Case Report Sesion Interne
Case Report Sesion Interne
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa
dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling
sering di jumpai di klinik, karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis
bukan pemeriksaan histopatologi.
Gastritis lambung merupakan gangguan umum diskontinuitas dari mukosa
lambung, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, Infeksi
Helicobcter pylori, obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seperti aspirin atau
Acetylsalicylic acid (ASA), sulfonamide. Penderita gastritis umumnya mengalami
gangguan pada saluran pencernaan bagian atas, berupa nafsu makan menurun,
perut kembung, dan perasan penuh diperut, mual , muntah, dan bersendawa.
Infeksi bakteri merupakan penyebab lain yang dapat meningkatkan
peradangan pada mukosa lambung. H.pylori merupakan bakteri utama yang paling
sering menyebabkan gastritis akut. Prevelensi terjadinya infeksi H.pylori pada
individu tergantung dari faktor usia, sosial, ekonomi dan ras. Pada beberapa study
di Amerika Serikat, didapatkan infeksi H.pylori pada anak-anak sebesar 20%,
pada usia 40 tahun sebesar 50% dan pada usia lanjut sebesar 60%.
Tujuan
Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis
khususnya
mengenai
gastritis,
mulai
dari
definisi
sampai
pada
penatalaksanaannya.
Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatakan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori yang telah disampaikan mengenai
gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GASTRITIS KRONIK
I.
Defenisi
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung
jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
II. Etiologi
Disebabakan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel parietal dan sel
chief. Karena sel parietal dan sel chief hilang maka produksi HCL pepsin dan
fungsi intrinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis
serta mukosanya rata.
III. Klasifikasi
a. Gastritis tipe A
Dihubungkan dengan penyakit autoimun, misalnya anemia pernisiosa
b. Gastritis tipe B
- Dihubungkan dengan bakteri H.pylori
- Faktor diet seperti minum panas dan pedas
- Penggunaan obat
- Alkohol
- Merokok
- Refluk isi usus ke lambung
Manifestasi klinis
-
integritas mukosanya, yaitu faktor defensif dan faktor agresif. Faktor defensif
meliputi produksi mukus yang didalamnya terdapat prostaglandin yang memiliki
peran penting baik dalam mempertahankan maupun menjaga integritas mukosa
lambung, kemudian sel sel epitel yang bekerja mentransport ion untuk
memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta sistem
mikrovaskuler yang ada dilapisan subepitelial sebagai komponen utama yang
menyediakan ion HCO3- sebagai penetral asam lambung dan memberikan suplai
mikronutrien dan oksigenasi yang adekuat saat menghilangkan efek toksik
metabolik yang merusak mukosa lambung. Gastritis terjadi sebagai akibat dari
mekanisme pelindung ini hilang atau rusak, sehingga dinding lambung tidak
memiliki pelindung terhadap asam lambung.
Obat obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur, stress dan lain
lain dapat merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung
dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal
ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan
Anoreksia
Berat badan menurun
Dyspepsia
Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium
Mual
7
Muntah
b.
c.
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidak normalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar X.
VI
Komplikasi
Gastritis akut
Hematemesis dan melena
Gastritis kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi, anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12
VII
Penatalaksanaan
Pengobatan
umum
terhadap
gastritis
adalah
menghentikan
atau
berupa
tetrasiklin,
metronidasol,
amoksisilin.
Kadang-kadang
diperlukan lebih dari satu macam antibiotik untuk mendapat hasil pengobatan
yang baik.
TB PARU
I.
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex
II. PATOGENESIS
TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut :
1.
2.
3.
b.
c.
meningitis
tuberkulosis,
typhobacillosis
Landouzy.
TUBERKULOSIS POSTPRIMER
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1.
2.
3.
11
dengan
membungkus
diri
dan
akhirnya
mengecil.
12
13
III.KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
A.
TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
menunjukkan BTA
menunjukkan BTA
2.
Kasus baru
14
Lesi
nontuberkulosis
(pneumonia,
bronkiektasis,
jamur,
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c.
d.
Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e.
Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
15
f.
Gejala respiratorik
- batuk 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
16
2.
Gejala sistemik
- Demam
- gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
V. PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
A.
1.
2.
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
17
Kapreomisin
Sikloserino
Kemasan
- Obat tunggal,
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
Tabel 2. Jenis dan dosis OAT
Oba
t
Dosis
Dosis yg dianjurkan
DosisMak
s (mg)
(Mg/Kg
BB/Har
i)
Haria
n
(mg/
kgBB
/ hari)
Intermitten
(mg/Kg/BB/kal
i)
8-12
10
10
4-6
10
20-30
25
35
< 40
4060
>60
600
300
450
600
300
150
300
450
750
100
0
150
0
18
15-20
15
30
15-18
15
15
1000
750
100
0
150
0
Sesu
ai BB
750
100
0
2.
3.
4.
5.
Fase lanjutan
19
2 bulan
BB
3037
3854
5570
4 bulan
Harian
Harian
3x/minggu
Haria
n
3x/mingg
u
RHZE
RHZ
RHZ
RH
RH
150/75/400/27
5
150/75/40
0
150/150/50
0
150/7
5
150/150
>7
1
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis
yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih
termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami
efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti
yang mampu menanganinya.
20
TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH
atau
: 2 RHZE/ 6HE
atau
2 RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil
uji resistensi
TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau
: 6 RHE atau
2 RHZE/ 4R3H3
TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
21
bulan
ofloksasin,
etionamid,
sikloserin).
Dalam
keadaan
tidak
yang optimal
-
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
2) Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan
diteruskan
Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji
penyembuhan
- Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru
Tabel 4. Ringkasan paduan obat
- TB paru BTA
2 RHZE / 4 RH atau
23
II
+,
2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3
- Kambuh
- Gagal
pengobatan
Bila
streptomisin
alergi, dapat
diganti
kanamisin
- TB paru putus
berobat
III
2 RHZE / 4 RH atau
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3
IV
- Kronik
24
IV
- MDR TB
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn.SA
Umur
:70 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Ampang kualo
No RM
: 055060
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Tanggal Masuk
: 27 Februari 2016
Ruangan
Anamnesa
Keluhan utama
Sakit perut sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
25
o Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, sakit dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri dirasakan di daerah ulu hati.
o Pasien mengeluhkan mual dan muntah, isi muntah apa yang
terakhir dimakan.
o Nafsu makan berkurang sejak 1 minggu, badan terasa lemas dan
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Nafas
: 24x/menit
Suhu
: 36,8 C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Mulut
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru-paru
27
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Anggota gerak
Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
triceps
Patella
Cremaster
Achiles
Ekstremitas atas:
Brachioradialis
Ekstremitas bawah:
Patologis
Kanan
Kiri
Ekstremitas atas :
28
Hoffmann-tromer
Babynski
Gordon
Oppenheim
Schaefer
Caddocks
Ektremitas bawah:
Edema
Ektremitas atas:
kanan : kiri
:-
Ektremitas bawah :
kanan : kiri : -
Pemeriksaan penunjang
Laboratoriun :
Hb
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Ureum
Creatinin
GDR
: 10,0 g/dl
: 31,1 %
: 8.140 mm3
: 744.000 mm3
: 24,7 mg/dl
: 0,78 mg/dl
: 79 mg%
29
Diagnosa kerja
Diagnosis Banding
Ulkus Peptikum
GERD
Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologi
Tirah baring
Makanan Lunak : diet lambung II
Terapi farmakologi
Anjuran
Ro thorax PA
Kultur sputum
Prognosis
Quo ad vitam
:Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad malam
30
Quo ad fungtionam
: Dubia ad bonam
Follow up
28-2-
2016
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 96 x / menit
Nafas
: 22 x / menit
: 37,5C
A/
P/
Sucralfat syr 4 x 1
31
29-2-
2016
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 120/80mmHg
Nadi
: 82x/menit
Nafas
: 20x/menit
:37C
A/
P/
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 110/80mmHg
Nadi
: 80x/menit
Nafas
: 24x/menit
: 38C
A/
P/
Gula darah
Glukosa puasa :
Blood : (-)
117
Bilirubin : (-)
2 jam pp : 153
Urobilinogen : (-)
Keton : (-)
33
Protein : (-)
Glukosa : (-)
pH : 7,0
Sedimen :
Eritrosit : (-)
Silinder : (-)
Leukosit : 1-4/LPB
Kristal : (-)
Epitel : 0-1/LPK
2-3-2016
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 100 / 80 mmHg
Nadi
: 90 x / menit
Nafas
: 22 x / menit
:37C
A/
P/
Sucralfat syr 4 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1 amp (IV)
Inj ceftriakson 1 x 2 gr (IV) skin test
Inj Ondansentron 3 x 1 amp (IV)
Ciprofloksasin 2 x 200 mg
34
3-3-2016
normal
O/ ku
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
:100 / 70
mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Nafas
:20 x / menit
: 36,3 C
A/
Gastritis kronis
aktif
komplek
Brokopneumoni
komplek
P/
IVFD Nacl 8
jam / kolf
Sucralfat syr 4 x
1
35
4-3-2016
Inj Ranitidin 2 x 1
amp (IV)
Inj ceftriakson 1 x
3 x 1 amp (IV)
Ciprofloksasin 2 x
200 mg
Tunggu hasil BTA I,
II, III
S/ - nyeri ulu hati (+)
-Nafsu makan (-)
-Mual (+)
-Demam (+)
-Sesak (+) , batuk (-)
-BAB (+), BAK (+) normal
O/ ku
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 100 / 70 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Nafas
: 23 x / menit
:37,5 C
Whezing
A/
:+
P/
5-3-2016
Ciprofloksasin 2 x 200 mg
S/ - nyeri ulu hati (+)
36
: Sedang
Kes
: Cmc
TD
: 100 / 70mmHg
Nadi
: 80x / menit
Nafas
: 24 x / menit
: 37,6 C
Whezing
A/
:+
PCT 3x500 mg
Ambroxol syr 3 x 1
Ciprofloksasin 2 x 200mg
KESIMPULAN
37
adalah:
INH,
Rifampisin,
Pirazinamid,
Streptomisin, Etambutol.
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit IPD FK UI
Sudoyo ary.Dkk.2009.Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.Edisi 5
Hakarta:interna Publishing
Perhimpunan Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru : Pedoman Diagnosis dan
104.
Available
at:
39