IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Suku
: Sanger
Agama
: Kristen
Status perkawinan
: Belum menikah
Warga negara
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Alamat
Tanggal masuk RS
: 28 Juli 2016
LAPORAN PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 15 Agustus 2016
A.
B.
I. RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama
Bicara sendiri
Riwayat gangguan sekarang
Keluhan dan gejala :
Seorang pria Tn. N berusia 20 tahun datang ke RSUD Madani Palu diantar oleh kakak
iparnya dengan keluhan berbicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan. Pasien
mendengar bisikan seperti mengajak ngobrol. Bisikan yang di dengar hampir setiap hari
yang membuat pasien gelisah dan tidak tenang, kencing dicelana, tidak pernah mandi,
dan makan 1 kali dan dalam seminggu, keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu.
Menurut pasien, ia menganggap ibu tirinya tidak menepati janjinya untuk mengajaknya
bekerja di Pantai Barat. Pasien juga mengalami gangguan tidur beberapa hari
belakangan ini. Pasien baru pertama kali dirawat di RS dengan keluhan seperti ini.
Hendaya / disfungsi :
Hendaya sosial
(+)
Hendaya pekerjaan
(+)
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
1
b)
c)
keluarga pasien membawa pasien ke RS MADANI baru pertama kali pada bulan Juli 2016.
1) Halusinasi
pasien berbicara
2) Ilusi
3) Depersonalisasi
4) Derealisasi
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
E. Proses Berpikir
1) Arus pikiran:
a. Produktivitas
b. Kontiniuitas
c. Hendaya berbahasa
: Miskin ide
: Relevan dan koheren
: Tidak ada
2) Isi pikiran :
a. Preokupasi
: Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
1) Norma sosial
: terganggu
2) Uji daya nilai
: cukup
3) Penilaian realitas
: terganggu
H. Tilikan (insight)
: Derajat 2 (Pasien agak menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh
bantuan, tapi dalam waktu yang sama juga menyangkali penyakitnya)
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
a. Status internus
T : 130/80 mmHg
N : 82 x/menit P : 22 x/menit S : 36,5C
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala Leher
Thorax
Abdomen
Ektremitas
c. Pemeriksaan Neurologis
GCS
Eye
:4
Verbal
:5
Motorik
:6
d. Reflex fisiologis
e. Reflex patologis
IV.
iparnya dengan keluhan berbicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan. Pasien mendengar
bisikan seperti mengajak ngobrol. Bisikan yang di dengar hampir setiap hari yang membuat
pasien gelisah dan tidak tenang, kencing dicelana, tidak pernah mandi, dan makan 1 kali dan
dalam seminggu, keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Menurut pasien, ia
menganggap ibu tirinya tidak menepati janjinya untuk mengajaknya bekerja di Pantai Barat.
Pasien baru pertama kali dirawat di RS dengan keluhan seperti ini. Pada saat wawancara
dengan pasien didapatkan pasien tenang, dengan pembicaraan lambat dengan terputus-putus.
Mood eutimia dan Afek tumpul, serta taraf pengetahuan sesuai dengan pendidikan. Orientasi
baik, terdapat gangguan persepsi halusinasi auditorik berupa bisikan-bisikan yang mengajak
pasien berbicara . Sikap pasien kooperatif. Pengendalian impuls terganggu. Tilikan derajat 2
dan dalam taraf dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
o Aksis I
: Skizofrenia YTT (F20.9)
Berdasarkan autoanamnesa adanya gejala klinis yang bermakna seperti medengar
bisikan-bisikan yang mengajak pasien berbicara, ada jangka waktu dan berulang
berupa sindrom atau pola perilaku maka pasien ini mengalami gangguan jiwa.
