Anda di halaman 1dari 18

Gangguan Sistem Perkembangan Seks Sekunder

Andry Larsen Manurung


102014256/B5
Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Barat
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Email: andry.2014fk256@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
Reproductive organs forming what is known as the genital tract that develops
after the urinary tract. Male and female at birth already be known, the production of
cells growing in front of the kidney that grew as colonies of cells then form the
reproductive glands. The development of properties occurred at the age of 10-14
years. Important changes occur in adolescence when the body and soul to mature.
Ket word : Reproductive organs
Abstrak
Organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genitalis yang
berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun perempuan sejak
lahir sudah dapat dikenal, sel produksi berkembang di sebelah depan ginjal yang
tumbuh sebagai koloni-koloni sel kemudian membentuk kelenjar reproduksi.
Perkembangan sifat terjadi pada umur 10-14 tahun. Perubahan penting terjadi pada
usia remaja ketika jiwa dan raganya menjadi matang.
Kata Kunci : Organ reproduksi
Latar Belakang
Dalam pubertas anak tumbuh dengan cepat dan mendapatkan bentuk tubuh
yang khas dengan jenisnya. Dengan pubertas ini wanita masuk dalam masa
reproduktif, artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun.
Pada laki-laki dewasa pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih berat,
pembesaran genitalia eksterna, tampilnya bulu di atas tubuh dan muka dan tumbuhnya
1

jakun. Pada pria pubertas sering terjadi ereksi akibat rangsangan seksual dan
menghasilkan sperma sehingga terjadi mimpi basah sebagai akibat dari mimpi erotik.
Hal itu mendorong hubungan seksual yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan.
Skenario
Seorang anak laki-laki umur 8 tahun, merasa risih karena sudah tumbuh kumis
dan jambang. Kemudian ia mengadu kepada ibunya, dan oleh ibunya dikonsultasikan
ke dokter.

Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun sudah tumbuh kumis dan jambang.
Hipotesis
Seorang anak laki-laki umur 8 tahun tumbuh kumis dan jambang disebabkan
oleh gangguan sitem perkembangan seks sekunder.

Makroskopis

Gambar 1. Alat reproduksi pria


Sumber: http://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-2-reproduksipada-manusia/

Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar. Organ reproduksi pria terdiri dari kelenjar (terdiri dari : testis, vesika
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo uretralis), duktus atau saluran

(epididimis, duktus seminalis, uretra) dan bangun penyambung (skrotum, fenikulus


spermatikus,dan penis).
Genitalia Internal
Ductus deferens
Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis
ke bagian eksterior tubuh. Dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus
seminiferus, kemudian menuju tubulus recti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti,
sperma kemudian menuju jaring-jaring kanal rete testis yang bersambungan dengan
10-15 duktus eferen yang muncul dari bagian atas testis. Ada 3 duktus yang terdapat
pada saluran reproduksi laki-laki yaitu duktus epididimis, deferens, dan ejakulatorius.1
Duktus epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya 6 meter yang terletak
di sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen. Epididimis
menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam minggu. Selama
enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil, matur sempurna, dan mampu
melakukan fertilisasi. Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding
epididimal berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus deferens.1
Duktus deferens adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus
yang terletak dalam corda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, m.cremaster, dan jaringan ikat. Masing-masing duktus
deferens meninggalkan scrotum, menanjak menuju dinding abdomen canalis inguinal.
Duktus ini mengalir di balik vesica urinaria bagian bawah untuk bergabung dengan
duktus ejakulatorius.
Duktus ejakulatorius pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran
(ampulla) di bagian ujung duktus deferens dan duktus dari vesicula seminalis. Setiap
duktus ejakulatorius panjangnya mencapai sekitar 2cm dan menembus kelenjar
prostat untuk bergabung dengan uretra yanng berasal dari vesica urinaria.1

Gambar 2. Duktus pada reproduksi laki-laki


Sumber : http://v-class.gunadarma.ac.id/file.php/1/testis.jpg

Vesicula seminalis dan Glandula prostat


Sepasang vesicula seminalis adalah kantong terkonvolusi (berkelok-kelok)
yang bermuara ke dalam duktus ejakulatorius. Sekretnya adalah cairan kental dan
basa yang kaya akan fruktosa, berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi
sperma. Setengah lebih sekresi vesicula seminalis adalah semen (cairan sperma yang
meninggalkan tubuh).1
Kelenjar prostat menyelubungi uretra saat keluar dari vesica urinaria. Sekresi
prostat bermuara ke dalam uretra pars prostaticus setelah melalui 15-30 duktus
prostatik. Prostat mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir
asiditas vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang akan
optimum pada pH 6,0-6,5. Kelenjar prostat membesar saat remaja dan mencapai
ukuran optimalnya pada laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki
ukurannya terus bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua
pertiga dari semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang mengganggu
perkemihan.1
Sepasang kelenjar bulbouretral (Cowper) adalah kelenjar kecil yang ukuran
dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang
mengandung mukus ke dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta
ditambahkan pada semen.1

