Anda di halaman 1dari 5

Ujian Tengah Semester

Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Baety Adhayati
777315053
1. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan keduanya menunjukkan sikap kritik dengan
fikiran terbuka dan kemauan yang memihak, untuk mengetahui hakikat
kebenaran yang dapat terjawab secara ontologism, epistemologis dan etis.
Jelaskan pernyataan tersebut dengan contoh kasus.
Dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada
tiga pertanyaan. Sementara filsafat mempelajari masalah ini sedalam-dalamya
dan hasil pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk
mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah :
(1) apa yang ingin kita ketahui?
(2) Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?
(3) Apakah nilai (manfaat) pengetahuan tersebut bagi kita?
Pertanyaan pertama merupakan dasar pembahasan dalam filsafat yang biasa
disebut dengan ontology. Pertanyaan kedua juga merupakan dasar lain dari
filsafat yang disebut dengan epistemology. Sedangkan pertanyaan terakhir
merupakan landasan lain dari filsafat yang disebut dengan aksiologi.1
Wilayah garap filsafat ilmu juga melakukan kritik (analisis kritis) istilah
kritik sering menimbulkan persoalan, karena konotasinya yang seakan
hanya mencari kesalahan, padahal kritik juga bisa bermakna kajian kritis
(kritisisme), dalam arti memahami duduk persoalan. Namun apapun
maknanya, kritik adalah sifat dasar filsafat. Maka filsafat ilmu tidak hentihentinya melakukan kritik terhadap setiap ilmu dan pekembangannya,
terutama diarahkan pada adanya tiga aspek yaitu ontologis, epistemologis, dan
aksiologis atau etis.2
1 Suwardi Endaswara, Filsafat Ilmu, Centre fo Academic Publishing Service, Jakarta, 2015, hlm. 7
2 Ibid., hlm. 84

2. Scientific theory akan menjawab dari persoalan dalam goals of science karena
sebenarnya hakikat dalam filsafat akan menjawab dari beberapa pertanyaan
pertanyaan. Jelaskan oleh saudara secara scientific theory .
Menurut Michael V. Berry, Filsafat ilmu adalah the study of the inner logic
of scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e of
scientific method (Penelaahan tentang logika intern dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah).3
Ismanu (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filsufik dalam memahami berbagai konsep dan teori tentang sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. 4
Jadi dengan mempelajari filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk
menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam
wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk
mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan
lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajari dari dua jalur yaitu
secara sistematis dan historis. Secara sistematis dapat dikatakan yaitu melalui
metode ilmiah.
3. Dalam aliran realism bahwa objek yang diketahui adalah nyata dalam diri
sendiri. Menurut pendapat saudara apakah aliran ini berbeda dengan aliran
kritisme dan aliran idealism.
Dalam pemikiran filsafat, realism berpandangan bahwa kenyataan tidaklah
terbatas pada pengalaman indrawi ataupun gagasan yang terbangun dari
dalam. Dengan demikian, realism dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan
terhadap gagasan ekstrem idealism dan empirisme.5
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin
tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran
manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang

3 Ibid., hlm. 34
4 Ibid., hlm 39
5 Ibid., hlm. 57

kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman


indrawi. 6
Sementara rasionalisme mementingkan pengetahuan a priori dan empirisme
mementingkan pengetahuan a posteriori, pada pemikiran Kant (kritisisme)
pengetahuan dijelaskan sebagai sintesis kedua unsur tersebut. Menurut Kant
dalam diri subjek terdapat dua kemampuan, yakni kemampuan untuk
menerima data-data indrawi dan kemampuan untuk membentuk atau
menghasilkan konsep. Kemampuan untuk menerima data-data indrawi disebut
sensibility (sensibiltas), sementara kemampuan untuk membentuk atau
menghasilkan konsep disebut understanding atau akal-budi (Verstand).
Hubungan kedua kemampuan ini amat erat sekali. Tanpa sensibilitas objek tak
dapat masuk dalam subjek, dan tanpa akal budi objek tak dapat dipikirkan.
4. Filsafat berusaha untuk memperoleh pandangan tentang segala sesuatu yang
ada secara menyeluruh, sedangkan pendekatan ilmu adalah lebih bersifat
analitik dan deskriptik, apa yang anda jawab bila ada narasi seperti ini :
- Tahu bahwa ia mengetahui sesuatu
- Tahu bahwa ia sesungguhnya tidak tahu apa-apa
- Tidak tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa
- Tidak tahu bahwa dia mengetahui banyak hal
Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan factual yang
sangat penting untuk membangun filsafat. Filsafat mengambil pengetahuan
yang terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam
pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu.
Filsafat lebih bersifat inklusif, tidak eksklusif. Ia berusaha memasukkan dalam
kumpulan pengetahuannya yang bersifat umum, untuk segala bidang dan
untuk pengalaman manusia pada umumnya. Dengan demikian, filsafat
berusaha untuk mendapatkan pandangan yang lebih komperensif tentang
benda-benda. Jika ilmu itu dalam pendekatannya lebih analitik dan lebih
desktiptif, maka filsafat lebih sintetik dan sinoptik, dalam menghadapi sifatsifat dan kualitas dan kehidupan secara keseluruhan.7

