Pk-Ib - Perkembangan Pergerakan Politik Di Indonesia - Ind
Pk-Ib - Perkembangan Pergerakan Politik Di Indonesia - Ind
Pk-Ib - Perkembangan Pergerakan Politik Di Indonesia - Ind
INDONESIA
PENDAHULUAN
Secara konseptual, komponen-komponen pokok yang ada di dalam
pembangunan politik adalah bahwa pemerintah kita harus selalu mampu
menanggapi setiap perubahan yang ada dalam masyarakat, sebab
suprastruktur dan infrastruktur politik yang ada memang efektif dan
berfungsi secara optimal, yang kesemuanya didukung oleh warga negara
yang dinamis dan berada dalam naungan persamaan hukum dan
perundang-undangan.
Pencapaian hal-hal tersebut biasanya selalu akan menimbulkan
permasalahan yang menyangkut identitas (jati diri) bangsa, legitimasi
kekuasaan,
partisipasi
anggota
masyarakat,
serta
menyangkut
PEMBAHASAN
1. TEORI PERUBAHAN POLITIK
Teori-teori baru mengenai perubahan politik dapat dibedakan dari
pendekatan-pendekatan dahulu berdasarkan beberapa ciri. Pertama,
perubahan politik yang terjadi pada setiap taraf pembangunan. Kedua,
kerangka-kerangka tersebut tidak banyak berkaitan dengan proses
modernisasi. Ketiga, variabel yang berhubungan dengan teori sebagian
besar bersifat politik. Keempat, kerangka-kerangka itu cukup flexibel
untuk menampung perubahan-perubahan politik baik dari lingkungan
dalam negeri ataupun lingkungan luar negeri. Kelima, pada umumnya
teori-teori itu lebih kompleks daripada teori-teori modernisasi politik dan
pembangunan politik1.
Huntington dalam bukunya yang berjudul Political Order in Changing
Societies yang terbit pada tahun 1968 menjelaskan bahwa fokus utama
perubahan
politik
adalah
hubungan
antara
partisipasi
politik
dan
dan
segala
bentuk
lembaga-lembaga
politik
yang
perbandingan
yang
demikian
dapat
menjelaskan
pola-pola
komponen
berhubungan
dengan
perubahan
atau
tiadanya
mungkin
dibandingkan
bisa
dipandang
kelompok,
sebagai
pemimpin
dan
hal
yang
lebih
penting
kebijakan-kebijakan
yang
dihasilkan.
Tingkatan kedua dari analisa perubahan politik adalah perubahan
kekuasaan dari suatu unsur dalam sebuah komponen pada suatu sistem
dapat dibandingkan denngan unsur-unsur lain dari komponen yang sama.
Hal ini dapat meliputi analisa mengenai bangkit redupnya ideologi dan
kepercayaan, lembaga dan kelompok, pemimpin dan kebijaksanaan serta
unsur-unsur
yang
terdapat
dalam
komponen
tersebut
yang
telah
mengalami perubahan. Hal ini berarti menyangkut kajian sebuah unsurunsur tersebut yang bersifat dinamis sehingga harus terus dipantau
perubahan-perubahannya3.
Perubahan politik merupakan salah satu varian dari gejala perubahan
sosial. Perubahan politik senantiasa akan membawa suatu perubahan
3
dan
fungsi
masyarakat.
Karena
perubahan
tersebut
utama
dipertanyakan;
c) Menurunnya etika tradisional;
d) Penolakan secara luasterhadap teknokrasi dan berbagai segi
organisasi birokrasi.
