Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
Telinga merupakan salah satu panca indera dalam tubuh manusia yang
memiliki peranan yang sangat penting karena memilki fungsi sebagai alat
pendengaran dan keseimbangan.1
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
merupakan salah satu penyebab utama gangguan pendengaran dan ketulian.
Namun demikian oleh sebagian masyarakat masih dianggap hal biasa, sehingga
tidak

segera

mencari

pertolongan

saat

menderita

otitis

media.

Saat

pendengarannya mulai berkurang, tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah,


tidak mampu beraktifitas dengan baik ataukah setelah terjadi komplikasi barulah
mereka mencari pertolongan medis.1
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan sistim konduksi
telinga tengah pada anak penting diketahui sedini mungkin, mengingat dampak
yang dapat timbul dikemudian hari, berupa gangguan bicara dan gangguan bahasa
yang berpengaruh pada tingkat intelegensia anak. Otitis media ini merupakan
salah satu masalah besar bagi anak-anak. Di perkirakan bahwa hampir sekitar
70% anak-anak pernah menderita 1 atau lebih episode otitis media dalam 3 tahun
pertama.6
Otitis media yang berlangsung tanpa disedari dan terjadinya secara
bertahap, ini dapat berpengaruh terhadap fungsi pendengaran, yang dalam
perkembangannya dapat juga disertai adanya perubahan status mental,
kemampuan berbicara dan proses belajar dari seorang anak. Setelah beberapa
waktu menderita otitis media, maka dapat terjadi penumpukan cairan ditelinga
tengah sehingga dapat mencetuskan terjadinya tuli konduktif pada seseorang.6
Banyak ahli membuat pembagian klasifikasi otitis media. Secara mudah,
otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa dan otitis media
efusi).1

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti:
1. Bagaimana penjelasan mengenai anatomi telinga ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai fisologi pendengaran ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai otitis media efusi?
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai anatomi telinga
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai fisiologi pendengaran
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit otitis media efusi.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan referat yang berjudul Otitis Media Efusi ini
adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai anatomi dan fisiologi pendengaran.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai penyakit otitis media efusi

BAB II
ANATOMI & FISIOLOGI TELINGA TENGAH
II.1. ANATOMI TELINGA

Struktur yang terganggu pada otitis media adalah bagian telinga tengah.
Dimana telinga tengah itu sendiri terdiri dari :

Batas luar

Batas depan : tuba eustachius yang menghubungkan daerah telinga

: membran timpani

tengah dengan nasofaring

Batas bawah : vena (bulbus) jugularis yang superiolateral menjadi


sinus sigmoideus dan ke tengah menjadi sinus
cavernous, cabang aurikulus saraf vagus masuk
telinga tengah dari dasarnya.

Batas belakang: aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubung


kan telinga tengah dengan antrum mastoid.
3

Batas dalam : berturut turut dari atas ke bawah kanalis


semisirkularis horizontal,kanalis fasialis,tingkap
oval,tingkap bundar,dan promontorium.

Batas atas

: tegmen timpani

Dari batas-batas tersebut maka terbentuklah suatu ruangan/kavitas yang


berisi tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva yang terdiri dari Maleus (yang
bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu Stapes yang berlekatan
dengan tingkap lonjong.1
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat terlihat oblik terhdap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida (membrane Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa
(membrane propria). Untuk pars. Flaksid ini berada di bagian atas dan hanya
terdiri dari 2 lapis yaitu lanjutan dari epitel kulit telinga dan lapisan mukosa yang
terletak dibagian dalam.Oleh karena lapisannya tipis, maka daerah ini yang sering
mengalami retraksi jika terjadi tekanan negatif di telinga tengah. 2 Sedangkan
untuk pars tensa merupakan bagian yang terletak dibawah yang terdiri dari 3 lapis
yaitu : lapisan kutaneous (Lapisan paling luar yang terdiri dari berlapis kubis),
lapisan mukosa (Lapisan paling dalam yang terdiri dari epitel selapis kubis atau
lanjutan dari mukosa saluran nafas, dan Lamina propria (terletak di tengah dan
terdiri dari lapisan sirkuler dan radier). Fungsi dari membrane timpani ini adalah
untuk mengubah gelombang suara menjadi getaran yang akan diteruskan oleh
tulang-tulang pendengaran.2
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya..(cone of light)
kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk
membrane timpani kanan. Reflek cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan
oleh membrane timpani. Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler
dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflex cahaya yang
berupa kerucut.

Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran,dengan menarik garis searah


prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo,sehingga didapatkan bagian atas depan ,atas belakang,bawah depan serta
bawah belakang untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.

Pada kavum timpani terdapat 3 ruangan yaitu epitimpani, mesotimpani


dan hipotimpani. Pada epitimpani terdapat jaringan yang berguna untuk
mempertahan tulang-tulang pendengaran dan juga terdapat sedikit udara dan
terdapat pintu dari mastoid. Mastoid ini merupakan hasil pneumatisasi dari os.
Temporal. Sampai saat ini fungsi dari mastoid masih belum diketahui secara
pasti.2

Gambar 2.4. Cavum Timpani

Sedangkan pada Hipotimpani, berbatasan dengan vena jugularis dan


terdapat tuba eustachius. Untuk tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva,
terdiri dari Maleus (yang bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu
Stapes yang berlekatan dengan tingkap lonjong. Fungsi dari tulang pendengaran
ini selain menghantarkan getaran dari membrane timpani juga untuk memperkuat
getaran tersebut sampai 17 kali.2 Tuba eustachius merupakan suatu saluran yang
menghubungkan antara cavum timpani dengan nasofaring yang bermuara di
Ostium Pharyngeum Tuba Auditifa (OPTA). Fungsi dari tuba eustasi ini sendiri
adalah sebagai ventilasi dari cavum timpani, menyeimbangkan tekanan di kavum
timpani dan di atmosfir (diluar), sebagai barrier terhadap infeksi asending. Pada
anak-anak tuba eustasi ini lebih horizontal dan lebih pendek dari pada orang
dewasa. Hal inilah yang dapat mencetuskan mudahnya anak-anak menderita otitis
media.2

II.2. FISIOLOGI PENDENGARAN


Suara atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian
diteruskan kedalam liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran yang
saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan menggetarkan
tingkap lonjong (oval window) pada rumah siput yang berhubungan dengan scala
vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu perilimfe ikut bergetar. Getaran
tersebut akan dihantarkan ke rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi
endolimfe sepanjang rumah siput. Didalam scala media terdapat organ corti yang
berisi satu baris sel rambut dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel rambut luar
(Outer Hair Cell) yang berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik
yang akan diterima oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau
meneruskan energi listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga
kita bisa mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.1,2
II.3. OTITIS MEDIA EFUSI
II.3.1. DEFINISI
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME, otitis media mucoid).2
Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi
tersebut encer.2 disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti
lem disebut otitis media mukoid (glue ear).2
II.3.2. EPIDEMIOLOGI
Infeksi telinga tengah merupakan diagnosa utama yang paling sering dijumpai
pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek

dokter.3 Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu


episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih.4 Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia 10 tahun. Di negara tersebut otitis media
paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. 4 Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian
otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia
di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anakanak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari dan 10% lainnya menjadi
OME setelah 90 hari, sedikitnya 3,84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut;
1,28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.3
Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME.
Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup
tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.5,1
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka
kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang
khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan
pada anak yang menderita OME.
II.3.3. ETIOLOGI
Etiologi OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba Eustachius. Faktor penyebab lainnya termasuk adenoid
hipertrofi, adenoitis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma, rinitis, sinusitis.
II.3.4. ETIOPATOGENESIS
Pada dasarnya otitis media efusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu otitis
media serosa dan otitis media mukoid. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media
mukoid.1
Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga
tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu
dan gangguan mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap refluks dari
8

rongga nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga telinga tengah akan


mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan
peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu
terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat
akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan
menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.
Gangguan pada tuba eustachius yang membuat tuba eustachius tidak dapat
membuka secara normal antara lain berupa palatoskisis dan obstruksi tuba serta
barotrauma.6
Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangya
penambat otot tensor veli palatini. Pada palastokisis yang tidak dikoreksi, otot
menjadi terhambat dalam kontraksinya membuka tuba eustachius pada saat
menelan. Ketidakmampuan untuk membuka tuba ini menyebabkan ventilasi
telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan.4
Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk
peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga disebabkan oleh
tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba eustachius,
temuan klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah. Obstruksi dapat
pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior untuk pengobatan
epistaksis, atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif
sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.10
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tibatiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai
90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan
ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid
tercampur darah.1

