Syukur Alhamdulillah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat-Nya, kekuatan,
kesehatan, dan kemudahan yang diberikanNya. Atas rahmat dan hidayahNya, Makalah yang
berjudul : Semen dapat terselesaikan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua Orang Tua
penulis, Dr. Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si selaku Dosen mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia,
dan teman-teman 4KB yang telah banyak membantu terutama dalam segi moril sekaligus
menjadi motivasi lebih bagi penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dimengerti dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
luas, semen adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan
konstruksi bangunan.
Semen pada awalnya dikenal di Mesir tahun 500 SM pada pembuatan
piramida, yaitu sebagai pengisi ruang kosong diantara celah celah tumpukan batu.
Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni,
sedang kalsinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi. Kemudian bangsa
yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik (vulkanik tuff) yang
berasal dari pulau Santoris kemudian dikenal dengan santoris cement. Bangsa
Romawi menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang ada di
pegunungan vesuvius di lembah Napples yang kemudian dikenal dengan Pozzulona
cement, yang diambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu Puzzolia. Penemuan
bangsa Yunani dan Romawi ini mengalami perkembangan lebih lanjut mengenai
komposisi bahan dan cara pencampurannya, sehingga diperoleh moltar yang baik.
Pada abad pertengahan, kualitas moltar mengalami penurunan yang disebabkan oleh
pembakaran limestone kurang sempurna, dengan tidak adanya tanah vulkanik.
Pada tahun 1756 Jhon Smeaton seorang sarjana Inggris berhasil melakukan
penyelidikan terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air. Dari hasil
percobaannya, disimpulkan bahwa batu kapur lunak yang tidak murni dan
mengandung tanah liat merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang baik. Batu
kapur yang dimaksud tersebut adalah kapur hidrolis (hydroulic lime). Kemudian oleh
Vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah baik jika ditambahkan juga
silika atau tanah liat yang mengandung alumina dan silika. Akhirnya Vicat membuat
kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah liat (clay) dengan batu kapur
(limestone) pada perbandingan tertentu, kemudian campuran tersebut dibakar
(dikenal dengan Artifical lime twice kilned).
Pada tahun 1811, James Frost mulai membuat semen yang pertama kali
dengan menggunakan cara seperti Vicat yaitu dengan mencampurkan dua bagian
kapur dan satu bagian tanah liat. Hasilnya disebut Frosts cement. Pada tahun 1812
prosedur tersebut diperbaiki dengan menggunakan campuran batu kapur yang
mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah Argillaceus (mengandung 9 40 %
silica). Semen yang dihasilkan disebut British cement.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar
campuran batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadin yang merupakan orang Inggris
pada tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur
dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam
tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO)
dan karbondioksida (CO2). Batuan kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa
senyawa lain membentuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang
kemudian dikenal dengan portland.
2.2. Sejarah Industri Semen di Indonesia
Perusahaan semen pertama di Indonesia adalah PT Semen Padang
(Perusahaan) yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV
Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Kemudian
pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami
proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik
Indarung I menjadi 330.000 ton / tahun. Selanjutnya pabrik melakukan transformasi
pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi proses kering
dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV.
besi. Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa alumina silikat
hidrat. klasifikasi senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral
yang dikandungnya :
Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite.
Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite)
Tabel.1 Sifat Fisika Batu Kapur dan Tanah Liat
SifatSifat
Bahan Baku
Batu Kapur
Tanah Liat
Rumus Kimia
CaCO3
Al2O3.K2O.6SiO2.2H2
O
Berat Molekul
100,9 gr/mol
794,4 gr/mol
Densitas
2,71 gr/ml
2,9 gr/ml
Titik Leleh
1339 oC
Warna
Putih keabu-abuan
Coklat kemerahmerahan
Kelarutan
asam, NH4Cl
b. Bahan Tambahan
Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak atau
klinker untuk memperbaiki sifat sifat tertentu dari semen yang dihasilkan.
Bahan tambahan meliputi :
Gypsum
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.
Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya
sifat gipsum sebagai retarder.