Jika dikaitkan dengan keberadaan perubahan politik yang terjadi di
Indonesia yang dipengaruhi oleh keberadaan komunisme, maka apa yang
dijelaskan oleh Johnson tersebut mengarah kepada bagaimana institusiinstitusi sosial yang berhaluan komunis tidak lagi mendapat kepercayaan
dari masyarakat dan justru mendapat kecaman keras dari masyarakat itu
sendiri. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi-institusi
yang
berideologi
komunis
tersebut
dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan sosial di Indonesia. Menurut Mooris Ginsberg [1984] sebabsebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut:
a) Keinginan
individu
dalam
masyarakat
untuk
secara
sadar
mengadakan perubahan;
4
tidak
direncanakan
[unplanned
change].
Perubahan
yang
A. Pemerintah Belanda
kolonial
yang
serba
terbelakang.
Penjajahan
serta
selalu
menanamkan
benih-benih
perpecahan
dengan
bidang
ekonomi,
keadaan
bangsa
Indonesia
sangat
kolonial
suatu
usaha
berskala
tinggi
dengan
mengidentifikasikan
agen
tunggal,
dimana
Pulau
Jawa
merupakan
sebuah
Politik
baru
yang
kemudian
diperjuangkan
terutama
Januari-Februari
1942,
Jepang
menduduki
Filipina,
Tarakan
imperialisme
sumber
daya
Jepang
di
Indonesia
berorientasi
alam
dan
manusia.
Jepang
pada
melakukan
dalam
kehidupan
sehari-hari; dan
mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal
Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan
semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang
membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan
Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain
Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh
Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah
untuk
menghimpun
potensi
bangsa
guna
kemakmuran
bersama.
Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif
oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera
(Pusat Tenaga Rakyat).
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini
dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun
dan menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh imperialis Belanda.
Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan segala
potensi
masyarakat
Indonesia
dalam
rangka
membantu
usaha
Putera
lebih
mengarahkan
perhatian
rakyat
kepada
ini
mempunyai
tiga
dasar
yaitu
mengorbankan
diri,
pelumas
untuk
Jepang.
Pada
tanggal
September
1943
etis
yang
dijalankan
oleh
Belanda
telah
memungkinkan
masuknnya ide-ide Barat ke Indonesia yang membawa pembaharuanpembaharuan di segala bidang, terutama di dalam agama Islam.
Disamping itu faktor luar negeri antara lain memasukan gagasan
nasionalisme modernisasi di beberapa negara Asia. Karena pengaruh
gagasan-gagasan modern tersebut, anggota elite nasional menyadari
bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus dilakukan
dengan menggunakan organisasi
mulai
menggerakan
pemuda-pemuda,
khususnya
kaum
pikiran kaum elit untuk mencari jalan untuk usaha meningkatkan derajat
bangsa Indonesia yang nampaknya hanya dapat dilakukan dengan
memperluas
pengajaran.
Bertemunya
dr.
Wahidin
dengan
pemuda
Tanpa
pretensi
untuk
mengecilkan
peran
dari
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
2005. hal.249-251.
9
J.D. Legge (terj). Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok
Syahrir. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti. 1993. hal.23-67.
10
Akira Nagazumi (peny). Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang (Perubahan SosialEkonomi Abad XIX & XX dan Berbagai Aspek Nasionalisme Indonesia. Jakarta. Yayasan
Obor Indonesia. 1986. hal.133-157.
yang
dikumandangkan
membangkitkan
semangat
para
selalu
membara.
Bersama
pemuda
kita
menentang
segala
11
R.Z. Leirissa dkk. Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda. Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. hal. 26.
12
Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta. Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Jakarta.
Balai Pustaka. 1979. hal.9
arah
dan
adalah
metode
partai
pergerakan
politik
yang
berhaluan
berbeda-beda.
nasionalis,
yaitu
Di
PNI
berposisi
seperti
layaknya
Dewan
Perwakilan
Rakyat
untuk
mengandung
implikasi
yang
signifikan
terhadap
struktur
Experiment
tersebut
(berlebihan)
baik
ternyata
dalam
menimbulkan
bentuk
Ultra
keadaan
Demokrasi
(berdemokrasi secara berlebihan) seperti yang dialami antara tahun 19501959, maupun suatu kediktatoran terselubung (verkapte diktatuur)
dengan menggunakan nama demokrasi yang dikualifikasi (gekwalificeerde
democratie).