6 Ibid., hlm. 58
7 Zaprulkhan, Filsafat Ilmu, Sebuah Analisis Kontemporer, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015,
hlm. 32

Ada sejumlah faktor yang memotivasi manusia untuk berfilsafat diantaranya


adalah keraguan. Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu dengan
maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang
dipertanyakannya itu. Memang ada yang mengatakan bahwa setiap pertanyaan
yang diajukan oleh seseorang senantiasa bertolak dari apa yang telah diketahui
oleh si penanya terlebih dahulu. Spinoza mengatakan :
Saya bertanya padamu, siapakah yang dapat mengetahui bahwa ia mengerti
sesuatu, kalau dari mula-mulanya ia tak mengerti tentang hal itu, artinya,
siapakah yang dapat mengetahui bahwa sesuatu adalah pasti baginya, kalau
dari mula-mula hal itu sudah tak pasti baginya.8
Filsafat memberi jawaban (wawasan) dari pertanyaan-pertanyaan yang tak
terjawab oleh ilmu. Ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab semua
pertanyaan yang timbul bagi seorang manusia; malahan ilmu itu sendiri
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu itu
sendiri.9
Jadi dengan ilmu kita menjadi tahu akan suatu hal, dengan filsafat konsepnya
menjadi lebih luas sehingga yang kita tahu dari ilmu tersebut ternyata masih
banyak hal-hal yang kita tidak tahu. Adapun orang yang tidak berusaha
berfikir filosofis maka ia tidak akan mengetahui sejauh mana ilmu yang dia
tahu atau bahkan sebenarnya ilmu yang ia tahu saat ini tidak ada apa-apanya.
5. Dalam faham rasionalisme segala sesuatu patut diragukan, dari sudut filsafat
ilmu jawaban apa yang anda berikan bila ada narasi sebagai berikut :
Doubt thou, the stars are fire
Doubt the sun doth move,
Doubt truth to be a liar
But, never doubt, I love you.
Rasionalisme adalah mahzab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio
adalah sumber dari segala pengetahuan. Akal yang menjadi dasar keilmuan.10

8 Ibid.,hlm. 8
9 Ibid., hlm. 35
10 Suwardi Endaswara, Op.cit., hlm. 55.

Rene Descartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Bangunan


rasionalnya beranjak dari keraguan atas realita dan pengetahuan. Dia
mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat keyakinan dan
pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya masih perlu
didiskusikan, artinya keduanya tidak memberikan hal yang pasti dan
meyakinkan. Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia
tidak bisa meragukan akan pikirannya. Ungkapannya yang populer dan
sekaligus fondasi keyakinan dan pengetahuannya adalah Saya berpikir
(baca:ragu-ragu), maka saya ada.11
Keraguan adalah sebuah sangsi. Dari sisi epistemologis, keraguan sangat
diperlukan, agar ilmu pengetahuan itu berkembang. Setiap upaya
epistemologis selalu diawali dengan keraguan, baru dirumuskan ke dalam
permasalahan. Orang yang kritis, selalu meragukan sesuatu.12
Mengacu pada dasar pemikiran Rene Descartes, maka penggalan karya
William Shakespeare di atas dapat diartikan bahwa kita dapat meragukan
ataupun segala hal yang ada di dunia ini, tetapi pikiran atau rasa ragu itu
sendiri tidak perlu diragukan karena itu menunjukkan kita berfikir dan dengan
berfikir maka kita ada.

11 Ibid., hlm. 120


12 Ibid., hlm. 120

Anda mungkin juga menyukai