Mengingat
a.
b.
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi
Khusus Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran
2013;
1.
2.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
2.
3.
4.
5.
bidang
b.
b.
c.
pembinaan; dan
d.
pelaporan.
Pasal 5
kinerja
pemerintah
kabupaten/kota
dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara
berkelanjutan;
b.
kemandirian
pemerintah
kabupaten/kota
dalam
melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
c.
kebijakan
pengurangan
volume
ayat
(1)
untuk
dan
prasarana
pengolahan
air
limbah
Taman
Kehati/Taman
Hijau/Hutan
dan
Pasal 8
Kegiatan DAK Bidang LH sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dilaksanakan sesuai Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Dana DAK Bidang LH dilarang untuk membiayai:
a.
b.
c.
biaya penelitian;
d.
biaya pelatihan;
e.
honor;
f.
g.
2.
3.
pemantauan
Pasal 10
Kabupaten/kota wajib mengalokasikan:
a. dana pendamping paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) yang berasal dari APBD kabupaten/kota;
dan
b. dana penunjang, untuk menunjang
kegiatan DAK Bidang LH diwilayahnya.
pelaksanaan
Pasal 11
(1)
10
b. pemberian rekomendasi;
c.
d. bimbingan teknis.
(2)
(3)
ayat
(2)
kepada
Pusat
c. pembinaan teknis;
d. pemantauan dan evaluasi.
Pasal 12
(1)
(2)
Kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
Daerah
Kabupaten/Kota harus menyusun Tim Pelaksana
Kegiatan DAK Bidang LH.
(3)
11
Pengelolaan
Ekoregion
di
wilayah
(4)
(5)
(6)
12
(1)
(2)
Kepala
Institusi
Lingkungan
Hidup
provinsi
menyampaikan laporan hasil pemantauan kegiatan DAK
Bidang LH diwilayahnya kepada Pusat Pengelolaan
(4)
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Menteri
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
13
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2012
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
TTD
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januri 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 168
14
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN
DANA ALOKASI KHUSUSBIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2013
PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2013
I.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan DAK Bidang LH Tahun Anggaran 2013 adalah untuk
melengkapi sarana dan prasarana fisik perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di kabupaten/kota.
Prioritas pemanfaatan DAK Bidang LH adalah pada kegiatan-kegiatan yang
berdampak nyata terhadap upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
lingkungan, yang diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan SPM bidang
lingkungan hidup daerah kabupaten/kota dan mendukung upaya mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim. Lingkup kegiatan yang dilaksanakan dalam
DAK Bidang LH Tahun 2013 meliputi:
A.
pengawasan
B.
C.
D.
15
Kegiatan
A. pengadaan sarana dan
prasarana pemantauan dan
pengawasan kualitas
lingkungan hidup
B. pengadaan sarana dan
prasarana pengendalian
pencemaran lingkungan hidup
C. pengadaan sarana dan
prasarana dalam rangka
adaptasidan mitigasi perubahan
iklim
D. pengadaan sarana dan
prasarana perlindungan fungsi
lingkungan hidup
Manfaat Kegiatan
untuk menguji kualitas air, udara dan
tanah sehingga dapat digunakan
sebagai alat pemantauan dan
pengawasan kualitas lingkungan hidup
di kabupaten/kota
sebagai upaya pencegahan dan
pengendaliaan pencemaran lingkungan
hidup untuk dapat mengurangi beban
pencemaran di kabupaten/kota
sebagai upaya untuk
mendukungmitigasi dan adaptasi
perubahan iklim di kabupaten/kota
sebagai upaya melindungi dan
mempertahankan fungsi lingkungan
hidup di kabupaten/kota
16
Program
Bank Sampah
Adiwiyata
Bak sampah
Alat pengolah sampah
Sumur resapan
Pembuatan biopori
Taman hijau
Penanaman pohon
Solar Cell
Pengolahan IPAL Sederhana
Kampung Iklim
limbah sekolah
alat pencacah sampah
alat pemilah sampah
gerobak sampah
Pembuatan biopori
Biogas
18
Parameter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Peralatan Sampling
Botol Impinger
Midget Impinger
Botol Impinger
High Volume Air Sampler
(HVAS)
High Volume Air Sampler
dilengkapi dengan
Gent Sampler
Gent Sampler
19
Gambar 1
Contoh Peralatan portable untuk emisi kendaraan
Gas analyzer
Gambar 2
Contoh Peralatan portable untuk emisi kendaraan
Opacitymeter
c.
20
Gambar 3.
Contoh alat ukur otomatis untuk pengujian
kadar gas emisi sumber tidak bergerak
d.
3. Kendaraan operasional
pengawasan lingkungan
roda
empat
untuk
pemantauan
dan
a.
b.
c.
B. Pengadaan Sarana
Lingkungan Hidup
dan
Prasarana
Pengendalian
Pencemaran
22
23
3.
4.
24
Rumah kompos
Peralatan Pendukung
gerobak sampah
truk sampah
kontainer sampah
dryer
arm roll
kendaraan roda dua atau roda
tiga pengangkut sampah
Gambar 7.
Contoh Lay Out Pengolahan Sampah Organik
Gambar 8.
Contoh Bangunan Unit Pengolah Sampah
25
Gambar 9.
Contoh Unit Transportasi Sampah
C.
26
a.
Perencanaan
a.
Penetapan Tapak
Lokasi Taman Kehati agar mengacu kepada master plan
Taman Kehati dari Propinsi apabila belum tersedia dapat
mengacu pada Kepmen 04 tahun 2012 tentang Taman
Kehati dengan luas minimal 3 ha di wilayah kota dan 10
ha di wilayah kabupaten.
27
b.
2.
28
Pelaksanaan Pembangunan:
a.
b.
c.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman secara
berkala, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyakit dan penyulaman jika diperlukan. Pemeliharaan
intensif diperlukan selama 3 tahun berturut-turut.
d.
Labeling Tanaman
Setiap pohon yang ditanam harus diberikan labeling
untuk mengidentifikasi jenis tanaman dan koordinatnya.
e.
3.
f.
g.
Pengembangan Pembangunan.
Fasilitas yang diperlukan dalam menunjang fungsi taman
kehati sebagai sarana pendidikan, penelitian, ekowisata
antara lain:
a. Posko pemantauan dan pemeliharaan
b. Jalan setapak yang menghubungkan antar blok spesies
Luas bangunan fisik maksimum 10 % dari luas taman kehati
dengan memperhatikan fungsi ekosistem, lansekap dan
estetika.
Gambar 10.
Contoh Gambar Taman Kehati
29
b.
Keterangan gambar :
Taman Kota di Kota Surabaya dan Kota Yogyakartayang dapat
dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk sosialisasi dan rekreasi
(disamping fungsi utamanya untuk menyerap karbon, fungsi hidrologis
dan fungsi sosial)
30
Gambar 12.
Contoh Gambar Hutan Kota
31
3.
32
Gambar 13
Model Contoh Transplantasi Terumbu karang dan Terumbu Karang
Buatan:
Contoh model Terumbu karang buatan dan Transplantasinya pada media kongkrit,
KLH12
4.
Gambar 14.
Contoh Desain Biodigiser untuk eceng gondok
Gambar 15.
Contoh Rencana Desain Biodigiser untuk Kotoran Sapi
34
Gambar 16.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas
Gambar 17.
Prinsip Kerja Teknologi Biogas
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas
35
Gambar 18.
Teknis IPAL Biogas Industri Tahu
37
Gambar 19.
Teknis Biodigester Ternak Sapi
Kapasitas 4 m3 dengan bahan ferro semen
Gambar 20.
Teknis Biodigester Ternak Sapi Kapasitas 4 m3 dengan bahan Fiber
38
Sumur resapan
Dalam proses pembuatan sumur resapan terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah komponen bangunan
sumur resapan, persyaratan lokasi pembuatan dan persyaratan
konstruksi/desain dari sumur resapan itu sendiri.
b. Persyaratan lokasi:
40
Gambar 21.
Desain Konstruksi Sumur Resapan Dangkal
Gambar 22.
Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (Tampak Samping)
41
Gambar 23.
Desain Tutup dan Buis Beton Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan
Gambar 24.
Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (tampak atas).
42
Gambar 25.
Desain Bak Kontrol Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan.
Keterangan:
Gambar 23 memperlihatkan desain yang unik pada buis beton yang
ditanam pada bak/ sumur peresapan. Bentuk/tipe sistem peresapan ini
sengaja didesain agar air yang masuk ke dalam sumur dapat segera
diresapkan ke dalam tanah. Sehingga laju infiltrasi tanah menjadi lebih
besar, selain itu desain ini juga memperhatikan kekuatan rancang
bangun sistem peresapan itu sendiri.
2.
2)
3)
4)
5)
b.
44
Gambar 26.
Pembuatan lubang resapan dengan bor tanah atau Lubang Biopori
3.
Gambar 27.
Kolam penampung air hujan (embung) dan drainase ramah lingkungan
pada pemukiman dan areal pertanian/perkebunan
46
Gambar 28.
Kolam konservasi air hujan di areal pertanian
4.
Jarak Tanam Pohon (3x3 meter, atau 4x4 meter, atau 5x5 meter)
5.
48
50
Bak pengomposan
Agar mendapatkan hasil pupuk organik yang baik, bak
pengomposan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki kapasitas volume, dan lingkungan yang diinginkan;
b) terletak di tempat yang memungkinkan diterimanya sinar
matahari sehingga tercapai suhu pengomposan yang
diperlukan, dan tertutup dari curah hujan;
c)
Gambar 32.
Contoh (a) bak pengomposan dari bambu, dengan satu sisi yang dapat
dibuka/ tutup dan (b) Contoh desain bak pengomposan dari beton, dengan
sekat kayu yang dapat dibuka/tutup.
Gambar 33.
Berbagai macam teknologi penghalus dan
pengayak pupuk organik yang matang.
51
52
b.
Perubahan fisik:
1) selama proses pengomposan terjadi perubahan fisik dan
kimia dari bahan yang dikomposkan. Perubahan
warnaterjadi di akhir pengomposan warna berubah
menyerupai warna tanah.
2) perubahan
suhu.Perubahan
suhu
merupakan
parameter bagi tingkat kegiatan perombakan bahan
organik oleh mikroorganisme. Jika proses pengomposan
terjadi dengan baik, suhu akan naik pada awal
pengomposan
kemudian
turun.
Pada
akhir
pengomposan suhu sedikit di atas suhu udara.
3) penyusutan
volume
dan
pengurangan
bobot.
Penyusutan volume dan pengurangan bobot yang terjadi
selama proses pengomposan disebabkan adanya proses
pencernaan oleh mikroorganisme. Selama proses ini
bahan organik diuraikan menjadi unsur-unsur yang
dapat diserap oleh mikroorganisme tersebut.
4) perubahan bau (kompos yang sudah matang tidak
berbau,
atau
hampir
berbau
sama
dengan
tanah/humus).
5) perubahan struktur kompos (struktur kompos biasanya
lepas, tidak lengket dan tidak menggumpal).
c.
6.
Pengemasan:
Pengemasan pupuk organik biasanya dilakukan untuk
keperluan komersial,dan atau jika akan disimpan.
Pengemasan pupuk organik untuk keperluan komersial
dimaksudkan agar memudahkan bongkar muat, menjaga
kualitas pupuk, dan membuat tampilan pupuk lebih
menarik.
53
7.
Gambar 35.
Penggunaan tebing turap versus konstruksi eko-hidraulik
54
55
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 26 TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN
DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2013
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
A. PENDAHULUAN
Laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang LH TA 2012 wajib disusun
sebagai bagian dari akuntabilitas dan pertanggungjawaban pelaksanaan
DAK Bidang LH, dengan didasarkan pada perencanaan, dan prioritas
penanganan masalah lingkungan hidup yang dihadapi di kabupaten/kota.
Laporan pelaksanaan kegiatan Dana Alokasi Khusus Bidang LH bermanfaat
apabila dapat menyajikan informasi yang mudah dipahami, relevan, handal
dan dapat diperbandingkan, serta dapat dipertanggungjawabkan sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.
Dalam rangka penyusunan laporan tersebut perlu disusun pedoman untuk
membantu kabupaten/kota dalam pembuatan laporan dan inventarisasi
hasil dari pelaksanaan DAK Bidang LH.
Laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang LH, meliputi:
1. Laporan pertriwulan kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan serapan
anggaran;
2. Laporan akhir capaian pelaksanaan kegiatan;
3. Laporan output dan outcome;
4. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kabupaten/Kota.
Seluruh laporan di atas dapat disampaikan berupa soft file atau e-mail ke
alamat: peppapkln.daklh@yahoo.com
Laporan hasil pelaksanaan kegiatan DAK Bidang LH yang disampaikan
secara berkala setiap tahun, merupakan data dasar yang sangat diperlukan
dalam perencanaan dan pengembangan DAK Bidang LH kedepan. Baseline
data DAK Bidang LH tersebut memberikan informasi sarana dan prasarana
56
57
58
Laporan Triwulan
Kabupaten/kota
Provinsi
PAGU DAK BIDANG LH
DANA PENDAMPING (MIN 10%)
: I/II/III/IV
:
:
:
KEGIATAN
VOL
PAGU
DAK BID LH
(APBN)
REALISASI
KEUANGAN
FISIK
Rp
%
%
SISA
ANGGARAN
KETERANGAN
Laporan Triwulan
Kabupaten/kota
Provinsi
PAGU DAK BIDANG LH
DANA PENDAMPING (MIN 10%)
: I/II/III/IV
: DEPOK
: JAWA BARAT
: 1,017,000,000
: 101,700,000
KEGIATAN
Alat lab kualitas air
DO meter
Ph meter
Biogas
Taman
Kendaraan roda 3
pengangkut sampah
Tong sampah
PAGU + PENDAMPING
VOL
PAGU
DAK BID LH
(APBN)
REALISASI
KEUANGAN
Rp
%
FISIK
%
SISA
ANGGARAN
1
1
2
1
5,000,000
2,000,000
200,000,000
800,000,000
5,000,000
2,000,000
100,000,000
500,000,000
100
100
50
62.5
100
100
50
20
0
0
100,000,000
300,000,000
10,000,000
10,000,000
100
100
101,700,000
100,000,000
98
100
1,700,000
1,118,700,000
717,000,000
64
74
KETERANGAN
401,700,000
60
2.
di
63
64
3.
65
Laporan Triwulan
Provinsi
PAGU DAK BIDANG LH
: I/II/III/IV
: DI YOGYAKARTA
: 4,551,090,000
KAB/KOTA
VOL
PAGU
DAK BID LH
(APBN)
REALISASI
KEUANGAN
Rp
%
FISIK
%
SISA
ANGGARAN
1.
Kab. Bantul
1,414,480,000
400,000,000
28
100
1,014,480,000
2.
1,229,080,000
200,000,000
16
100
1,029,080,000
3.
840,850,000
800,000
50
840,050,000
4.
Kab. Sleman
926,150,000
150,000
20
926,000,000
5.
Kota Yogyakarta
140,530,000
500,000
100
140,030,000
4,551,090,000
601,450,000
13
74
3,949,640,000
TOTAL
KETERANGAN
67
2.
3.
68
Anggaran
Kegiatan
Input
Output
Anggaran
Rp
Kegiatan
Taman Hijau
Alat Lab
Input
Output
10 orang petugas
pengawas ikut proses
pemantauan dari
kab/kota
5 ha
1 ha Taman rekreasi
2 ha Taman kahati
2 ha Keras (Beton)
10 Alat
COD
TSS
4
Bio Gas
BANK SAMPAH
Gas Analyzer
Opacitimeter
50 Unit @ 30 m3
GRK CH4
serap
20 Ton dapat di
20 rumah mendapatkan
@ 450 watt
20 rumah mendapatkan
kompor gas dari bio gas
Membantu Program
Adipuran Perkotaan
10 Sekolah
2 MW Listrik
Menerapkan Program
3R disekolah meningkat
Masyarakat mendapat
aliran listrik @ 450 W
3 Unit Armroll
7
KAMPUNG IKLIM
2 kampung iklim
20 kincir angin
2 mikro hydro
2 unit komposting
69
Propinsi
1 Jawa Barat
Kab/ Kota
Cirebon
Input
Output
Uraianseluruh peralatan di
Cirebon
Outcome
Indramayu
Kab Cirebon
Kab Bandung
Kab. Kuningan
Kab. Garut
Kab Bogor
Kab. Majalengka