II.3.5. KLASIFIKASI
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Otitis media serosa akut
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tibatiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba eustachius disertai
rasa nyeri pada telinga
2. Otitis media serosa kronis
Pada keadaan kronis, sekret terbentuknya secara bertahap tanpa
rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung
lama.
II.3.6. PATOFISIOLOGI
Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan
mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke nasofaring
melalui tuba eustachius. Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi
produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau kedua-duanya
dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.8
Infeksi (peradangan) yang disebabkan bakteri dan virus dapat mendorong
peningkatan produksi dan kekentalan sekret mukosa yang edema dapat
menyebabkan obstruksi tuba eustachi. Kelumpuhan silia yang sementara yang
disebabkan eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari OME.
Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :
1.

Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah
dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.

2.

Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah. Dari hasil biopsi


mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan peningkatan jumlah
sel yang menghasilkan mukus atau serosa.5

10

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbadaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid,

11

cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga
mastoid. Faktor utama yang berperan disini adalah terganggunya fungsi tuba
eustachius.2
Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang
telah terakumulasi dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap
menetap walau infeksi mulai mengalami penyembuhan. Sekresi cairan dan
inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatif dari tuba eustachius. Normalnya,
mukosa telinga tengah mengabsorbpsi udara di dalam telinga tengah. Apabila
udara dalam telinga tengah tidak diganti akibat obstruksi relatif dari tuba
eustachius, maka akibatnya terjadi tekanan negatif dalam telinga tengah dan
menyebabkan suatu efusi yang serius. Efusi pada telinga tengah ini menjadi suatu
media pertumbuhan mikroba dan dengan adanya ISPA dapat terjadi penyebaran
virus-virus dan atau bakteria dari saluran nafas bagian atas ke telinga bagian
tengah.9
Saat lahir, tuba Eustahius berada pada bidang paralel dengan dasar
tengkorak, sekitar 10 derajat dari bidang horizontal dan memiliki lumen yang
pendek dan sempit. Seiring dengan pertambahan usia, terutama saat mencapai usia
7 tahun, lumen tuba eustachius menjadi lebih lebar, panjang, dan membentuk
sudut 45 derajat terhadap bidang horizontal telinga. Dengan struktur yang
demikian, pada anak usia < 7 tahun, sekresi dari nasofaring lebih mudah mencapai
telinga tengah dan membawa kuman patogen ke telinga tengah.
II.3.7. GEJALA KLINIS
Otitis Media Serosa Akut
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran
berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau
suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak
dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri di dalam telinga
dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan
negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk, tekanan negatif ini
12

perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila
penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing
kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi tampak membrana
timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan
dalam cavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.10
Otitis Media Serosa Kronik
Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga tengah dengan disertai rasa nyeri
pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala- gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekret
pada otitis media serosa kronik kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis
media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dan otitis media akut (OMA)
yang tidak sembuh sempurna.
II.3.8. DIAGNOSIS
Diagnosis otitis media efusi seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya
sendiri yang kerap tidak bergejala, atau dikenal dengan silent otitis media. Otitis
media efusi sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh
anaknya sendiri. Selain dari anamnesis, terdapat beberapa pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis otitis
media efusi.11,12
Anamnesis
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini
disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tua
mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa
anak mempunyai problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah,
bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secara
tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolahsekolah.
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering
adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh sampai

13

dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME biasanya
mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan
berulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan
kesulitan mendengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume
saat menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan keluhan
telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik
daun telinganya.
Pemeriksaan Fisik
a) Otoskopi
Diagnosis otitis media efusi terutama didasarkan pada pemeriksaan
membran timpani. Otoskopi yang tepat memerlukan liang telinga yang bersih dan
pencahayaan dan pembesaran yang memadai. Pada kasus efusi mucoid,
pemeriksaan otoskopi dapat memperlihatkan membrane timpani opaque,
translusen, warna kusam dan tekstur tebal. Tekanan yang disebabkan oleh efusi di
telinga tengah dapat menyebabkan membrane timpani sedikit menonjol. Pada
efusi serosa kadang-kadang hanya mengisi sebagian rongga timpani, ini
memperlihatkan adanya air fluid level dan gelembung udara yang terlihat melalui
membran timpani.11,12

b) Tes pendengaran dengan garpu tala


Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya
penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien
dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis media efusi didapatkan
14

gambaran tuli konduktif.11

Pemeriksaan Penunjang
Pure tone Audiometry
Selain dengan Garpu Tala, penilaian gangguan pendengaran bisa dilakukana
dengan Audiometri Nada Murni. Tuli konduktif umumnya berkisar antara derajat
ringan hingga sedang.11

15

II.3.8. DIAGNOSIS BANDING

II.3.9. PENATALAKSANAAN
1. Terapi non-bedah
Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau spray ) dan
sistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan, serta
perasat valsava.
Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap dapat
dilakukan tindakan pembedahan.
2. Terapi pembedahan
Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain miringotomi,
pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi. Satu-satunya pengobatan yang
efektif pada pasien dengan otitis media efusi adalah evakuasi cairan di telinga
tengah dengan pembedahan.

16

II.3.11. KOMPLIKASI
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran
sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan
yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi
otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.
II.13.12. PROGNOSA
Secara umum, prognosis pasien dengan otitis media efusi tergolong baik.
Kebanyakan kasus sembuh sendiri tanpa intervensi. Angka prevalensi otitis media
efusi juga menurun tajam pada anak usia 7 tahun, yang dikaitkan dengan maturasi
tuba eustachius dan fungsi imunitas.

17

BAB V
KESIMPULAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME, otitis media mucoid).
Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah
(Middie Ear Effusion), adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya
pendengaran pada anak. Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran
timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan
efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis
media serosa akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah
keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan
oleh gangguan fungsi tuba. Batasan antara otitis media serosa akut dan kronis
hanya pada cara terbentuknya sekret.
Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi,
terutama jika gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan
sering terjadi. Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat berupa
decongestan, anti histamin, antibiotik, Keputusan untuk melakukan intervensi
bedah dapat dilakukan. Jika gangguan pada telinga berterusan setelah 1-3 bulan.
Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain: miringitomi, pemasangan
tuba timpanostomi, adenoidektomi.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi
EA, et all, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2007. p. 64-74
2. Probost R, Grevers G, Iro H. Middle ear. In: Probost R, Grevers G, Iro H,
editors. Basic Otorhinolaryngology. Stutgart : Thieme.; 2006. p. 228-249
3. Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis
& Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc
Graw Hill. 2008
4. Media,Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 5 May 2011. Available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/telinga
5. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT : Otitis Media Efusi. [5
screens] Cited 5 May 2011. Available from : http://www.perhati-kl.org/
6. Paparella,MM., Adams, GL., Levine, SC. Penyakit telinga tengah dan
mastoid. Dalam: Adams, GL., Boies,LR., Higler, PA. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Ed. 6. Jakarta:EGC. 1997. P. 90-9
7. David L.S, Ear, Nose and throat disorders: serous otitis media,
Netwellness; 2008
8. Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose,
and Throat. New Delhi : Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67
9. Cook. K. 2005. Otitis Media. Cited 7 May 2011. Available from :
http://www.emedicine/emerg/emedicine/htm.351.topic
10. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor : Otitis Media NonSupuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-TenggorokanKepala-Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.p
58 60.
11. Soepardi, efiaty arsyad.dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta ; FKUI

19

12. Otitis media with effusions (fluid behind the eardrum), Departement of
surgery, the University of Arizona.

20

Anda mungkin juga menyukai