UU Hak Dan Kewajiban Dokter-Pasien
UU Hak Dan Kewajiban Dokter-Pasien
setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Dan terkait hak
hak pasien sendiri sudah diatur diantaranya dalam UU No 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, sebagian juga di atur dalam UU Perlindungan Konsumen, UU No 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Selain itu hak-hak pasien juga diangkat dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan
Medis Depkes RI No YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien,
Dokter dan RS; serta Deklarasi Muktamar IDI mengenai Hak dan Kewajiban pasien dan
Dokter. Sementara untuk kewajiban pasien diatur dalam UU Praktik Kedokteran dan UU
Perlindungan Konsumen.
Hak Pasien memang harus diatur dalam rangka melindungi kepentingan pasien yang
seringkali tidak berdaya. Demikian juga hak tenaga medis diperlukan untuk melindungi
kemandirian profesi. Sementara kewajiban tenaga medis diatur untuk mempertahankan
keluhuran profesi dan melindungi masyarakat.
Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang
Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa
hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak
menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan,
hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23
tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak
atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan
tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap
orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan;
lingkungan yang sehat; info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab;
dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun
2009 itu diantaranya meliputi:
1.
Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak
sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2.
Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan
ybs, kepentingan masyarakat).
3.
Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).
Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga
diatur hak-hak pasien, yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Mendapatkan isi rekam medis
Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:
1.
2.
3.
Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
4.
Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
2.
3.
4.
Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
5.
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6.
7.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
8.
Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second
opinion) yang mempunyai Surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
rumah sakit;
9.
10.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
11.
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
12.
13.
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14.
15.
16.
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
17.
Menggugat
dan/atau
menuntut
rumah
sakit
apabila
rumah
sakit
diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
18.
Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada pesan implisit terkait
hal
itu,
diantaranya:
Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu memberi
informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah tindakan
(preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif)
2.
Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar operasional
prosedur (SOP)
3.
Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga pasien
Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang meliputi:
1.
Memberi yanmed sesuai s.P. & Sop, serta kebutuhan medis pasien
2.
3.
4.
Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain
yg bertugas dan mampu
5.
Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani pasiennya. Kewajiban
itu dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kewajiban rumah sakit
itu sudah tentu mengikat juga pada para tenaga medis. Dalam pasal 29 UU No.44
menyatakan kewajiban rumah sakit, diantaranya:
1.
2.
Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
3.
4.
5.
Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin
6.
7.
8.
9.
Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut
usia;
10.
11.
Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
12.
Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas; dan
20.
Menurut Kode Etik Rumah Sakit Indonesia terdapat beberapa kewajiban bagi tenaga
medis. Kewajiban itu meliputi kewajiban umum, kewajiban kepada masyarakat dan
kewajiban terhadap pasien.
Kewajiban umum rumah sakit terdiri dari menaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia,
mengawasi dan bertanggungjawab terhadap semua kejadian di RS (corporate liability),
memberi pelayanan yang baik (duty of due care), memberi pertolongan darurat tanpa
meminta pembayaran uang muka, memelihara rekam medis pasien, memelihara
peralatan dengan baik dan siap pakai, dan merujuk kepada RS lain bila perlu.
Kewajiban rumah sakit kepada Masyarakat terdiri dari berlaku jujur dan terbuka, peka
terhadap saran dan kritik masyarakat, berusaha menjangkau pasien di luar dinding RS
(http://www.indolawcenter.com)