Genital Externa
Penis
Penis terdiri dari 3 bagian akar, badan, dan glans penis yang membesar banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar
urine dan semen serta sebagai organ kopulasi. Kulit penis tipis dan tidak berambut
kecuali di dekat akar organ. Preputium (kulup) adalah lipatan sirkular kulit longgar
yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi.
Korona adalah ujung proximal glans penis.1
Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus
cavernosum dan satu corpus spongiosum ventral di sekitar uretra. Jaringan erektil
adalah jaring-jaring ruang darah ireguler (venosa sinusoid) yang diperdarahi oleh
arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat
yang disebut tunika albuginea. Korpus cavernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat
yang disebut tunika albuginea.1
Scrotum (dan Testis)
Scrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos
yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa. Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testil tunggal
dipisahkan oleh septum internal. Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respons
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.1
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4-5cm. Testis
memiliki beberapa lapis yaitu tunika albuginea, seminiferus. Tunika albuginea adalah
kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah dalam untuk
membaginya menjadi sekitar 250 lobulus. Tubulus seminiferus merupakan tempat
berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobulus. Epitelium germinal khusus
yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang
kemudian menjadi sperma; sel-sel sertoli yang menopang dan memberi nutrisi sperma
yang sedang berkembang; dan sel-sel intertsisial (Leydig), yang memiliki fungsi
endokrin.1
Sel sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsinya antara lain:

Menyokong dan memberi nutrisi spermatozoa,.

Mensekresi inhibitor duktus Mullerian, yaitu sejenis glukoprotein yang


diproduksi selama perkembangan embrionik pada saluran reproduksi laki-

laki.
Mensekresi protein pengikat androgen untuk merespons FSH yang dilepas
kelenjar hipofisis anterior yang dimana proteinnya mengikat testoteron dan
membantu mempertahankan tingkat konsentrasi tinggi cairan dalam tubulus

seminiferus; testoteron menstimulasi spermatogenesis.


Mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek umpan balik

negatif terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior.


Mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membran sel yang penting
untuk menginduksi proses diferensiasi testis.1
Sel

interstisial

(Leydig)

mensekresi

androgen

(testoteron

dan

dihidrotestoteron) yang menghilang enam bulan setelah lahir dan muncul kembali saat
awitan pubertas karena pengaruh hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis.1

Mikroskopis

Gambar 2. Mikriskopis Testis


Sumber: http://fluktuantes.files.wordpress.com/2013/08/testis_40x.jpg

Testis

Bagian mediastinum testis terdapat cabang yang membagi testis menjadi 250
lobulus disebut septula testis, karena letaknya diantara lobulus disebut jaringan
interlobularis.dalam lobulus terdapat jaringan penyambung yang disebut jaringan
intertubularis (antara tubulus). Dalam lobulus terdapat 1-4 tubulus contortus
(berkelok). Tubulus contourtus menuju mediastinum testis lurus disebut tubulus rectus
testis dalam mediastinum terdapat saluran yang saling berhubungan disebut rete testis
sebanyak 10-20 (15) ductus eferen.
Tubulus seminiferus
Tubulus seminiferus merupakan tubulus kontortus yang membentuk jala-jala
yang berujung buntu dan pada ujung lain menjadi saluran lurus dengan lumen
menyempit dan dibatasi oleh epitel selapis kubus berflagela satu. Bentuk lurus ini
dinamakan tubulus rektus. Bagian ini pendek yang bermuara pada saluran-saluran
yang beranastomosis yang dinamakan rete testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
epitel germinativum, lamina basalis, dan tunika jaringan ikat fibrosa. Epitelnya terdiri
dari 2 jenis sel yaitu sel Sertoli dan sel-sel spermatogenik yang tersusun atas 4-8
lapisan. Urutan sel-sel dari lapisan yang paling dasar hingga mendekati lumen adalah
spermatogonium,