Tabel 2. Sifat Fisika Gypsum
Gypsum
Bahan Kimia
CaSO4. 2H2O
Berat Molekul
172,17 g/gmol
Densitas
2,32 g/ml
Titik leleh
128 oC
Titik didih
163 oC
Warna
Putih
Kelarutan
Pasir Silika
Pasir silika digunakan sebagai bahan pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat
yang rendah. Umumnya pasir silika yang ada di Indonesia memiliki
komposisi SiO2 minimum 90%, Fe2O3 antara 0,01 - 0,4%, Al2O3, CaO, MgO,
TiO2, Na2O, TiO2, dengan warna putih, putih kecoklatan, atau putih
kemerahan.
Tabel 3.Sifat Fisika Pasir Silika
Pasir Silika
Rumus Kimia
SiO2
Berat Molekul
60,06 gr/mol
Densitas
1,32 gr/ml
Titik Leleh
1710 oC
Titik Didih
2230 oC
Warna
Coklat keputihan
Kelarutan
Pasir Besi
Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya dalam
bahan baku utama masih kurang. Pasir besi adalah sejenis pasir dengan
konsentrasi besi yang signifikan.Hal ini biasanya berwarna abu-abu gelap
atau berwarna kehitaman.Pasir ini terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga
mengandung sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium dan vanadium.
Tabel 4. Sifat Fisika Pasir Besi
Pasir Besi
Rumus Kimia
Fe2O3
Berat Molekul
159,7 gr/mol
Densitas
5,12 gr/ml
Titik Leleh
Warna
Hitam
Kelarutan
b. Semen Portland
Adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru- biruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu
dan bertekanan tinggi Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri
dari 5 tipe, yaitu tipe I sampai tipe V
c. Oil Well Cement
Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
d. Gray Cement ( Semen Putih )
adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan
penyelesaian(finishi ng), seperti sebagaifi ller atau pengisi. Semen jenis ini dibuat
dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
e. Mixed & Fly Ash Cement
adalah campuran semen abu denganPo zzol an buatan (fly ash).Pozzol an buatan
(fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandungamorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya
dalam variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat
beton, sehingga menjadi lebih keras.
f. Semen Terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu
campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kampur tohor.
Sekitar 60% beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak
dibakar. Jenis semen terak ada dua, yaitu :
Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi portland cement dalam
pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan
tembok.
Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan
seperti halnya jenis pertama.
Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara semen
dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
C2S
BAB III
PROSES
Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi
Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi
2. Proses Kering
Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan bahan bakar yang
lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih kecil. Ukuran tanur yang lebih
pendek serta perawatan alatnya lebih mudah. Proses kering menggunakan teknik
penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara.
Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal. proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
proses
penggilingan
akhir
di
dengan
suhu mencapai
900
derajat
Celcius
sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.
Kelebihan Proses Kering:
4 CaO.Al2O3.Fe2O3
: (C4AF)
3 CaO + Al2O3
======
3 CaO.Al2O3 `
: (C3A)
2 CaO + SiO2
======
2 CaO.SiO2
: (C2S)
CaO + 2 CaO.SiO2
======
3 CaO.SiO2
: (C3S)
3.3. Flowsheet
1.
Clearing
Clearing adalah kegiatan pembersihan semak belukar maupun bongkahanbongkahan batu dan tanah humus di bagian atas lokasi yang menghalangi
penambangan. Tanah humus dibagian atas harus ditimbun pada tempat tertentu
dan ditanami rumput agar tidak terjadi erosi, sehingga kelak dapat dipakai
sebagai reklamasi bekas lokasi penambangan.
2.
3.
Drilling (Pengeboran)
Drilling merupakan suatu proses sebelum melakukan penambangan batu kapur
dengan melakukan pengeboran terlebih dahulu guna penbuatan lubang ledak
(Balst Hole). Jenis alat yang digunakan pada front penambangan batu kapur
ada dua jenis yaitu:
a.
b.
Blasting (Peledak)
Blasting merupakan proses peledakan batu kapur yang bertujuan untuk
melepaskan batuan dari induknya. Perlengkapan yang digunakan pada
umumnya adalah detonator listrik, sumbu ledak booster dan blasting
mechine. Bahan peledak yang biasa digunakan adalah tipe ANFO yang
merupakan bahan peledak campuran minyak diesel (fuel oil)dengan
bahan bakar.
4.
Loading (Pemuatan)
Merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat
meterial ke dalam alat angkut. Alat muat yang dipakai antara lain Hydraulllic
Shovel, Back Hoe, Whell Loader. Setelah batu kapur digali dengan alat muat
lalu dimasukkan ke Dump Truck.
5.
Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian proses penambangan yang dilakukan untuk
mengangkut batu kapur menuju proses crushing. Alat angkut yang digunakan
adalah Dump Truck dengan kapasitas 15 sampai 35 ton.
6.
Clearing
Sebelum penambangan tanah liat, dilakukan pembersihan atau
pembabatan semak belukar dan tumbuhan penutup yang berada
dipermukaan lokasi yang menghalangi proses penambangan. Alat
yang digunakan adalahbulldozer tipe D7G.
b.
Stripping
Pengupasan tanah penutup permukaaan lokasi penambangan dengan
Bulldozer Backhoe tipe PC 400 dan D7G.
c.
Loading Loading
Proses pemuatan tanah liat ke dalam bak dump truck. Pemuatan ini
menggunakan excavator shovel tipe E450.
d.
Hauling
Hauling merupakan proses pengangkutan tanah liat dari tambang
menuju ke proses penghancuran dan penghalusan tanah liat. Alat
angkut yang digunakan adalah dump truck dengan kapasitas angkut 15
sampai dengan 35 ton.
2.
Dengan alat angkut Dum Truck, tanah liat dari tambang diangkut dan
dituangkan ke dalam clay hopper Appron feeder yang dilengkapi dengan I
speed mentransfer tanah liat ke Double Roller Crusher. Prinsip kerjanya
adalah dengan cara ditekan oleh dia buah roller yang putarannya berlawanan
arah. Pada roller tersebut dilengkapi dengan kuku baja (teeth) untuk
membantu memecah tanah liat yang keras. Untuk menampung jatuhan
material dari appron feeder dipasang drag chain. Material yang telah
dihancurkan selanjutnya dimasukkan ke dalam stock pile tanah liat dengan alat
transport belt conveyor. Stock pile tanah liat ada 2, stock pile I dan II yang
berkapasitas sama-sama 7000 ton.
3.6. Proses Pembuatan Semen
a. Quarry ( Penambangan )
Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah liat, dan material material
lain yang mengandung kalsium, silikon, alumunium, dan besi oksida yang
diekstraksi menggunakan drilling dan blasting.
Penambangan Batu Kapur
Membuang lapisan atas tanah Pengeboran, kemudian membuat lubang
dengan bor untuk tempat Peledakan Blasting. Peledakan ini disebut dengan
teknik electrical detonation.
Pada proses basah slurry dicampur di mixing basin, kemudian slurry dialirkan ke
tabung koreksi (proses pengoreksian). Sedangkan proses kering terjadi di
blending silo dengan sistem aliran corong.
elektrostatik. Untuk menghemat energi digunakan ketel kalor buangan, dan ini
sangat ekonomis untuk semen proses kering, karena gas buangan dari tanur
kering lebih panas daripada proses basah, dan suhunya bisa mencapai 800 oC.
Oleh karena itu pelepas dinding tanur harus ditahan terhadap abrasi dan serangan
kimia yang cukup hebat pada suhu tinggi di zona klinker, maka pemilihan
refraktori pelapis merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, bata alumina
tinggi dan bata magnesia tinggi banyak dipakai. Untuk meningkatkan kontrol
tanur, sekarang digunakan komputer. Produk akhirnya terdiri diri masa butiran
yang keras dengan ukuran 3 20 mm, yang disebut dengan klinker.
Klinker ini dikeluarkan dari tanur putar ke pendingin kejut udara, sehingga
suhunya turun dengan cepat menjadi kira kira 100 200 oC. Pendingin tersebut
sekaligus merupakan pemanas pendahuluan bagi udara untuk pembakaran. Proses
tersebut diselesaikan dengan penggilingan (pulverisasi), diikuti oleh penggilingan
halus di dalam penggilingan tabung bola dan pengepakan secara otomatis. Pada
waktu penggilngan halus, ditambahkan bahan pemerlambat set (setting retarder)
seperti gipsum, plaster, atau kalsium lignosulfonat serta bahan bawa ikut udara,
bahan dispersi, dan bahan tahan air. Klinker digiling pada waktu kering dengan
beberapa cara.
Pada waktu pembakaran, berlangsung berbagai reaksi, seperti penguapan air,
pengeluaran karbondioksida, dan reaksi antara gamping dan lampung.
Kebanyakan reaksi ini berlangsung pada fase padat, tetapi menjelang akhir
proses, terjadi peleburan
Pengeringan slurry terjadi pada daerah 1/3 panjang kiln dari inlet pada
temperatur 100 500 C sehingga terjadi pelepasan air bebas dan air terikat
untuk mendapatkan padatan tanah kering.
2. Pemanasan Awal
Pemanasan Awal terjadi pada daerah 1/3 setelah panjang kiln dari inlet.
Selama pemanasan tidak terjadi perubahan berat dari material tetapi hanya
peningkatan suhu yaitu sekitar 600 C dengan menggunakan preheater. Pada
suhu 100 C, terjadi penguapan air, dan pada suhu 500 C, terjadi pelepasan
atau penguapan air kristal yang melekat pada clay. Pada proses kering,
pengeringan dalam suspension preheater dari kadar air 5 % menjadi 0 %,
sedangkan pada proses basah kadar air umpan sekitar 35 %.
CaO + CO2
MgCO3
MgO + CO2
Pada proses kering, sebagian dalam suspension preheater dan sebagian tetap
dalam rotary kiln.
4. Pemijaran
Pada suhu 1250 1280 oC, terjadi leburan semen. Al2O3, Fe2O3 akan meleleh,
sedang CaO yang halus semuanya lebur. Suhu meningkat dan terjadi leburan
lanjut dari senyawa-senyawa. Reaksi antara oksida oksida yang terdapat
dalam material yang membentuk senyawa hidrolisis yaitu C4AF, C3A, C2S
pada suhu 1450 C membentuk Clinker.
Al2O3 + Fe2O3 + CaO
C4AF
Reaksi ini berlangsung hingga Fe2O3 habis.
Sesudah Fe2O3 habis, terjadi reaksi sebagai berikut:
Al2O3 + 3 CaO
C3A
Reaksi berlangsung hingga Al2O3 habis.
Silikat mulai meleleh (agak lebur)
SiO2 + 2 CaO
C2S
Reaksi berjalan terus hingga SiO2 habis
CaO + C2S
C3S
C3S adalah penyusun utama yang memberikan kekuatan pada semen.
CaO sisa keluar sebagai CaO bebas
5. Pendinginan
Terjadi pendinginan Clinker secara mendadak dengan aliran udara sehingga
Clinker berukuran 1150 1250 gr/liter. Clinker yang keluar dari Cooler
bersuhu 150 250 C dan disimpan dalam storage.
Suhu
Reaksi
Perubahan kalor
100 oC
Endotermik
Evolusi air
Endotermik
gabungan dari
lempung
900 oC dan lebih
Kristalisasi produk
Endotermik
dehidrasi amorf
lempung
Evolusi
o
karbondioksida
Endotermik
900 oC 1200 oC
Endotermik
gamping dan
lempung
1250 oC 1280 oC
Endotermik
Mulai pembentukan
zat cair
Kelanjutan
Kemungkinan
pembentukan zat
neracanya
cair dan
endotermik
penyelesaian
pembentukan
senyawa semen
f. Penggilingan Akhir
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan clinker-clinker
bersama 5% gypsum. Setelah itu campuran yang sudah siap (semen) dikantongi
dan siap dipasarkan.
Crusher
a.
Clay Crusher
Kapasitas dari alat ini yaitu sebanyak 400 ton/perjam dan mempunyai
tipe double roller chusher dengan kegunaan sebagai size reduction
tanah liat dari tambang tanah liat.
b.
Limestone Crusher
Kapasitas dari alat ini yaitu sebanyak 650 ton/jam dengan kegunaan
sebagai size reduction batu kapur dari tambang batu kapur dan
mempunyai jenis yaitu hammer crusher.
2.
Mill
Terdiri dari empat jenis yaitu coal mill berfungsi untuk size reduction dan juga
sebagai pengeringan baatubara.Raw mill berfungsi sebagai penggiling, drying
dan juga sebagai pencampuran bahan baku produksi klinker.
3.
Pre Heater
Terdapat dua jenis preheater yaitu string A yang berfungsi sebagai pemanas
awal dari raw material sebelum masuk ke kiln dan yang kedua yaitu string B
yang berfungsi sebagai alat pemanas awal dari raw material sebelum masuk
ke kalsiner.
4.
Kiln
Fungsinya yaitu sebagai media atau alat untuk proses pembakaran raw
material dalam pembuatan klinker.
5.
Clinker Cooler
Alat ini digunakan dalam proses pendinginan klinker secara mendadak
sehingga didapatkan klinker yang memiliki porositas tinggi sering disebut
(queenching) dimana temperatur diturunkan dari 1200 C menjadi 200 C
dengan cepat.
2.
Alat Transportasi
a. Truck
Fungsinya yaitu sebagai alat transportasi daratan, banyak sekali
penggunaan truk dalam operasional PT Semen Baturaja ini, pada biro
PBM digunakan dum truck untuk mengangkut lime stone dan clay dari
tambang. Pada biro pemasaran digunakan truk biasa serta truck
capsule untuk distribusi semen. Pada biro prosukdi juga terdapat truk
1.
2.
Fan yaitu alat yang dapat digunakan dalam proses pembuatan semen
diantaranya mendinginkan klinker didalam grade cooler, menghisap raw
meal, menghisap hot gas ataupun mendinginkan sheel klin dari luar. Fan
juga digunakan sebagai alat transportasi seperti fluxslide conveyor..
Water Treatment yaitu untuk menjernihkan air yang akan digunakan sebagai
air domestic.
bahan
7.
8.
Conditioning Tower berfungsi sebagai pendingin alat gas panas dari kiln
yang dialirkan ke raw mill apabila milltidak beroperasi. Dan apabila raw
mill beroperasi maka conditioning tower akan ditutup.
10.
11.
BAB IV
APLIKASI
dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan
dalam segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok penahan,
perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur dengan pasir
atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan bata atau batu,atau
sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok sebelah luar maupun sebelah
dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau
kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka terdapatlah beton.
Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya.
Perbandingan-perbandingan bahan utama dari semen portland adalah sebagai
berikut:
-
Kapur (CaO)
60% - 65%
Silika (SiO2)
25%- 25%
7% - 12%
2. Semen Putih
Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan, warna ini disebabkan oleh
kandungan oksida silika pada portland cement tersebut. Jika kandungan oksida
silika tersebut dikurangi 0,4 %, maka warna semen portland berubah menjadi
warna putih. semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti
sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni.Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan
proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung
oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
pengeboran sumur minyak.Oleh karenanya semen jenis ini juga disebut semen
sumur minyak.Sumur-sumur minyak atau gas dibuat dengan mengebor lubang ke
dalam tanah / bumi dengan kedalaman ratusan sampai dengan 20.000 kaki
(sekitar 7.000 meter).Pipa besi yang disebut casing ditempatkan pada lubang
sumur dan semen dipompa ke bawah melalui pipa tsb.
Sewaktu semen terpompa keluar melalui dasar casing tsb.dan kembali ke
permukaan melalui bagian luar casing, ia akan membentuk ikatan kritis antara
bagian luar casing dengan dinding sumur yang telah dibor. Ikatan ini akan
melindungi minyak, gas dan air bawah tanah sehingga tidak bercampur di dalam
sumur tsb.
Kekokohan semen tergantung pada serangan sulfat dengan kadar, suhu dan
tekanan yang tinggi selama proses pemompaan berlangsung. Dikarenakan
keharusan waktu pemekatan yang ketat, maka OWC diproduksi dengan standar
mutu yang ketat sesuai dengan standar API (American Petroleum Institute).
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai
pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah
artesis. Semen ini merupakan semen portland yang dicampur dengan retarder
untuk memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein, dan
gula.
Semen alam ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat
seperti komposisi semen di alam.Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya
hingga menghasilkan terak.Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen yang
halus. Dalam pemakaiannya dicampur dengan semen portland.Digunakan untuk
bangunan rumah yang dicampurkan dengan pasir.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
Pemanasan awal
Pembakaran
Pendinginan
Pendinginan akhir
Aplikasi Semen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5020803/BAHAN_KONSTRUKSI_TEKNIK_KIMIA
https://normanray.files.wordpress.com/2010/09/kuliah-2a-semen.pdf
http://teknikkimia-yosi.blogspot.co.id/2012/12/industri-semen.html
http://www.slideshare.net/wdermawan/industri-kimia-40841915
https://www.academia.edu/11644982/Bahan_konstruksi_Semen
https://www.academia.edu/6718302/TUGAS_1_ARTIKEL_BAHAN_KONSTRUKSI
Tim Penyusun. 2015. Modul Proses Industri Kimia 1. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya