Anda di halaman 1dari 66

Makalah Filsafah

PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani memerlukan olahraga sebagai upaya untuk menjalankan fungsi serta
mencapai tujuannya. Terdapat mata rantai antara pendidikan jasmani dan olahraga yaitu
olahraga ilmu olahraga pendidikan jasmani. Mata rantai tersebut dapat diartikan bhwa di
dalam kegiatan olahraga terkandung ilmu olahraga. Olahraga harus memenuhi tiga kriteria
sebagai ilmu mandiri yaitu obyek, metode, dan pengorganisasian yang khas. Agar lebih
terarah dan berfungsi, ilmu olahraga disampaikan melalui pendidikan jasmani. Pendidikan
jasmani menurut konsep pedagogistik adalah mata pelajaran yang berfungsi mendidik atau
membentuk individu melalui gerak jasmani. Cara pandang masyarakat terhadap pendidikan
jasmani berbeda beda. Sebagian masyarakat menganggap pendidikan jasmani tidak
terlalu penting, hanya sebagai pelengkap kurikulum pembelajaran. Sebagian lain menilai
pendidikan jasmani penting untuk perkembangan jasmani dan jiwa. Adanya pandangan
bahwa pendidikan jasmani tidak begitu penting karena terjadi krisis identitas dalam
pendidikan jasmani. Pihak pihak yang berkecimpung di dalam olahraga belum meneliti
keampuhan pendidikan jasmani. Walaupun mereka sudah lama memiliki pernyataan bahwa
pendidikan jasmani mampu menjadi alat ampuh dalam membangun karakter bangsa, moral,
disiplin, dan nilai positif lainnya. Fenomena seputar pendidikan jasmani dan olahraga
tersebut memerlukan filsafat untuk mencari solusi dan mengembangkannya.

PEMBAHASAN
Filasafat dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir, senantiasa berkeinginan untuk mencari
nilai dan fakta nyata dalam kehidupan serta mengevaluasi dan menafsirkannya sedapat
mungkin, tanpa terjadi bias dan pasangka. Filsafat dapat menyeimbangkan perasaan dan
logika. Kebutuhan hidup manusia meliputi banyak aspek. Filsafat dibutuhkan untuk mencari
jawaban dari semua masalah dan pertanyaan seputar kehidupan manusia. Dahulu, bangsa
manusia percaya pada mitos-mitos. Mereka menirukan apa yang dilakukan nenek moyang
mereka pada zaman dahulu. Padahal, apa yang dilakukan oleh mereka biasanya tidak bisa
dijelaskan menurut akal sehat. Misalnya saja, melakukan suatu ritual untuk mencegah
datangnya hujan. Tentu saja itu semua tidak masuk akal. Bahkan, bisa menjerumuskan
dalam lubang kemusyrikan. Mereka lebih percaya kepada roh-roh nenek moyang dari pada
kepada Tuhan. Lambat laun, kebiasaan mereka mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh
majunya ilmu pengetahuan. Sains bisa menjelaskan semua fenomena alam. Menjelaskan
terjadinya hujan, bahkan berbagai bencana alam yang terjadi. Petir bukan tercipta dari palu
dewa dan suara guntur bukan pula ulah dewa. Semua itu adalah fenomena alam yang bisa
dijelaskan dengan adanya sains dan tentunya dengan penjelasan yang masuk akal.
Persetujuan umum mengenai filsafat dimulai di Yunani, tampaknya masuk akal juga. Sebab
sejak abad ke6 SM perdagangan berkembang pesat. Perdagangan secara tidak langsung
mendorong mereka untuk berpikir untuk dapat terus menghasilkan karya cipta. Petualangan
dan pemikiran mereka menghantarkan pada filsafat. Bangsa Yunani turun temurun
mengaitkan segala sesuatunya dengan dewa, mulai berani berpikir mengenai dunia tanpa
terlebih dulu berpikir mengenai dewa. Perkembangan pemikiran tersebut beda dari apa
yang biasa menjadi kepercayaan berpikir mereka. Hal ini menunjukkan pertanda adanya

filsafat.
Beberapa filsafat para tokoh Yunani terbukti secara nyata. Sehingga mereka terdorong
untuk berlomba lomba berfilsafat. Filsafat tiap tokoh berbeda, terkadang terkesan benar
sendiri. Ini bukan kesalahan, melainkan terjadi keragaman yang ikut berperan serta dalam
perkembangan struktur kehidupan segala aspek di bumi. Buktinya mereka yang ada di
Alexandria setelah berfilsafat, terbukti kebenarannya, dan menghasilkan sains, berani
berpikir tanpa mengaitkan dengan dewa. Ini merupakan salah satu bukti filsafat mampu
mengubah peradaban manusia. Bagi ilmu pengetahuan, filsafat bernilai ontologik,
epistemologi, estetika, dan etik. Sehingga ilmu pengetahuan yang bercabang tetap memiliki
keterkaitan dan dapat dipahami.
Beberapa aliran filsafat pernah ada dan berpengaruh besar dalam kehidupan pada
umumnya, khususnya dalam dunia pendidikan, juga dalam dunia pendidikan jasmani. Aliran
aliran filsafat yang cukup populer, seperti dikutip Adang Suherman (2000), yaitu Idealisme,
Realisme, Pragmatisme, Naturalisme, dan Eksistensialisme.
Penjelasan masing masing aliran filsafat tersebut sebagai berikut :
Idealisme
Aliran idealisme meyakinkan bahwa pikiran merupakan kunci terhadap segala sesuatu.
Filsuf dari Greek, Plato, merupakan tokoh yang diakui sebagai Bapak Idealisme. Aliran ini
menganggap bahwa pemikiran mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan oleh karena itu
objek yang bersifat fisik pada dasarnya merupakan cerminan dari pemikiran. Para penganut
aliran idealisme ini menilai bahwa manusia jauh lebih penting daripada alam.
Realisme
Aliran filasafat ini cenderung menentang filsafat idealisme. Beberapa pandangan yang
mengemuka pada aliran idealisme seperti berikut :
Aspek fisik merupakan dunia nyata.
Semua kejadian di dunia merupakan hasil dari hukum alam.
Kebenaran ditentukan oleh metode ilmiah.
Pikiran dan tubuh mempunyai hubungan erat dan harmonis.
Agama dan filsafat dapat muncul seiring.
Pragmatisme
Aliran filsafat ini sering disebut juga aliran eksperimentalisme, yang menganggap
pengalaman sebagai kunci untuk keberhasilan hidup. Aliran pragmatisme menganggap
bahwa pengalaman merupakan penyebab terjadinya perubahan konsep tentang realitas.
Naturalisme
Aliran filsafat ini disebut juga aliran materialisme yang menganggap bahwa sesuatu yang
mempunyai nilai adalah sesuatu yang secara fisik nampak. Aliran naturalisme berpendapat
bahwa segala sesuatu yang ada hanya akan diakui keberadaannya apabila nampak secara
fisik.
Eksistensialisme
Aliran filsafat ini disebut juga aliran filsafat modern, yang menjadi perhatian utamanya
adalah keberadaan individu secara utuh. Paham aliran eksistensialisme berpendapat
bahwa keberadaan individu lebih penting daripada masyarakat.
( Margono, 2007: 23 )
Definisi tentang pendidikan jasmani pernah dirumuskan sebagai rujukan nasional
( Mendikbud 413 / U / 1957 ) mengungkapkan fungsi pendidikan jasmani untuk memberikan
sumbangan terhadap pendidikan secara menyeluruh: Pendidikan jasmani adalah bagian
integral daripada pendidikan melalui aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan
individu secara organik, neuromuskkular, intelektual, dan emosional. ( Rusli Lutan, 2001: 65
). Berikut disajikan dengan bentuk sederhana, bagaimana pandangan beberapa aliran
filsafat terhadap pendidikan jasmani :
Idealisme
Pendidikan jasmani tidak hanya sekedar melibatkan fisik semata, pendidikan jasmani harus
memberikan kontribusi terhadap perkembangan peserta didik secara menyeluruh.
Aktivitas kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap perkembangan kepribadian
seseorang.

Pendidikan jasmani merupakan pusat berbagai gagasan, pembelajaran pendidikan jasmani


harus berorientasi pada peserta didik agar dapat menumbuhkan kreativitas.
Guru harus menjadi model peserta didik, guru dapat menjadi contoh yang layak ditiru.
Pendidikan jasmani ditujukan untuk kehidupan, pengembangan fisik dan pengetahuan harus
seimbang.
Realisme
Pendidikan jasmani ditujukan untuk kehidupan pada umumnya.
Kesegaran jasmani merupakan hasil dari produktifitas.
Program pendidikan jasmani didasarkan pada pengetahuan ilmiah.
Pengulangan memegang peranan penting dalam proses belajar pendidikan jasmani.
Pendalaman ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan sosial lebih baik.
Bermain dan rekreasi dapat membantu kemampuan beradaptasi.
Pragmatisme
Pengalaman akan lebih bermakna manakala siswa memperoleh aktivitas secara bervariasi.
Pendidikan jasmani bertujuan untuk peningkatan kemampuan sosial peserta didik.
Program pendidikan jasmani ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik.
Pembelajaran pendidikan jasmani diperoleh melalui metode pemecahan masalah.
Guru sebagai motivator.
Standardisasi bukan merupakan bagian dari program pendidikan jasmani.
Naturalisme
Aktifitas fisik bukan sekedar fisik.
Hasil belajar diperoleh melalui aktifitas dirinya sendiri.
Bermain merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
Prestasi bertanding yang tinggi diantara individu tidak dikondisikan.
Pendidikan jasmani berkaitan dengan pengembangan individu secara utuh.
Eksistensialisme
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani sebaiknya peserta didik diberi
kebebasan memilih.
Pendidikan jasmani harus terdapat banyak pilihan.
Permainan merupakan produk dari perkembangan kreatifitas.
Peserta didik dianggap mengenal dirinya sendiri.
Guru harus dapat berperan sebagai konsultan.
( Margono, 2007: 25)
Menurut pandangan filsafat modern, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani
harus memperlakukan peserta didik secara individual, dengan memperhatikan kebutuhan
minat dan masalah yang dihadapi peserta didik secara spesifik. Dalam pandangan filsafat
modern, para peserta didik cacat atau berkebutuhan khusus harus diperhatikan dalam
program pendidikan jasmani.
Menurut pandangan filsafat humanisme mendukung keyakinan bahwa manusia sebagai
makhluk individu dan harus diperlakukan sebagai individu secara utuh. Guru pendidikan
jasmani harus mendorong siswa untuk mengaktualisikan diri dan memenuhi kebutuhannya
secara individu.
Aliran aliran filsafat tersebut secara garis besar berpandangan bahwa pendidikan jasmani
menggunakan aktifitas jasmani untuk mendapatkan pengalaman yang akan memberi
kontribusi terhadap peserta didik secara menyeluruh. Ini berarti pendidikan jasmani tidak
hanya bertujuan membentuk fisisk. Pendidikan jasmani berpengaruh pada kehidupan
peserta didik sebagai makhluk individu dan sosial. Sehingga sebagai konsultan, guru
pendidikan jasmani harus memberikan pengarahan bagaimana siswa menempatkan diri
sebagai individu dalam kehidupan sosial.
Fenomena yang paling konkret sebagai objek formal ilmu keolahragaan adalah gerak laku
manusia dalam bentuk gerak insani, terutama keterampilan gerak yang dapat dikuasai
melalui proses belajar. Gerak insani yang juga mencerminkan puncak kreatifitas manusia itu,
dilakukan secara sadar dan bertujuan. Manusia menggerakkan dirinya secara sadar melalui
pengalaman badaniah sebagai medium untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan jasmani, gerak

insani inilah yang menjadi medan pergaulan yang bersifat mendidik antara peserta didik
sebagai aktor, atau pelaku, dan pendidik sebagai auctor, atau pengarah, sekaligus fasilitator,
meminjam istilah yang diperkenalkan oleh Prof. Klaas Rijsdorp (1973).
Realisasi keterampilan gerak itu tidak dapat dicabik dan dipisahkan dari tata latar
lingkungannya, sehingga keterampilan gerak itu terbentuk dalam aneka bentuk respons dan
transaksi antara individu dan lingkungan sosial budaya yang membentuk penghayatan
penuh makna diantara kedua pihak. Gerak insani yang menjadi objek formal ilmu
keolahragaan merupakan fenomena yang kompleks, mencakup dimensi sosio psiko bio
kultural sebagai akibat aneka aktifitas jasmani yang diperagakan individu atau dalam
suasana berkelompok itu digelar di tengah kehidupan bermasyarakat, dalam sistem
kehidupan yang nyata, yang terkontrol oleh tradisi, nilai dan norma, disamping terikat
langsung oleh keterbatasan kapasitas kemampuan biologik itu sendiri.
Pengungkapan gerak insani itu merupakan perilaku gerak manusia yang universal, tanpa
memandang latar belakang agama, budaya, suku bangsa, atau ras. Namun dalam
pelaksanaanya, kegiatan yang berintikan gerak keterampilan jasmaniah dan berporos pada
sifat sifat permainan itu, tetap bertumpu pada etika dan kesadaran moral , karena
olahraga bukanlah ungkapan naluri yang rendah atau nafsu kekerasan, tetapi merupakan
ekspresi sifat sifat manusia yang kreatif dan indah yang kemudian bermuara pada
kehidupan yang manusiawi dalam pengertian sejahtera paripurna, bukan sehat jasmaniah
semata, tetapi melingkup kesehatan aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Dengan
demikian, jelaslah bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pembinaan pendidikan
jasmani dan olahraga adalah tercapainya kesejahteraan paripurna manusia.
Aspek etika dalam pendidikan jasmani dan olahragaadalah fair play. Fair play adalah
kebesaran hati terhadap lawan yang menimbulkan perhubungan kemanusiaan yang akrab
dan harmonis. Fair play merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria dalam
olahraga. Sehingga memunculkan sikap ksatria pada atlet yang menolak kemenangan
dengan menghalalkan segala cara. Maka ada mekanisme psikologis yang mengontrol
terhadap kepatutan suatu perbuatan dan kesanggupan untuk memajukan diri agar patuh
pada standar moral yang tinggi. Bisa diartikan bahwa pencapaian kemenangan sebagai
konsekuensi dari berusaha keras. Bukan dari nasib atau faktor keberuntungan. Fair play
memang mudah diucapkan, tetapi cukup sukar dipraktekkan, bukan saja dalam olahraga
tetapi juga dalam semua bentuk kegiatan dalam kehidupan sehari hari. Fair play
merupakan budaya dalam dunia pendidikan jasmani dan olahraga yang mulai luntur.
Meskipun demikian, fair play masih bisa dididik dan dibiasakan.
Setiap atlet harus ditanamkan jiwa fair play sejak dini. Agar atlet termotivasi untuk meraih
kemenangan yang sebenarnya. Meraih kemenangan bukan hanya terbatas pada
keberhasilan mengalahkan lawan atau meraih gelar juara. Tetapi, berhasil mengalahkan
lawan melalui proses yang sesuai peraturan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Apabila atlet terbiasa bertanding secara fair play, maka kebiasaan mentaati peraturan dan
menghargai orang lain akan terealisikan dalam kehidupan sehari hari. Harus disadari
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya mengolah keterampilan jasmani,
namun juga disertai sopan santun dan nilai moral dalam pelaksanaanya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan jasmani memberikan kontribusi dalam penanaman moral serta
membentuk karakter pelakunya. Persoalannya adalah bagaimana menerapkan nilai moral
dan prinsip sehingga menjadi landasan sportif ?
Maksud baik adalah bermain dengan memperlihatkan sportifitas dan maksud jahat adalah
bermain dengan tipu muslihat. Tindakan nyata itu ditujukan pada pencapaian tujuan
permainan berupa peragaan performa sebaik baiknya, sedangkan tindakan jahat berupa
perbuatan curang, melukai lawan, menciderai pemain andalan lawan, dan lain lain. Karena
itu, tindakan nyata, baik yang ideal maupun yang diperagakan sebenarnya, dipengaruhi oleh
motif dan maksud berbuat yang semuanya itu berpangkal pada persepsi. Persepsi tabu
kalah dalam bertanding dapat mendorong atlet untuk melakukan apa saja agar meraih
kemenangan. Atlet seharusnya menyadari bahwa kalah bukan berarti pecundang apabila
dalam bertanding ia berusaha maksimal tanpa melakukan kecurangan.
Dalam proses penalaran moral, nilai biasanya ditulis secara khusus yang disebut prinsip.

