuating (Penggerakkan/Pelaksanaan)
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan melaksanakan operasional
kegiatannya dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
a

Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara harian, bulanan, dan

tahunan sesuai kebutuhan dan permintaan.


Kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien yang berkunjung ke
puskesmas setiap hari pada unit-unit BP Umum, BP Gigi, KIA, KB,
Poli Gizi, Poli TB, Poli Spesialis Anak, laboratorium dan apotik yang
didukung oleh layanan 24 jam untuk penanganan keadaan-keadaan

darurat.
Kegiatan kesehatan masyarakat (Public Health Services) direalisasikan

31

sebagai kegiatan operasional di lapangan dengan pendekatan secara


d

aktif kepada masyarakat dan dilaksanakan oleh puskesmas kelurahan.


Pengelolaan, penerimaan, pemakaian dan penyimpanan obat, vaksin
dan bahan medis lainnya dilaksanakan dengan prosedur logistik yang

masih sederhana.
Pemanfaatan dan perawatan alat medis dan non medis serta
keberhasilan dan kerapihan ruangan dilaksanakan oleh seluruh staf

puskesmas.
Controlling (Pengawasan/Pengendalian)
Pemantauan pelaksanaan kegiatan pelayanan di Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan ditangani oleh Kepala Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan yang bertanggung jawab langsung terhadap setiap
programnya. Pengendalian tersebut dilaksanakan yang mengacu pada :
a
b

Pencatatan dan pelaporan (tiap bulan, triwulan, dan tahunan)


Supervisi dan pertemuan tiap 3 bulan untuk presentasi hasil kegiatan

tingkat Sudinkes Jakarta Selatan.


Pencatatan KLB (Kejadian Luas Biasa)

Evaluasi kinerja pegawai/ organisasi dilakukan untuk meningkatkan


produktifitas dan kinerja pegawai sesuai dengan tugas pokok yang diemban
masing-masing, untuk menciptakan pegawai yang profesional, akuntabel,
dan berorientasi terhadap pelayanan prima kepada masyarakat. Evaluasi
kinerja bertitik tolak pada adanya keseimbangan proporsi antara hasil kerja
dengan perilaku kerja dengan periode bulanan dan tahunan.
7
1

Deskripsi Kerja
Kepala Puskesmas
Tugas Pokok : Penanggung jawab Puskesmas
a Memeriksa semua laporan
b Membuat penilaian kerja pegawai
c Membuat laporan BPG, UKGS, dan UKGM
d Membuat laporan setiap bulan
Tugas Tambahan :
a Rakor bulanan/eksternal
b PSN dan GJS
32

Penyuluhan kader Posyandu dan Jumantik

Dokter Gigi
Tugas Pokok :
a Melakukan pelayanan di BPG
i Pemeriksaan pasien
ii Melakukan penambalan gigi
iii Melakukan pencabutan gigi
iv Membersihkan karang gigi
v Pengobatan gigi lainnya
b Melakukan UKGS/UKGM
i Memeriksa murid
ii Perawatan gigi murid
iii Mencabut gigi
iv Memberi penyuluhan

Dokter Umum
Tugas Pokok :
a
Sebagai koordinator dan penanggungjawab pelayanan BP Umum
b
Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
i Pemeriksaan fisik pasien
ii Menerima dan melakukan rujukan kasus
c
Melakukan pembinaan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan
Tugas Tambahan : Pelayanan di luar gedung
a Melakukan penyuluhan kesehatan UKS dan Posyandu
b PSN
c Pembinaan hubungan lintas program dan lintas sektoral
d Melakukan puskesmas keliling disetiap RW setiap harinya

Pelaksana Keperawatan 1
Tugas Pokok :
a

Pelayanan dalam gedung


i
Petugas penyakit menular
ii
Petugas surveilans
iii
Petugas kematian
iv
Petugas kesling
v
Pengelola BOK
vi
Petugas Puskesmas
33

vii
Membuat laporan bulanan
Pelayanan luar gedung
i
PSN 30 menit (setiap hari Jumat)
ii
CHN
iii
Petugas puskesmas keliling

Tugas Tambahan :
a
5

Membantu pelayanan di BPU

Pelaksana Keperawatan 2
Tugas Pokok :
a Pelayanan BPU
i Melakukan tensi terhadap pasien
ii Menimbang pasien
iii Membantu tindakan medis
b UKS
i Pendataan anak sekolah
ii Screening kesehatan
iii BIAS anak sekolah
iv Membuat laporan bulanan
c
d

e
f

PKPR
i Konseling kesehatan remaja
ii Membuat laporan bulanan
Kesehatan Anak
i Melakukan pemeriksaan MTBS
ii Membuat laporan bulanan MTBS
iii Membuat laporan bulanan kesehatan anak
SDIDTK
i Melakukan screening SDIDTK
ii Membuat laporan SDIDTK
Lansia
i Melakukan pelayanan kesehatan
ii Penyuluhan kesehatan

Tugas Tambahan :
a
6

Membantu pelayanan pasien di BP

Bidan
Tugas Pokok :
a Koordinator poli KIA
34

i Melakukan pemeriksaan ibu hamil


ii Mengisi laporan ibu hamil
iii Membuat laporan KIA
b Koordinator poli KB
i Melakukan pelayanan KB
ii Mengisi register KB
iii Membuat laporan bulanan KB
c Koordinator poli Imunisasi
i Melakukan pelayanan imunisasi
ii Menghitung stok masuk keluar vaksin
iii Membuat laporan imunisasi
Tugas Tambahan :
a
b

Posyandu
PSN

Petugas Loket
Tugas Pokok :
a Koordinator loket
i Mendaftarkan pasien
ii Pencatatan administrasi
b Petugas SP2TP
i Membuat laporan harian
ii Membuat laporan bulanan
iii Mengantar/mengirim laporan bulanan
c Petugas SIK
i Menginput data pasien
ii Membuat laporan bulanan

Apoteker
Tugas Pokok : Koordinator Apotik
a Mengelola kamar obat
b Merencanakan pengadaan obat untuk 1 bulan
c Melakukan permintaan barang/obat ke PKM Kelurahan Tebet
d Pelayanan Farmasi
e Memberikan informasi obat
f Membuat laporan bulanan obat

Petugas Gizi
Tugas Pokok :
35

Pemegang program gizi


i Membuat laporan gizi
ii Melakukan penyuluhan gizi pada masyarakat
iii Melakukan antropometri terhadap balita BGM
iv Melakukan konsultasi gizi pada pasien
v Pelacakan gizi buruk
Melaksanakan pembinaan Posyandu
i Melakukan kunjungan ke setiap Posyandu
ii Membuat laporan Posyandu

10 Tata Usaha
Tugas Pokok :
a Tata Usaha
i Pencatatan administrasi
ii Pengurus barang
iii Mengantar dan mengirim laporan
iv
Membuat laporan bulanan
b Petugas KJS
i Penginputan data peserta
ii Pendistribusian Kartu Jakarta Sehat
iii Menerima permohonan pembuatan KJS
Tugas Tambahan :
a Membantu pelayanan di loket

11 Cleaning Service
Tugas Pokok :
a Membersihkan seluruh ruangan dan halaman kantor Puskesmas
b Mengantar/mengirim laporan
c Membantu menyusun kartu
d Membantu mengantar ke Posyandu

3.8 PROGRAM POKOK PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG


PRAPATAN
Program pokok di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan dilakukan
berdasarkan prosedur tetap, sesuai dengan bidang masing-masing.Puskesmas

36

Kecamatan Mampang Prapatan mengadakan pelayanan kesehatan 5 hari dalam


seminggu, sedangkan hari Sabtu hanya melayani pasien yang mengalami gangguan
darurat saja.Pelayanan terhadap individu yang bersifat pelayanan kuratif umumnya
dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sedangkan
pelayanan terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan preventif kebanyakan
dilaksanakan di luar gedung Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan namun ada
juga yang dilaksanakan di dalam gedung.
Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada loket dengan
pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis pembayaran yang
mengangkut, nama, umur, alamat dan jenis kunjungan seperti BPU, BPG, KIA, KB,
MTBS, dan lain-lain. Kemudian pasien dianamnesis, diperiksa, diagnosis secara
organoleptik, bila perlu dengan memakai peralatan sederhana seperti senter,
stetoskop,

sphygmomanometer,

Doppler,

dan

segenap

peralatan

yang

tersedia.Pemberian terapi yang tepat dilakukan setelahnya dan ada kalanya pasien
dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah mendapat terapi, pasien
langsung ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan penyakit yang
diderita.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan puskesmas lain, Sudin Yankes, dan
lintas sektoral.
1

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut meliputi :
g
h

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
37

i
j
k
l
m
n
2

Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya Pengobatan Penyakit Tidak Menular
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
Promosi Kesehatan
Upaya Pengobatan Dasar
Upaya Pemeliharaan Kesehatan JIwa

Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang


disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada. Pada Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan upaya kesehatan pengambangan meliputi :
g
h

Upaya Kesehatan Sekolah


Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut

3.9 UPAYA

KESEHATAN

WAJIB

PUSKESMAS

KECAMATAN

MAMPANG PRAPATAN
1

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Imunisasi TT dan WUS
Pelayanan KIA dikelola oleh dua orang bidan dan dilakukan setiap hari
Senin-Jumat.
Pelayanan imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis,
untuk bayi yang berhalangan maka dilakukan di Posyandu.
a

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu


bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah.
Selama bulan Januari-April 2016, terdapat 6 program yang cakupan
kegiatannya masih belum mencapai target. Program tersebut meliputi
kunjungan bumil K1 (99,6%), penanganan komplikasi ibu hamil (86,84%),

38

Imunisasi TT (46.53%), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


(97,90%), kunjungan nifas (97,90%), kunjungan balita (90,02%) dan balita
sakit yang ditangani dengan MTBS (91,84%). Sedangkan program yang
cakupan kegiatannya sudah mencapai target adalah penanganan kunjungan
bumil K4, kunjungan bayi, kunjungan balita.
Selama bulan Januari- Juli 2015, didapatkan jumlah peserta KB aktif
di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan belum mencapai target, yaitu
sebesar 14.468 akseptor KB aktif (77,24%).

Tabel 3.8 Hasil Kegiatan Pelayanan KIA di Puskesmas Kecamatan Mampang


Prapatan Bulan Januari-Maret 2016
Indikator

Target Sasaran
(%) 1 Tahun

Cakupan

Sasaran
Bulan
Berjalan

Kegiatan

Persen
(%)

Pencapaian
(%)

Kunjungan bumil K1

100

488

144

125

86.80

86.80

Kunjungan bumil K4

96

488

144

121

84.02

84.02

Pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan

98

488

144

127

88.19

88.19

Kunjungan nifas

98

488

144

127

88.19

88.19

Kunjungan neonatus

97

501

126

116

92.06

92.06

Penanganan komplikasi
neonatus

100

397

231

229

99,13

99,13

Imunisasi TT

80

548

137

51

37.22

46.53

2. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

39

Tujuan program ini adalah meningkatkan gizi seluruh anggota masyarakat


terutama pada sasaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Kegiatan yang
dilakukan antara lain pembinaan dan pelayanan gizi dengan jalan melakukan
monitoring status gizi masyarakat pada kegiatan Puskesmas dan di Posyandu,
yang meliputi penimbangan balita, pemberian tablet vitamin A dosis tinggi pada
anak balita di Posyandu dan murid taman kanak-kanak, pemberian tablet Besi
pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan, dan memberikan penyuluhan.
Jenis kegiatan:

a. Pemantauan dan Pertumbuhan Balita


Indikatornya
1
2
3
4
5

Cakupan program (K/S) sebesar 95.69%


Partisipasi masyarakat (D/S) sebesar 77.23%
Kesinambungan program UPGK (D/K) sebesar 80.71%
Tren kecenderungan status gizi (N/D) sebesar 56.96%
Efektivitas program (N/S) sebesar 43.99%
Dari kelima indikator pemantauan dan pertumbuhan balita yang masih

belum mencapai target pada Januari sampai dengan Maret tahun 2016 adalah 4
program

yaitu

Partisipasi

masyarakat

(D/S),

Kesinambungan

program

UPGK(D/K), Tren kecendrungan status gizi (N/D) dan Efektivitas program


(N/S).
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Pemantauan dan Pertumbuhan Balita di Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan Januari Maret 2016
Sasaran
Indikator
Cakupan program (K/S)

Target
(%)
95

Bulan
Berjalan
6237

Cakupan
Kegiata
n
5669

Persen (%)

Pencapaia
n (%)

90.90

95.69

40

Partisipasi masyarakat
(D/S)
Kesinambungan program
UPGK (D/K)
Tren kecenderungan status
gizi (N/D)
Efektivitas program (N/S)

80

6237

3848

61.7

77.23

70

6019

3400

56.49

80.71

65

3795

1404

37.02

56.96

45

6237

1234

19.79

43.99

Promosi Kesehatan

Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan yang


menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat melalui upaya
upaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat melalui media
penyuluhan.
Tujuan dari program promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Jenis kegiatan:
a

Melakukan penyuluhan kesehatan kelompok dengan sasaran masyarakat umum,


sekolah, dan posyandu

Mengikutsertakan masyarakat supaya berperan aktif dalam program kesehatan


khususnya dalam kegiatan promosi posyandu.

Tabel 3.10 Tabel Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan


Mampang Prapatan Januari Maret 2016
Program
Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Gizi
Imunisasi
Diare

Dalam Gedung
289
119
13
250
186

Luar Gedung
206
1051
0
596
57

41

Demam Berdarah Dengue


Infeksi Saluran Pernapasan Atas
2

83
749

4
0

Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya

atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat
dimana dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya
atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat
dimana dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan. Program
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan masih sebatas monitoring dan belum menjangkau intervensi. Program
tersebut meliputi monitoring kepadatan vektor (populasi nyamuk Aedes aegypti)
dengan Gerakan PSN 30 menit dilakukan bersama tim penggerak PKK
Kecamatan Mampang Prapatan pada setiap Jumat Bersih.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Perumahan
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan TP2M
Jamban Sehat
Akses Air bersih

Tabel 3.11 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan


Mampang Prapatan Januari Maret 2016

Indikator

Target
(%)

Jumlah
tatanan
yang
diperiks
a

Cakupan
Jumlah tatanan
yang memenuhi
syarat

Persen
(%)

Pencapaian
(%)

42

Rumah sehat
TTU yang
memenuhi syarat
TPM yang
memenuhi syarat
Jamban sehat
Akses air bersih
Angka Bebas Jentik

73

100

73

73

100

67

66.67

99.50

60

10

60

100

73
75
95

100
100
131

73
75
130

73
75
99

100
100
104.21

Upaya Kesehatan Jiwa


Tujuan program ini adalah menurunkan angka penyakit gangguan kejiwaan

serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit serta mengkonsolir penyakit
yang telah dapat dikendalikan.

Kegiatan yang dilakukan :


Pelayanan poli dan pengobatan
Pembinaan kader kelurahan peduli jiwa
Kunjungan ke rumah pasien

Tabel 3.12 Jumlah kunjungan pasien jiwa di Puskesmas Kecamatan Mampang


Prapatan Januari Maret 2016
Cakupan
Indikator

Jumlah kunjungan
Bebas pasung

Target
(%)

Sasara
n1
tahun

100
100

1616
1616

Sasar
an
bulan
berjal
an
404
404

Jumlah
tatanan yang
memenuhi
syarat

Persen
(%)

363
404

89.85
100

Pencapaian
(%)

89.85
100

43

Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya

atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat
dimana dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya
atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat
dimana dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan. Program
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan masih sebatas monitoring dan belum menjangkau intervensi. Program
tersebut meliputi monitoring kepadatan vektor (populasi nyamuk Aedes aegypti)
dengan Gerakan PSN 30 menit dilakukan bersama tim penggerak PKK
Kecamatan Mampang Prapatan pada setiap Jumat Bersih.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Perumahan
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum
Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan TP2M
Jamban Sehat
Akses Air bersih

Tabel 3.13 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan


Mampang Prapatan Januari Maret 2016

Indikator

Rumah sehat
TTU yang
memenuhi syarat

Target
(%)

Jumlah
tatanan
yang
diperiks
a

73

100

Jumlah tatanan
yang memenuhi
syarat
73

67

Cakupan
Persen
(%)

Pencapaian
(%)

73

100

66.67

99.50

44

TPM yang
memenuhi syarat
Jamban sehat
Akses air bersih
Angka Bebas Jentik

60

10

60

100

73
75
95

100
100
131

73
75
130

73
75
99

100
100
104.21

Upaya Kesehatan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau

hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana
dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.Program kesehatan lingkungan
yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan masih sebatas
monitoring dan belum menjangkau intervensi. Program tersebut meliputi :
1

Penyehatan lingkungan pemukiman (PLP)


Lingkungan pemukiman mempunyai peranan penting dalam menentukan

derajat kesehatan manusia, dan dipengaruhi oleh kondisi penyediaan air bersih,
sarana pembuangan limbah, cara pembuangan sampah, kondisi rumah (ventilasi,
pencahayaan, overcrowding, slum area, polusi udara, kebisingan).
Pada program ini yang dinilai adalah rumah sehat yang memenuhi syarat
sanitasi, pengadaan air bersih, dan jamban sehat. Rumah yang memenuhi kriteria
rumah sehat adalah sebesar 74,2%. Jamban yang memenuhi syarat sebesar 77,2%,
dan rumah yang memiliki akses air bersih sebesar 77,2%.
2 Monitoring Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)
Monitoring TPUM yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan dilakukan pada tempat makan, pasar, dan tempat ibadah (masjid).TempatTempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat sebesar 81% dan Tempat Pengolahan
Makanan (TPM) yang memenuhi syarat sebesar 76%.
3 Monitoring kepadatan vektor (populasi nyamuk Aedes aegypti)
Berdasarkan data bulan April Juni 2015, angka bebas jentiknya adalah
95,67%.

45

Tabel 3.14 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan


Mampang Prapatan Bulan Januari-Maret 2016

Indikator

Target
(%)

Jumlah
tatanan
yang
diperiksa

Cakupan
Jumlah
tatanan yang
memenuhi
syarat

Persen
(%)

Pencapaian
(%)

Rumah sehat

70

600

445

74,2

106

TTU yang memenuhi


syarat

80

64

52

81

101,25

TPM yang memenuhi


syarat

75

58

44

76

101,33

Jamban sehat

65

600

445

74,2

114,53

Akses air bersih

70

600

463

77,2

110,2

Tabel 3.15 Hasil kegiatan Pemantauan Jentik Berkala di Puskesmas Kecamatan


Mampang Prapatan Bulan Januari-Maret 2016
Indikator

Target
(%)

Diperiksa

Jentik (+)

Angka
bebas
jentik (%)

Pencapaian
(%)

46

Angka Bebas
Jentik

4.

95

600

26

95,67

100,70

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)


Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit serta mengkonsolir penyakit yang
telah dapat dikendalikan. Jenis kegiatan dalam P2PM meliputi :

P2 Diare
Indikator :
Cakupan balita dengan diare yang ditemukan dan ditangani sesuai dengan
standar adalah sebesar 61.26%

Tabel 3.16 Hasil Kegiatan P2P Diare Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
Januari - Maret 2016
Sasara
Sasaran
n
Cakupan
Target
Pencapaian
Indikator
(%)
(%)
1
Bulan
Kegiata Persen
Tahun
Berjalan
n
(%)
Balita dengan diare
100
111
27.75
54
194,59
194.59%
yang ditangani
b

P2 TB Paru
Indikator:
Penemuan pasien baru TB Paru BTA Positif (Case Detection Rate) sebesar 257
jiwa per 100.000 penduduk

Tabel 3.17 Hasil Kegiatan P2PM TB BTA Positif Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan Januari - Maret 2016
Sasaran

Sasaran

Cakupan
47

Penemuan pasien baru


TB BTA Positif

5.

100

63

18

24

133.33

133,33

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)

Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM


Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular didasari
oleh kerangka dasar Blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan
penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor
resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan
saluran napas kronis.
Tujuan
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM
untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan
kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
Indikiator :
1
2

Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 th (%)


Prevalensi penduduk usia 15 th dengan gula darah tinggi (%)

Tabel 3.18 Hasil Kegiatan Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Januari - Maret 2016
Sasaran
Indikator
Prevalensi hipertensi

Target
(%)
25.8

1 Tahun
18.054

Sasaran
Bulan
Berjalan
4513

Cakupan
Kegiata
n
556

Persen
(%)
12.31

Pencapaian
(%)
47.75
48

pada usia 18 th
Prevalensi gula darah
tinggi pada usia 15th

6.78

18054

4513

188

4.16

61.43

6. Promosi kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan di puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
memiliki 1 orang kader yang bertugas sebagai koordinator.
Pelayanan Promosi kesehatan sendiri merupakan upaya di bidang kesehatan
yang mementingkan kesehatan taraf hidup masyarakat melalui upaya pembinaan dan
pengembangan peran aktif masyarakat melalui media penyuluhan. Tujuan dari
program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai masalah
kesehatan sehingga masyarakat dapat menjaga kesehatannya sendiri
Tabel 3.19 Hasil Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Kecamatan Mampang Prapatan
Program

Dalam Gedung

Luar Gedung

7. Kesehatan Ibu dan Anak

Keluarga Berencana

Gizi

Imunisasi

19

Diare

Demam Berdarah Dengue

Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Penyakit Degeneratif

TBC
Kusta

2
2

0
0

U
p
a
y
a

Pengobatan dasar
Upaya pengobatan adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghilangkan gejala atau penyakit dari yang menderita. Tujuan dari program upaya

49

pengobatan dasar adalah untuk meningkatkan tingkat kesehatan dari seseorang atau
masyarakat dengan cara memberhentikan perjalanan penyakitnya, mengurangi
penderitaan karena rasa sakit, mencegah dan mengurangi kecacatan dan meneruskan
penderita ke fasilitas yang lebih memadai jika dibutuhkan.
Pelayanan pengobatan dasar di puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
terdiri dari pelayanan rawat jalan poliklinik umum, gigi, PKPR dan MTBS.
Pelayanan penngobatan dibuka setiap hari senin sampai jumat pukul 08.00 hingga
12.00 dan dilanjutkan kembali pukul 13.30 hingga 15.00. pelayanan dikelola oleh 2
dokter umum dan 1 dokter gigi.
Tabel 3.20 Pelayanan Per Hari Puskesmas
Poli

Jumlah Pasien

Umum

40-60 pasien perhari

Gigi dan Mulut

5-10 pasien perhari

MTBS

10.20asien perhari

8. Data dasar sekolah di Kecamatan Mampang Prapatan


Data dasar sekolah di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan berdasarkan
rekapitulasi seksi Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan Mampang Prapatan Tahun
Pelajaran 2015/2016.

50

Tabel 3.21 Data jumlah sekolah Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2016

51

BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.1 Rancangan Diagnostik komunitas
Jenis Penelitan ini adalah penelitian deksriptif kualitatif, dimana penelitian
dilakukan dengan mendeskripsikan serta menganalisis data dengan tujuan utama
untuk memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif yang bersifat
aktual.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa wawancara dengan tujuan membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
4.2 Metode Diagnostik
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah hanlon kualitatif.
4.2.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada warga, kader kelurahan,
kepala koordinator pemegang program dan petugas program PTM dari Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan.
Data sekunder diperoleh dari data target sasaran program di Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan serta laporan kegiatan bagian dari masing-masing
program Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
4.2.2 Sumber data
Data yang dikumpulkan didapatkan melalui telaah dokumen, wawancara
mendalam (indepth interview) terhadap warga, kader kelurahan, kepala koordinator
pemegang program PTM.
52

Dari hasil wawancara terhadap warga, disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai


hipertensi masih kurang. Warga mengetahui apa itu hipertensi namun kurang tahu
mengenai penyebab, gejala, akibat yang ditimbulkan apabila tidak berobat, serta
kepatuhan meminum obat. Dengan adanya posbindu warga merasa sangat terbantu
untuk menjaga kesehatannya. Namun ada beberapa warga yang menyatakan
seharusnya setelah pemeriksaan diadakan pengobatan sehingga warga tidak perlu dua
kali bekerja untuk mendapatkan pengobatan.
Kader kelurahan menyatakan jumlah peserta posbindu mengalami
peningkatan dan penurunan yang tidak pasti, namun lebih cenderung mengalami
penurunan. Pernah terjadi peningkatan yang sangat tinggi dikarenakan pemeriksaan
yang tidak dipungut bayaran, namun setelah itu jumlah peserta posbindu kembali
seperti bulan bulan sebelumnya.
Dari hasil wawancara dengan koordinator program PTM, apabila warga
memang menyayangkan posbindu yang tidak mendapatkan pengobatan,
penggabungan antara posbindu dan puskesmas keliling dapat menjadi salah satu
alternatif. Kita dapat mengevaluasi apakah langkah tersebut efektif dengan melihat
jumlah warga yang datang, dan dapat kita lihat apakah ada warga yang sebelumnya
belum pernah ikut serta dalam posbindu menjadi ikut serta dengan penggabungan ini.
Sehingga indikasi penjaringan warga-warga untuk ikut memeriksakan dirinya dapat
juga dapat dinilai.
4.2.3 Indikator Keberhasilan PTM

Cakupan program PTM 100%

4.3 Lokasi dan Waktu


4.3.1 Lokasi
Dilaksanakan di RW 04 di Kecamatan Mampang Prapatan, Bangka Jakarta
Selatan.

53

4.3.2 Waktu
Survey dilakukan pada bulan April 2016 - Mei 2016 dengan mengevaluasi
program PTM pada warga di Kecamatan Mampang Prapatan.
4.4 Sampel Diagnostik Komunitas
4.4.1 Sampel Survey
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan
kriteria inklusi sebagai berikut :
1

Keluarga yang menetap di Kecamatan Mampang Prapatan yang memiliki


Kartu Keluarga terdaftar di Kecamatan Mampang Prapatan dan bersedia
diwawancarai, koordinator program PTM Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan.

4.5 Analisa komunitas


Data yang sudah terkumpul dari puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan di
analisa dengan membandingkan dengan SPM hasil kegiatan dengan pencapaian yang
kurang dari 100% dan lebih dari 100% berdasarkan SPM merupakan masalah. Dari
berbagai masalah tersebut dilakukan upaya pemecahan masalah dengan menerapkan
metode algoritma problem solving cycle yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah
maka selanjutnya melakukan penentuan prioritas masalah dengan metode hanlon
kualitatif, kemudian diambil salah satu program bermasalah yang akan dipecahkan.
Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kuantitatif dengan pendekatan sistem
yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material,
machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1,
P2, P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone
Analysis,sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh
faktor lingkungan. Data kemudian diolah untuk mengidentifikasi permasalahan dan
mencari penyebab yang paling mungkin. Langkah selanjutnya menentukan alternatif
54

pemecahan masalah kemudian penetapan pemecahan masalah terpilih dengan


menggunakan metodematrixdengan rumus m.i.v/c. Selanjutnya menyusun rencana
kegiatan terpilih dan membuat Plan of Action (POA) dari rencana kegiatan.

55

8.Monitoring

7. Penentuan rencana pene

6. Penetapan pemeca

5. Men

BAB V
ANALISIS MASALAH
5.1 Alur Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah pada survei ini dilakukan berurutan sesuai dengan
gambar berikut ini :

56

Gambar 5.1 Problem solving cycle


Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti di atas.
Dimulai dari identifikasi masalah berdasarkan Laporan Tahunan 2015 dan laporan
bulanan edisi bulan Januari sampai Maret 2016. Dari masalah yang ditemukan dipilih
salah satu yang menjadi prioritas utama melalu teknis Hanlon Kualitatif. Kemudian
penyebab masalah diidentifikasi melalui metode pendekatan sistem. Konfirmasi
penyebab masalah yang paling mungkin dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Setelah itu setiap masalah dikaji untuk dicari alternatif pemecahannya yang kemudian
diurutkan sesuai prioritas menggunakan kriteria Matrix. Rencana penerapan
pemecahan masalah dituangkan dalam tabel plan of action. Setelah itu dilakukan
intervensi terhadap masalah tersebut dan hasil kegiatan, monitoring dan evaluasi
diserahkan kepada pihak puskesmas.
5.2 Kerangka Pikir Masalah

prevalensihiper
tensi 18
tahun

Gambar 5.2 Kerangka Pikir


57

Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program
program puskesmas kelurahan bangka.
Dasar untuk memutuskan adanya masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi atau inventarisasi masalah dari Standar Pelayanan Minimal
puskesmas kelurahan bangka
2. Penentuan prioritas masalah yang ada
3. Penentuan penyebab masalah
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
6. Penetapan pemecahan masalah
7. Penyusunan rencana penerapan
8. Monitoring dan evaluasi
5.3 Cakupan Program Yang Bermasalah
Dari Laporan Tahunan 2015 dan Laporan Bulanan Januari Maret 2016,
masalah yang dapat diidentifikasi dari Puskesmas Kelurahan Bangka tercantum
dalam Tabel 5.1 Identifikasi masalah dilakukan dengan menentukan hasil kegiatan
program yang pencapaiannya kurang dari 100%. dan lebih dari 100%
5.4 Penentuan Prioritas Masalah
Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kualitatif.
5.4.1 Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Tabel 5.1 Program Puskesmas yang belum mencapai target
58

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pencapaian
(< 100%)

Program
Imunisasi TT
Partisipasi masyarakat (D/S)
Kesinambungan program UPGK (D/K)
Tren kecenderungan status gizi (N/D)
Efektivitas program (N/S)
Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15 tahun
Jumlah kunjungan poli jiwa
Jumlah peserta KB aktif

46.53
77.23
80.71
56.96
43.99
46.33
59.68
89.85
77.24

Besarnya
Masalah(%)
54.47
22.77
19.29
43.04
54.01
53.67
40.32
10.15
22.76

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3.3 log 9
k = 1+ 3.3 (0.95)
k = 4.14 dibulatkan menjadi 4

k = 1 + 3,3 Log N
NNn

Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar
: 54.47%
terkecil
: 10.15%
Interval

: nilai terbesar nilai terkecil


K
: 171,92 4,21 11.08
4

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
Tabel 5.2 Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas
Skala Interval
Nilai
Skala 1
10.15-21.23
1
Skala 2
21.24-32.32
2
Skala 3
32.33-43.41
3
59

Skala 4

43.42-54.5

60

Langkah 5: Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 5.3 Penentuan nilai tiap masalah berdasarkan kelas


Besarnya
Besar
masalah
nya
terhadap
Masalah
Masal pencapaian
ah
1 2 3 4
Imunisasi TT
54.47
X
Partisipasi masyarakat (D/S)
22.77
X
Kesinambungan program UPGK (D/K)
19.29 X
Tren kecenderungan status gizi (N/D)
43.04
X
Efektivitas program (N/S)
54.01
X
Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
53.67
X
Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15
40.32
tahun
X
10.15
Jumlah kunjungan poli jiwa
X
22.76
Jumlah peserta KB aktif
X

Nilai

4
2
1
3
4
4
3
1
2

5.4.2 Kriteria B: Kegawatan masalah


Tabel 5.4 Penilaian masalah berdasarkan kegawatan
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

MASALAH
Imunisasi TT
Partisipasi masyarakat (D/S)
Kesinambungan program UPGK (D/K)
Tren kecenderungan status gizi (N/D)
Efektivitas program (N/S)
Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15 tahun
Jumlah kunjungan poli jiwa
Jumlah peserta KB aktif

JUMLAH

4
3
2
2
2
4
4
2
3

3
2
3
2
2
4
4
3
4

2
1
3
2
2
3
3
2
3

3
4
2
1
2
4
4
2
4

12
10
10
7
8
15
15
9
14

61

5.4.3 Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Tabel 5.5 Penilaian masalah berdasarkan kemudahan dalam penganggulangan
No
MASALAH
NILAI
1 Imunisasi TT
3
2 Partisipasi masyarakat (D/S)
3
Kesinambungan
program
UPGK
(D/K)
3
2
4 Tren kecenderungan status gizi (N/D)
2
5 Efektivitas program (N/S)
2
6 Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
4
Prevalensi
gula
darah
tinggi
pada
usia

15
tahun
7
4
8 Jumlah kunjungan poli jiwa
2
9 Jumlah peserta KB aktif
4
5.4.4 Kriteria D: PEARL faktor
Tabel 5.6 Kriteria D (PEARL FAKTOR)
Masalah
Imunisasi TT
Partisipasi masyarakat (D/S)
Kesinambungan program UPGK (D/K)
Tren kecenderungan status gizi (N/D)
Efektivitas program (N/S)
Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15 tahun
Jumlah kunjungan poli jiwa
Jumlah peserta KB aktif

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

Hasil
Kali
1
1
1
1
1
1
1
1
1

5.4.5 Penilaian prioritas masalah


Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D

62

Tabel 5.7 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kualitatif


No

Masalah

Imunisasi TT
Partisipasi masyarakat (D/S)
Kesinambungan program UPGK (D/K)
Tren kecenderungan status gizi (N/D)
Efektivitas program (N/S)
Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15
7 tahun
8 Jumlah kunjungan poli jiwa
9 Jumlah peserta KB aktif
1
2
3
4
5
6

NPD

NPT

4
2
1
3
4
4

12
10
10
7
8
15

3
3
2
2
2
4

1
1
1
1
1
1

48
36
22
20
24
76

48
36
22
20
24
76

Urutan
Priorit
as
IV
V
VII
VIII
VI
I

3
1
2

15
9
14

4
2
4

1
1
1

72
20
64

72
20
64

II
IX
III

5.5 Urutan Prioritas Masalah


1. Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun
2. Prevalensi gula darah tinggi pada usia 15 tahun
3. Jumlah peserta KB aktif
4. Imunisasi TT
5. Partisipasi masyarakat (D/S)
6. Efektivitas program (N/S)
7. Kesinambungan program UPGK (D/K)
8. Tren kecenderungan status gizi (N/D)
9. Jumlah kunjungan poli jiwa

63

BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1 Analisis Penyebab Masalah
Analisis penyebab masalah digali berdasarkan data yang didapatkan di
Puskesmas kecamatan Mampang Prapatan. Masalah yang didapat pada bulan Januari
Maret 2016 berupa rendahnya prevalensi deteksi dan pengobatan hipertensi pada
usia 18 tahun. Berbagai penyebab masalah kemudian dianalisis dengan
menggunakan fish bone analysis.
6.2 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Terdapat beberapa hal yang mampu mendasari timbulnya masalah antara
target hasil yang telah ditetapkan dengan hasil nyata yang terjadi dilapangan, dimana
hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Cara menganalisis penyebab masalah
dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi, input, proses, output,
outcome, serta environment sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal apa
saja yang dapat menyebabkan timbulnya masalah tersebut.

64

Tabel 6.1 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Program PTM


ditinjau dari Faktor Input
INPUT
MAN
(Tenaga
Kerja)

KELEBIHAN
Tersedianya tenaga kesehatan
(dokter dan paramedis), staff di
Puskesmas
Tersedianya
petugas
yang
melakukan pencatatan
Dokter dan paramedis sudah
mengikuti pelatihan Hipertensi
Ada jadwal tetap POSBINDU di
masing-masing RW
Terdapatnya 2 duta PTM di setiap
RW (posbindu)

MONEY
(Pembiayaan
)

Tersedianya dana operasional


-Masih belum adanya dana untuk
kesehatan
pembelian strip pemeriksaan gula, asam
urat, dan kolesterol.

MATERIAL Ketersediaan alat tercukupi karena


(Perlengkap
alat mudah didapat
an)
METHOD
(Metoda)

KEKURANGAN
- Kurangnya kemampuan kader
dalam menangani dan pemberian
penyuluhan
kepada
warga
mengenai Hipertensi.

Tidak tersedianya pengobatan pada


kegiatan POSBINDU sehingga
mengurangi minat masyarakatnya.

Sudah
berjalannya
program Kurangnya
penyampaian
langsung
kepada
masyarakat,
hipertensi mengenai pelayanan
karena
informasi
mengenai
kesehatan
seperti
screening
Hipertensi
sering
terputus
di
kesehatan
dan
posbindu,
kader
posyandu
lansia,
puskesmas
Kurang
tepatnya
waktu
keliling dan ketuk pintu
pelaksanaan POSBINDU.

MACHINE
(Peralatan)

Tersedianya
pencatatan
Beberapa media
kesehatan

buku
promosi

-Kurangnya
fasilitas
seperti
alatpemeriksaan tekanan darah dan
alat cek darah sederhana pada setiap
RT.

65

Tabel 6.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Program Hipertensi


Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES
P1
(Perencanaan)

KELEBIHAN
KEKURANGAN
Jadwal perencanaan program Kurangnya
penyampaian
informasi
tentang
jadwal
Hipertensi sudah ada untuk
program
hipertensi
pada
tahun 2016
warga sekitar

P2

(Penggerakan
dan Pelaksanaan)

Sudah melaksanakan program Waktu kegiatan Posbindu yang


kurang
sesuai
dengan
penanggulangan hipertensi di luar
keadaan
warga
saat
puskesmas seperti; skrinning
pelaksanaan
dilakukan.
kesehatan
oleh
posbindu,
posyandu lansia, puskesmas
keliling dan ketuk pintu.

Sistem pelaporan tahunan hasil -Pengawasan dan evaluasi terhadap


program hipertensioleh petugas
kegiatan program hipertensi.
kesehatan di masyarakat belum
terlaksana

P3
(Penilaian,
Pengawasan
Pengendalian)
LINGKUNGAN

Puskesmas yang dapat dijangkau


oleh masyarakat
Lokasi
puskesmas
cukup
berdekatan dengan rumah-rumah
penduduk sekitar.

-Kurangnya
pengetahuan
dan
kepedulian masyarakat tentang
kesehatan.
- Kurangnya kepatuhan masyarakat
pada nasehat dan pengobatanyang
diberikan petugas kesehatan .

66

belum adanya dana


untuk pembelian strip
pemeriksaan gula, asam
urat, dan kolesterol

MAN

-Masih

INPUT

- Kurangnya kemampuan kader dalam


menangani dan pemberian penyuluhan kepada
warga mengenai Hipertensi.
-Tidak tersedianya pengobatan pada
kegiatan
POSBINDU
sehingga
mengurangi minat masyarakatnya.

MONEY

- Kurangnya kepatuhan masyarakatpada


nasehat dan pengobatanyang diberikan petugas
kesehatan .

MATERIAL

Kurangnya penyampaian

METHOD
MACHINE

langsung kepada masyarakat,


karena informasi mengenai
Hipertensi sering terputus di
kader
Kurang tepatnya waktu
pelaksanaan POSBINDU.

-Kurangnya pengetahuan dan kepedulian


masyarakat tentang kesehatan.

-Kurangnya fasilitas seperti


alatpemeriksaan tekanan darah
dan alat cek darah sederhana
pada setiap RT.

LINGKUNGAN
Kurangnya prevalensi
penderita hipertensi usia
18 th

P3
-Pengawasan dan evaluasi terhadap

Kurangnya

penyampaian
informasi tentang jadwal
program hipertensi pada
warga sekitar

program
kesehatan

hipertensi
di

oleh

masyarakat

terlaksana
-Waktu

P1
P2

PROSE
S

kegiatan
Posbindu yang kurang
sesuai
dengan
keadaan warga saat
pelaksanaan

Gambar 5. Diagram Fish Bone Berdasarkan Pendekatan


Sistem

67

petugas
belum

Tabel 6.3 Rencana Kegiatan (Plan of Action)


No.
1

No

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Membuat leaflet
yang
menarik
tentang deteksi
dini
dan
penanggulangan
hipertensi yang
dapat diberikan
kepada
masyarakat saat
sedang
melaksanakan
progam
hipertensi.

Untuk
mengedukasi
masyarakat
agar
mengetahui apa
itu hipertensi,
cara deteksinya
dan cara
penanggulanga
nnya.

Masyarakat
beresiko
hipertensi usia
18 th kelurahan
Bangka

Menggabungkan
program
Posbindu dengan
Puskesmas
keliling

Agar
masyarakat
tidak hanya
mendapatkan
edukasi tetapi
langsung dapat
ditanggulangi
bagi yang perlu
ditanggulangi
dengan obat.

Masyarakat
beresiko
hipertensi usia
18 th

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Penanggun
g Jawab
Saat
Kepala
pelaksana Puskesmas,
an
kepala
posbindu, koordinator
ketuk
program
pintu dan PTM
puskesma
s keliling
dan ketuk
pintu.

Posbindu
dan
pusling
Keluraha
n Bangka

Tempat

Kepala
puskesmas,
kepala
koordinator
program
PTM

Penanggu

Pelaksana

Waktu

Dokter
muda,
ketua
koordinator
PTM

Mei
2016

Dana
Dana
swaday
a

Metode

Kriteria
Keberhasilan
Indikator:

Mencetak
leaflet dan - Meningkatnya
membagik
informasi dan
pengetahuan kader
annya pada
dan warga di setiap
masyarakat
posbindu, ketuk
yg
pintu dan pusling
beresiko
kelurahan bangka
hipertensi.

- Bagi yang terdeteksi


hipertensi dapat
kontrol rutin di
puskesmas

Dokter
muda,
kepala
koordinator
dan
koordinator
program
PTM

Pelaksa

Juni,
2016

Waktu

Dana
swaday
a

Dana

Melakukan Indikator:
skrining, - Meningkatnya
edukasi
informasi dan
pengetahuan kader
dan
dan warga di setiap
pengobata
posbindu kelurahan
n pada
Bangka.
penggabun
- Bagi yang terdeteksi
gan
hipertensi dapat
program
kontrol rutin di
posbindu
puskesmas
dan
puskesmas
keliling.

Metode

Kriteria

68

6.3

Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Didapatkan 10 daftar masalah perilaku yang pencapaiannya belum mencapai target

yang ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan alternatif pemecahan


masalah, yang dapatdilihat pada tabel berikut, yaitu:
Tabel 6.4 PenentuanAlternatifPemecahanMasalah
No.
Penyebab Masalah
1 Kurangnya tenaga terlatih
untuk
meningkatkan
kesadaran masyarakat akan
pentingnya
deteksi
dan
penanggulangan
hipertensi
sehingga jarang diadakan
pelatihan untuk para kader
serta masyarakat mengenai
.pelatihan
dan
edukasi
tersebut

AlternatifPemecahanMasalah
Memberdayakan dokter muda atau petugas kesehatan lainnya
untuk melakukan bina kader serta melakukan penyuluhan
langsung kepada masyarakat

Kurangnya
penyampaian
langsung
kepada
masyarakat,
karena
informasi
mengenai
pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi terputus di
kader

Melakukan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat serta


merencanakan penjadwalan untuk dilakukannya kunjungan rumah
agar tenaga kesehatan bisa langsung membimbing masyarakat
untuk melakukan deteksi dan penanggulangan hipertensi

Kurangnya
kader
terlatih dalam terjun
kunjungan
rumah
yang terjadwal dan
berkesinambungan
untuk
membimbing
masyarakat
secara
langsung
dalam
melakukan
pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi

Menyusun jadwal kunjungan rumah yang berkesinambungan bagi


kader agar bisa langsung membimbing masyarakat untuk
melakukan pentingnya deteksi dan penanggulangan hipertensi

Pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi
kurang
tersampaikan
ke
warga oleh kader.

Melakukan penyuluhan langsung mengenai pentingnya deteksi dan


penanggulangan hipertensi ke acara-acara yang ramai didatangi
warga dan menekankan kepada para kader untuk mendistribusikan
penyuluhan ke para warga

Kurang tersedianya media


penyampaian
informasi
penyuluhan yang menarik

Membuat media yang menarik seperti leaflet dan poster

69

Kurangnya
penyampaian
informasi
tentang
jadwal
program
hipertensi pada warga
sekitar

Merancang jadwal yang tertulis dan dicetak diperbanyak untuk


disebarkan kepada warga tentang adanya program Hipertensi yang
terdapat
penyuluhan mengenai pentingnya deteksi dan
penanggulangan hipertensi.

Penyuluhan
tentang
pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi
kepada
masyarakat
yang
masih kurang dan
penyampaian
informasi penyuluhan
yang kurang spesifik
serta tidak didukung
dengan media yang
menarik

Memberikan penyuluhan dengan materi yang spesifik dengan


media yang menarik berupa dialog interaktif, leaflet dan poster

Kurangnya
pemantauan
dan
evaluasi yang terukur
terhadap
tingkat
pengetahuan
masyarakat mengenai
pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi di rumah
masing-masing

Dilakukannya kunjungan rumah agar dapat memantau dan


mengevaluasi secara langsung bagaimana deteksi dan
penanggulangan hipertensi

Kurangnya
pengetahuan
masyarakat mengenai
pentingnya
deteksi
dan penanggulangan
hipertensi

Memberikan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat


mengenai pentingnya deteksi dan penanggulangan hipertensi

10

Kurang patuh terhadap Memanfaatkan ruangan poli yang sudah ada menjadi lebih optimal
edukasi kesehatan
yang Pengadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang berjalannya
diberikan petugaskesehatan program hipertensi

70

PENYEBAB MASALAH

ALTERNATIF PEMECAHAN

Kurangnya
sumber daya
manusia ahli dalam hipertensi
Kurangnya
penyampaian
langsung kepada masyarakat,
karena informasi mengenai
pentingnya
deteksi
dan
penanggulangan
hipertensi
terputus di kader
Tidak adanya kunjungan
rumah yang terjadwal dan
berkesinambungan untuk
membimbing masyarakat
secara langsung
hipertensi
tidak menjadi

Menyusun jadwal kegiatan penyuluhan deteksi


dan penanggulangan hipertensi pada setiap
kegiatan posbindu, posyandu lansia, ketuk
pintu

dan

Puskesmas

keliling

dengan

memberdayakan dokter muda atau petugas


kesehatan lainnya

deteksi

dan

penanggulangan

Melakukan bina kader di Puskesmas


Kelurahan Bangka
.

prioritasmateri penyuluhan
Tidak tersedianya media
penyampaian informasi
penyuluhan yang menarik

Kurangnya penyampaian
informasi tentang jadwal
program hipertensi pada
warga sekitar
Penyampaian informasi
penyuluhan yang kurangspesifik
Kurangnya pemantauan
danevaluasispesifik
Kurangnyapengetahuanmas
yarakat

Kurangpatuh terhadap edukasi


kesehatan yang diberikan

Menyusun jadwal kunjungan rumah


yang
berkesinambungan
dengan
memberdayakan doktermuda atau
petugas kesehatan lainnya

Memberikan penyuluhan tentang deteksi dan


penanggulangan hipertensi dengan

dialog interaktif, media yang menarik seperti


poster, dan leaflet kepada kader dan masyarakat
sekitar kelurahan Bangka

Gambar 6. Alternatif pemecahan masalah

Layanan PKPR di Puskesmas


belum Optimal karena belum
adanya dokter terlatih PKPR
dan sarana prasarana yang
terbatas
diakibatkan
pemindahan puskesmas yang
sekarang ruangannya lebih
diminimaliskan.

Layanan PKPR di Puskesmas


belum Optimal karena belum
adanya dokter terlatih PKPR
dan sarana prasarana yang
terbatas
diakibatkan
pemindahan puskesmas yang
sekarang ruangannya lebih
diminimaliskan.

konsep

71

6.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks


Setelah mendapatkan beberapa pemecahan masalah, maka perlu ditentukan
pemecahan masalah yang paling efektif guna meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai deteksi dan penanggulangan hipertensi. Salah satu cara penentuan prioritas
pemecahan masalah adalah dengan kriteria matriks yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 6.5 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Penyelesaian
Masalah

Nilai Kriteria

Hasil akhir

Urutan

(M x I x V) / C

48

II

62,5

18

IV

36

III

Urutan alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut :


1. Melakukan bina kader di Puskesmas Kelurahan Bangka
2. Menyusun jadwal kegiatan penyuluhan deteksi dan penanggulangan hipertensi
pada setiap kegiatan posbindu, posyandu lansia, ketuk pintu dan Puskesmas
keliling dengan memberdayakan dokter muda, kader, atau petugas kesehatan
lainnya
3. Memberikan penyuluhan tentang deteksi dan penanggulangan hipertensi dengan
konsep dialog interaktif, penyuluhan, dan leaflet kepada kader dan masyarakat
sekitar Puskesmas Kelurahan Bangka
4. Menyusun jadwal kunjungan rumah yang berkesinambungan
memberdayakan dokter muda, kaader atau petugas kesehatan lainnya

dengan

72

BAB VII
HASIL INTERVENSI KEGIATAN
7.1 Evaluasi Data Kualitatif
7.1.1 Hasil Wawancara Masyarakat
Wawancaradilakukankepadamasyarakatyangberjumlah 62 orangsebagai
perwakilankeluargamasingmasingyangberadadiKecamatanMampangPrapatan.
Darijawabanmasyarakatdapatdiketahuibahwamerekamengertiapaituhipertensi,
apa komplikasi hipertensi, bagaimana pengobatannya, dan bagaimana pencegahan
darihipertensi.Halinidicontohkandalamsalahsatukuotasimasyarakatdibawahini:
"Cara mgengetahuinya sih gampang Dok, datang aja ke puskesmas terdekat untuk
meminta cek tensi, insaAllah kita bisa tahu dan terhindar dari komplikasi hipertensi"
(Ibu WT)
"Kalau kita gak rajin berobat, bisa-bisa kena sakit yang lain pasti Dok" (Ibu AN)
Namuntidaksemuamengertibahwapengobatanhipertensiharusdilakukan
seumurhidup.Halinidicontohkandalamsalahsatukuotasimasyarakatdibawahini:
kalau lagi kerasa gak enak aja Dok baru minum obat darah tingginya (Ibu SW)
"Saya pikir kalo kerasa pusing pusing aja Dok artinya tensinya lagi naik, jadi saya
gak pernah tau kalo hipertensi sering gak ada tandanya" (Ibu KR)
Untuk pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko dan pencegahan
hipertensidapat dibilang masih kurang memadai,. Salah satunya akan dikutip dalam
kuotasi responden di bawah ini:
Aduh saya gak tau Dok kalau makanan yang asin-asin itu bisa bikin tensi naik,
padahal saya doyan makanan yang rasanya gurih Dok (Ibu DK)
Selain mendukung dalam deteksi dan pengobatan dini hipertensi,

para

masyarakat juga sadar akan kurangnya pengetahuan dalam bidang tersebut sehingga
merekapun

mengaku

sangat

penting

diadakannya

penyuluhan

mengenai

hipertensi.Halinidicontohkandalamsalahsatukuotasimasyarakatdibawahini:

73

Perlu, karena sekarang lagi semakin banyak yang darah tinggi kan Dok, pasti deh
banyak banget warga yang belum tau banyak tentang hipertensi, terus kalau
masyarakatnya pada gak tau gimana caranya sadar mau berobat, yang ada nanti
banyak warga yang sakit stroke atau komplikasi dari hipertensi disini" (Ibu PP)
Berdasarkan wawancara terhadap perwakilan dari masing-masing keluarga
yang berada di Kecamatan Mampang Prapatan, disimpulkan bahwamasih
banyakmasyarakat yangmemiliki pengetahuan yang cukup rendah mengenai
hipertensi.
7.1.2 Hasil Wawancara Kader
Wawancara dan diskusi dilakukan bersama para kader kesehatan Kecamatan
Mampang Prapatan. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa penyuluhan dan edukasi
yang dilakukan oleh puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan kepada kader
kesehatan mengenai dereksi dan pengobatan dini hipertensi cukup. Hal ini
dicontohkan dalam salah satu kutipan wawancara di bawah ini:
" Kalo penyuluhan gitu sih udah sering deh rasanya dok, ada lah beberapa
kali gitu dijelasin tentang hipertensi dan gejala gejalanya ke kita-kita" (Kader RT 02)
Kader kesehatan juga mengakui bahwa pengetahuan mereka mengenai deteksi
dan pengobatan dini hipertensi sudah baik.
" Ya saya sih ngerasa nya udah ngerti dok kalau hipertensi gitu, kalo ditanya
masyarakat juga Insya Allah bisa jawabnya, cuma kalo kita nya aja yang semangat
mengajak untuk cek rutin dan berobat tapi yang sakit cuek cuek aja ya mau gimana
dong dok" (Kader RT 02)
Kader kesehatan Kecamatan Mampang Prapatan mengakui bahwa sebetulnya
informasi mengenai deteksi dan pengobatan dini hipertensi belum tersampaikan
secara merata kepada seluruh masyarakat, walau para kader sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk menginformasikannya ke masyarakat melalui program
posbindu

74

" Dok kami sudah usaha sebisanya ngasih tau masyarakat, ngingetin, dan
ngajarin masalah hipertensi di posbindu, tapi memang sulit selama ini untuk benerbener memastikan semua nya ngerti dan mengamalkan di dirinya masing-masing.
Kami juga sulit dok gimana caranya ngumpulin warga semua nya sekaligus terus
menghimbau melakukan cek dan berobat rutin, kami sih paling ngingetin ya kalau
lagi kumpul-kumpul aja" (Kader RT 07)
" Bukannya nyalahin masyarakat ya dok ya, tapi sampe bibir dower ngasih tau
juga kalo masyarakatnya ga peduli sama penyakitnya susah dok" (Kader RT 02)
7.1.3 Hasil Wawancara Koordinator Program
Dari hasil wawancara didapatkan belum pernah menjalankan posbindu dan
pusling secara bersamaan. Hal ini dicontohkan dalam salah satu kuotasi di bawah ini:
Kalau untuk posbindu, pokoknya kita usahakan semaksimal mungkin lah program
nya jalan dan kader pintarnya benar benar bisa mengajak warga utuk lebih peduli
sama hipertensi. Paling kesulitannya itu sih, jadi mesti lebih belajar lagi dan mesti
lebih banyak lagi pelatihan mengenai hipertensi in untukpara kadernyai
Pelaporan dan pencatatan serta koordinasi kader dengan petugas kesehatan
sudah berjalan dengan baik. Seperti pada ungkapan berikut:
biasanya kan kader punya laporan jumlah peserta posbindu dan catatannya, nah
nanti dilihat oleh kader warga yang perlu dirujuk ke puskesmas untuk berobat dan
yang cukup mengubah gaya hidup saja, sejauh ini sih pelaporan dan pencatatan
berjalan baik ya
Namun penyuluhan mengenai hal ini belum dilakukan kepada para kader dan
masyarakat luas untuk tahun ini jadwal dan materinya pun tidak pasti. Seperti kutipan
dibawah ini:
kalau yang tahun ini sih belum ada jadwal pasti, taun ini sih kita fokusnya ke acara
rutin anggota diabetes mellitus di puskesmas, tapi kalau kita sih setiap kali turun,
kayak misalnya ada acara memberi pengarahan dari pihak puskesmas gitu misalnya
pas PSN kita ngomong masalah penyakit salah satunya mengenai hipertensi ini juga
Berdasarkan hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab
masalah rendahnya pengetahuan mengenai deteksi dan pengobatan dini hipertensi di

75

masyarakat Kecamatan Mampang Prapatan bersifat multifaktorial.Banyak hal yang


perlu ditingkatkan, dimulai dari koordinator kesehatan lingkungan yang masih butuh
pelatihan secara umum dan butuh adanya penyuluhan dan penyampaian informasi
yang menyeluruh dan terjadwal dari petugas kesehatan kepada masyarakat secara
langsung mengenai hal ini, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang lebih
merata.
7.2 Evaluasi Intervensi Komunitas
7.2.1 Menyusun jadwal kegiatan penggabungan Posbindu dengan Puskesmas
Keliling
Sejauh ini tidak ada jadwal kegitan penggabungan Posbindu dengan
Puskesmas Keliling secara tertulis yang dibuat oleh kepala program penyakit
tidak menular. Penggabungan Posbindu dengan Puskesmas Keliling belum
pernah dilakukan mengingat adanya keterbatasan tenaga kesehatan setempat
dan program yang belum jelas.Memberikan informasi kepada kader bahwa
penggabungan

Posbindu

dengan

Puskesmas

Kelilingdilakukan

untuk

meningkatkan kembali minat warga untuk datang ke Posbindu yang dimana


warga selama ini lebih memilih untuk datang ke Puskesmas Keliling yang
diadakan di hari yang berbeda.Sedangkan untuk mengisi kekurangan tenaga
medisnya peneliti membuat jadwal penggabungan Posbindu dengan
Puskesmas Keliling dengan memperdayakan dokter muda dan tenaga
kesehatan, sehingga program ini diharapkan dapat berjalan secara
berkesinambungan dan dapat meningkatatkanangka c dikelurahanBangka,
Jakarta Selatan.
7.2.2 Melaksanakan penggabungan Posbindu dengan Puskesmas Keliling
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yangtelah dilakukan pada tanggal 02
Juni 2016 di RW 04 , Kecamatan Mampang Prapatan. Pada saat
penggabungan Posbindu dengan Puskesmas Keliling didapatkan peningkatan
76

warga yang datang ke Posbindu. Dengan jumlah keseluruhan warga sebanyak


62 orang dengan 21 warga baru yang sebelumnya belum pernah datang.
Penggabungan ini dibuka dengan 2 meja pendaftaran di satu tempat. Terdapat
1 meja pendaftaran untuk Posbindu dengan syarat seluruh warga yang datang
usia 15-60 tahun wajib mendaftar di Posbindu. Untuk meja pendaftaran
Puskesmas Keliling untuk usia <15 tahun dan >60 tahun boleh langsung
berobat.
Hal ini dilakukan untuk menyadarkan warga pentingnya dan manfaat
mengikuti Posbindu. Peneliti menggunakan dialog interaktif kepada setiap
warga yang baru pertama kali datang ke Posbindu tentang pentingnya dan
manfaat Posbindu. Cara ini cukup bermanfaat karena banyak sekali warga
yang tidak mengetahui fungsi dari Posbindu itu sendiri.

77

Jumlah Pasien Posbindu tahun 2015-2016


80
70
60
50
40
30
20
10
0

Jumlah Psien Posbindu


tahun 2015-2016

7.2.3 Memberikan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi


Berdasarkan kegiatan penyuluhan yangtelah dilakukan pada tanggal 06
Juni 2016 dan 07 Juni 2016 di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
Pada saat penyuluhan kami melakukan dialog interaktif dengan masyarakat
yang datang ke Puskesmas mengenai penyakit Hipertensi, yang dibantu
dengan media yang cukup mearik, karena kami menyiapkan leaflet yang
mudah dimengerti oleh masyarakat, serta dibagikan langsung kepada
masyarakat yang datang ke Puskesmas.

78

Penyuluhan yang menggunakan cara dialog interaktif cukup


bermanfaat, sehingga masyarakat bisa menanyakan apapun masalah pada
masyarakat. Dari hasil kegiatan penyuluhan didapatkan data bahwa belum
tercapainya target prevalensi deteksi dini dan pengobatan Hipertensi 18
tahun disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalahkurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai bahayanya penyakit Hipertensi dan sikap
masyarakat yang acuh pada penyakit Hipertensi yang dideritanya. Maka dari
hasil penyuluhan dengan konsep dialog interaktif, masyarakat sudah sadar
akan pentingnya penyakit hipertensi dan manfaat yang didapat apabila semua
masyarakat sadar akan penyakit Hipertensi yang dideritanya dan mau segera
berobat ke Puskesmas terdekat.
Penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi ini juga dilakukaan kembali
kepada kader. Sehingga kader mendapatkan wawasan yang baru, dimana
nantinya diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan untuk melanjutkan
informasi yang telah kader dapat agar sampai kepada seluruh masyarakat
Kecamatan Mampang Prapatan.
Media promosi yang digunakan berupa leaflet, yang berisi mengenai
pengertian, pencegahan, komplikasi tentang penyakit Hipertensi . Leaflet
dibuat dengan Bahasa yang sederhana dan banyak gambar sehingga mudah
dimengerti. Leaflet diberikan pada saat penyulahan, sehinga masyarakat yang
datang ke Puskesmas dapat membaca leaflet tersebut dan mendapatkan
wawasan yang baru.