Sistem Trial and Error telah membuahkan sistem multi ideologi dan
multi partai politik yang pada akhirnya melahirkan multi mayoritas,
keadaan ini terus berlangsung hingga pecahnya pemberontakan DI/TII
yang
berhaluan
theokratisme
Islam
fundamental
(1952-1962)
dan
kemudian Pemilu 1955 melahirkan empat partai besar yaitu PNI, NU,
Masyumi dan PKI yang secara perlahan terjadi pergeseran politik ke
sistem catur mayoritas. Kenyataan ini berlangsung selama 10 tahun dan
terpaksa harus kita bayar tingggi berupa :
a) Gerakan separatis pada tahun 1957;
sehingga
terjadi
kemacetan
total
di
bidang
Dewan
karena
konflik
antara
Pancasila
dengan
theokratis
Islam
kedua
adalah
konsensus
mengenai
cara-cara
dan
keikutsertaan
TNI/Polri
dalam
keanggotaan
MPR/DPR.
kembali
partainya
yang
telah
dibekukan
pemerintah
Orde
Lama,
menjadi
sumber
yang
mengganggu
stabilitas,
gagasan
ini
Orde
reformasi.
Yang
ingin
dilalukannya
adalah
melakukan
melakukan
perubahan-perubahan
terhadap
peraturan
perundangan-undangan.
Undang-Undang Politik baru dan bersifat lebih demokrasi dikeluarkan
pada awal 1999 dan Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah yang
lebih demokratis dikeluarkan pada pertengahan tahun yang sama,
Undang-Undang Politik baru menghasilkan PEMILU 1999 yang dianggap
sebagai pemilu yang demokratis yang mendapat pujian dari dunia
Internasional.
Dalam jabatannya sebagai Presiden, Presiden tidak bias diberhentikan
oleh DPR karena masalah-masalah Politik. Sebagaimana yang dijelaskan
dari Hasil Amandemen UUD 1945 yang menegaskan bahwa Presiden
didalam sistem presidensial yang demokrasi. Ia tidak bias diberhentikan
oleh DPR karena masalah-masalah politik, sebaliknya, presiden tidak
dapat membubarkan DPR dengan alasan permasalahan politik.
PENUTUP
Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda telah berbuat, namun
tantangan terus datang, dari dalam dan luar negeri. Pemuda harus belajar
dari sejarah agar memiliki jati diri dan memiliki dasar yang kuat, dan agar
mengetahui dari mana perubahan harus diusahakan. Setelah itu, sebagai
lokomotif perubahan pemuda siap bergerak.
Mengambil momentum peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-82,
sudah saatnya pemuda menunjukkan perannya kembali, bukan sebagai
motor yang menggulingkan rezim diktator. Tetapi sebagai lokomotif dalam
perubahan sosial yang menjadikan Indonesia maju, sejahtera dan
berkeadilan. Pemuda harus bersifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Cindy. 1966. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Jakarta: Gunung Agung.
Arbi Sanit. 1981. Sistim Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Baskara T. Wardaya (ed). 2001. Menuju Demokrasi. Politik Indonesia dalam
Perspektif Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Cribb, Robert (ed). 1991. The Indonesian Killings 1965-1966: Studies from
Java and Bali. Asutralia: Center of Southeast Asian Studies.
Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. 1990.
Jakarta: PT Cipta
Adipustaka.
Soe Hok Gie. 2005. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES.
Hering, Bob. 2002. Soekarno: Founding Father of Indonesia (1901-1945).
Leiden: KITLV.
Kahin, George McTurnan. 1995. (terj). Refleksi Pergumulan Lahirnya
Republik. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Jakarta: UNS Press dan
Pustaka Sinar Harapan.