Prinsip merupakan tuntunan yang bersifat universal yang akan mengatakan apa tindakan,
maksud, dan motif yang dilarang, diizinkan, atau yang menjadi kewajiban. Prinsip adalah
pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama. Tak ada aturan yang lebih
penting daripada prinsip. Prinsip adalah aturan yang paling tinggi. Karena sifatnya yang
universal dapat ditarik aturan dari padanya.
Dengan menempatkan sistem nilai ke dalam bentuk yang universal maka dapat digunakan
sistem nilai itu sebagai rujukan yang paling teguh untuk mengatasi masalah yang rumit
untuk dipecahkan. Nilai moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan,
kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas, dan lain
lain. Bagaimanakah kita dapat memilih nilai moral yang cukup banyak jumlahnya itu?
tugas ini tidak mudah. Namun demikian, ada sumber yang paling sahih untuk memilih nilai
moral itu, yaitu agama agama besar, seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan
kepercayaan lainnya. Ajarannya mengandung nilai inti yang bersifat universal dan dijunjung
tinggi oleh pemeluknya. Dalam keanekaragaman nilai itu, maka dapat diperoleh sari patinya.
Ada empat nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal sebagai berikut.
Nilai moral pertama adalah keadilan. Di seluruh dunia, keadilan selalu dikumandangkan dan
dicari setiap orang, meskipun tak kunjung dicapai. Keadilan itu ada dalam beberapa bentuk:
distribuif, prosedural, retributif, dan kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang
mencakup pembagian keuntungan dan beban secara relatif, dikaitkan dengan hasilnya.
Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair
dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup yang fair sehubungan dengan
hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi
mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada
waktu sebelumnya. Keempat bentuk keadilan itu melekat pada pembuatan keputusan dan
penalaran moral dalam dunia olah raga.
Nilai moral kedua adalah kejujuran. Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan
terpercaya, dan terpercaya terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu, atau memperdaya.
Hal ini terwujud dalam tindakan dan perkataan.
Nilai moral ketiga adalah tamggung jawab. Tanggung jawab merupakan nilai moral penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan
sendiri.
Nilai moral keempat adalah kedamaian. Kedamaian mengandung pengertian tidak akan
menganiaya, mencegah penganiayaan, menghilangkan penganiayaan, dan berbuat baik.
Tindakan kekerasan masih membayangi pertandingan olahraga. Bahkan makin meningkat,
bukan bertambah surut. Perkelahian antara ofisial dengan pemain, pemain dengan pemain,
atau penonton mengeroyok wasit, dan aneka kekerasan, terutama dalam sepak bola makin
marak terjadi. Bahkan penonton dengan bangga memperlihatkan perilaku kasar yang sering
disebut dalam istilah holigan alias kebrutalan. Perilaku agresif ini jelas jelas melanggar
batas dan sangat tidak sportif. Perilaku semacam ini dikhawatirkan juga terjadi dan menular
di bidang kegiatan lainnya di mana orang tidak mampu menerima kenyataan dan selalu
ingin berada di pihak yang lebih untung, meskipun harus berbuat curang yang tidak terlihat
di depan orang.
Memotivasi atlet untuk meraih prestasi bukan dengan menanamkan prinsip tabu kalah.
Lebih baik menanamkan keempat nilai moral tersebut. Apabila hal ini dilakukan yang terjadi
tidak hanya sportifitas pertandingan, tetapi juga membentuk atlet yang yang berkualitas
secara fisik dan psikis. Berkualitas secara fisik maksudnya untuk mengejar prestasi tanpa
melakukan kecurangan atlet akan terdorong untuk giat berlatih dan menjaga kesehatan.
Sehingga kemampuan fisik meningkat dan kebugaran fisik terjaga. Berkualitas secara psikis
maksudnya tanpa melakukan kecurangan, secara bertahap mental semangat bertanding
dan rasa percaya diri atlet akan terbentuk. Perilaku kasar penonton sebenarnya merupakan
dampak melihat kebiasaan para atlet bermain tidak secara fair play. Apabila semua atlet
bertanding secara fair play, kemungkinan besar dapat meminimalisir tindak kekerasan
penonton.
Perilaku fair play tidak terbatas pada moral tingkah klaku ketika bertanding. Persiapan dan
proses untuk mengikuti pertandinga ternyata tetap memerlukan fair play agar etika dan

sportifitas dalam olah raga tetap terjaga. Salah satu perilaku fair play dalam mempersiapkan
atlet mengikuti pertandingan adalah tidak mengkonsumsi obat terlarang atau substan
lainnya secar ilegal untuk meningkatkan prestasi atlet. Doping dilarang karena berpengaruh
buruk pada kesehatan, psikis, dan mencemari nilai pendidikan dalam olahraga. Dampak
penggunaan doping jelas merugikan kesehatan karena organ atlet dipaksa bekerja di atas
batas normal. Walaupun di awal penggunaan doping berkesan menguntungkan, mampu
meningkatkan tenaga dan agresifitas atlet. Namun, pada akhirnya doping perlahan lahan
membunuh atlet. Penggunaan doping juga mengakibatkan krisis percaya diri pada atlet.
Atlet merasa dirinya kurang bersemangat tanpa mengkonsumsi doping. Konsumen doping
cenderung memiliki sifat pemarah akibat efek agresifitas yang ditimbulkan. Nilai pendidikan
pun hilang karena doping. Sebab, masyarakat akan berpikir bahwa olahraga hanya
mengandalkan jasmani dan tenaga saja tanpa menggunakan akal pikiran serta etika dalam
pelaksanaanya. Penggunaan doping menyalahi etika dalam pendidikan jasmani dan
olahraga. Alasannya karena atlet tidak diperlakukan secara manusiawi, atlet diperlakukan
seperti mesin. Atlet adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dan harus dihargai.
Tidak terelakkan apabila tujuan mengikuti pertandingan adalah meraih juara, tetapi ada yang
lebih penting yaitu memenangkan pertandingan karena murni kemampuan atlet. Tujuan
pendidikan jasmani dan olahraga untuk menghasilkan jiwa dan tubuh yang sehat pun hilang
karena tindakan tidak fair play. Tujuan tersebut berubah menjadi alat untuk meraih materi
dan status sosial semata.
Fenomena yang terkait dengan pendidikan jasmani dan olahraga tersebut menguatkan
pernyataan bahwa pendididkan jasmani dan olahraga tidak hanya mengolah keterampilan
jasmani. Namun disertai makna kesopanan dan moral di dalamnya. Pendidikan jasmani dan
olahraga sangat penting diberikan pada semua jenjang pendidikan. Banyaknya nilai positif
dalam pendidikan jasmani dan olahraga serta kontribusinya dalam kehidupan seharusnya
bisa menghindarkan terjadinya krisis identitas. Namun, pada kenyataannya sebagian besar
masyarakat masih berpandangan pendidikan jasmani dan olahraga tidaklah penting. Krisis
identitas terjadi setidaknya karena ada dua konsep salah dalam pendidikan jasmani (Crum,
2003). Pertama, pendidikan jasmani dikonsepsikan secara biologistik (pelatihan-darijasmani). Dalam konsep ini, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran untuk melatih
organisme. Kedua, cara pandang pendidikan jasmani dari konsep pedagogistik
(pendidikan-melalui-jasmani). Dalam konsep ini, pendidikan jasmani merupakan mata
pelajaran yang berfungsi mendidik atau membentuk individu (bergerak untuk belajar).
Kedua konsep tersebut memiliki persamaan, yang intinya memandang sempit arti dan ruang
lingkup pendidikan jasmani. Penguatan identitas pendidikan jasmani dan olahraga tersebut
merupakan tanggung jawab orang orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga.
Penguatan identitas tersebut memerlukan filsafat, dari beberapa aliran filsafat yang telah
dikemukakan di depan, aliran eksistensialisme cocok digunakan untuk melakukan
penguatan identitas. Bagaimana pun persepsi orang, lebih baik pendidikan jasmani dan
olahraga eksis terlebih dahulu. Keeksisan memang memerlukan kesabaran, tetapi cepat
atau lambat orang akan memperhitungkan keberadaannya. Aliran filsafat buah pemikiran
Soren Kierkegard ini memiliki persepsi bahwa eksistensi adalah suatu kategori yang
berhubungan dengan individu bukan ide universal. Eksistensi mengharuskan individu
bertindak dan memilih. Masyarakat belum menyadari bahwa keeksisan pendidikan jasmani
dan olahraga telah menjadi bagian hidup mereka. Olahraga pada hakikatnya bersifat netral,
tapi masyarakat yang kemudian membentuk kegiatan dan memanfaatkannya untuk tujuan
tertentu. Sehingga terbentuk pengkhususan kegiatan olahraga, yakni: (1) olahraga
pendidikan, yaitu olahraga untuk mencapai tujuan yang bersifat mendidik dan sering
diartikan sama dengan pendidikan jasmani; (2) olahraga rekreasi, yaitu olahraga untuk
tujuan yang bersifat rekreatif; (3) olahraga kesehatan, yaitu olahraga untuk tujuan
pembinaan kesehatan; (4) olahraga cacat, yaitu olahraga yang telah diadaptasikan untuk
orang orang cacat; (5) olahraga penyembuhan, yaitu aktifitas jasmani untuk tujuan terapi;
dan (6) olahrag kompetitif, yaitu olahraga untuk mencapai tujuan prestasi. Jadi, olahraga
dilakukan masyarakat karena berbagai alasan penting. Nilai nilai dan manfaat yang
diperoleh masyarakat itu didapat dari partisipasi aktif sebagai pelaku dalam beberapa

kegiatan yang bersifat hiburan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, hubungan sosial,


perkembangan biologis, kebebasan berekspresi, dan pengujian kemampuan dibanding diri
sendiri.
Komponen masyarakat yang paling dekat dengan pendidikan jasmani dan olahraga adalah
guru pendidikan jasmani. Sesuai pandangan eksistensialisme terhadap pendidikan jasmani,
guru pendidikan jasmani harus berperan sebagai konsultan. Guru pendidikan jasmani harus
mampu mengadaptasikan pendidikan jasmani yang disampaikan sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Memberi kesempatan pada mereka untuk memilih kegiatan
olahraga sesuai minat dan kemampuan, sehingga dalam menjalani pendidikan jasmani
mereka tidak merasa terbebani serta tujuan pendidikan jasmani untuk perkembangan jiwa
dan raga tercapai. Cepat atau lambat masyarakat akan melihat dampak positif dari
pendidikan jasmani yang ditimbulkan pada peserta didik. Mereka akan membandingkannya
dengan orang yang tidak melakukan olahraga atau mendapatkan pendidikan jasmani.
Mereka akan menyadari pentingnya diselenggarakan pendidikan jasmani dan olahraga.
Eksistensi pendidikan jasmani dan olahraga sangat diperlukan untuk menguatkan identitas
pendidikan jasmani. Proses hasil eksistensi memerlukan waktu yang tidak singkat. Namun,
identitas yang dihasilkan berlaku dalam jangka panjang
Pada intinya, eksistensi pendidikan jasmani berfokus pada pada proses sosialisasi atau
pembudayaan melalui aktifitas jasmani, permainan, dan olahraga. Proses sosialisasi berarti
proses pengalihan nilai nilai budaya dari generasi tua ke generasi yang lebih muda.
Seluruh kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik bersifat mendidik. Perantaranya
adalah tugas ajar berupa pengalaman gerak yang bermakna dan memberikan jaminan
kepada perkembanagn seluruh aspek kepribadian peserta didik.
Pendidikan jasmani dan olahraga sebagai fenomena filosifis dan budaya merupakan hasil
dari eksistensi pendidikan jasmani dan olahraga. Olahraga sudah menjadi sebuah budaya
sejak lama. Keeksisannya mencuri perhatian masyarakat untuk mendekati, mengenal, dan
mengembangkannya. Apabila eksistensi pendidikan jasmani dan olahraga dipertahankan,
komponen masyarakat yang dekat dengannya meneliti keampuhannya, maka persepsi
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga itu penting tidak akan mudah goyah.

KESIMPULAN
Pendidikan jasmani dan olahraga pada kenyataanya mengalami krisis identitas. Kalangan
pendidikan jasmani membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Padahal krisis identitas akan
menggerogoti pondasi pendidikan jasmani. Krisis ini berawal dari intern pendidikan jasmani.
Kalangan pendidikan jasmani masih meragukan keampuhan pendidikan jasmani. Walaupun
mereka sudah lama memiliki pernyataan bahwa pendidikan jasmani mampu menjadi alat
ampuh dalam membangun karakter bangsa, moral, disiplin, dan nilai positif lainnya. Dalam
kondisi ini dibutuhkan pemikiran serius. Melalui filsafat, identitas pendidikan jasmani akan
terbentuk. Usaha ini dapat dilakukan menggunakan aliran filsafat eksistensialisme.
Mengedepankan eksistensi pendidikan jasmani dan olahraga dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan jasmani dan olahraga yang bertujuan mengolah jiwa dan raga ke arah positif.
Aliran ini memberikan kebebasan pada masyarakat untuk memilih kegiatan pendidikan
jasmani dan olahraga sesuai kemampuan individu. Sehingga diharapkan mereka
merasakan langsung manfaat yang diperoleh. Hal ini akan membangun identitas baru
bahwa pendidikan jasmani adalah penting untuk tetap dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M.H. 2008. Relasi Pemikiran Filsafat dan Pendidikan, Handout Matakuliah Filsafat
Penjas dan Olahraga.
http: //gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.htm.
Lutan, Rusli. (2001). Menelusuri Makna Olahraga dalam Olahraga dan Etika Fair Play: Hal
27 69.
Lutan, Rusli. (2001). Strategi Penalaran untuk Perilaku Fair Play dalam Olahraga dan Etika
Fair Play: Hal 95 107.
Lutan, Rusli. (2001). Fair Play dalam Praktek dalam Olahraga dan Etika Fair Play. Hal: 108
143.
Lutan, Rusli. (2001). Penggunaan Doping Ditinjau dari Aspek Etika dalam Olahraga dan
Etika Fair Play. Hal: 178 200.
Margono (2007). Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam: Asas dan Landasan
Pendidikan Jasmani. Hal: 20 28.
Osborn, Richard. (2001). Filsafat untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius.
Pramono, Made. (2003). Dasar Dasar Filosofis Ilmu Keolahragaan (Suatu Pengantar).
Jurnal Filsafat, Jilid 34, No.2.
Salam, Burhanuddin. (2005). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiawan, Caly. (2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalm Pendidikan Jasmani. JPJI, Vol 1
NO.1.
Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Arruz Media.

FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA


FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
A. Filsafat secara Umum

Menurut kamus filsafat, secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philo yang
artinya to love yaitu cinta, menyenangi, suka, sahabat. Sophia artinya wisdom yaitu
kebijaksanaan, kebenaran, ilmu pengetahuan. Dari dua kata itu dapat diketahui bahwa filsafat
artinya cinta, menyenangi, suka atau menjadi sahabat kebijaksanaan, kebenaran dan atau ilmu
pengetahuan (Noorsyam, 1986). (Hanurawan,Fattah dkk. 2006)
Menurut Poedjawijatna (1974:11) filsafat itu sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab
yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
(http://blog.tp.ac.id/category/kuliah-online/filsafat-ilmu, 2011)
Hasbullah Bakry (1971:11) mendefinisikan filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
(http://blog.tp.ac.id/category/kuliah-online/filsafat-ilmu, 2011)
Bertrand Russel mendefinisikan filsafat sebagai the attempt to answer ultimate question
critically ( Park,1960:3 ), yang berarti tugas filsafat adalah menjawab pertanyaan yang tinggi.
(http://blog.tp.ac.id/category/kuliah-online/filsafat-ilmu, 2011)

B. Filsafat Pendidikan Jasmani


Filsafat pendidikan jasmani bertujuan mengarahkan guru pendidikan jasmani dalam
menetapkan keputusan dan tindakan yang dihadapi dalam pendidikan jasmani. (Hakim,
Uman. 2011. Aliran Filsafat Pendidikan Jasamani. (Online)
(http://umanhakim.blogspot.com/2011/11/aliran-filsafat-pendidikan-jasmani.html, diakses 21
Januari 2013).
Sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu :
Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.
Meningkatkan penguasaan keterampilan fisik.
Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.
(Kamarudin. 2013. Azaz Filsafat Penjas dan Olahraga. (Online)
(http://kamarudin05.blogspot.com/2013/01/azaz-filsafat-penjas-dan-olahraga.html, diakses 21
Januari 2013)
NILAI DASAR FILSAFAH PENDIDIKAN JASMANI
Filsafat dalam Pendidikan Jasmani
Menjelaskan makna, hakikat, pentingnya, dan nilai
dari pendidikan jasmani.
Menghasilkan perbaikan dalam pelaksanaan
pendidikan jasmani.
Memberikan arah bagi profesi pendidikan jasmani.
Menjelaskan hubungan antara pendidikan jasmani
dengan pendidikan umum.
(Anonim. DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN
JASMANI DAN OLAHRAGA. (Online) (http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FDASAR_FILSAFAT_PENJAS_
%26_OR.pdf&ei=-aDUN__C8rRrQfat4GICA&usg=AFQjCNFVAqrzjITYXmdHvtbrJoiUwlWLTg&bvm=bv.412488
74,d.bmk, diakses 21 Januari 2013)

C. Filsafat Olahraga
Filsafat Olahraga merupakan pemikiran tentang keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani.
Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan
mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, dan cakupan pendidikan
jasmani dan olahraga. (Haq, Abdul. 2012.Filsafat Olahraga. (Online)

(http://blog.elearning.unesa.ac.id/abdul-haq-habibur-rohman/filsafat-olahraga, diakses 21
Januari 2013)
Seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji secara
mendalam. Konsep ini bersifat abstrak. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi
didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbedabeda tentang ini. (Lubis, Ibrahim. 2012. Etika Dan Moral Dalam Pendidikan Jasmani Di
Sekolah (Online) (http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/etika-dan-moral-dalampendidikan.html, diakses 21 Januari 2013)
D. Kesimpulan
1. Filsafat Secara Umum
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah pemikiran
yang sangat mendalam untuk menggali makna dari kanyataan yang sudah ada dan bagaimana
menyikapi pemikiran tersebut menggunakan akal pikiran.
2. Filsafat Pendidikan Jasmani
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat pendidikan jasmani
adalah sebuah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan jasmani yang tujuannya
mengarahkan guru pendidikan jasamani dalam mengambil keputusan dalam kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani guna mencapai tujuan pembelajaran.
3. Filsafat Olahraga
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat olahraga
adalah pemikiran mendalam tentang keterlibatan seseorang dalam kegiatan olahraga atau
aktivitas jasmani yang didalamnya juga mengkaji tentang aspek mental.
DAFTAR RUJUKAN
Hanurawan, Fattah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Noor Syam, Mohammad. 1986. Dasar Dasar Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Anonim. 2011 . Pengertian Filsafat. (online). (http://blog.tp.ac.id/category/kuliah-online/filsafatilmu, diakses 21Januari 2013).
Hakim, Uman. 2011. Aliran Filsafat Pendidikan Jasamani. (Online)
(http://umanhakim.blogspot.com/2011/11/aliran-filsafat-pendidikan-jasmani.html, diakses 21
Januari 2013).
Kamarudin. 2013. Azaz Filsafat Penjas dan Olahraga. (Online)
(http://kamarudin05.blogspot.com/2013/01/azaz-filsafat-penjas-dan-olahraga.html, diakses 21
Januari 2013)
Anonim. DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA. (Online) (http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FDASAR_FILSAFAT_PENJAS_
%26_OR.pdf&ei=-aDUN__C8rRrQfat4GICA&usg=AFQjCNFVAqrzjITYXmdHvtbrJoiUwlWLTg&bvm=bv.412488
74,d.bmk, diakses 21 Januari 2013)
Haq, Abdul. 2012. Filsafat Olahraga. (Online) (http://blog.elearning.unesa.ac.id/abdul-haq-habiburrohman/filsafat-olahraga, diakses 21 Januari 2013)
Lubis, Ibrahim. 2012. Etika Dan Moral Dalam Pendidikan Jasmani Di Sekolah (Online)
(http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/etika-dan-moral-dalam-pendidikan.html,
diakses 21 Januari 2013)

Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas


A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam proses
penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sehingga diharapkan melalui konsep dasar teori dapat
diimplementasikan dalam perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga. Serta mampu
rnengarahkan dalam menganalisis secara cermat gejala-gejala yang timbul di berbagai negara
maupun masyarakat sebagai akibat pelaksanaan sistem pendidikan jasmani dan olahraganya
masing-masing.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk
memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Namun secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga.Dalam arti sempit
olahraga diidentikkan sebagai gerak badan.Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah
yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan.Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai
segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina
kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia.
Dengan demikianolahraga merupakan bagian terpenting pada setiap negara.Oleh karena itu, perlu
pemahaman dalam pelaksanaan yang baik pada setiap negara tersebut, melalui berbagai kajian teori
dalam pengembangannya. Pemaknaan jasmani dan olahraga dalam konsep pengembangan
pendidikan merupakan pembahasan yang akan disajikan lebih lanjut.
Selain itu, intrepretasi terpenting dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah program secara
nasional, sistem pendidikan dan pembinaan yang digunakan dalam pendidikan jasmani dan olahraga
pada beberapa negara. Intrepretasi tersebut berdasarkan aspek budaya dan sejarah bangsa, dengan
mempertimbangkan perkembangan IPTEK dan peran organisasi internasional dan kompetisi
internasional
Memang belum terdapat definisi tentang perbandingan pendidikan jasmani dan olahraga yang dapat
diterima secara universal, namun umumnya dapat dikatakan bahwa, perbandingan pendidikan
jasmani dan olahraga adalah analisis perbandingan dari sifat-sifat dan perkembangan yang menonjol
dari pendidikan jasmani dan olahraga pada dua negara atau lebih, ataupun area, masarakat dan
kultur budaya, guna rmaksud-maksud penyelidikan tentang perbedaan maupun kesamaannya dalam
pengembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Falsafah Pendidikan Kebugaran Jasmani
Kemana arah pembinaan kebugaran jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani adalah
sebagi berikut:
1. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan berpandangan
bahwa aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di sepanjang hayat.
2. Melalui proses pendidikan tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami bagaiman
membuat rencana kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan sendiri secara perorangan
maupun keperluan kelompok.
3. Untuk menghasilkan seseorang yang terampil menciptakan peluang dan memanfaatkannya dalam
rangka pembinaan kebugaran jasmani. Kemampuan mengatasi stress dan hambatan juga menjadi
tujuan akhir.
Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani, kita perlu
memahami kaidah pengembangan program pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun kaidahkaidah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan wakut yang cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
2. Menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara perorangan yang
memang berbeda-beda.
3. Menyediakan aneka kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan siswa.
4. Memberikan informasi umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun hasilnya.
5. Membekali siswa dengan keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan dalam rangka
meningkatkan kebugaran jasmani.
6. Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi siswa.
7. Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk sikap dan
perlakuannya terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
8. Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
9. Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar pendidikan jasmani
disekolah.
10. Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah membuang-buang
waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodranya, anak senang bermain.Ia senang melampiaskan kebebasannya untuk
bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata.Bermain mengajarkan
kenyataan hidup.Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi pengembangan program
yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga tujuanbetul-betul dapat tercapai dengan maksimal
sesuai apa yang diharapkan.
B. Nilai Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum.Lewat
program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu.
Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi
sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu :
Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.
Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana meneraokannya dalam
praktek.
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur
dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di lakukan dalam jangka waktu
yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan
fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan sejahtra secara
menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk maraih gaya
hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun
prekteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga mencakup
kesejahteraan mental, moral, dan spiritual.Tanda-tandanya adalah anak lebih tahan menhadapi
tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman dan tentram dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Azas dan Falsafah Penjas
A. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap yang sangat maju, telah
pula menghadapkan bangsa kita, terutama para remaja dan anak-anak, pada gaya hidup yang
semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih mengutamakan keunggulan
kecerdasan intelektual,
Sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moral individu. Budaya hidup sedenter
(kurang gerak) karenanya semakin kuat menggejala di kalangan anak-anak dan remaja,
berkombinasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan yang memerlukan
upaya fisik yang keras.Segalanya menjadi mudah, sehingga lambat laun kemampuan fisik manusia
sudah tidak diperlukan.
Dikhawatirkan, secara evolutif manusia berubah bentuk fisiknya, pada bentuk yang tidak bisa kita
bayangkan, karena banyak anggota tubuh kita, dari mulai kaki dan lengan sudah dipandang tidak
berfungsi lagi.

Dari uraian diatas patutlah kita mempertanyakan kembali peranan dan fungsi pendidikan, khususnya
pendidikan jasmani: apakah peranan yang bisa dimainkan oleh program pendidikan jasmani dalam
kondisi dunia dan bangsa yang semakin dihadapkan pada kuatnya potensi konflik tersebut?
Apa peranan pendidikan jasmani dalam mempersiapkan para pewaris bangsa ini untuk mampu
bersaing secara sehat dalam persaingan global sekarang dan kelak? Apa pula peranan pendidikan
jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang
cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk menjalankan tugasnya sehari-hari?
B. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.Titik perhatiannya adalah
peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran
dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan
dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan,
bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan
moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut
terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh
yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini
termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.
Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan
tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa. Artinya, dalam tubuh yang baik diharapkan pula
terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
a). Kesatuan Jiwa dan Raga
Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh.Kepercayaan
umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi
tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan
kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan
kesatuan tubuh dan jiwa.Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan
konsepnya jiwa yang baik di dalam raga yang baik. Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai
pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh
aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang
mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri.Selalu terdapat tujuan pengembangan
manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan
di sini bukanlah apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi,

apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban
tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih
kuat berlaku.Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan
demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas
sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu.
Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih
lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata.
Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena
ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu
karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang
tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih
jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita.Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan
pelaksanaan praktik penjas di lapangan.
Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas
dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di
lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita
percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam
bidang pendidikan jasmani kita.
b). Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan.Kita mengartikan bermain
sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu
bersifat fisik.Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari
bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif.
Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang
terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas
kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat
melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan
kependidikan.Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti
juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya
dapat dan harus beriringan bersama.

Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?


Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang.Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi
salah satu definisi penggunaan berharga dari waktu luang.Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi
oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya
membuang-buang waktu atau membunuh waktu.Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada
aspek fisik, mental dan sosial.Jay B.
Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan

kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa mencipta
kembali (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena
menjauh dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.
Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan
dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana
memanfaatkan waktu senggang mereka.
Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik,
kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu,
yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di samping
sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai kegiatan yang
menyehatkan.
C. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga.Ada pula yang
berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa
disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk
meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling
penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,
perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar
yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan
tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok
maupun perorangan.
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, dan olahraga
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu
harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam
domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
D. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak, Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa
indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah
ungkapannya.Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa
dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa.
Tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka
belajar.Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka
bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi
anak.Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian keajaiban dunia anak-anak mereka.Tidak
heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.
D. Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.Dengan
semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang
gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah
contoh dari penyakit kurang gerak .
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap

penting.Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik
yang tinggi intensitasnya.Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar
menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap
sesuai dengan minat anak.Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat
untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang
bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
3.Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
4.Menyalurkan energi yang berlebihan
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap
pendidikan anak secara keseluruhan.
Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi
aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan
jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.
E. Pengertian Penjas dan Sejarah Olahraga
Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan jasmani, pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan sesorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (KBBI,
1989), jasmani adalah tubuh atau badan (fisik). Namun yang dimaksud jasmani di sini bukan hanya
badan saja tetapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara jasmani dan rohani tidak dapat
dipisah-pisahkan.Jasmani dan rohanai merupakan satu kesatuan yang utuh yang selalu berhubungan
dan selalu saling berpengaruah.
a.) Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasamani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun
angota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak.
b.) Pengertian Olahraga
Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan,
perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi
optimal.
c.) Pengertian Olahraga (Menpora Maladi)
Olahraga mencakup segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan
cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya. Olaharaga
rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atauwaktu-waktu
luang.
F. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh sebagian guru-guru penjas belakangan ini adalah:
"Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling
berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru
pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul
perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran
pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan
tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama
itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari

kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa
bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak.
Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan
pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid
serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai cabangcabang olahraga tertentu.
Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan
berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran
serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai.
Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat
memberikan kekeliruan yang berlarut-larut dalam proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid.
Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara
langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan
penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian
tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam pendidikan olahraga.
Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat
mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain
langsung". Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil
belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi.
Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda ingin anak-anak belajar renang,
lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara
hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar
anak menguasai keterampilan berolahraga, seperti dalam hal permainan Bola Volley, guru akan lebih
menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya,
sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa
anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi.
Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau
terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera
menyenangi permainan bola volley.
Lain lagi dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa
permainan bola Volley terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai
pelajaran dan permainan bola Volley tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan yang gagal
tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya sendiri. Anak-anak

dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak
berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan,
karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh
pengalaman sukses.
Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria
keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu kriteria keberhasilan lebih berat dari
anak yang kurang mampu, misalnya dalam permainan bola volley anak biasanya sangat mengetahui
vaksin bawah tetapi tidak mengetahui cara vaksin atas atau smah dll.
Nah dari kriteria inilah seorang guru melihat tingkatan kemampuan anak dalam berolahraga bola
volley.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan anak
makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring dengan seringnya mereka
mengulang-ulang latihan.
Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak merasa dilibatkan dalam proses
pembelajaran.
Untuk mencegah terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani dan olahraga harus
mengembangkan cara respon siswa terhadap anak yang gagal dan melarang siswa untuk
melemparkan ejekan pada temannya. Sebagai konsep pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga
di Indonesia, maka diilustrasikan dalam bagan berikut ini.
Ilustrasi konsep pendidikan jasmani dan olahraga tersebut, telah dilandasi dengan berbagai aspek
keilmuan, sehingga pencapaian kebugaran jasmani dan keterampilan motorik melalui aktivitas
manusia, sehingga dapat memberikan nilai (aksiologi).
G. Sejarah singkat Perkembangan bola voli
Permainan Bola voli diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Dia adalah seorang
pembina pendidikan jasmani pada Young Men Christian Assosiation ( YMCA ) dikota Holyoke,
Massachusetts, Amerika Serikat. Nama permainan semula Mintonette, dimana permainannya
hampir serupa dengan permainan bulu tangkis( badminton ).
Jumlah pemain disini tak terbatas sesuai dengan tujuan semula untuk mengembangkan kesegaran
jasmani para buruh disamping bersenam umum. William G. Morgan kemudian melanjutkan idenya
untuk mengembangkan permainan tersebut agar mencapai cabang olahraga yang dipertandingkan.
Nama permainan kemudian dirubah menjadi Volley-Ball yang artinya kurang lebih memvolley bola
berganti-ganti. Perkembangan permainan bola voli pada waktu itu di Amerika sangat cepat berkat
usaha William G. Morgan. Tahun 1922 Y.M.C.A.
Berhasil mengadakan kejuaraan nasional bola voli dinegara Amerika Serikat. Pada saat Perang
Dunia I tentara-tentara sekutu menyebarluaskan permainan ini kenegara-negara Asia dan Eropa
terutama negara Jepang, Cina, India, Filipina, Rusia, Perancis,Estonia, Latvia, Cekoslowakia,
Rumania, Yugoslavia dan Jerman. Dalam Perang Dunia II permainan ini tersebar luas diseluruh dunia
terutama di Eropa dan Asia.
Setelah Perang Dunia II, prestasi dan popularitas bola voli di Amerika Serikat menurun, sedangkan
dinegara-negara lain di terutama Eropa Timur dan Asia berkembang sangat cepat dan massal.
Mengingat turnamen bola voli yang pertama pada tahun ( 1947 ) di Polandia pesertanya cukup
banyak, maka pada tahun 1948 I.V.B.F. ( International Volley Ball Federation ) ddidirikan yang
beranggotakan 15 negara. ( Suharno HP, 1974:2 )
Indonesia mengenal permainan bola voli sejak tahun 1928 pada jaman penjajahan Belanda.Guruguru pendidikan jasmani didatangkan dari Belanda untuk mengembangkan olahraga pada umumnya

dan bola voli khususnya.Disamping guru-guru pendidikan jasmani, tentara belanda banyak andilnya
dalam pengembangan permainan bola voli.di Indonesia, terutama dengan bermain di asramaasrama, dilapangan terbuka dan mengadakan pertandingan antar kompeni-kompeni Belanda sendiri.
Permainan bola voli di Indonesia berkembang sangat pesat diseluruh lapisan masyarakat, sehingga
bermunculan klub-klub dikota besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22
Januari 1955 PBVSI ( Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia )didirikan di Jakarta bersamaan dengan
kejuaraan nasional yang pertama.
PBVSI sejak itu aktif mengembangkan kegiatan-kegiatan baik kedalam maupun keluar negeri sampai
sekarang. Perkembangan permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games ke IV
dan Ganefo I di jakarta baik untuk pria dan wanita Indonesia
H. Tekhnik dasar permainan bola voli
1. PengertianTeknik
Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu peraktek dengan
sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga (khususnya cabang
permainan bola voli ).
Teknik dikatakan baik apabila dari segi anatomis/fisiologis mekanik dan mental terpenuhi secara
benar persyaratannya. Apabila diterapkan pencapaian prestasi maksimal untuk menganalisa gerakan
teknik, umumnya para guru atau pelatih akan dapat mengoreksi dan memperbaiki (Suharno, HP,
1983 : 3).
2. Kegunaan Teknik Pada Cabang Olahraga
Efisien dan Efektif untuk mencapai prestasi maksimal.
Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya cidera
Untuk menambah macam-macam teknik atlet ada saat pertandingan. (Suharno, HP. 1982 : 30).
Atlet akan lebih mantap dan optimis dalam memasuki arena pertandingan (Engkos Kosasih, 1984 :
109).
3. TeknikPenguasaanBola
Untuk dapat menguasai bola secara maksimal dan sempurna seorang pemain setidaknya harus
memiliki kemampuan-kemampuan seperti mampu melakukan passing atas secara baik dan benar
dari teknik dasar ini tidak diabaikan dan harus dilatih dengn baik, seseorang harus mengerti dan
benar-benar dapat menguasai teknik penguasaan bola dengan baik dan terus menerus, (Dleter
Beullteshtahl. 1986 : 9).
Agar dapat bermain bola voli dengan baik, seseorang harus mengerti dan benar-berar dapat
menguasai teknik penguasaan bola dengan baik. Dengan menguasai teknik penguasaan bola dan
latihan yang continue diharapkan nantinya dapat bermain bola voli secara baik dan benar.
4. PassingBawah
Passing bawah biasanya dipergunakan oleh para pemain jika bola datangnya rendah, baik untuk
dioperkan kepada teman seregunya maupun untuk dikembalikan ke lapangan lawan melewati atas
jaring atau net.
5. PassingAtas
Passing atas atau passing tangan atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper dari atas
kepala dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas diambil dengan jari-jari tangan di atas,
agak di depan kepala (Aip Syarifuddin, 1997 : 69). Gerakan passing bawah dan passing atas yang
menunjukkan bahwa digunakan passing bawah pada saat bola yang datangnya rendah atau berada
di depan dada, sedangkan passing atas digunakan apabila bola datangnya di atas atau melambung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menerima bola service lebih baik dan tepat
menggunakan passing bawah dibandingkan dengan passing atas, karena kebanyakan bola sevice
datangnya rendah dan berada di depan dada.
6. ServiceBawah
Service bawah adalah cara melakukan pukulan permukaan dari petak service dengan memukul bola
dengan tangan dari bawah sebagai usaha menghidupkan bola dalam permainan (Aip
Syarifuddin,1997:70).

Service bawah merupakan service yang dilakukan dengan tangan bawah, siku diluruskan dan ayunan
tangan dari belakang ke depan melalui samping badan, salah satunya tangan memegang bola dan
bola tersebut dilambungkan baru dipukul. Service ini sangat populer dan sering dilakukan oleh
pemain pemula.
7. ServiceAtas
Service atas adalah cara melakukan pukulan permulaan dari bawah service dengan memukul bola
dari atas kepala sebagai usaha menghidupkan bola ke dalam permainan (Aip Syarifuddin, 1997 : 53).
Servise atas banyak variasinya, bola dapat dilambungkan dengan satu tangan atau dua tangan, tinggi
lambungan bola tergantung dari maksud pukulan dan kesenangan pribadi pemain.Namun pada
prinsipnya harus diusahakan agar bola dilambungkan sedemikian rupa tingginya, sehingga seluruh
rangkaian gerakan memukul menjadi satu gerakan yang tidak terputus-putus.
8. ServiceSamping
Service samping adalah melakukan pukulan permulaan dari daerah service dengan sikap berdiri
menyamping dan berat badan berada di kaki kanan (bagi yang tidak kidal), telapak tangan
menghadap ke atas (Mariyanto, 1995 : 119). Adapun pelaksanaan service samping adalah service
berdiri menyamping dengan tubuh bagian kiri lebih dekat dengan jaring (bagi yang tidak kidal) kedua
tanga bersama-sama memegang bola. Pada saat bola akan dilambungkan, maka badan diliukkan ke
belakang dan lutut ditekuk. Kedua tangan dijulurkan ke samping kanan, begitu bola lepas dari tangan,
maka tangan ditarik kesamping kanan bawah, berat badan berada di kaki kanan, telapak tangan
menghadap ke atas, pukulan tangan pada bola dibantu dengan liukan badan, lecutan lengan dan
gerakan pergelangn tangan sehingga bola setelah dipukul melambung dengan keras dan topspin.
9. ServiceLompat
Service lompat adalah cara melakukan pukulan permulaan di daerah service dengan melompat
setelah bola dilambungkan dengan satu tangan atau dua tangan (Aip Syarifuddin, 1997 : 59). Service
lompat dilakukan dengan bola dilambungkan dengan satu atau dua tangan. Begitu bola dilambungkan
diikuti dengan melompat dan diusahakan bola berada di atas depan kepala. Bila bola telah berada di
atas depan kepala maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya.
10. Smash(Spike)
Smesh atau spike adalah gerakan memukul bola yang dilakukan dengan kuat dan keras serta
jalannya bola cepat, tajam dan menukik serta sulit diterima lawan apabila pukulan itu dilakukan
dengan cepat dan tepat (Aip Syarifuddin, 1997 : 58). Pada teknik smash inilah letak seninya
permainan bola voli , apabila pemain hendak memenangkan pertandingan maka mau tidak mau
mereka harus menguasai teknik smash. Pemain yang pandai melakukan smash atau dengan istilah
smasher harus memiliki kelincahan, daya ledak, timing yang tepat dan mempunyai kemampuan
memukul bola yang sempurna. Pemain bola voli akan dapat melakukan berbagai variasi smash
apabila pemain tersebut menguasai teknik dasar smash secara baik dan benar.
11. Membendung
Membendung (Bloking) adalah bentuk gerakan seseorang atau beberapa orang pemain yang berada
didekat net/pemain depan (Aip Syarifuddin, 1997 : 58). Tujuan untuk menutupi atau membendung
datangnya bola dari lapangan lawan, caranya dengan menjulurkan kedua tangan ke atas dengan
ketinggian yang kanan lebih tinggi dari tepian atau bibir net.
Selama melakukan blocking perhatian harus terus menerus kepada bola, posisi smasher terhadap
bola dan pendangan mata dari pada smasher.Untuk menyesuaikan terhadap arah datangnya smash,
maka perlu mengadakan langkah atau step ke samping kiri atau ke kanan dengan maksud agar
setiap saat dapat melompat ke atas untuk melakukan blocking.
D. Perasarana Permainan Bola Voli
1. Lapangan dan Ukurannya
Lapangan permainan bola voli berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 18 m dan lebar 9
m, semua garis batas lapangan, garis tengah, garis daerah serang adalah 3 m (daerah depan). Garis
batas itu diberi tanda batas dengan menggunakan tali, kayu, cat/kapur, kertas yang lebarnya tidak
lebih dari 5 cm. lapangan permainan bola voli terbagi menjadi dua bagian sama besar yang masingmasing luasnya 9 x 9 meter. Di tengah lapangan dibatasi garis tengah yang membagi lapangan
menjadi dua bagian sama besar. Masing-masing lapangan terdiri dari atas daerah serang dan daerah
pertahanan.Daerah serang yaitu daerah yang dibatasi oleh garis tengah lapangan dengan garis
serang yang luasnya 9 x 3 meter.

2. Daerah Servise
Daerah service adalah daerah selebar 9 meter di belakang setiap garis akhir. Daerah ini dibatasi oleh
dua garis pendek sepanjang 15 cm yang dibuat 20 cm di belakang garis akhir, sebagai kepanjangan
dari garis samping. Kedua garis pendek tersebut sudah termasuk di dalam batas daerah service,
perpanjangan daerah service adalah kebelakang sampai batas akhir daerah bebas.
3. Jaring (Net)
Jaring untuk permainan bola voli berukuran tidak lebih dari 9,50 meter dan lebar tidak lebih dari 1,00
meter dengan petak-petak atau mata jaring berukuran 10 x 10 cm, tinggi net untuk putra 2,43 meter
dan untuk putri 2,24 meter, tepian atas terdapat pita putih selebar 5 cm.
4. Antene Rod
Di dalam pertandingan permainan bola voli yang sifatnya nasional maupun internasional, di atas
batas samping jaring dipasang tongkat atau rod yang menonjol ke atas setinggi 80 cm dari tepi jaring
atau bibir net. Tongkat itu terbuat dari bahan fibergelas dengan ukuran panjang 180 cm dengan diberi
warna kontras.
5. Bola
Bola harus bulat terbuat dari kulit yang lentur atau terbuat dari kulit sintetis yang bagian dalamnya dari
karet atau bahan yang sejenis. Warna bola harus satu warna atau kombinasi dari beberapa
warna.Bahan kulit sintetis dan kombinasi warna pada bola dipergunakan pada pertandingan resmi
internasional harus sesuai dengan standar FIVB.
Keliling bola 64 67 cm dan beratnya 260 280 grm, tekanan didalam bola harus 0, 39 0, 325
kg/cm2 (4,26 4,61 Psi) (294,3 318,82 mbar/hpa).
6. Pemain
Jumlah pemain dalam lapangan permainan sebanyak 6 orang setiap regu dan ditambah 5 orang
sebagai pemain cadangan dan satu orang pemain libero. Satu tim maksimal terdiri dari 12 pemain,
saru coach, satu sistem coach, satu trainer, dan satu dokter medis, kecuali libero, satu dari para
pemain adalah kapten tim, dia harus diberi tanda dalam score sheet.
Hanya pemain terdaftar dalam score sheet dapat memasuki lapangan dan bermain dalam
pertandingan. Pada saat coach dan kapten tim menandatangani scoresheet pemain yang terdaftar
tidak dapat diganti.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih Engkos, Olahraga Teknik dan Program Latihan dan Akademik, Persindo
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, Jakarta 1984
Soeharno HP, Dasar-Dasar permainan Bola Voli, FPOK IKIP Yogyakarta 1982
Soejono, Ilmu Coaching Umum, FKIK FPOK, Yogyakarta 1983
SyarifuddinAip, Pengetahuan Olahraga, CV baru, jakarta 1991
Aip Syarifuddin, Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP, Jakarta, Grasindo. 1990
Sumber:
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=65
http://abidin-andibaharuddin.blogspot.com/2012/07/sistem-pengembangan-pendidikan-jasmani.html
Description: Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas

FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

PENGERTIAN
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah dan dari bahasa
Inggris phylosophy Kedua istilah tersebut berakar dari bahasa Yunani philosophia yang memiliki
dua unsur kata, yaitu philein dan sophia. Philein berarti cinta dan sophia berarti
kebijaksanaan. Jadi filsafat atau philosophia cinta kebijaksanaan

Beberapa filsuf merumuskan pengertian filsafat sebagai berikut:

Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.

Aristoteles: Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu; metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat
keindahan).

Al Farabi: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat sebenarnya.

Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana alam, Tuhan, dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.

Immanuel Kant: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan), yang
menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Masalah etika, yang menjawab persoalan apa
yang harus kita kerjakan. Masalah ketuhanan (keagamaan), yang menjawab persoalan harapan kita
dan masalah manusia.

Webster: Mendefinisikan filsafat sebagai love of wisdom dan sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki fakta, prinsip-prinsip, kenyataan, hakikat, dan kelakuan manusia.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam


khasanah ilmu adalah:

Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah.
Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu
materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau
intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat
yang asli dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak
doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

Sebagai dasar dalam bertindak.


Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

Pengertian pendidikan jasmani

Istilah pendidikan Jasmani (Physical Education) berasal dari Amerika Serikat, di Indonesia meminjam
istilah itu untuk menyebutkan kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan kegiatan
jasmani atau aktivitas fisik, termasuk olahraga.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan kecabangan olahraga lebih
penting daripada hasilnya. Dengan demikian guru harus memilih metode yang melibatkan anak
berinteraksi serta merangsang interaksi antara satu murid dengan murid lainnya

maka pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah :

1) bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha Pendidikan


2) program yang memperhatikan perkembangan individual
3) mengembangkan keseluruhan pribadi anak didik meliputi; organik, neuromuskular, intelektual,
dan emosional
4) kegiatan jasmani yang melibatkan otot-otot besar.

pengertian olahraga

Istilah olahraga dipakai sebagai terjemahan dari sport, walaupun makna olahraga yang sebenarnya
lebih luas dari pada itu. Dalam kurun waktu thn 60 sampai 80 an, kata olahraga digunakan untuk
segala jenis kegiatan fisik; termasuk olahraga aerobik, jantung sehat, lari pagi, dan olahraga
pendidikan di sekolah-sekolah.
Pengertian Olahraga (sport) dalam Declaration on Sport yang dikeluarkan International Council of
Sport and Physical Education (ICSPE) dari UNESCO yaitu setiap aktivitas berupa permainan yang
dilakukan dalam bentuk pertandingan melawan orang lain, unsur-unsur alam, maupun diri sendiri.

ciri-ciri hakiki olahraga adalah :

1) Aktivitas fisik
2) Permainan
3) Pertandingan atau kompetisi
4) fair play (sportif)

Filosofis Pendidikan

1. Pengertian Filsafat
2. Filsafat Pendidikan
3. Esensialisme dan Perenialasme
4. Pendidikan Nasional

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat merupakan seni berpikir


Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan akan keterlibatan manusia dalam aktivitas
jasmani
Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung
penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan
jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat
(ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan
olahraga.
Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada pembinaan potensi
rohaniah.
Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua kreasi manusia yang tercermin di dalam
kebudayaan.
Jadi ada saling keterkaitan yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara Filsafat dengan
Penjas dan Olahraga.
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar
dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang
sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.

2. FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi
dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
Menurut Filsafat pendidikan progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalamanpengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan.
Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia
beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme moderndan idealisme
subjektif .

3. ESENSIALISME DAN PERENIALASME

Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji
ketangguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini,
jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.

Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia
adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

4. PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada
bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan
praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa
"Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Implikasi pragmatisme dalam pendidikan jasmani dan


olahraga

Aliran filsafat pragmatisme dalam perkembangannya telah mempengaruhi pemikiran dalam


kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang meliputi unsur-unsur antara lain sebagai berikut:

A. Kesenjangan antara teori dan praktek

Para pakar olahraga pada dasarnya mengadaptasi pengalaman berbagai penelitian ilmu alam dan
ilmu sosial dalam mengembangkan teori atau memecahkan masalah praktis, mereka cenderung
memanfaatkan pengalaman empirik sebagai bahan baku penyusunan teori dan untuk mencapai
kebenaran.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman terdahulu dan transformasi berbagai bidang ilmu


pengetahuan diharapkan dapat diperoleh manfaat yang besar dan dapat digunakan secara
praktis serta cocok untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga.

B. Tujuan

Tujuan pendidikan jasmani adalah pendidikan menyeluruh anak didik. Latihan berpusat pada anak,
yaitu anak didik diberikan masalah atau bentuk-bentuk latihan yang menarik untuk dipecahkan oleh
setiap individu.
Guru pendidikan jasmani yang pragmatis di dalam proses pembelajarannya berusaha untuk
menciptakan program yang bervariasi, sehingga anak akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
Pada aktivitas olahraga tujuannya adalah prestasi, sehingga setiap anak dituntut untuk menampilkan
kerja motorik yang setinggi-tingginya guna memenangkan pertandingan

C. Pemanduan Bakat

Dalam pendidikan jasmani pemanduan bakat dipakai untuk mengetahui entry behavior dalam
menyusun program pembelajaran sehingga berguna dan cocok diterapkan dilingkungan tempat
siswa tersebut belajar.
Pemanduan bakat dalam olahraga bertujuan untuk memilih atlet yang unggul, sehingga berguna
dalam pencapaian prestasi yang pesat. Atlet yang tidak berbakat atau yang perkembangannya
lamban harus ditinggalkan oleh pelatih karena tidak berguna, dan dapat digantikan yang lainnya.

D. Bentuk latihan

Dalam pendidikan jasmani, bentuk latihannya tidak harus berbentuk pertandingan meskipun motif
bertanding ada kalanya dapat dimanfaatkan.

Jadi bentuk-bentuk latihannya diciptakan secara bervariasi, walaupun ukuran dan bentuk
permainannya dimodifikasi atau tidak sesuai dengan pertandingan yang sesungguhnya.

E. Motivasi

Dalam pendidikan jasmani, pengalaman olahragawan ternama dapat digunakan untuk memotivasi
anak didik, dan mengenalkan dunia olahraga yang kemungkinannya sebagai dunia mereka kelak.
Dalam olahraga, sekolah dipandang sebagai gudang bibit atlet yang memberi harapan untuk
berkembang menjadi olahragawan yang tangguh, diharapkan dapat berguna mengharukan nama
bangsa di event-event olahraga internasional

MAKALAH
( FILSAFAT OLAH RAGA DAN HUKUM )

Di susun oleh :
Nama : ANDRI
NPM :12.85201.012
MATA KULIAH : FILSAFAT OLAH RAGA
DOSEN : GARRY WILLIAM DONY, S.Pd.M,Or

UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN JASMANI,REKREASI DAN KESEHATAN
2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................i
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................3

1.
FILASAFAT.................................................................................................................3
1. Pengertian .................................................................................................................3
2. OLAH RAGA DAN HUKUM........................................................................................6
1.pengertian olah raga..6
2.Hukum.......................................................................................................................7
3. Hubungan Filsafat Olah Raga ,Hukum Dan Masalah Yang Kerap Muncul............9
PENUTUP...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

PENDAHULUAN
Filsafat pada dasarnya merupakan pedoman dan prinsip-prinsip tertinggi yang menentukan pemikiran
seseorang. Sistem nilai yang kita anut dan kita pertahankan menjadi sarana bagi kita untuk
menafsirkan kejadian-kejadian dan mengendalikan hidup kita.
Pemikiran filosofis muncul karena orang tidak puas melihat suatu realita sehingga orang berpikir
secara mendalam sampai ke akar-akarnya (radikal) guna mencari hakekat dan makna suatu
fenomena.
Makalah ini membahas tentang Pengertian Filsafat, Lingkup kajian filsafat, Sejarah Perkembangan
Filsafat, Aliranaliran Filsafat,Ontologi, Epistemologi, Axiologi, Filsafat Ilmu, dan Juga Filsafat
Olahraga.
Makalah ini disusun secara kelompok dimana disusun untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu pada
perkuliahan semester I Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat memperluas wawasan tentang Filsafat, Filsafat
Ilmu dan Filsafat Olahraga.

BAB I
PEMBAHASAN FILSAFAT
istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya
dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; dan
falsafah dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu
tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan
secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani
yaitu philosophia philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti

cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat
sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan
bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles ( (384 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah
dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero ( (106 43 SM ) : filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni ( the mother of all the arts ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
Paul Nartorp (1854 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal
dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang
tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai mengapa yang
penghabisan .
Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk
memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang
mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan
qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral
dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang

pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains,
filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan
sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

BAB II
PENGERTIAN OLAH RAGA DAN HUKUM
A.Pengertian Olah Raga
Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang
yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang tersebut itulah
olahraga.
Berbicara mengenai kesehatan apa itu arti dari kesehatan, kesehatan adalah suatu keadaan normal
baik jasmani maupun rohani sesuai porsinya yang dialami oleh makhluk hidup. Untuk lebih jelas
Ada beberapa ahli yang juga mengungkapkan tentang pengertian dari olahraga.
1. Cholik.Mutohir
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, petandingan, dan prestasi puncak
dalam pembentukan manusia yang memiliki Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan
Dasar Negara atau Pancasila.
2. Wikipedia
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga
secara rohani (misalkan catur).
3. Soekarno
Olahraga adalah alat untuk melaksanakan tiga tujuan revolusi Indonesia, yaiut: Negara Kesatuan
RI yang kuat, masyarakat adil dan makmur, dan tata dunia baru. Dengan kata lain, Olahraga adalah
alat untuk melaksanakan ampera (amanat penderitaan rakyat).
4. Suryanto Rukmono, S. Si
Olahraga adalah suatu kegiatan untuk melatih tubuh kita agar badan terasa sehat dan kuat, baik
secara jasmani maupun rohani.
5. Seno Gumira Ajidarma
Olahraga adalah sarana kompetisi untuk menjadi nomor satu.

6. Jessica Dolland
Olahraga adalah pereda stress yang sangat baik. Olahraga dapat mengalihkan pikiran dari
kekhawatiran dengan cara meredakan ketegangan otot tubuh.
7. Kathryn Marsden
Olahraga adalah pengusir stress terbaik yang pernah ditemukan.
8. Hans Tandra
Olahraga adalah gerakan tubuh yang berirama dan teratur untuk memperbaiki dan meningkatkan
kebugaran.
Jika dilihat makna olahraga menurut pakar atau ahli diatas, pada dasarnya olah raga berfungsi untuk
menjaga, meningkatkan, menyeimbangkan kesehatan sistem jasmani dan rohani seseorang dan
sekaligus meningkatkan rasa kebersamaan serta daya saing antar seseorang/individu.
B.Pengertian Hukum
Hukum ialah salah satu dari norma dalam masyarakat. Berbeda dari tiga norma lainnya, norma
hukum memiliki sanksi yang lebih tegas. Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya
sudut pandang yang hendak dikaji. Beberapa pengertian hukum menurut para ahli hukum adalah
sebagai berikut.
1. Drs. E. Utrecht, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia (1953), beliau mencoba membuat
suatu batasan sebagai pegangan bagi orang yang sedang mempelajari ilmu hukum. Menurutnya,
hukum ialah himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib
kehidupan bermasyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
karena pelanggaran petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
2. Achmad Ali
Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat atau
diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) ataupun
yang tidak tertulis, yang mengikatdan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan,
dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu.
3. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang
kemerdekaan (1995).
4. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum ialah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat dan bertujuan memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai kenyataan dalam masyarakat.
5. S.M. Amin
Dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke Alam Hukum, hukum dirumuskan sebagai berikut:
Kumpulankumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi sanksi. Tujuan hukum itu adalah
mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
Berdasarkan beberapa pengertian hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum memiliki beberapa
unsur sebagai berikut.
Peraturan tentang perilaku manusia dalam pergaulan di lingkungan masyarakat.
Peraturan tersebut dibuat oleh lembaga resmi yang berwenang.
Peraturan tersebut memiliki sifat memaksa.
Sanksi atau hukuman pelanggaran bersifat tegas.
Tujuan Hukum
Dalam literatur hukum, dikenal ada dua teori tentang tujuan hukum, yaitu teori etis dan utilities. Teori

etis mendasarkan pada etika. isi hukum itentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan
tidak. Menurut teori ini, hukum bertujuan untuk semata-mata mencapai keadilan dan memberikannya
kepada setiap orang yang menjadi haknya.
Sedangkan teori utilities, hukum bertujuan untuk memberikan faedah bagi sebanyak-banyaknya
orang dalam masyarakt. Pada hikikatnya, tujuan hukum adalah manfaat dalam memberikan
kebahagiaan atau kenikmatan besar bagi jumlah yang terbesar.
Berkenaan dengan tujuan hukum (menjamin kepastian hukum), ada beberapa pendapat dari para ahli
hukum sebagai berikut.
1. Aristoteles (Teori Etis )
Tujuan hukum semata-mata mencapai keadilan. Artinya, memberikan kepada setiap orang, apa yang
menjadi haknya. Disebut teori etis karena isi hukum semata-mata ditentukan oleh kesadaran etis
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
2. Jeremy Bentham (Teori Utilitis )
Hukum bertujuan untuk mencapai kemanfaatan. Artinya hukum bertujuan menjamin kebahagiaan bagi
sebanyak-banyaknya orang/masyarakat (Jeremy Bentham : 1990).
3. Geny (D.H.M. Meuvissen : 1994)
Hukum bertujuan untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur keadilan adalah kepentingan daya
guna dan kemanfaatan.
4. Van Apeldorn
Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian. Perdamaian di antara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi
kepentingan-kepentingan hukum manusia seperti: kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda dari
pihak-pihak yang merugikan (Van Apeldorn : 1958).
5. Prof Subekti S.H.
Tujuan hukum adalah menyelenggarakan keadilan dan ketertiban sebagai syarat untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan (Subekti : 1977).
C. Hubungan Filsafat Olah Raga ,Hukum Dan Masalah Yang Kerap Muncul.
I.Hubungan Filsafat dan Penjas serta Olahraga
Filsafat adalah seni berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan akan
keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari
berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai,
tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan
wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya
dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
Ontologi : yang mempertanyakan tentang keberadaan sesuatu
Epistemologi : bagaimana mempertanyakan?
Aksiologi : nilai atau hikmah
Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada pembinaan potensi
rohaniah. Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua kreasi manusia yang tercermin di
dalam kebudayaan. Jadi ada saling keterkaitan yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara
Filsafat dengan Penjas dan Olahraga.
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar
dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang
sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.
Sebagai salah satu contoh yaitu, dengan Filsafat maka dapat membantu menganalisis prinsip-prinsip
pendidikan jasmani dan olahraga beserta implikasinya terhadap pengajaran dan pelatihan.
II. Hubungan olah raga dengan hukum
a.Hukum olahraga

Penyusunan UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) misalnya. UU itu
memberikan kewenangan yang sangat besar bagi negara untuk ikut campur dalam urusan olahraga.
Sebagai contoh, UU SKN mengatur mengenai standarisasi nasional keolahragaan, akreditasi, dan
sertifikasi yang menjadi domain menteri dan atau lembaga mandiri yang berwenang untuk itu.
Bahkan, pengawasan dan pengendalian olahraga profesional dilakukan oleh lembaga mandiri yang
dibentuk pemerintah.
Intervensi dilakukan terhadap penyelesaian sengketa di bidang keolahragaan. Pasal 123 Peraturan
Pemerintah No. 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, mengatur secara tegas
tentang sengketa dalam induk organisasi seperti sepakbola. Hal ini menunjukkan pemerintah secara
tegas dan sadar melakukan intervensi atas penyelenggaraan kompetisi sepakbola profesional.
Intervensi penyelesaian sengketa dalam cabang sepak bola, bertentangan dengan hukum global
yang mengatur olah raga. Statuta FIFA, dan berbagai federasi olahraga internasional lainnya
menetapkan aturan tidak boleh membawa penyelesaian sengketa sepakbola ke badan peradilan
negara dan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun.
Walaupun Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU Olahraga) menyuratkan
bahwa penyelesaian melalui badan peradilan dimungkinkan.
Pasal 88
1) Penyelesaian sengketa keolahragaan diupayakan melalui musyawarah dan mufakat yang
dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga.
2) Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,
penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai,
penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui pengadilan yang sesuai dengan yurisdiksinya.
Terkait Pasal 88 Undang-undang, menurut Hinca kata-kata pengadilan yang sesuai dengan
yurisdiksinya berarti sistem peradilan lembaga itu sendiri. Maksudnya negara nggak campur tangan,
jadi induk-induk olahraga menciptakan peradilan sendiri-sendiri.
III.Masalah Yang Kerap Muncul Dalam Olah Raga
Olah raga merupakan salah satu menjaga aktivitas ,untuk menjaga kesehatan, namun,bukan berarti
masalah olah raga itu tidak ada.olah raga merupakan salah satu cara mempertahan kan stamina
tubuh agar tidak mudah tersarang penyakit
Olah raga dapat di depinisikan sebagai rangkaian gerak kaki, tangan dan anggota gerak tubuh lainya
sabagai serana melatih otot dan persendian agar berpungsi lebil optimal.latihan olah raga yang
teratur memberikan banyak mamfaat bagi tubuh, yaitu memperlancar sirkulasi darah,memperbaiki
system kordinasi,dsn urst saraf ,membantu terbentuknya postur tubuh ideal serta mambantu
mencapai derajat kesehatan psikis yang lebih baik.
Latihan olah raga menentukan kebugaran jasmani dan rohani, kesehatan fisik dan psikis merupakan
penentu seseorangdapat beraktivitas secara normal dengan menggapai derajat kehidupan lebih baik.
Di dunia olah raga profisional latihan olah raga merupakan serana..pembentukan kekutan fisik
sebagai program pokok Pembina atlit semakin tinggi pila kemampuan kerja fisiknya untuk meraih
prestasi lebih tinggi.
Kondisi fisik adalah unsur utama dalam setiap jenis olah raga,itu sebabnya latihan fisik harus
direncanakan secara sistematis agar tercapai tinggkat kebugaran jasmani yang diharapkansehingga
organ tubuh berfungsi lebih baik. Jika kondisi fisik terpenuhi maka sisten sirkulasi dan kerja jantung
menjadi lebih baik. Selain itu stamina, kekuatan, kelenturan, kecepatan organ tubuh lebih terjaga dan
efisiensi serta aktivitar organ tubuh angota gerak lebih baik.
Sebagai aktivitas lain olah raga kemungkinan menghadapi permasalahan
1. Rutinitas dan jabwal sulit di tepati
2. Penyakit tentu yang menghambat aktivitas Tidak semua orang dilahirkan sehatv 100% sebagian
mungkin menderita penyakit bawaan seperti kelainan jantung,kelainan saluran pernapasan/penyakit

diabetes
3. kesibukan aktivitas sehari,cuaca tidak memungkinkan,rasa jenuh atau malas,kondisi tubuh yang
kurang fit.
4. perencanaan fasilitas seperti (gedung)
5. pendanaan yang kurang mendukung(sponsor)

BAB III
PENUTUP
1 Simpulan
Hukum merupakan peraturan- peraturan yang diberlakukan untuk menuju tatanan hidup yang lebih
baik dan teratur. Begitupun dalam olahraga yang tidak bisa lepas dari keterkaitan hukum. Hukum
olahraga atau yang disebut dengan lex sportiva ini dalam perkembangannya di Indonesia sangat
kurang dikaji dan diminati padahal begitu banyak permasalahan yang memerlukan penyelesaian
melalui hukum, baik oleh hukum olahraga sendiri atau dengan hukum Negara. Antara hukum Negara
dan olahraga memiliki batasan dan ranah- ranah tersendiri, yang sebenarnya di Indonesia ini terlalu
sulit membedakan mana ranah hukum Negara dan mana ranah hukum olahraga.
2 Saran
Setiap permasalahan yang ada tidak akan pernah selesai kalau hanya di bahas di forum- forum,
diskusi- diskusi baik itu formal maupun tidak yang hanya menghasilkan perdebatan- perdebatan
tanpa ada solusi sebagai jalan keluar serta tanpa ada langkah konkret yang menindak lanjuti hasil
diskusi- diskusi tersebut. Negara yang bertindak menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan dan
berfungsi sebagai pengawas harus mengetahui batasan serta memberikan peluang, kesempatan
kepada orang- orang yang ingin lebih mengkaji tentang hukum yang khusus mengenai keolahragaan.
Begitu juga dengan induk- induk organisasi olahraga lebih menerapkan aturan yang lebih tegas agar
terjadi keselarasan antara hukum Negara dengan hukum olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Panjaitan, Hinca.(2011, 14 Februari). APBD untuk Sepakbola Kewajiban Konstitusional
Negara[Online].Tersedia: http://www.vikingpersib.net/index.php?topic=4102.0 [18 November 2014].

Perpustakaan Online.(2011, 22 September). Hukum


Olahraga[Online].Tersedia:http://www.fb.co.id/blogs/3235/309/hukum-olahraga [18 November 2014].
Ramon, Tiar. (2009, 10 Mei). Macam- Macam Sistem Hukum Di Dunia[Online].
Tersedia:http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/10/macammacam-sistem-hukum-di-dunia/ [18
November 2014]
Rizki, Anugerah. (2012, Mei). Hukum Pidana dan Penggunaan Kekerasan pada Cabang Olahraga
Sepak Bola[Online].Tersedia: http://anugerahrizki.blogspot.com/2012/05/ pemidanaan-terhadapkasus-kasus.html [18 November 2014].
(2010, 14 Februari). Hukum Olahraga Harus Jadi Lex
Specialis[Online].Tersedia:http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b77bed0a91f8/hukumolahraga-harus-jadi-ilex-specialisi [18 November 2014].
(2010, 15 April). Perlu Hukum Positif Untuk Pengembangan
Keolahragaan[Online].Tersedia: http://www.undip.ac.id/index.php/arsip-berita-undip/78-latestnews/1038-perlu-hukum-positif-untuk-pengembangan-keolahragaan [18 November 2014].
(2010, 12 Agustus). Penyusunan Dokumen Bidang Hukum Keolahragaan[Online].
Tersedia: http://law.ugm.ac.id/beritas/view/96 [18 November 2014].
(2012, Juni). Pengertian Hukum Menurut Para Ahli[Online].Tersedia:
http://hukumon.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html[18 November 2014].

FILSAFAT,

FILSAFAT ILMU
dan
FILSAFAT OLAHRAGA
isusun ole
(7216110050)

Ahmad Al Munawar.
1
(7216110052)
Ahmad Muzaffar.
2
(7216110066)
David Siahaan.
3
(7216110068)
Denggan
Pulungan. 4
(7216110067)
Dendi
Sonjaya. 5

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN.........................................................................................................
2
PEMBAHASAN...........................................................................................................
3
1. FILASAFAT............................................................................................................ 2
1.1. Pengertian .......................................................................................................... 2
1.2. Lingkup Kajian Filsafat........................................................................................ 4
1.3. Sejarah Perkembangan filsafat.......................................................................... 5
1.4. Aliran-aliran filsafat............................................................................................ 9
1.5. Ontologi, epistimologi dan axiologi.................................................................... 12
2. FilsafatILMU.......................................................................................................... 1
4
3. FILSAFATOLAHRAGA............................................................................................
17
3.1. Defenisi filsafat Olahraga................................................................................... 17
3.2. Implementasi filsafat olahraga terhadap nilai sosial......................................... 18
3.3. peran perguruan tinggi dalam pembangunan olahraga.................................... 18
3.4. Prinsip-Prinsip Organisasi Olahraga...................................................................
19
3.5. Membudayakan Olahraga melalui sport for all................................................. 20
PENUTUP................................................................................................................... 2
3
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................... 23
PROSESPEMBELAJARAN..........................................................................................
24

PENDAHULUAN
Filsafat pada dasarnya merupakan pedoman dan prinsip-prinsip tertinggi
yang menentukan pemikiran seseorang. Sistem nilai yang kita anut dan
kita pertahankan menjadi sarana bagi kita untuk menafsirkan kejadiankejadian dan mengendalikan hidup kita.
Pemikiran filosofis muncul karena orang tidak puas melihat suatu realita
sehingga orang berpikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya
(radikal) guna mencari hakekat dan makna suatu fenomena.
Makalah ini membahas tentang Pengertian Filsafat, Lingkup kajian filsafat,
Sejarah
Perkembangan
Filsafat,
Aliranaliran
Filsafat,Ontologi,
Epistemologi, Axiologi, Filsafat Ilmu, dan Juga Filsafat Olahraga.
Makalah ini disusun secara kelompok dimana disusun untuk memenuhi
tugas Filsafat Ilmu pada perkuliahan semester I Pasca Sarjana Universitas
Negeri Jakarta.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat memperluas
wawasan tentang Filsafat, Filsafat Ilmu dan Filsafat Olahraga.

PEMBAHASAN
1. FILSAFAT
1.1. Pengertian
Untuk memperoleh pengertian tentang filsafat diperlukan kajian yang
mendalam tetang filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dari para filsuf
selalu berbeda-beda. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
pengertian secara Etimologi dan pengertian secara Terminologi.
1.1.1. Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Secara
etimologik
filsafat
berasal
dari
bahasa
Yunani
yaitu Philosophia.Kata ini terdiri dari philein yang berarti kasih, liefdi yang
berarti cinta atau love, dan sophia yang berarti kebijakan atau wisdom.
Jadi dapat diartikan secara etimologik bahwa filsafat adalah cinta
kebijakan (love of wisdom).
1.1.2. Pengertian Filsafat Secara Terminologi
a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat keindahan.
c. Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.
d. Immanuel Kant

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari


segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita
ketahui.
e. Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang
menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan,
Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
f. Prof. Mr. Muhammad Yamin
Filsafart ialah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya
kesungguhan.
g. Prof. Dr. Ismaun. M. Pd
Filsafat adalah Usaha Pemikiran dan Renungan Manusia dengan Akal dan
Kalbunya secara sungguh-sungguh yakni secara kritis sestematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, kearifan atau
kebenaran yang sejati)
h. Betran Russel
Filsafat adalah suatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan
sience.
i.
Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
j.
Walter Cufmann
Filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta
dan argumentasi- argumentasi tanpa menimbulkan kekerasan dan tanpa
mengetahui hasilnya terlebih dahulu.
Terdapat tiga karakteristik berpikir filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya
mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu
hakikat ilmu dari sudut pandang lain. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak
merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit.
contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu
benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan
kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar
sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus
dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal
sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah
sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga
dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
1.2.

Ligkup Kajian Filsafat


Lingkup kajian adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu
penelitian atau pembentukan pengetahuan. Lingkup kajian filsafat dapat

dibedakan menjadi dua yaitu objek material filsafat dan objek formal
filsafat.
1.2.1. Objek Material Filsafat
Objek material, yaitu hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu, selain itu objek material dapat berupa suatu bahan
yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek
material dapat mencakup apa saja, baik hal-hal konkret atau pun hal yang
abstrak.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek
material atau objek materiil filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada, baik materiil konkret, phisis maupun nonmateriil abstrak,
psikhis, termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual,
nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak terbatas.
Setelah melihat dan mempelajari berbagai pendapat dan para ahli
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa objek material dan flisafat
adalah sangat luas yaitu yang mencakup segala sesuatu yang ada
maupun segala sesuatu yang mungkin ada. Objek materil filsafat dapat
dibagi dua yaitu:
1.Objek yang bersifat umum,
Metafisika
Estetika
Axiologi
Logika
Etika
Epistemologi
Filsafat Manusia
2.Objek yang bersifat khusus.
Filsafat
Filsafat
Filsafat
Filsafat
Filsafat
Filsafat
Filsafat

Ketuhanan
Sejarah
Ilmu
Bahasa
Hukum
Politik dan Ideologi
Komukikasi

1.2.2 Objek Formal Filsafat


Objek formal filsafat diartikan sebagai sudut pandangan yang ditujukan
pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau
sudut darimana objek material itu ditinjau. Objek formal suatu ilmu tidak
hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbedabeda. Misalnya objek materialnya adalah manusia dan manusia ini

ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa


ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi,
sosiologi, dan sebagainya.
Jadi yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-i1mu lain terletak
dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain
objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak
membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas objek
materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
1.3.

Sejarah Perkembangan Filsafat


Perkembangan filsafat dapat dikelompokkan dalam beberapa periode
sebagai berikut:
1.3.1. Zamam Yunani Klasik
Periode filsafat Yunani memegang peran krusial dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan besar dalam pola
berpikir manusia dari mitosmitos kepada pemikiranpemikiran rasional.
Setelah abad ke 6 SM ketika filsafat tampil ke pentas dunia, mitos dan
dongeng sekian lama diyakini sebagai yang menjelaskan gejalagejala
alam dan teka-teki relasi antar manusia, manusia dengan alam sekitar
dan dengan alam gaib dianggap runtuh. Manusia yang dulunya pasif dan
pasrah dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih akrif dan kreatif
dan mau menguasai alam ini. Alam menjadi objek kuasa dan penelitian
manusia.
a) Zaman Pra Yunani Kuno
Mitologi dianggap sebagai dasar kuat untuk menjelaskan segala sesuatu
dalam alam dan bahkan menjelaskan tekateki alam semesta. Lewat cara
ini manusia sudah mulai dilatih untuk mulai berpikir.
Kesusastraan Yunani; sebelum filsafat secara formal lahir sudah karya
karya besar HOMOREUS seperti Lliad dan Odysseas, dimana syair dalam
karyakarya tersebut selalu digunakan sebagai buku-buku pendidikan
untuk rakyat yunani.
Sudah ada ilmu pengetahuan di timur kuno. Terdapat banyak kebudayaan
lain disekitar Yunani yang berperadapaban tinggi dimana sudah
menemukan ilmu-ilmu pengetahuan tertentu seperti ilmu ukur dan ulmu
hitung.
b) Zaman Yunani Kuno
Pada zaman ini yunani tidak lagi dikuasai oleh mitos- mitos melainkan
oleh Logos (rasio). Sikap ingin tahu dan menemukan hal hal yang baru.
Sikap inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern.
Zaman Pra Socrates
Para tokoh Pra Sokrates ini dikenal sebagai filsuf alam. Ciri yang menonjol
pada masa ini adalah pengamatan terhadap gejala kosmis dan fisis untuk
mencari dan menemukan prinsip atau asas (arche) dari segala sesuatu.
Thales (640-550 SM) melihat air sebagai asas.
Aaximander (611-545 SM) menyebut to apeiron sesuatu yang tak terbatas
Phitagoras (580-500 SM) menyebut bilangan atau angka sebagai yang
menjelaskan sesuatu
Heraklitus dan Parmenides (515 SM) mempersoalkan realitas yang stabil
atau labil. Heraklitus memperkenalkan Panta rhei, bahwa segala sesuatu

selalu bergerak dan berubah-ubah seperti air yang senantisa mengalir.


Parmenides sebaliknya mengklaim bahwa realitas itu tetap dan berubah.
Heraklitikus (540-475 SM) menyebut api sebagai asas dasar.
Zaman Pasca Socrates
Zaman pasca socrates dapat dilihat sebagai zaman keemasan Yunani
ketika dipimpin oleh Pericles. Filsafat berkembang dengan amat baik.
Protagoras mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala
sesuatu. Hal tersebut bertentangan dengan Sokrates yang lebih
mengutamakan yang benar dan yang baik.
Zaman Socrates atau Zama Para Sufi
Sokrates (460-370 SM) menerapkan metode filsafat dalam kehidupan
sehari hari yang disebut dengan dialektika atau elenchus atau maieutika
techne (kebidanan)
Plato (428-348 SM) Plato mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah.
Ada dunia riil dan ada juga dunia bayangan atau tidak riil.
Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles membedakan sebab sebab
pengetahuan manusia dan mengklaim bahwa setiap kejadian memiliki
empat macam yaitu; sebab material (bersumber dari mana), Sebab formal
(bentuk yang menyusun bahan), sebab efisien (sumber kejadian) dan
sebab final (tujuan dari kejadian).
1.3.2. Filsafat Abad Pertengahan (6-15 M)
Abad pertengahan ditandai dengan teosentrisme dan para pengemban
utama adalah para teolog. Ilmuilmu atau filsafat dilihat sebagai pelayan
agama dan terjadinya kemerosotan penemuanpenemuan pada bidang
ilmu dan filsafat karena otoritas agama dalam Gereja yang terlalu besar
dan otoriter.
1.3.3. Kelahiran Ilmu Pada Jaman Renaisans
Zaman renaisans ditandai oleh zaman kebangkitan dan kelahiran kembali
perkembangan peradaban, seni, sastra pada masa lalu sekaligus zaman
terbebasnya pikiran manusia dari pelbagai ajaran dogmatis agama.
Kesadaran atas kuasa manusia atas alam semesta semakin mononjol dan
kemajuan dunia tergantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri.
Beberapa penemu yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
teknologi adalah seperti Franncis Bacon menemukan kompas dan mesiu,
N.Kopernikus yang mengatakan bahwa planet mengelilingi pusat
matahari, Johanes Kepler mengatakan bahwa benda langit bergerak
mengikuti lintasan elips, Galileo Galilei menemukan teropong bintang.
1.3.4. Zaman Modern
Pada zaman modern terdapat dua unsur penting yaitu berkurangnya
kuasa Gereja dan menguatnya kuasa ilmu pengetahuan. Pengetahuan
tidak mutlak berasal dari kitab suci atau dogma dogma gereja, bukan
juga dari kuasa kuasa feodal melainkan dari diri manusia sendiri. Pada
zaman modern muncul beberapa aliran seperti Kritisisme yang dipeloppori
oleh Kant, aliran Idealisme oleh Plato, Aliran Positivisme oleh August
Comte dan aliran Marxisme oleh Karl Marx.

1.3.5. Zaman Kontemporer


Pada abad ini tugas filsafat bukanlah membuat pernyataanpernyataan
tentang sesuatu yang khusus tetapi memcahkan persoalan yang timbul
akibat ketidaksepahaman terhadap bahasa logika. Tujuan filsafat ialah
memberikan penjelasan logis terhadap pikiran dan ide-ide. Filsafat
bukanlah doktrin melainkan aktivitas yaitu penjelasan atau logos. Dalam
abad 20 muncul banyak aliran filsafat dan merupakan penerusan filsafat
filsafat abad modern.
1.4.

Aliran Aliran Filsafat


Terdapat banyak aliran dalam filsafat tetapi semuanya dapt dipulangkan
kepada empat aliran pokok yaitu: naturalisme, idealisme, realisme dan
pragmatisme, rasionalisme, empirisme, positivisme.

1.4.1. Naturalisme
Paham naturalisme menganggap alam sebagai satu-satunya hal yang
nyata. Ajaran ini berasal dari Democritus, yang lahir kira-kira 460 SM. Ia
menyatakan bahwa apabila atom-atom terkombinasi akan terbentuklah
tubuh yang alami dan orang akan mati ketika atom-atom yang menyusun
tubuhnya terpisah.
Paham naturalisme menolak setiap alasan yang mengklaim adanya alam
gaib atau supranatural dan juga menolak wahyu sebagai wahana
memperoleh kebenaran. Menurut paham ini alam fisik adalah pusat dari
alam semesta. Manusia dikendalikan oleh alam dan tindakan manusia
adalah hasil dari hukum alam dalam sistem sebab akibat.
Pandangan aliran naturalisme terhadap pendidikan dikemukakan oleh
Rousseau yang menyatakan bahwa manusia harus di didik sesuai dengan
hukumhukum alam dan bahwa kebaikan alamiah dari manusia harus
dipertahankan. Dan tujuan pendidikan menurut Rousseau adalah
kehendak alam tanpa campur tangan dari pengaruh lainnya.
Menurut paham Naturalisme pendidikan harus merupakan alat bagi
proses pertumbuhan fisik dan perkembangan metal, harus dijalani dengan
gembira dan harus melibatkan aktifitas yang spontan dari si anak.
Pendidikan jasmani dan pendidikan mental sangatlah penting.
1.4.2. Idealisme
Bagi filsafat idealisme pikiran dan penalaran (reason) adalah hal-hal
penting dalam realita. Penganut paham ini merasa bahwa diatas dunia
fisik terdapat dunia pikiran dan roh. Menurut kaum idealis manusia
bukanlah ukuran bagi semua hal. Ada suatu sistem yang lebih besar
diatas keberadaan manusia. Manusia hidup di bawah aspek hukum yang
terdapat bukan pada aspek fisik tetapi pada moral dan spritual. Berbeda
dengan hewan manusia mempunyai keyakinan dan ia mempunyai roh
yang tidak hanya digerakkan oleh kehidupan duniawinya tetapi juga
kehidupan spritualnya. Dalam alam spritualnya manusia menemui derajat
diri yang lebih tinggi.
1.4.3. Realisme

Realisme adalah filsafat yang berkenaan dengan hal-hal yang ilmiah.


Kaum realis sangat tergantung kepada peneliti ilmiah. Kebenaran harus
dicari dengan jalan eksperimen. Tujuan realisme adalah utuk melihat hal
sebagaimana adanya dan bagaimana manusia harus menyesuaikan diri
dengan realita ini.
1.4.4. Pragmatisme
Paham pragmatisme mempertanyakan efektifnya suatu ide dalam
praktek. Sesuatu ide disebut baik kalau hasilnya dalam praktek adalah
baik, demikian pula sebaliknya. Bagi kaum pragmatisme kebenaraan
ditafsirkan menurut keadaannya dalam praktek. Yang terpenting dalam
pragmatisme adalah tindakan (action) kerena itu kaum pragmatis sangat
menekankan sesuatu yang praktis, efisien dan memuaskan.
Pragmatisme adalah suatu bentuk dari empirisme karena ia berpendapat
bahwa pengetahuan tentang alam didasarkan atas pengalaman dan
percobaan (eksperimen) atau atas obserbasi dan innduksi. Ia menolak
pencarian kebenaran melalui spekulasi ineliktualsitik, justru menurutnya
kebenaran atau validitas dari suatu prinsip atau keyakinan bergantung
kepada effeknya dalam praktek.
1.4.5. Rasionalisme
Rasionalisme adalah ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber
dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis
pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme,
dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan
intelektual manusia.
Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes, Leibniz dan
Spinoza. Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman
Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan sebuah proposisi
yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus
memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah
kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari
para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan
rasional.
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu
pengetahuan modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio
manusia. Hasil-hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat
dilepaskan dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia
menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk kesejahteraan manusia.
1.4.6. Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan
kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada
apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme
memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun
dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan
demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan

berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David


Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme.
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu
pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun
pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang
mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam
konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu berbeda dengan
ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang terhormat
dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme
diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian keduanya
mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
1.4.7. Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang
menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis
dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan
oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh
fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun
ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan
manusia.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi
positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and
filosof lainnya.
1.5.

Ontologi, Epistimologi dan Axiologi

1.5.1. Ontologi
Ontologo berasal dari bahasa Yunani yaitu On adalah being dan Logos
adalah logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being atau teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Ontologi dapat juga diartikan
sebagai cabang filsafat yang berkenaan dengan hakekat dari kenyataan.
Kebanyakan orang awam tidak mau mencari realita karena merasa sudah
cukup menerima apa yang dipercayanya sebagai realitas itu dari budaya
yang sudah ada saja. Kepercayaan tentang hakekat realitas sangat
mempengruhi kehidupan seseorang. Sebagian orang percaya bahwa
keberadaan atau kehidupan yang hakiki dan abadi itu berada bukan di
dunia ini tetapi di alam lain yang dialami setelah mati. Dunia ini hanya
tempat tinggal sementara untuk menuju kehidupan akhirat di surga atau
neraka. Orang yang berpegang pada keyakinan itu akan hidup secara
religius bahkan ada yang secara ekstrim mengasingkan diri dari
kehidupan kemewahan dunia (hidup secara sufistik).
Sebagian lain menggangap bahwa makna dari kehidupan hanya berkisar
pada hakekat dan kualitas kehidiupan duniawi. Mereka adalah penganut
paham materialisme. Untuk dapat mempersepsi hakikat keberadaan
sesuatu maka dimanfaatkanlah simbol atau lambang. Lambang dan
manipulasinya merupakan alat yang sangat ampuh dimana manusia
memperoleh pemahaman tentang dunia dan semesta alam. Lambang
juga memungkinkan terjadinya komunikasi tentang informasi dan ide
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Tokoh
Yunani
yang
memiliki
pandangan
yang
bersifat
ontologis
dikenal
sepertiThales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagaifilsuf yang
pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya
bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga
sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam
sudut pandang:

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal


atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
1.5.2. Epistimologi
Epistemologi adalah masalah filsafat yang berkenaan dengan hakekat
pengetahuan dan hakekat mengetahui. Dalam epistimologi pertanyaan
yang ingin dijawab adalah apakah kebenaran itu? Untuk menetapkan
kebenaran mutlak terdapat dua aliran besar. Aliran yang pertama
mempercayai bahwa kebenaran mutlak itu diwahyukan kepada manusia
oleh kekuatan supranatural yang realitanya terdapat di alam lain dan
tidak terjangkau oleh pekiran. Sedangkan aliran yang kedua berpendapat
bahwa kebenaran itu dapat digali secara ilmiah dari realita yang ada di
dunia ini. Masing masing aliran ini memberikan pengaruh terhadap cara
manusia mengetahui kebenaran.
Menurut aliran ontologi dunia lain pengetahuan tentang kebenaran itu
diterima dan bukan dicari. Manusia hanyalah penerima yang pasif dari
pengetahuan yang bersumber dari dunia lain. Metode yang terkenal
adalah proses wahyu. Wahyu Tuhan yang diterima oleh para nabi itu
kemudian dituliskan dalam kitab suci untuk disebarluaskan kepada
umatnya.
Metode lain untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui logika. Dalam
metode ini orang membuat perlakuan yang sistematis tentang ide. Para
ilmuwan mengatakan bahwa logika merupakan alat yang sangat perlu
dalam menangani pengindraan. Contoh metode logika adalah syllogisme.
Metode ini berangkat dari premis mayor dan premis minor untuk sampai
pada kesimpual (konklusi). Dalam syllogisme terlihat bagaimana logika
dapat menghasilkan pengetahuan yang tak mungkin terhasilkan oleh
pengindraan.
1.5.3. Axiologi
Axiologi adalah cabang filsafat yang berkenaan dengan masalah nilai
(value). Persoalan yang menjadi perhatian axiologi adalah apakah
kebaikan? Apakan yang manusia sukai? Apakah sesungguhnya yang
diinginkan? Axiologi dapat dibagi dalam dua kategori besar yaitu etika
dan estetika. Etika berkenaan dengan konsep baik dan buruk dalam
kelakuan. Pertanyaan penting dalam etika adalah bagaimana sikap dan
perbuatan seseorang dalam setuasi tertentu. Ketulusan, kejujuran,
penipuan kekejaman, kedemawanana, kesombongan, rendah hati dan

sebagainya adalah masalah moral karena hal-hal itu tidak menyangkut


hubungan pergaulan antar manusia. Sikap moral bukanlah bawaan lahir
tetapi pendidikan dan lingkungan.
Estetika berkenaan dengan kualitas kecantikan dan kesenangan
(enjoyment) dalam pengalaman manusia. Pertanyaan dasar dalam
estetika adalah apakah yang harus saya sukai? Apakah sensasi inderawi
yang menghasilkan kuslitas tertinggi dalam kenikmatan (enjoyment)?
Atau apakan keindahan itu?
Hal hal yang secara moral buruk bisa menimbulkan kenikmatan bagi
seseorang,
misalnya
berjudi,
minum-minuman
keras,
melacur
menggunakan narkotika. Hal hal tersebut walaupun menimbulkan
kenikmatan, tidak dapat diterima sebab estetika sebagai bagian dari
axiologi mementingkan nilai.
Kenikmatan dalam mengalami suatu keindahan deserap melalui panca
indra. Respon seseorang bisa tergelitik karena keindahan yang
dipancarkan oleh alam seperti matahari terbenam, hamparan sawah yang
hijau, air terjun, panorama danau. Disamping bersifat alami manusia juga
menciptakan stimulus estetika yang aftifisal buatan manusia berupa karya
seni seperti musik, lukisan, seni tari termasuk keindahan dalam berbagai
gerakan olahraga seperti senam, renang pencak silat dan lain
sebagainya.
2. FILSAFAT ILMU
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung
pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang di susun secara sistematis,
dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap
saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan.
Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam
sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.
Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of
current scientific opinions by comparison to proven past views, but such
aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual
scientific paractice. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat
demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang
ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the


methods of scientific thinking and tries to determine the value and
significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas
dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
Cornelius Benjamin That philosopic disipline which is the systematic
study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual
discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsepkonsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam
kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the
relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods.
(Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubunganhubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. dengan kata lain filasafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan), ontologis
(hakekat dari kenyataan) dan aksiologi (nilai atau sesuatu yang berharga)
yang secara spesifik mengkaji tentang hakikat ilmu.
Secara umum ontologi apa yang dikaji pengetahuan itu? Objek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?.
Pokok
bahasan
Epistemologi
adalah
Bagaimana
proses
yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
Apakah kriterianya? Cara, teknik, sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Dan bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan tersebut?
Sedangkan Aksiologi membahas Untuk apa pengetahuan yang berupa
ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara
teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral/ profesionalisasi?
Dengan mengetahui hal tersebut diatas mudah untuk membedakan
berbagai jenis ilmu pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi;
formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat

digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah
terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecendrungan yang tidak terlepas dari para
ilmua yang menelitinya, filsafat ilmu juga dapat dimaknai dengan sebagai suatu disiplin,
konsep dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta di klasifikasikan. Ada beberapa
inti dari tujuan mempelajari filsafat ilmu, antara lain :
Mencari kebenaran
Mencari fakta
Berfikir secara logika, dan
Mengkonfirmasi atas apa yg diperoleh dari indra.
Selain itu juga terdapat ciri dan cara kerja dari filsafat ilmu itu sendiri yaitu;
Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain
Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, tanpa mengabaikan
persamaan kedudukan masing-masing ilmu
Mengkaji cara perbedaan satu ilmu dengan ilmu yang lain
Menkaji dan menganalisis konseptual dan bahasa yang digunakannya
Menyelidiki berbagai dampak ilmiah terhadap
Cara pandang manusia
Hakikat manusia
Nilai-nilai yang dianut manusia
Tempat tinggal manusia
Sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya
Logika dan matematika
Logika dan matematika dengan realitas yang ada
Ada beberapa fungsi dari filsafat ilmu yang dapat diambil
alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan degan panca
indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
panduan tentang ajaran moral dan etika
sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak
terhadap pandangan filsafat lainnya
dengan demikian filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaanmengenai hakikat ilmu. Dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting
keberadaannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena filsafat adalah pioner
bagi ilmu-ilmu lainnya.

3. FILSAFAT OLAHRAGA
Dalam garis besarnya, filsafat olahraga merupakan suatu studi yang
mendalam tentang hakekat olahraga dan peran yang dimainkan dalam
budaya. Dalam mencari tahu tentang hakekat olahraga, filsafat olahraga
mencoba melakukan studi yang mendalam tentang konsep-konsep
olahraga yang ada melalui berpikir kritis dan bebas.
3.1. Defenisi Filsafat Olahraga
Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu bidang kajian yang
berusaha untuk memahami hakikat, mempersolakan suatu isu secara
kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang
keolaharagaan.

Menerapkan filsafat dalam olahraga berarti menggunakan metode filsafat


dalam mendiskusikan masalah-masalah olahraga dengan cara:
a. Menganalisis suatu masalah dalam hal apa yang dijadikan sebagai dasar
ontologisnya.
b. Memeriksa masalah tersebut dengan melihat argumen dari pihak yang
mendukung dan menyangkalnya.
c. Membandingkan tujuan dari olahraga secara mendalam. Hal ini berkaitan
dengan upaya untuk menemukan nilai-nilai dalam kehidupan atau
budaya.
d. Untuk menemukan apa yang perlu kita ketahui tentang olahraga dan
perlu mempelajari apa yang sebenarnya kita ketahui tentang olahraga,
Dalam budaya terdapat banyak kepercayaan tentang olahraga, perlu juga
dibuktikan mana yang merupakan mitos dan mana yang kenbenarannya
dapat dibuktikan.
e. Kajian filosofis terhadap olahraga dilakukan untuk menghasilkan pedoman
praktis untuk berirtindak. Dari hasil kajian yang mendalam mungkin kita
dapat menemukan pedoman olahraga untuk masa depan.
f. Untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang olahraga.
Banyak kajian olahraga yang bersifat dangkal. Dan yang diharapkan
adalah suatu pemahaman yang lebih mendalam sehingga dapat diketahui
nilai-nilai yang terdapat dalam kegiatan olahraga untuk meningkatkan
taraf hidup. Dengan perkataan lain apakah makna olahraga dalam
kehidupan?
3.2. Implementasi Filsafat Olahraga Terhadap Nilai Sosial
1. Dalam perkembangannya, olahraga semakin meluas dan memiliki makna
yang bersifat universal dan unik. Berasal dari kegiatan fisik yang
menyehatkan badan, mengisi waktu luang dan media meng-eksistensikan diri akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah
dipengaruhi dan mempengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
2. Pada hubungan olahraga dengan politik terlihat dari intervensi atau turut
campur tangannya pemerintah atas sponsor, organisasi dan fasilitas.
Terlebih lagi pada pemerintahan di Indonesia, peraturan, kebijakan dan
pendanaan oleh pemerintah merefleksikan adanya kaitan yang sangat
erat hubungannya antara olahraga dan politik.
3. Sementara pada bidang sosial dan budaya terjadi pergeseran-pergeseran
positif, baik itu dari segi gender, RAS, agama ataupun pembedaan kastakasta di masyarakat. Pada suatu even olahraga yang diselenggarakan
misalnya, lewat olahraga masyarakat dapat menyatu, berbaur satu sama
lain dan mengahapus perbedaan-perbedaan yang selama ini menjadi
jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, si hitam dan si putih.
4. Dewasa ini aktifitas olahraga juga telah dilakukan secara profesional, hal
ini dikarenakan dukungan dan perhatian pemerintah terhdap bidang
olahraga juga semakin meningkat, oleh sebab itu pada saat sekarang ini
banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada olahraga, Hal
ini akan meningkatkan perkembangan industri olahraga.

3.3.

Peran Perguruan Tiggi dalam Pembanguan Olahraga


Perguruan tinggi merupakan wadah yang sangat penting dalam
pembangunan olahraga secara umum, baik di bidang olahraga
pendidikan, rekreasi maupun prestasi. Usia mahsiswa yang merupakan
usia emas (golden age) di mayoritas cabang olahraga membuat posisi
perguruan tinggi memegang posisi yang penting.
Dibidang olahraga pendidikan, UU no 3 tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional, Bab VI Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa:
Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian dari proses
pendidikan, dimana pada ayat (4), (5), dan (6) disebutkan pula bahwa
Olahraga pendidikan dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan, secara
terstruktur dan berjenjang dan dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan
dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap
satuan pendidikan.
Berpedoman pada amanat undang-undang di atas setiap satuan
pendidikan
perlu
mempersiapkan
tenaga
keolahragaan
untuk
menjggerakan pembinaan olahraga di satuan pendidikannya masingmasing sesuai dengan kualifikasi maupun kompetensi yang diharapkan.
Salah satu fungsi dari pengerak olahraga di Perguruan tinggi adalah
kemampuan mengelola event olahraga, baik event prestasi, pendidikan,
maupun rekreasi. Hal tersebut disebabkan karena event merupakan
sentra dalam aktivitas olahraga yang berkaitan dengan membangun atau
mengembangkan
olahraga
(building
sport)
dan
kemungkinan
memasarkan atau menjual olahraga (selling sport) itu sendiri.
3.4. Prinsip Prinsip Organisasi Olahraga
Dalam dunia olahraga juga dikenal prinsip Good Sport Goverment(GSG).
GSG mempunyai tujuan agar para pengelola organisasi olahraga di Tanah
Air bersifat terbuka, jujur, dan diharapkan menghasilkan produk yang
berprestasi. Produk itu tak lain adalah organisasi yang baik, pengurus
yang mumpuni, dan atlet yang berprestasi tinggi. Good Sport
Goverment juga memiliki ciri lima faktor (Apriadi, 2007). Setiap klub dan
organisasi olahraga diharuskan memiliki prinsip-prinsip pengelolaan
tersebut.
Transparansi. Pengelolaan organisasi bersikap terbuka. Setiap anggota
bisa mengetahui gerak organisasi secara terbuka. Kalau organisasi
olahraga yang bersifat milik publik, karena sebagian dananya berasal dari
anggaran pemerintah (APBN), maka masyarakat umum layak mengetahui
penggunaannya. Para pengurus harus mendorong prinsip ini tumbuh dan
menjadi ciri organisasi olahraganya. Tiang utama prinsip ini adalah
kejujuran dalam membuka persoalan yang ada.
Akuntabiliti. Berkaitan kepada laporan keuangan yang dibuat oleh
organisasi, haruslah berdasar kepada prinsip-prinsip keuangan yang
berlaku secara ilmu akutansi. Jadi, laporan keuangan yang sembarangan
tidak termasuk dalam prinsip ini. Peran para ahli keuangan ada di sini.
Setiap laporan keuangan merupakan hasil audit.
Responsibiliti. Pengelolaan organisasi memiliki sikap tanggungjawab
yang besar dari para pengurus. Jabatan yang diperoleh diwujudkan oleh
rasa tanggungjawab yang tinggi kepada publik. Kalau prinsip ini terwujud,

maka permainan patgulipat yang terjadi di PSSI soal penyelenggaraan


Piala Asia lalu dan bentuk kebijakan lain di lapangan maupun di dalam
organisasi tidak muncul lagi.
Independensi. Maksudnya adalah kebebasan bergerak yang dimiliki oleh
organisasi tersebut. Makna kebebasan di sini tidak secara luas tapi
mengikuti alur permainan yang berlaku. Misalnya, PB-PB yang nota bene
adalah anggota KONI Pusat, tetap memiliki aturan yang harus tunduk
kepada induknya. Tapi, dalam pelaksanaan tetap memiliki independensi
yang kuat. Tidak ada intervensi pribadi dan tekanan-tekanan yang tidak
relevan dalam lingkup persoalan.
Fairnes. Prinsip ini bermakna keadilan. Setiap langkah yang dilakukan
oleh organisasi menganut azas ini. Tidak ada perbedaan keputusan yang
diberlakukan hanya untuk sebagian pihak. Kebijakan berlaku menyeluruh
dan merata.
Minusnya nilai GSG tentu berbuntut pada pengelolaan organisasi dan
prestasi yang buruk. Karena namanya organisasi olahraga, barangkali
pengelolaan organisasi buruk masih mendapat toleransi. Brasil
umpamanya. Seburuk-buruknya PSSI-nya Brasil, toh masih bisa ditutupi
oleh prestasi Ronaldinho dkk. di lapangan hijau. Berbeda kalau prestasi di
arena sudah jeblok sulit diampuni.
Contoh lain terjadi pada beberapa induk organisasi keolahragaan.
Organisasi keolahragaan berjalan
dipimpin oleh seorang Ketua
Umum,yang pesakitan. Tapi, jalannya tak sesuai harapan. Malah sekarang
ini prestasi atletik kita sangat tertinggal dari negara-negara tetangga.
Belum lagi unsur transparansi, fairness, dan akuntability, pada periode
sebelumnya di lingkungan internal organisasi PSSI. Hal ini bukan cuma
menyangkut organisasi tapi juga para pengurusnya. Tersandungnya ketua
umum PSSI, dua kali ke penjara mencerminkan hal itu. Sementara itu,
para anggota PSSI yang memilih ketua umumnya dalam Munas juga
mencerminkan faktor tersebut. Semua kasus dapat dibaca di media
massa secara transparan. Tapi, kenapa pengda dan klub masih mau
dipimpin oleh seorang orang yang tersandung masalah pidana?
3.5. Membudayakan Olahraga Melalui Sport for All
Salah satu usaha untuk membangun olahraga menjadi bagian dalam
kehidupan masyarakat yang aktif melakukan kegiatan olahraga, yaitu
melalui aktifitas jasmani positif yang akhirnya menjadi gaya hidup sehat.
Bagian ini meliputi olahraga masyarakat, olahraga rekreasi yang
berorientasi pada Sport for All.
Menurut Lumintuarso (2007: 13-15), sebagai tolok ukur dari
berkembangnya Budaya Olahraga, dapat dilihat dari beberapa indikasi di
bawah ini:
a. Kesadaran umum masyarakat/mahasiswa, kesediaan menerima, dan
apresiasinya terhadap olahraga. Patut diobservasi apakah dengan
diselenggarakan event mampu menggerakkan kesadaran, sikap, dan
apresiasi masyarakat terhadap olahraga yang mempu membuat olahraga
menjadi bagian dari kegiatan yang rutin dan diterima dengan positif oleh
masyarakat. Apakah olahraga dianggap mampu menjadi solusi dari

berbagai permasalahan di masyarakat terutama dibidang kesehatan dan


kebugaran asmani.
b. Peran olahraga dalam kehidupan mahasiswa. Penyelenggaraan event
olahraga sebaiknya dapat membuktikan bahwa olahraga memiliki peran
yang positive dalam kehidupan mahasiswa/masyarakat seperti,
berkembangnya fasilitas dan peralatan olahraga, kemudahan akses untuk
menggunakan sarana prasarana olahraga bagi masyarakat, sehingga
mempu meningkatkan aktivitas olahraga dan berkembangnya peluang
sektor usaha/bisnis olahraga pada masyarakat.
c. Hubungan olahraga dengan berbagai unsur budaya yang lain seperti
media massa (cetak dan elektronik), musik, film, dan politik. Seperti pada
pembahasan olahraga prestasi, pada budaya olahragapun diperlukan
sebuah hubungan yang harmonis antara kegiatan olahraga dengan
berbagai aspek budaya. Bagaimana olahraga memiliki kolom/rubric
tersendiri dalam media, bagaimana olahraga mewarnai blantika musik
dan film dengan memasukkan aktivitas olahraga didalamnya (event mix)
dan bagaimana olahraga dapat memberikan warna terhadap perjalanan
politik nasional atau sebaliknya. Misalnya dalam sebuah kampanye
presiden, seorang calon mengatakan: Pilihlah seorang pemimpin yang
menyukai olahraga,.
d. Pembentukan skill dasar dalam masyarakat terhadap aktivitas olahraga.
Penyelenggaraan event diharapkan meningkatkan partisipasi dan
kuantitas masyarakat dalam melakukan gerak jasmani. Misalnya
mendekati worl cup terjadi demam bermain sepakbola pada anak-anak,
demikian juga pada Thomas cup dalam bulutangkis, dan lain-lain. Semua
ini diharapkan dapat mengarahkan budaya gerak masyarakat sehingga
memiliki skill dasar yang lebih baik.
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan dan diupayakan bagaimana
event olahraga mampu memberikan dampak positif pada budaya
olahraga masyarakat, secara mengakar dan tidak hanya terjadi secara
insidental dan tidak berkelanjutan. Pengembangan budaya olahraga perlu
berkelanjutan sehingga event perlu disusun sedemikian rupa sehingga
memiliki gaung yang jelas dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Gerakan Sport for All (Olahraga untuk semua orang) yang telah dirintis
mulai tahun 1980-an di Indonesia sudah seharusnya diimplementasikan
lebih baik lagi ke depan. Gerakan nasional yang melahirkan panji
olahraga:
memasyarakatkan
olahraga
dan
mengolahragakan
masyarakat tersebut harus mampu membumi dan mengakar melalui
sebuah strategi pembudayaan prestasi olahraga di masyarakat,
sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Dari aspek sosial diakui bahwa olahraga merupakan sebuah aktifitas yang
unik karena sangat potensial untuk memperkuat integrasi sosial. Secara
bertahap dan bersusun dari unit kecil, komitmen emosional pada satu
tujuan bersama dapat meningkat ke tingkat komunitas, masyarakat
sebuah daerah hingga kejenjang nasional. itulah sebabnya olahraga,
seperti yang sering kita alami dalam olahraga kompetitif, dipandang
ampuh untuk membangun persatuan dan kesatuan nasional.

Menurut Mutohir (2007: 3), Pembangunan Olahraga diarahkan:


1. Mengembangkan kebijakan dan manajemen penyusun dan perencanaan
program olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan
dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan;
2. Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan
merata untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani serta
membentuk watak bangsa, sekaligus membangun konsepsi budaya
olahraga di kalangan masyarakat;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk
mendukung pembinaan olahraga;
4. Meningkatkan upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga
secara sitematik, berjenjang dan berkelanjutan;
5. Meningkatkan pola kemitraan dan kewirausahaan dalam upaya menggali
potensi ekonomi olahraga melalui pengembangan industri olahraga;
6. Mengembangkan sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan
atlet, pelatih, dan tenaga keolahragaan.

PENUTUP
Perkembangan filsafat dari zaman ke zaman akan terus berubah. Filsafat
pada zaman sekarang ini sudah mengalami proses yang sangat panjang
yaitu mulai dari zaman Zaman Purba, Zaman mulainya penalaran yang
selalu menyelidiki, Zaman pertengahan, serta Zaman modern hingga
zaman kontemporer.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia sehingga manusia
berpikir semakin baik.
Landasan epistemologis filsafat, artinya titik tolak penelaahan didasarkan
atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran, sedangkan
ontologis filsafat sangat tergantung pada cara pandang terhadap realitas.
Dan aksiologis merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh
seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya.
Filsafat olahraga seperti filsafat pada umumnya, berusaha untuk
memahami hakikat, mempersoalkan sesuatu isu- isu olahraga secara
kritis, guna memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang
keolahragaan. Dengan belajar filsafat olahraga diharapkan dapat
didapatkan solusi-solusi pemecahan masalah-masalah keolahraan pada
masa kini sehingga olahraga pada masa yang akan datang semakin
diterima di dalam hati setiap insan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2009

Endro Dwi Hatmanto, Aliran Aliran Filsafat Ilmu:


(http://endro.staff.umy.ac.id) diakses Jumat 23 September 2011
H. Harsuki. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar, Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada. 2003
H.J.S. Husdarta. Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung : Alfabeta,
2010
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/08/pengertian-filsafat/
Konrad Kebug. Filsafat Ilmu Pengetahuan : Prestasi Pustaka Publisher.
2011
Louis O. Kattsoff. Pengantar Filsafat :Tiara Wacana Yogya. 2007
Yuyun Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebagai Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan. 1990
PROSES PEMBELAJARAN
1. Bajuri
Apa yang akan anda lakukan apabila nantinya anda memiliki wewenang
kebijakan terhadap konsep fair play dalam Olahraga?
Jawab : Fair Play memiliki makna yang luas, mulai dari pemain, official,
bahkan juga penonton harus tahu dan paham betul mengenai apa itufair
play sesungguhnya. Dengan pahamnya seluruh unsur pendukung yang
ada disuatu cabang olahraga maka diharapkan tidak akan terjadinya lagi
apa itu yang disebut dengan kerusuhan, baku hantam dilapangan atau hal
lain sebagainya. Nah untuk itu, apabila kami memiliki wewenang dalam
hal kebijakan yang akan dilakukan adalah yang pertama sekali
memperkenalkan rule atau peraturan yang sesungguhnya khususnya
kepada masyarakat baik itu melalui media massa (elektronik dan cetak),
penyuluhan-penyuluhan rutin, dengan tujuan agar masyarakat akrab dan
paham betul terhadap peraturan yang berlaku disuatu cabang olahraga
yang mereka minati khususnya. Kami anggap, unsur yang paling lemah
dalam hal pemahaman peraturan yang ada dalam suatu cabang olahraga
adalah penonton dengan alasan official atau pun pemain selayaknya
sudah terdidik dan paham atas peraturan yang berlaku pada masingmasing cabang, sedangkan pada penonton atau masyarakat peraturan
dalam suatu cabang olahraga yang mereka ketahui biasanya berasal dari
sumber yang tidak jelas, misalnya berasal dari teman, artikel yang tidak
jelas sumbernya ataupun narasumber-narasumber diluar dari kecabangan
yang dimaksud.
2. Asrori
Bagaimanakah hubungan antara filsafat ilmu dan olahraga?
Jawab : filsafat ilmu dan filsafat olahraga memiliki kaitan yang sangat
erat. Sebenarnya, dengan kita memikirkan sesuatu maka tanpa sadar kita
telah berfilsafat. Kaitannya filsafat ilmu dengan olahraga adalah sebuah
even olahraga ataupun suatu kecabangan olahraga memiliki suatu tujuan
pencapaian, tujuan pencapaian inilah yang dipengaruhi dalam ranah
filsafat ilmu. Apa, bagaimana dan untuk apa kita terjun dalam suatu

cabang olahraga. Jika dibawakan dalam konsep pendidikan jasmani maka


unsur filsafat ilmu ini lebih kentara misalnya apa tujuan dari pendidikan
jasmani itu, untuk apa siswa melakukan olahraga atau pendidikan
jasmani, kemana tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri. Jadi filsafat
ilmu itu dapat dikatakan sebagai konsep dasar dalam melakukan sesuatu
pekerjaan baik itu aktifitas fisik seperti olahraga ataupun pendidikan
jasmani.
3. Doni setiawan
Mengapa filsafat (teori-teori filsafat) lebih berkembang di negara Yunani?
Jawab : sama-sama kita ketahui, filsafat juga berkembang pada kerajaan
Romawi, Mesir ataupun negara-negara Eropa lainnya. Namun pada
perjalanannya negara Yunani merupakan bangsa yang paling memiliki
bukti-bukti sejarah dalam hal perkembangan filsafat. Di negara Yunani ini
juga lahir filsuf-filsuf yang banyak memberikan sumbangan berupa teoriteori filsafat, disana kita kenal socrates, aristoteles, plato dan lain
sebagainya. Maka tidak heran jika negara ini lebih memiliki dominan
terhadap perkembangan konsep dan teori filsafat.

MAR

23

FILSAFAT PENDIDIKAN PENJASKES


1.

TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Tujuan Filsafat Pendidikan - Peranan Filsafat Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu Pendidikan. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses
pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum
dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan
pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan
pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat

dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di


lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru
perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan
seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.

2.

TINGKATAN FILSAFAT
Tingkatan pemahaman dalam ilmu filsafat dapat dibagi atas beberapa
tahapan, diantaranya sebagai berikut :

a.

Tingkatan emosional atau tidak kritis


Pengetahuan didasarkan atas keuntungan dan kerugian berdasarkan
pengalaman dan perasaan individu masing-masing. Tingkatan ini tidak didasari
atas pembuktian dari berbagai teori, namun berdasarkan emosi atau
pengalaman sendiri. Biasanya pemahaman ini sulit dirubah karena bersifat
dogmatis sehingga sulit menerima teori yang baru.

b.

Tingkatan faktual atau informasional


Pengetahuan didasarkan pada bukti-bukti atau informasi statistik yang
mendukung gagasan. Tingkatan ini lebih tinggi pemahamannya dibandingkan
dengan tingkatan yang pertama, karena pemahaman pada tingkatan ini suatu
teori akan dipercaya apa bila telah dibuktikan dan didukung oleh landasan
teoritis serta dapat dibuktikan secara statistika.tingkatan ini tidak percara
dengan begitu saja kalau tidak

c.

Tingkatan eksplanatori atau teoritikal


Pengetahuan dihasilkan sebagai kombinasi antara data factual dan data
teoritikal, sehingga bersifat dinamika dan aplikatif. Tingkatan ini diiringi dengan
sebuah proses yang disebut dengan menganalisis teori yang didapat, sehingga
mendapatkan keyakinan yang cukup untuk dipertanggungjawabkan.

d.

Tingkatan filosofis
Pemahaman
ini
sudah
tidak
ada
lagi
keraguan-raguan
dalam melaksanakannya. Tingkatan ini sudah didukung oleh berbagai
pengetahuan yang berdasarkan argumentasi yang kuat. Pengetahuan ini
diperoleh dari argumentasi yang diperolehnya bersifat universal dan permanen.
(Adang Suherman, 2000)

3.

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT

Aliran Filsafat

1. Aliran Idealisme
Aliran ini lahir + 2000 SM yaitu pada masa Yunani Purba. Plato,Hegel dan
Kant merupakan tokoh pada aliran ini. Aliran idealisme ini memiliki paham bahwa
manusia merupakan dua bagian yang dapat dipisahan. Dua bagian tersebut
adalah rohani dan jasmani. Kedua bagian tersebut memiliki peranan yang
berbeda, akan tetapi menurut aliran ini bagian rohani atau sering disebut
sebagai pikiran merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan. Oleh
karena itu memandang rohani merupakan hal yang terpenting dibandingkan
dengan jasmani. Rohani merupakan pusat pikiran yang dapat menggerakan
seluruh anggota badan. Tangan akan bergerak atas perintah pikiran, kaki akan
melangkah apabila diperintahkan, oleh karenanya pikiranlah pusat perilaku
manusia. Jasmani berfungsi sebagai alat atau wahana dari sebuah hasil karya
dari pikiran. Sehingga pikiran manusia dapat terbaca dari gerak-gerik setiap
manusia atau sikap setiap manusia.
Focus dari aliran ini adalah sebagai berikut:
a. Pikiran merupakan inti dari keberadaan seseorang
b. Manusia jauh lebih penting dari pada alam
c. Penalaran dan intitusi membantu individu menemukan kebenaran
Aliran idealisme ini memiliki pandangan terhadap pendidikan jasmani sebagai
berikut:
a.

Pendidikan jasmani merupakan sebuah pendidikan yang bersifat fisik. Namun


meskipun demikian pendidikan jasmani itu bukan hanya sekedar fisik saja akan
tetapi pikiran pun termasuk didalamnya. Meskipun pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang berfokus pada fisik namun pada dasarnya harus
berkontribusi terhadap perkembangan rohani. Pendidikan jasmani harus
memberikan sumbangan bagi perkembangan intelek seseorang.

b.

Aktivitas kesegaran jasmani memberikan kontribusi terhadap perkembangan


kepribadiann seseorang. Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu
memberikan aktivitas fisik yang erat kaitannya dengan aspek kehidupan.
Dengan demikian secara tidak langsung bahwa pendidikan jasmani dapat
memberikan corak dalam kepribadian seseorang dalam kehidupannya.

c.

Gagasan atau ide dapat tumbuh dan berkembang melalui aktivitas jasmani.
Idealisme berkeyakinan bahwa aktivitas yang diberikan harus dapat membantu
siswa mengembangkan sifat jujur, berani, kreatif dan sportifitas.

d.

Pendidikan adalah untuk kehidupan. Guru pendidikan jasmani yang idealistic


yakin bahwa mengembangkan keterampilan jasmani sama pentingnya dengan
memiliki pengetahuan tentang olahraga dan kemampuan menganalisa masalah
sama pentingnya dengan mengetahui peraturan permainan.

2. Aliran Realisme
Aliran ini lahir sekitar +2000 tahun SM atau pada masa Yunani Purba.
Tokohnya adalah Aristoteles. Realisme berasal dari kata real yang artinya nyata.
Aliran ini memandang bahwa sesuatu itu adalah nyata karena realisme itu
bersifat material, kongkrit, fana dan relative atau nisbih (Supandi:2003)
Manusia berupa fisikal, sehingga beranggapan bahwa
projeksi dari jasmani.

rohani sebagai

Fokus dari aliran ini adalah sebagai berikut :


a.

Aspek fisik merupakan nyata. Realis menerima alam fisik sebagaimana adanya.
Alam tidak dibuat oleh pikiran manusia namu alam itu terbuat dari zat. Alam
tidak tergantung pada pikiran manusia.(Arma,1994)

b.

Kebenaran ditentukan oleh metode ilmiah. realis berkeyakinan bahwa ilmu dan
filsafat adalah alat untuk mencapai kebenaran yang paling baik oleh karena itu
sesuatu yang terjadi di alam semesta ini belum tentu kebenarnnya bila belum
dibuktukan melalui kajian ilmiah.

c.

Pikiran dan tubuh mempunyai hubungan erat dan harmonis. Aliran ini
beranggapan bahwa sebenarnya pikiran dan tubuh merupakan satu kesatuan
yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek ini tumbuh dan
berkembang serasi.

d.

Semua kejadian di dunia ini adalah hasil dari hukum alam. Semua peristiwa
yang menyangkut di bumi ini merupakan akibat dari hokum alam. Realis berkata
bahwa lingkungan adalah satu akibat dan sebab dan bahwa kebaikan, moralitas
dan keindahan sesuai dengan hokum alam. Menurut tokoh aliran idealisme ini,
pendidikan jasmani adalah upaya pengembangan aspek-aspek jasmani melalui
aktivitas fisik atau gerak. Tujuan pendidikan jasmani adalah unutk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani manusia agar mampu hidup secara
alamiah.
Pandangan aliran realisme terhadap pendidikan jasmani sebagai berikut :

a.

Pendidikan jasmani ditujukan untuk kehidupan

b.

Kesegaran jasmani merupakan hasil dari produktivitas

c.

Program pendidikan jasmani didasarkan pada pengetahuan ilmiah

d.

Pengulangan memegang peranan penting dalam proses belajar

e.
f.

Pendalam ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan social yang lebih


baik
Bermain dan rekreasi membantu kemampuan beradaptasi

3. Aliran Pragmatisme
Pragmatisme ini berkembang sekitar tahun 2000 SM, pada masa Yunani
Purba dan tokohnya adalah Heraklitus. Aliran ini menganut paham bahwa
pengalaman merupakan kunci keberhasilan dalam kehidupan manusia.karena
aliran ini menganggap bahwa manusia itu merupakan mahluk social\mahluk
masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa manusia sebagai unsure social yang
harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Pengalaman mengandung sifat sesuatu yang dialami dan dinamik, sehingga
menganggap bahwa:
a.

Pengalaman merupakan penyebab terjadinya perubahan

b.

Individu merupakan bagian integral dari masyarakat luas


Menurut Heraklitus pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai upaya
mengembangkan aspek-aspek social manusia melalui kegiatan jasmani/aktivitas
fisik.
Pendidikan jasmani itu bertujuan untuk mengembangkan manusia yang
mampu hidup produktif di masyarakat.
Pandangan aliran pragmatisme ini terhadap pendidikan jasmani adalah
sebagai berikut:

a. Pengalaman akan lebih bermakna manakala siswa memperoleh aktivitas secara


bervariasi
b. Aktivitas jasmani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan social siswa
c. Program pendidikan jasmani ditentukan oleh kebutuhan dan minat siswa
d. Guru sebagai motivator

4. Aliran Naturalisme
Penganut paham naturalisme adalah bahwa sesuatu itu akan memiliki nilai
atau bernilai apabila terlihat secara fisik. Aliran ini disebut juga sebagai aliran
materialisme.
Konsep inti dari aliran ini adalah:
a. Segala sesuatu akan diakui keberadaannya apabila nampak secara fisik.
b. Lingkungan fisik merupakan sumber nilai
c. Individu lebih bernilai dari pada social
Paham naturalisme memandang bahwa pendidikan jasmani adalah:
a. Aktivitas fisik lebih sekedar bersifat fisik

b. Hasil belajar yang diperoleh melalui aktivitas dirinya


c. Bermain merupakan bagian penting dari proses pendidikan
d. Prestasi bertanding yang tinggi diantara individu tidak dikondisikan (Adang ,
2000)

5. Aliran Existensialisme
Keberadaan individu secara utuh merupakan hal yang utama menurut paham ini.
Oleh karenannya pertumbuhan dan perkembangan manusia secara menyeluruh
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangan seperti itu
maka orang sering mengatakan bahwa aliran ini adalah aliran filsafat modern.
Inti dari aliran ini adalah :
a. Keber adaan manusia betul-betul ada dan nyata
b. Setiap individu menentukan dirinya sendiri
c. Individu lebih penting keberadaannya dibandingkan dengan masyarakat
Adapun pandangan aliran ini terhadap pendidikan jasmani adalah:
a. Kebebasan untuk memilih
b. Banyak variasi dalam beraktivitas
c. Permainan merupakan produk dari perkembangan kreativitas
d. Proses untuk mengetahui dirinya sendiri melalui aktivitas gerak
e. Guru adalah seorang konsultan

Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan :


Beberapa
aliran
filsafat
pendidikan
yang
berpengaruh
dalam
pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme,
humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme.
Aliran idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam
jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses
introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh,
bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu
menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat.

Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh


empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk
mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan
pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan
hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme
berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child
centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan
pembentukan moral.
Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang
memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab
itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau
memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai
dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan
pribadi dan masyarakat.
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses
aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan
lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.

4.

PENDIDIKAN JASMANI

a.

PENGERTIAN PENDIDIKAN
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara

b.

PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI


Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan
atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran
jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta
kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas
berdasarkan Pancasila.

c.

TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI


Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,


perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak


dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran


melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara
kelompok maupun perorangan.

Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

5.

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENJAS

jasmani

yang

optimal

untuk

MENGHUBUNGKAN KATA PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA


Filsafat adalah seni berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan
akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga
dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman tentang
sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat
memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan
aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.

Ontologi

: yang mempertanyakan tentang keberadaan sesuatu

Epistemologi

: bagaimana mempertanyakan?

Aksiologi

: nilai atau hikmah

Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah
kepada pembinaan potensi rohaniah. Sebab rohaniah adalah sumber potensi

bagi semua kreasi manusia yang tercermin di dalam kebudayaan. Jadi ada saling
keterkaitan yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara Filsafat dengan
Penjas dan Olahraga.
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga
memiliki andil yang besar dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang sangat berkaitan erat dan
mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.
Sebagai salah satu contoh yaitu, dengan Filsafat maka dapat membantu
menganalisis prinsip-prinsip pendidikan jasmani dan olahraga beserta
implikasinya terhadap pengajaran dan pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai