PTK Pa Endang
PTK Pa Endang
PENDAHULUAN
Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak
didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak
didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal.
Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak
didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala
perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen
dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media,
metode,
partisipasi
masyarakat,
performance
sekolah,
dan
evaluasi
bagaimana terjadi hubungan antara guru dan bahan ajar yang didesain dengan
anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman
yang menyatakan proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses
interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/
metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di
Sekolah Dasar, yaitu: PAKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak
didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental
dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam
belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan
aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar
mengajar dengan paradigma PAKEM menuntut anak:
(1) Berbuat
(2) Terlibat dalam kegiatan
(3) Mengamati secara visual
(4) Mencerap informasi secara verbal
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu
membelajarkan anak didik berdasarkan problem based learning, authentic
instruction, inquiry based learning, project based learning, service learning,
and cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut
dapat
mengubah
paradigma
pembelajaran
aktif
menjadi
paradigma
pembelajaran reflektif.
Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik
untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak
ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian
sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak.
Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi
pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (mindon), aktif dalam berbuat (hand-on), mengembangkan kemampuan bertanya,
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan membudayakan untuk
memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial.
Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan
fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan
evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang
demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan
anak didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk: 2001).
Pada dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung
pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan
bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya hal ini merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang
tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif
yang bersifat terus menerus dari semua pihak.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
terhadap
tanah
air,
mempertebal
semangat
kebangsaan
dan
rasa
guru
secara
langsung
dapat
mempengaruhi,
membina
dan
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
dalam praktik sholat dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM
pada siswa kelas III Semester I Tahun pelajaran 2015-2016 ?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi
belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III Tahun pelajaran
2015-2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
setelah diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas III
tahun pelajaran 2015-2016
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah
diterapkan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas III tahun
pelajaran 2015-2016
D. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar
Pendidikan Agama Islam.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar
dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.
3.
1.
Menumbuhkembangkan
akidah
melalui
pemberian,
pemupukan,
dan
2.
Aqidah
3.
Akhlak
4.
Fiqih
5.
ini sangat cocok untuk kurikulum 2007 berbasis kompetensi yang senantiasa
berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model ini dapat
dikembangkan secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip
PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses
dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar.
Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja
sama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan
saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan.
Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis
dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan
kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi
perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
1. Makna Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Tampaknya
untuk
memaknai
aktif,
kreatif,
efektif,
dan
Selalu mencoba
b. Kreatif
-
Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat
terus
c. Efektif
-
d. Menyenangkan
-
maka
akan
terjadi
proses
pembelajaran
yang
mengasyikkan.
5) Melayani perbedaan individual
Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik
perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk
itulah,
dalam
menangani
anak
sudah
dipersiapkan
cara
Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar
visual, auditorial dan kinestetik.
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang
dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung
senang dengan cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak
yang mempunyai gaya belajar auditoria, cenderung sedang denagn
mendengar, sedangkan anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik, cenderung belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh.
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan
kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori
yang dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu
intelgensi tunggal yang sering disebut intelligence quotient (IQ).
Saat ini muncul teori intekgensi majemuk yang sering disebut
multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard
Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan kecerdasan,
yaitu
kecerdasan
kecerdasan
kecerdasan
linguistik,
visual-spasial,
musikal,
kecerdasan
kecerdasan
kecerdasan
logis-matematis,
kinestetis-jasmani,
interpersonal,
kecerdasan
merupakan
suatu
perbuatan
yang
memerlukan
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa
yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa
strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan
tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi
E. Prestasi Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut
dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian
diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui
sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi
belajar PAI adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar.
BAB III
METODE PENULISAN
ini
mengacu
pada
perbaikan
pembelajaran
yang
A. Setting Penulisan
1. Tempat Penulisan
Tempat penulisan adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penulisan untuk memperoleh data yang diinginkan. Penulisan ini
bertempat di SDN I Sekapuk Kec. Ujung Pangkah Kab. Gresik.
2. Waktu Penulisan
Waktu penulisan adalah waktu berlangsungnya penulisan atau saat
penulisan ini dilangsungkan. Penulisan ini dilaksanakan pada bulan
November dan Desember semester ganjil tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Subyek Penulisan
Subyek penulisan adalah siswa-siswi kelas III tahun pelajaran 2012
pada Kompetensi Dasar Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan
sholat.
C. Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penyelidikan PTK ini terdiri dari dua
jenis, yakni data yang dihitung secara langsung atau lebih populer
dengan sebutan data kuantitatif. Sedangkan yang kedua adalah data
yang tidak dapat dihitung secara langsung disebut data kuantitaif.
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif yang diperlukan dalam rangka penyelesaian
PTK ini adalah : Jumlah siswa yang sedang belajar di kelas III
SDN PAGERSARI Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2014/2015
b. Data kualitatif
Data kualitatif yang dibutuhkan dalam menyelesaikan PTK
ini adalah : Rutinitas melakukan sholat lima waktu oleh siswa kelas
III
SDN
PAGERSARI
Kecamatan
Manonjaya
Kabupaten
Sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu : data primer dan data
ssekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang asli dari
tangan pertama, seadangkan data sekunder adalah sumber data berasal
dari pihak kedua (bukan berasal dari tangan pertama).
Dalam penulisan ini yang menjadi sumber data primer adalah
siswa-siswi kelas III SDN 1 Sekapuk Kec. Ujung Pangkah Kab.
Gresik, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari pengajar di
SDN 1 Sekapuk Kec. Ujung Pangkah Kab. Gresik, Kepala Sekolah,
serta dokumentasi sekolah yang diperlukan.
teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar.
E. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga
dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan
data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.
1. Merekapitulasi hasil tes
2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masingmasing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang
terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas
secara individual jika mendapatkan nilai minimal 70, sedangkan secara
klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara
individu mencapai 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama
dengan 70%.
3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
BAB IV
HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
75,31
15
93,33
perlu
mendistribusikan
waktu
secara
baik
dengan
Hasil Siklus II
84,37
16
100
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan
tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Selain itu siswa juga sudah lebih memahami apa yang
dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran
model PAKEM.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut.
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran model
PAKEM dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model
pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penulisan ini menunjukkan bahwa pembelajaran
model PAKEM memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari siklus I, dan II) yaitu masing-masing 93,33%, dan 100%.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PAI pada pokok bahasan menampilkan keserasian dan
bacaan sholat dengan model pembelajaran PAKEM yang paling dominan
adalah, mendengarkan, memperhatikan demonstrasi sholat dan bacaannya,
diskusi antar siswa, dan antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan
langkah-langkah
kegiatan
belajar
mengajar
dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan yang telah dipaparkan selama dua siklus,
hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Pembelajaran
model
PAKEM
memiliki
dampak
positif
dalam
B. Saran
Dari hasil penulisan yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran PAKEM memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran
model PAKEM dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penulisan yang lebih lanjut, karena hasil penulisan ini hanya
dilakukan di SDN 1 Sekapuk tahun pelajaran 2012/2013
4. Untuk penulisan yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta:
Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.
Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penulisan Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Univerersitas Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
Univesitas Negeri Surabaya.
Lampiran 1
Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Urut
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
Rata-rata
70
80
80
70
70
70
80
80
70
70
80
80
80
80
80
65
1205
75,31
Keterangan:
T
TT
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah Siswa yang tidak tuntas
Skor Tercapai
Rata-rata Skor Tercapai
Prosentase Ketuntasan
Keterangan
T
TT
:
:
:
:
:
:
:
Tuntas
Tidak tuntas
15
1
1140
76,00
93,33
Lampiran 2
Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
Rata-rata
80
100
90
80
70
70
80
100
80
80
90
100
90
90
90
80
1350
84,37
Keterangan:
T
TT
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah Siswa yang tidak tuntas
Skor Tercapai
Rata-rata Skor Tercapai
Prosentase Ketuntasan
Keterangan
T
TT
:
:
:
:
:
:
:
Tuntas
Tidak tuntas
16
1350
84,37
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
43
44
ENDANG, S.Pd.I
NIP: 195711201983081002
2015
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul
AGAMA
ISLAM
DALAM
MANONJAYA
KABUPATEN
TASIKMALAYA 2014/2015
2. Identitas Penulis
Nama
: ENDANG, S.Pd.I
NIP
: 195711201983081002
Gol/Ruang
: Pembina IV/A
Jabatan
: Guru Pembina
Unit Kerja
: SDN PAGERSARI
3. Lokasi Penulisan
4. Lama Penulisan
Kepala Sekolah
ENDANG, S.Pd.I
NIP : 196307151983051003
NIP: 195711201983081002
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan karya ilmiah dengan judul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PRAKTEK SHOLAT
DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM
PADA
ABSTRAK
Upaya meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dalam
praktek sholat dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM pada
siswa kelas III semester 1 SDN 1 sekapuk kec. Ujung Pangkah kab. Gresik
tahun 2012/2013
Kata Kunci: belajar PAI, PAKEM
Keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan
oleh strategi pembelajaran, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain,
tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode
tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penulisan ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model
pembelajaran PAKEM? (b) Bagaimanakah pengaruh Model pembelajaran
PAKEM terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah: (a) Ingin mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir, (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar
siswa setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM.
Penulisan ini menggunakan penulisan tindakan (action research) sebanyak
dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penulisan ini adalah siswa kelas III
semester 1 SDN 1 Sekapuk. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (93,33%), dan siklus II
(100%).
Simpulan dari penulisan ini adalah model pembelajaran PAKEM dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas III SDN 1 Sekapuk,
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran PAI.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................
ii
iii
Abstrak .............................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
11
20
22
26
27
A. Setting Penelitian......................................................................
28
28
29
BAB II
30
31
32
32
34
37
39
A. Kesimpulan ..............................................................................
39
B. Saran ........................................................................................
40
41
45
BAB V