5
Adanya halusinasi auditorik, gelisah dan mengamuk maka pasien ini didiagnosis
psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan kelainan maka
disebut gangguan Psikotik non organik
Terdapat halusinasi auditorik, perilaku katatonik, posisi tubuh tertentu, respon
emosional yang menumpul, penarikan diri dari lingkungan sosial, serta telah terjadi
lebih dari 1 bulan makan pasien ini masuk dalam criteria skizofrenia
Terdapat halusinasi auditorik, perilaku katatonik, posisi tubuh tertentu, respon emosional
yang menumpul, penarikan diri dari lingkungan social maka menurut PPDGJ III
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VI.
DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik
:
Tidak ada
b. Psikologis
: Merasa ibu tirinya tidak menepati janji untuk mengajaknya
bekerja dipantai barat.
c. Sosial
PROGNOSIS
N
Ceklist
o
1
Onset lambat
Onset akut
Gangguan mood
Mempunyai pasangan
Gejala positif
No
Prognosis baik
Checklist
yang jelek
5
Gejala negatif
10
11
12
13
RENCANA TERAPI
7
o Farmakoterapi
:
1. Risperidone tab 2mg 2 dd 1
Indikasi penggunaan jika ada sindrom psikosis yang ditemukan berupa :
o Hendaya berat dalam menilai realitas, bermanifestasi dalam gejala (kesadaran
diri yang terganggu, daya nilai norma yang terganggu, dan daya tilikan diri
terganggu.
o Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala positif
(inkoherensi, waham, halusinasi, gangguan perasaaan tidak sesuai dengan
situasi, perilaku yang tidak terkendali, dan gejala negatif (gangguan
perasaan,afek tumpul dan respon emosi minimal, gangguan hubungan social
seperti menarik diri, pasrah dan apatis), gangguan proses piker yang lambat
atau terhambat, isi pikiran yang stereotipi.
Dimana mekanisme kerja obat golongan atipikal disamping berafinitas terhadap
Dopamine D2 Reseptor juga berperan terhadap Serotonin-dopamine antagonists
sehingga efektif untuk gejala positif dan negatif.
Dimana efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
o Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan menurun,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)
o Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatilitik : mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)
o Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akatshia, sindrom Parkinson :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
o Gangguan endokrin ( amenorrhea, ginekomastia), metabolic (jaundice),
hematologic (agranulositosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang
Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan
ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
penderitaan pasien. Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai
adalah optimal response with minimal side effects , efek samping dapat juga
irreversible : tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada
lidah,wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala
tersebut menghilang), biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi
pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut.
2. Diazepam tab 2 mg 1 dd 1
Gejala sasaran adalah sindrom anxietas,dimana butir-butir diagnostic sindrom
anxietas adalah :
8
o Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap 2 atau lebih hal
yang dipersepsikan sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax), dimana tedapat gejala-gejala
berikut ketegangan motorik (otot tegang/kaku/pegal linu, tidak bisa diam, mudah
menjadi lelah), hiperaktivitas otonomik (napas pendek/terasa berat, jantung berdebardebar, telapak tangan basah dan dingin, kepala pusing/rasa melayang, buang air kecil
sering), kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang ( perasaan jadi peka,
mudah terkejut/kaget, sulit konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung).
Mekanisme kerja obat anti-anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya
(benzodiazepine reseptor) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic
neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda.
Efek samping obatanti-anxietas dapat berupa :
o Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah).
o Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah)
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh karena at
therapeutic
dose
they
have
low
re-inforcing
properties.
Potensi
menimbulkan
ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
terakhir, berlangsungsangat singkat. Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan
gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia,
tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll.
Hal ini berkaitan dengan penurunan kada benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat
benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya clobazam sangat minimal dalam
menimbulkan gejala putus obat). Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada individu
dengan riwayat peminum alcohol, penyalahgunaan obat atau unstable personalities. Oleh
karena itu obat benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2.
ECG. Jakarta.
2. Elvira, S.D., Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan penerbit FKUI, Jakarta.
3. Muslim. R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ- III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
4. Muslim. R. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi Nuh
Jaya : Jakarta.
5. Gilman Dasar Farmakologi Terapi vol 1. Jakarta : EGC. 2007. 475,480-482.
10