spermatosit

primer, spermatosit

sekunder, spermatid,

dan

spermatozoa.
Sel Sertoli merupakan sel-sel piramidal panjang yang saling bertautan dengan
sel-sel spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis, sedang ujung
apikalnya menjorok kedalam lumen tubulus seminiferus. Akibat adanya sel-sel
spermatogenik di sisi lateral dan di sisi basalnya, maka bentuk sel Sertoli menjadi
tidak teratur. Sel-sel Sertoli mempunyai 3 fungsi utama yaitu pelindung, penyokong,
dan pengatur nutrisi sel-sel spermatogenik yang sedang berkembang; fagositosis,
yaitu membuanng kelebihan sitoplasma spermatid dalam proses spermiogenesis
(perubahan spermatid menjadi spermatozoa); dan sekresi, yaitu sel-sel Sertoli
mensekresi sekret untuk transpor spermatozoa.2

Gambar 3. Tubulus seminiferus3


Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testicle-histologyboar-2.jpg

Tubulus rektus
Tubulus rektus merupakan bagian akhir dari tubulus seminiferus yang
merupakan saluran pendek yang lurus dengan lumen sempit. Saluran ini dilapisi oleh
sel epitel kubus dengan satu flagel. Tubulus rektus bermuara pada rete testis yang
merupakan saluran-saluran yang saling beranstomosis.2

Rete testis
Rete testis terdapat pada bagian mediastinum testis. Rete testis dilapisi oleh
epitel kubus. Dari rete testis keluar 10-20 vas eferens.2
Ductus eferens

Gambar 4. Duktus Eferens

Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testicle-histologyboar-2.jpg

Vas eferens terletak dalam jaringan ikat epididimis. Vas eferens dilapisi oleh
epitel kubus dan berganti menjadi epitel columnar bersilia setelah mendekati
epididimis. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina propria dengan jaringan ikat padat
dan otot polos.2
Epididimis

Gambar 5. Duktus Epididimis


Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testicle-histologyboar-2.jpg

Epididimis merupakan satu saluran panjang yang sangat berkelok-kelok


dengan panjang sekitar 4-6cm. Saluran yang panjang ini dengan jaringan ikat
membentuk corpus dan caudal epididimis. Caput epididimis berisi vas eferens.
Epididimis dilapisi oleh epitel berlapis semicolumnar dengan sel-sel columnar yang
sangat panajng dengan stereosilia yang panjang dan sel basal yang kecil. Lamina
proprianya tipis dengan jaringan ikat dan otot polos. Segerombol spermatozoa dapat
terlihat dalam lumen epididimis.2

Vas deferens

Gambar 6. Duktus Deferens


Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg

Vas deferens merupakan saluran lurus yang keluar dari caudal epididimis.
Saluran ini berdinding tebal terdiri dari lapisan mukosa yang tipis dan lapisan
muskularis yang tebal dan dikelilingi oleh lapisan adventisia. Lapisan epitelnya
merupakan epitel berlapis semicolumnar dengan stereosilia. Sel columnarnya lebih
pendek dibandingkan sel columnar epididimis. Lapisan ototnya terdiri dari lapisan
otot polos yang tipis dengan susunan longitudinal di bagian dalam, luar, dan
tengahnya merupakan lapisan otot yang tebal dengan susunan sirkuler. Lapisan
mukosanya pada vas deferens awal membentuk vili-vili sederhana, tetapi pada bagian
ampula, vas deferens melebar, dan terdapat vili-vili yang membentuk kripta-kripta itu
merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret penting untuk kehidupan spermatozoa.
Pada bagian akhir ampulla, saluran ini bersatu dengan kelenjar vesicula seminalis dan
selanjutnya salurannya mengecil dan masuk kedalam prostat dan bermuara pada
uretra. Bagian yang masuk prostat dinamakan duktus ejakulatorius dengan lapisan
mukosa sama dengan ampulla tetapi tanpa lapisan otot.2
Penis

10

Gambar 7. Penis
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg

Penis terdiri atas 3 massa dilindris dari jaringan erektil, uretra dan diluarnya
diliputi dengan kulit (terdiri dari epidermis dan dermis). Jaringan erektil meliputi
sepasang corpus cavernosum dan spongiosum yang didalamnya terdapat uretra.
Dibagian luar corpus dikelilingi oleh jaringan ikat padat yaitu tunika albuginea. Diluar
tunika albuginea terdapat jaringan ikat longgar dan didalam corpus terdapat banyak
trabekula. Ditengah corpus cavernosum terdapat arteri.2

Vesicula Seminalis

Gambar 8. Vesikula Seminalis


Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg

Vesicula seminalis terdiri dari 2 saluran yang sangat berkelok-kelok dengan


panjang 15cm. Lapisan mukosa dilapisi oleh epitel berlapis semu silindris. Lapisan
epitelnya membentuk kripta-kripta yang saling beranastomosis. Epitel terdiri dari selsel basal dan lapisan sel kubus atau silindris pendek yang kaya dengan granula sekret.
11

Lamina proprianya kaya dengan serabut elastin dan dikelilingi oleh lapisan otot polos
yang tipis. Pada lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis.
Sekresi yang tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi
otot polos.2
Glandula Prostat

Gambar 9. Glandula Prostat


Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg

Prostat merupakan kumpulan 30-50 kelenjar tubulo-alveolar bercabang yang


saluran keluarnya bermuara pada uretra pars prostatika. Prostat menghasilkan cairan
prostat yang disimpan dan dikeluarkan pada waktu ejakulasi. Prostat dikelilingi oleh
capsula fibroelastin yang kayak akan otot polos. Kelenjar prostat dibagi menjadi 3
struktur yaitu kelenjar mukosa, submukosa, dan utama. Kelenjar-kelenjar ini
bermuara pada uretra pars prostatica.2
Glandula Bulbouretralis

Gambar 10. Glandula Bulbouretralis


Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0f/Testiclehistology-boar-2.jpg

12

Kelenjar bulbouretralis merupakan bentukan seperti kacang polong yang


terletak dibelakang uretra pars membranosa dan bermuara kedalam uretra tersebut.
Kelenjarnya merupakan kelenjar tubuloalveolar. Kelenjar dikelilingi oleh jaringan ikat
dan otot lurik. Unit sekresinya bervariasi struktur dan ukuran. Kebanyakkan
merupakan alveoli dan yang lain merupakan tubuler. Sekresinya terutama adalah
mucus. Sel-sel sekretorik berbentuk kubus atau silindris pendek. Kelenjar littrei
terletak dibawah lamina propria dan diatas trabecula. Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel
epitel berlapis silindris atau berlapis semua silindris.2
Hormon
Hormon kelamin laki-laki dan perempuan juga dihasilkan oleh gonad dan
berfungsi di seluruh proses reproduksi. Sekresi steroid bertanggung jawab untuk
perkembangan prenatal organ reproduksi. Sekresi steroid bertanggung jawab untuk
perkembangan dan mempertahankan karakteristik seks sekunder (perubahan fisik
yang terjadi saat pubertas), dan untuk aktivitas neuroendokrin hipotalamus. Pada lakilaki hormon yang berperan adalah androgen (terutama testoteron) adalah hormon
kelamin primer laki-laki.1
Pengaturan hormonal
Hormon tertikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteron.
Testis juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen pada
laki-laki, dan dihidro-testosteron (DHT) yang penting untuk pertumbuhan prenatal
dan diferensiasi genitalia laki-laki.1
Efek testosteron dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu efek pada sistem
reproduksi sebelum lahir, efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir, efek terkait
reproduksi lainnya, efek pada karakteristik seks sekunder, dan efek terhadap
nonreproduksi.4
Efek pada sistem reproduksi sebelum lahir
Sebelum lahir, sekresi testosteron oleh testis janin menyebabkan maskulinisasi
saluran reproduksi dan genitalia eksternal serta mendorong turunnya testis ke dalam
scrotum. Setelah lahir, sekresi testosteron berhenti, dan testis serta sistem reproduksi
lainnya tetap kecil dan nonfungsional sampai pubertas.4
Efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir
13

Pubertas adalah periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang


semula nonfungsional, serta memuncak pada kematangan seksual dan kemampuan
bereproduksi. Masa ini biasanya dimulai sekitar usia 10-14 tahun; secara rerata,
pubertas dimulai sekitar dua tahun lebih awal pada wanita daripada pria. Pubertas,
yang biasanya berlangsung tiga sampai lima tahun mencakup rangkaian kompleks
proses-proses endokrin, fisik, dan perilaku. Masa remaja adalah konsep yang lebih
luas yang merujuk kepada keseluruhan periode transisi antara anak dan dewasa, bukan
sekedar pematangan seks.4
Pada pubertas, sel-sel Leydig mulai mengeluarkan testosteron kembali.
Testosteron berperan dalam pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem
reproduksi pria. Dibawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron selama pubertas,
testis membesar dan mulai menghasilkan sperma untuk pertama kalinya, kelenjar seks
tambahan membesar dan menjadi sekretorik, sementara penis dan scrotum membesar.4
Sekresi testosteron terus-menerus adalah hal esensial bagi spermatogenesisi
dan pemeliharaan saluran reproduksi pria selama masa dewasa. Sekresi testosteron
dan spermatogenesis, sekali dimulai saat pubertas, akan berlanjut seumur hidup.
Namun, efisiensi testis secara bertahap turun setelah usia 45-50 tahun meskipun pria
pada usia70-an dan sesudahnya dapat terus menikmati kehidupan seks aktif, dan
sebagian bahkan menjadi ayah pada usia setua ini. Penurunan gradual kadar
testosteron dalam darah dan produksi sperma tidak disebabkan oleh penurunan
stimulasi testis tetapi mungkin karena perubahan degeneratif yang berkaitan dengan
penuaan yang terjadi di pembuluh-pembuluh darah testis. Penurunan bertahap ini
sering disebut menopause pria atau andropause, meskipun proses ini tidak secara
spesifik terprogram seperti halnya menopause wanita. Istilah penurunan androgen
pada pria adalah androgen deficiency in aging males (ADAM).4
Efek pada karakteristik seks sekunder
Pembentukan dan pemeliharaan semua karakteristik seks sekunder pada pria
bergantung pada testosteron. Karakteristik pria nonreproduktif yang dipicu oleh
testosteron ini adalah pertumbuhan rambut berpola pria (misalnya, rambut dada dan
janggut dan, pada pria denngan predisposisi genetik, kebotakan; suara berat akibat
membesarnya laring dan menebalnya lipatan pita suara; kulit tebal; dan konfigurasi
tubuh pria (misalnya, bahu lebar serta otot lengan dan tungkai besar) akibat
14

pengendapan protein. Pria yang dikastrasi sebelum pubertas tidak mengalami


pematangan seksual dan tidak membentuk karakteristik seks sekunder.4
Karakteristik seks sekunder
Karakteristik seks sekunder adalah ciri-ciri eksternal yang tidak secara
langsung berkaitan dengan reproduksi yang membedakan pria dan wanita, misalnya
konfigurasi tubuh dan distribusi rambut. Testosteron pada pria dan estrogen pada
wanita yang mengatur pembentukkan dan pemeliharaan berbagai karakteristik.
Meskipun pertumbuhan rambut ketiak dan pubis pada kedua jenis kelamin didorong
oleh androgen-testosteron pada pria dan dehidroepiandrosteron adrenokorteks pada
wanita.4

Karakter seks sekunder pria


Karakter seks sekunder pria berada dibawah kontrol androgen pria, terutama
testosteron. Karakternya mencakup:
a) Peningkatan anabolisme protein dan massa otot.
b) Peningkatan pertumbuhan dan kekuatan tulang.
c)
Pola rambut pada wajah, ketiak, dan pubis khas pria. Di sebagian besar
d)

tubuh rambut tumbuh menebal.


Peningkatan laju metabolisme,

mungkin

akibat

peningkatan

anabolisme protein (penimbunan) dan pembentukan massa protein. Hal


ini menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori pada pria, yang
e)

dimulai dari masa pubertas.


Proliferasi dan pengaktifan

kelenjar

sebasea

di

kulit,

yang

menghasilkan zat berminyak yang disebut sebum. Hal ini dapat


menyebabkan jerawat, terutama selama masa remaja.
f) Suara menjadi berat, akibat hipertrofi laring.
g)
Kebotakan berpola pria yang biasanya berawal dengan munculnya titik
berbotal dipuncak kepala.5
Efek nonreproduktif
Testosteron memiliki beberapa efek penting yang tidak berkaitan dengan
reproduksi. Hormon ini memiliki efek anabolitik (sintesis) protein umum dan
mendorong pertumbuhan tulang, yang berperan menghasilkan fisik lebih berotot dan
15

lonjakan pertumbuhan masa pubertas. Yang ironis, testosteron tidak hanya


merangsang pertumbuhan tulang tetapi akhirnya mencegah pertumbuhan lebih lanjut
dengan menutup ujung-ujung tulang panjang yang sedang tumbuh (yaitu osifikasi atau
penutupan lempeng epifisis). Testosteron juga merangsang sekresi minyak oleh
kelenjar sebasea. Efek ini paling nyata selama lonjakan sekresi testosteron masa
remaja sehingga pria muda rentan mengalami jerawat.4
Hormon hipofisis dan hipotalamus mengendalikan produksi androgen dan
fungsi testikular. Gonadotropin hipofisis yaitu FSH (Folicle Stimulating Hormone)
memiliki

reseptor

pada

sel

tubulus

seminiferus

dan

diperlukan

dalam

sprematogenensis dan LH (Luteinizing Hormone) memiliki reseptor pada sel


intertsisial dan menstimulasi produksi serta sekresi testosteron. LH juga disebut ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormone) atau hormon perangsang sel interstisial pada
laki-laki.1
Hipothalamic Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) berinteraksi dengan
testosteron, FSH, LH, dan inhibin dalam mekanisme umpan balik negatif yang
mengatur sintesis dan sekresi testosteron.1
Penurunan konsentrasi testosteron yang bersirkulasi menstimulasi produksi
GnRH hipotalamik yang kemudian menstimulasi sekresi FSH dan LH. FSH
menstimulasi spermatogenesis dalam tubulus seminiferus dan LH menstimulasi sel
interstisial untuk memproduksi testosteron.1
Peningkatan kadar testosteron dalam darah memberikan kendali umpan balik
negatif pada sekresi GnRH dan pada sekresi FSH dan LH hipofisis. Inhibin disintesis
dan disekresi oleh sel Sertoli untuk merespons terhadap sekresi FSH dimana bekerja
melalui umpan balik negatif langsung pada kelenjar hipofisis untuk menghambat
sekresi FSH dan tidak mempengaruhi pelepasan LH.1
Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga diproduksi oleh
sel Sertoli untuk merespons sekresi FSH. Protein dalam tubulus seminiferus 10-15
kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasinya dalam darah. Hal ini kemudian
meningkatkan penerimaan sel terhadap efek testosteron dan berfungsi untuk
menunjang spermatogenesis.1
Aktivitas gonadotropin-releasing hormon

16

Selama periode prapubertas, aktivitas GnRH terhambat. Proses pubertas dipicu


oleh peningkatan aktivitas GnRH antara usia 8 dan 12 tahun. Pada awal pubertas,
sekresi GnRH hanya berlangsung pada malam hari, menimbulkan peningkatan
nokturnal singkat sekresi LH, dan karenanya sekresi testoteron. Derajat sekresi GnRH
secara bertahap meningkat seiring dengan perkembangan pubertas hingga tercipta
pola sekresi GnRH, FSH, LH, dan testosteron dewasa. Dibawah pengaruh kadar
testosteron yang meningkat selama pubertas, perubahan-perubahan fisik yang
mencakup karakteristik seks sekunder dan pematangan reproduksi menjadi jelas.4
Faktor-faktor yang berperan memicu pubertas pada manusia masih belum
diketahui pasti. Teori yang banyak dianut berfokus pada kemungkinan peran hormon
melatonin, yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal didalam otak. Melatonin, yang
sekresinya menurun selama pajanan ke cahaya dan meningkat selama pajanan ke
keadaaan gelap, memiliki efek antigonadotropik pada banyak spesies. Sinar yang
mengenai mata menghambat jalur-jalur saraf yang merangsang sekresi melatonin.
Sebagian peneliti menyatakan bahwa penurunan dalam laju keseluruhan sekresi
melatonin saat pubertas pada manusia terutama saat malam hari, ketika puncakpuncak sekresi GnRH pertama kali terjadi adalah pemicu dimulainya pubertas.4
Kesimpulan
Kumis dan janggut yang tumbuh pada anak lelaki umur 8 tahun tersebut
disebabkan karena aktivitas dari testosteron yang menstimulasi gonadotropinreleasing hormon untuk menghasilkan hormon FSH dan LH.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Sistem reproduksi, kehamilan, dan perkembangan. Dalam: Anatomi
dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2011.hal 345-351.
17

2. Fawcett dan Bloom. Sistem reproduksi pria. Dalam: Buku ajar histologi. Edisi
ke-13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.hal 687-730.
3. Eroschenko VP. Male reproductive system. In: Difiores atlas of histology with
fuctional correlations. 10th edition. Jakarta: EGC; 2011.p.477-502.
4. Sherwood L. Sistem reproduksi. Dalam: Fisiologi manusia. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2012.hal 641-694.
5. Corwin JC. Sistem reproduksi. Dalam: Buku saku patofisiologi. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 2010.hal 770.

18

Anda mungkin juga menyukai