Abstract
Reproductive organs forming what is known as the genital tract that develops
after the urinary tract. Male and female at birth already be known, the production of
cells growing in front of the kidney that grew as colonies of cells then form the
reproductive glands. The development of properties occurred at the age of 10-14
years. Important changes occur in adolescence when the body and soul to mature.
Ket word : Reproductive organs
Abstrak
Organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genitalis yang
berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun perempuan sejak
lahir sudah dapat dikenal, sel produksi berkembang di sebelah depan ginjal yang
tumbuh sebagai koloni-koloni sel kemudian membentuk kelenjar reproduksi.
Perkembangan sifat terjadi pada umur 10-14 tahun. Perubahan penting terjadi pada
usia remaja ketika jiwa dan raganya menjadi matang.
Kata Kunci : Organ reproduksi
Latar Belakang
Dalam pubertas anak tumbuh dengan cepat dan mendapatkan bentuk tubuh
yang khas dengan jenisnya. Dengan pubertas ini wanita masuk dalam masa
reproduktif, artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun.
Pada laki-laki dewasa pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih berat,
pembesaran genitalia eksterna, tampilnya bulu di atas tubuh dan muka dan tumbuhnya
1
jakun. Pada pria pubertas sering terjadi ereksi akibat rangsangan seksual dan
menghasilkan sperma sehingga terjadi mimpi basah sebagai akibat dari mimpi erotik.
Hal itu mendorong hubungan seksual yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan.
Skenario
Seorang anak laki-laki umur 8 tahun, merasa risih karena sudah tumbuh kumis
dan jambang. Kemudian ia mengadu kepada ibunya, dan oleh ibunya dikonsultasikan
ke dokter.
Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun sudah tumbuh kumis dan jambang.
Hipotesis
Seorang anak laki-laki umur 8 tahun tumbuh kumis dan jambang disebabkan
oleh gangguan sitem perkembangan seks sekunder.
Makroskopis
Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar. Organ reproduksi pria terdiri dari kelenjar (terdiri dari : testis, vesika
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo uretralis), duktus atau saluran
Genital Externa
Penis
Penis terdiri dari 3 bagian akar, badan, dan glans penis yang membesar banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar
urine dan semen serta sebagai organ kopulasi. Kulit penis tipis dan tidak berambut
kecuali di dekat akar organ. Preputium (kulup) adalah lipatan sirkular kulit longgar
yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi.
Korona adalah ujung proximal glans penis.1
Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus
cavernosum dan satu corpus spongiosum ventral di sekitar uretra. Jaringan erektil
adalah jaring-jaring ruang darah ireguler (venosa sinusoid) yang diperdarahi oleh
arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat
yang disebut tunika albuginea. Korpus cavernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat
yang disebut tunika albuginea.1
Scrotum (dan Testis)
Scrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos
yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa. Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testil tunggal
dipisahkan oleh septum internal. Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respons
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.1
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4-5cm. Testis
memiliki beberapa lapis yaitu tunika albuginea, seminiferus. Tunika albuginea adalah
kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah dalam untuk
membaginya menjadi sekitar 250 lobulus. Tubulus seminiferus merupakan tempat
berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobulus. Epitelium germinal khusus
yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang
kemudian menjadi sperma; sel-sel sertoli yang menopang dan memberi nutrisi sperma
yang sedang berkembang; dan sel-sel intertsisial (Leydig), yang memiliki fungsi
endokrin.1
Sel sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsinya antara lain:
laki.
Mensekresi protein pengikat androgen untuk merespons FSH yang dilepas
kelenjar hipofisis anterior yang dimana proteinnya mengikat testoteron dan
membantu mempertahankan tingkat konsentrasi tinggi cairan dalam tubulus
interstisial
(Leydig)
mensekresi
androgen
(testoteron
dan
dihidrotestoteron) yang menghilang enam bulan setelah lahir dan muncul kembali saat
awitan pubertas karena pengaruh hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis.1
Mikroskopis
Testis
Bagian mediastinum testis terdapat cabang yang membagi testis menjadi 250
lobulus disebut septula testis, karena letaknya diantara lobulus disebut jaringan
interlobularis.dalam lobulus terdapat jaringan penyambung yang disebut jaringan
intertubularis (antara tubulus). Dalam lobulus terdapat 1-4 tubulus contortus
(berkelok). Tubulus contourtus menuju mediastinum testis lurus disebut tubulus rectus
testis dalam mediastinum terdapat saluran yang saling berhubungan disebut rete testis
sebanyak 10-20 (15) ductus eferen.
Tubulus seminiferus
Tubulus seminiferus merupakan tubulus kontortus yang membentuk jala-jala
yang berujung buntu dan pada ujung lain menjadi saluran lurus dengan lumen
menyempit dan dibatasi oleh epitel selapis kubus berflagela satu. Bentuk lurus ini
dinamakan tubulus rektus. Bagian ini pendek yang bermuara pada saluran-saluran
yang beranastomosis yang dinamakan rete testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
epitel germinativum, lamina basalis, dan tunika jaringan ikat fibrosa. Epitelnya terdiri
dari 2 jenis sel yaitu sel Sertoli dan sel-sel spermatogenik yang tersusun atas 4-8
lapisan. Urutan sel-sel dari lapisan yang paling dasar hingga mendekati lumen adalah
spermatogonium,
spermatosit
primer, spermatosit
sekunder, spermatid,
dan
spermatozoa.
Sel Sertoli merupakan sel-sel piramidal panjang yang saling bertautan dengan
sel-sel spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis, sedang ujung
apikalnya menjorok kedalam lumen tubulus seminiferus. Akibat adanya sel-sel
spermatogenik di sisi lateral dan di sisi basalnya, maka bentuk sel Sertoli menjadi
tidak teratur. Sel-sel Sertoli mempunyai 3 fungsi utama yaitu pelindung, penyokong,
dan pengatur nutrisi sel-sel spermatogenik yang sedang berkembang; fagositosis,
yaitu membuanng kelebihan sitoplasma spermatid dalam proses spermiogenesis
(perubahan spermatid menjadi spermatozoa); dan sekresi, yaitu sel-sel Sertoli
mensekresi sekret untuk transpor spermatozoa.2
Tubulus rektus
Tubulus rektus merupakan bagian akhir dari tubulus seminiferus yang
merupakan saluran pendek yang lurus dengan lumen sempit. Saluran ini dilapisi oleh
sel epitel kubus dengan satu flagel. Tubulus rektus bermuara pada rete testis yang
merupakan saluran-saluran yang saling beranstomosis.2
Rete testis
Rete testis terdapat pada bagian mediastinum testis. Rete testis dilapisi oleh
epitel kubus. Dari rete testis keluar 10-20 vas eferens.2
Ductus eferens
Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testicle-histologyboar-2.jpg
Vas eferens terletak dalam jaringan ikat epididimis. Vas eferens dilapisi oleh
epitel kubus dan berganti menjadi epitel columnar bersilia setelah mendekati
epididimis. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina propria dengan jaringan ikat padat
dan otot polos.2
Epididimis
Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran lurus yang keluar dari caudal epididimis.
Saluran ini berdinding tebal terdiri dari lapisan mukosa yang tipis dan lapisan
muskularis yang tebal dan dikelilingi oleh lapisan adventisia. Lapisan epitelnya
merupakan epitel berlapis semicolumnar dengan stereosilia. Sel columnarnya lebih
pendek dibandingkan sel columnar epididimis. Lapisan ototnya terdiri dari lapisan
otot polos yang tipis dengan susunan longitudinal di bagian dalam, luar, dan
tengahnya merupakan lapisan otot yang tebal dengan susunan sirkuler. Lapisan
mukosanya pada vas deferens awal membentuk vili-vili sederhana, tetapi pada bagian
ampula, vas deferens melebar, dan terdapat vili-vili yang membentuk kripta-kripta itu
merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret penting untuk kehidupan spermatozoa.
Pada bagian akhir ampulla, saluran ini bersatu dengan kelenjar vesicula seminalis dan
selanjutnya salurannya mengecil dan masuk kedalam prostat dan bermuara pada
uretra. Bagian yang masuk prostat dinamakan duktus ejakulatorius dengan lapisan
mukosa sama dengan ampulla tetapi tanpa lapisan otot.2
Penis
10
Gambar 7. Penis
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg
Penis terdiri atas 3 massa dilindris dari jaringan erektil, uretra dan diluarnya
diliputi dengan kulit (terdiri dari epidermis dan dermis). Jaringan erektil meliputi
sepasang corpus cavernosum dan spongiosum yang didalamnya terdapat uretra.
Dibagian luar corpus dikelilingi oleh jaringan ikat padat yaitu tunika albuginea. Diluar
tunika albuginea terdapat jaringan ikat longgar dan didalam corpus terdapat banyak
trabekula. Ditengah corpus cavernosum terdapat arteri.2
Vesicula Seminalis
Lamina proprianya kaya dengan serabut elastin dan dikelilingi oleh lapisan otot polos
yang tipis. Pada lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis.
Sekresi yang tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi
otot polos.2
Glandula Prostat
12
mungkin
akibat
peningkatan
kelenjar
sebasea
di
kulit,
yang
reseptor
pada
sel
tubulus
seminiferus
dan
diperlukan
dalam
16
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Sistem reproduksi, kehamilan, dan perkembangan. Dalam: Anatomi
dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2011.hal 345-351.
17
2. Fawcett dan Bloom. Sistem reproduksi pria. Dalam: Buku ajar histologi. Edisi
ke-13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.hal 687-730.
3. Eroschenko VP. Male reproductive system. In: Difiores atlas of histology with
fuctional correlations. 10th edition. Jakarta: EGC; 2011.p.477-502.
4. Sherwood L. Sistem reproduksi. Dalam: Fisiologi manusia. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2012.hal 641-694.
5. Corwin JC. Sistem reproduksi. Dalam: Buku saku patofisiologi. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 2010.hal 770.
18