79

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Penyuluhan mengenai deteksi dini dan pengobatan hipertensi yang
dilaksanakan langsung kepada masyrakat masih belum diadakan secara terjadwal
selama satu tahun terakhir, walau penyuluhan dan pelatihan kepada para kader
kesehatan dirasa sudah mencukupi. Hal tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan
tentang deteksi dini dan pengobatan hipertensi yang cukup di masyarakat, dari hasil
wawancara dan survey secara langsung kepada masyarakat, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengetahuan masyarakat Kelurahan Bangka mengenai deteksi dini dan
pengobatan hipertensi masih belum cukup memuaskan. Dari hasil penemuan survey
secara langsung di rumah-rumah warga, masih banyak didapatkan warga yang kurang
memahami dan menyadari pentingnya deteksi dini dan pengobatan hipertensi yang
dapat dilihat dari masih banyaknya penderita hipertensi saat ketuk pintu yang tidak
berobat teratur bahkan tidak berobat. Melalui kegiatan bina kader yang dilangsungkan
dengan metode dialog interaktif dan penyuluhan, terdapat miskonsepsi mengenai
pengetahuan deteksi dini, pengobatan dan komplikasi hipertensi, namun setelah
dilakukan penyuluhan terhadap kader, kader-kader kelurahan Bangka sudah
mendapatkan informasi yang sesuai mengenai pengetahuan deteksi dini dan
pengobatan hipertensi. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan penyuluhan
secara langsung dan tepat ke masyarakat, pengetahuan masyarakat mengenai deteksi
dini dan pengobatan hipertensi juga dapat meningkat.
Dan dari penggabungan program Posbindu dan Puskesmas keliling yang kami
jalankan dapat terlihat peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan dibanding
kedua program tersebut masing-masing hanya dijalankan sendiri. Hal ini dikarenakan
masyarakat tidak hanya mendapat penyuluhan namun apabila diperlukan dapat
sekaligus mendapatkan obat sehingga masyarakat merasa diuntungkan dan tidak perlu
datang kembali ke puskesmas keliling atau puskesmas untuk mendapatkan obat.
Namun terdapat juga kekurangan seperti banyaknya kader yang belum percaya diri

80

dalam melakukan konseling kepada peserta saat Posbindu dan juga terdapat
kekurangan dari segi penyampaian informasi acara kepada masyarakat sekitar.
8.2 Saran
Bagi Dinas Kesehatan

Memberikan pelatihan minimal 1 kali setahun untuk lebih bisa meningkatkan


pengetahuan tentang deteksi dini dan pengobatan hipertensi yang berada di
Puskesmas Kelurahan Bangka sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa angka
perilaku deteksi dini dan pengobatan hipertensi di Masyarakat

hanya

merupakan tanggung jawab pemegang program kesehatan lingkungan.


Mengadakan sarana promosi kesehatan tentang deteksi dini dan pengobatan

hipertensi seperti spanduk, poster, dan leaflet.


Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja petugas yang ada di
Puskesmas. Memberikan alokasi dana yang sesuai untuk kegiatan deteksi dini
dan pengobatan hipertensi.

Bagi Puskesmas

Memberikan pengetahuan tentang deteksi dini dan pengobatan hipertensi baik


melalui penyuluhan, konseling, maupun melalui pembuatan media sederhana

seperti poster, leaflet secara rutin dan terus menerus.


Mengadakan penyuluhan rutin setiap bulan tentang deteksi dini dan
pengobatan hipertensi dengan memanfaatkan kegiatan posbindu setiap bulan,
untuk memberikan pengetahuan kepada ibu, suami maupun keluarga yang

datang ke posbindu
Memberdayakan semua kader posbindu untuk dapat melaksanakan hal-hal
yang berhubungan dengan deteksi dini dan pengobatan hipertensi dan

mengajak masyarakat untuk kembali untuk ikut kegiatan posbindu


Memberdayakan duta peduli PTM pada setiap RW untuk memberikan
penyuluhan kepada warga serta mengajak warga untuk turut aktif dalam

semua kegiatan PTM terutama Posbindu.


Menambah jumlah duta peduli PTM untuk menambah tingkat keberhasilan

81

dalam melakukan kegiatan PTM ke warga sekitar.


Memperbaiki sistem pelaporan tentang angka penderita hipertensi yang
ditemukan dari ketuk pintu terutama dan juga pada posbindu, pos lansia dan
pusling sehingga dapat di follow up apabila penderita tidak berobat.ngajak

warga untuk turut aktif dalam seluruh kegiatan PTM.


Mencoba mengatur ulang waktu kegiatan posbindu di bukan jam sibuk (seninjumat) menjadi di hari libur seperti di hari sabtu pagi.

Bagi masyarakat

Melakukan pendekatan secara perlahan kepada masyarakat kelurahan Bangka


untuk memberikan pengetahuan tentang deteksi dini dan pengobatan
hipertensi sehingga diharapkan setelah pangetahuan tentang deteksi dini dan
pengobatan hipertensi dipahami dapat meningkatkan kesadaran penderita
hipertensi untuk berobat teratur dan budaya atau tradisi yang salah tentang

deteksi dini dan pengobatan hipertensi akan hilang dengan sendirinya.


Memberikan pengetahuan dan motivasi kepada perwakilan keluarga sehingga
bisa mendukung semua anggota keluarga dalam deteksi dini dan pengobatan
hipertensi yang dapat bermanfaat bagi keluarga masing-masing.

82

DAFTAR PUSTAKA
1

Zycynski TM, Coynes KS. Hypertension and current issues in compliance and

patient outcomes. Curr Hypertens Rep 2000:2:510-14


Osterberg L, Blaschke T. Adherence to Medication. N Eng J Med.

2005;353;484-97
Niven, Neil. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan professional

kesehatan lain. Jakarta: EGC, 2002


Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka

5
6
7

Cipta
Azwar. 2007. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Effendy. 2005. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
McPhee J.S, Papadakis A.M. 2011. Current Medical Diagnosis and
Treatment50th edition. United States of America : The McGraw-Hill

Companies, Inc.
Fauci S.A, et al. 2008. Harrisons Principles of Internal medicine 17th edition.

United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.


Jennings R.H, Cook S.T. Hypertension : Clinical Practice Update. PSAP-VII.
[Diakses pada : 2 September 2013].

http://www.accp.com/docs/bookstore/psap/p7b01sample01.pdf
10 U.S. Department of Health and Human Services. 2003. Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United States of America :
NHLBI. [Diakses pada : 2 September 2013].
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf
11 Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Jakarta : IDI. [Diakses pada : 4 September 2013].
indonesia.digitaljournals.org
12 Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2012. Masalah Hipertensi di
Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan. [Diakses pada : 4 September
2013]. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalahhipertensi-di-indonesia.html
13 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan. [Diakses
83

pada : 6 Juni 2016].


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

84

Lampiran Kegiatan

85

Daftar pertanyaan wawancara dengan warga, kader, dan koordinator program


Penyakit Tidak Menular:
a. Pertanyaan kepada warga:

Apakah ibu/bapak tahu mengenai penyakit tekanan darah tinggi?


Apakah ibu/bapak tahu gejala dari penyakit tekanan darah tinggi?
86

Apakah ibu/bapak tahu faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

menjadi tinngi?
Apakah ibu/bapak tahu mengenai pengobatan darah tinggi?
Apakah ibu/bapak tahu akibat dari tidak teraturnya pengobatan dan kontrol
dari penyakit tekanan darah tinngi?

b. Pertanyaan kepada kader:

Apakah pernah dilaksanakan penyuluhan mengenai hipertensi kepada pada

kader?
Apakah ibu/bapak tahu mengenai penyakit tekanan darah tinggi?
Apakah ibu/bapak tahu gejala dari penyakit tekanan darah tinggi?
Apakah ibu/bapak tahu faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

menjadi tinngi?
Apakah ibu/bapak tahu mengenai pengobatan darah tinggi?
Apakah ibu/bapak tahu akibat dari tidak teraturnya pengobatan dan kontrol

dari penyakit tekanan darah tinngi?


Bagaimana berjalannya program posbindu selama ini? Apakah ada
peningkatan atau penurunan?

c. Pertanyaan Kepada Koordinator Program PTM

Bagaimana proses berjalannya Posbindu selama ini?


Apakah cukup efektif menarik warga untuk ikut serta dalam Posbindu dengan

menggabungkan Posbindu dan Pusling?


Bagaimana partisipasi para kader dalam berjalannya Posbindu?
Apakah ada pelatihan khusus untuk pada kader?

87

Anda mungkin juga menyukai