Anda di halaman 1dari 12

USULAN PROGRAM

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM PEMBENTUKAN, PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN


KADER POSYANDU LANSIA RW 06 MENGGUNAKAN TEKNIK PEER
GROUP DISCUSSION DALAM PENATALAKSANAAN DIABETES
MELLITUS DI KELURAHAN LESANPURO
KECAMATAN KEDUNG KANDANG
KOTA MALANG
PENGUSUL :
Fitrio Devi Antony S.Kep.,Ners

STIKES WIDYAGAMA HUSADA


FEBRUARI, 2015

RINGKASAN
Kecamatan Kedungkandang merupakan salah satu kecamatan yang
berada di Kota Malang. Kecamatan Kedungkandang memiliki 12 kelurahan, salah
satunya adalah Kelurahan Lesanpuro. Kelurahan Lesanpuro merupakan wilayah
kerja dari puskesmas Gribig. RW 6 Kelurahan Lesanpuro memiliki jumlah 207
jiwa (Data primer, 2015). Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa 100%
lansia belum pernah datang ke posyandu lansia, dikarenakan belum terbentuknya
posyandu lansia di RW 6. Hal ini berbanding terbalik dengan kemauan lansia
dimana antusiasme lansia cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan hasil survey
total sampling pada lansia dimana 85% lansia menyatakan kemauannya untuk
ikut serta dalam posyandu lansia.Tujuan IbM ini adalah untuk membentuk
posyandu lansia, melakukan pengkaderan posyandu lansia,serta pendampingan
kader posyandu lansia yang sudah dikader. Target khusus yang ingin dicapai
adalah membina kader baru posyandu lansia terkait dalam pencegahan penyakit
penyakit degeneratif terutama diabetes mellitus, serta melakukan pelatihan terkait
5 meja yang digunakan pada posyandu lansia dan atribut yang harus dikuasai
ditiap meja.Teknik yang dilakukan untuk pengkaderan lansia adalah menggunakan
peer group discussion dimana teknik ini menggunakan sistem pengajaran pada
tiap orang, dimana orang tersebut mengajar ke kader lainnya.
Kata Kunci : Degeneratif Disease, kader, Posyandu Lansia, Peer Group, IBM

BAB I. PENDAHULUAN
Analisis Situasi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karekteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, atau
kedua-duanya (American Diabetes Association, 2003). Jumlah penderita diabetes
mellitus di wilayah negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengalami
peningkatan secara signifikan. Departemen Kesehatan Republik indonesia (2013)
melalui program riset dasar kementerian kesehatan memeperoleh data bahwa
prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur yaitu sebanyak 2,1 %. Prevalensi DM menurut
tempat tinggal juga terdapat perbedaan antara penduduk yang tinggal di desa dan
di kota yaitu sekitar 2,0% di perkotaan dan 1,0% di pedesaan. Secara Khusus
prevalensi nasiolan diabetes mellitus pada penduduk umur >15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan mengalami peningkatan sebanyak 5,7%. Sebanyak
13 provinsi mempunyai prevalensi diabetes diatas prevalensi nasional yaitu
Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung,DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, sulawesi
utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Barat (Riskesdas,
2007).
Diabetes mellitus juga merupakan masalah kesehatan utama bagi lansia
di wilayah kerja puskesmas Gribig Kota Malang.Data Dinas kesehatan kota
Malang Menyebutkan bahwa jumlah penederita Diabetes Mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Gribig mencapai 346 pasien pada tahun 2013 dan terus
mengalami peningkatan tiap tahun.Pada tahun 2014, diabetes mellitus menduduki
peringkat keempat dalam 10 penyakit terbanyak di puskesmas Gribig dengan
jumlah mencapai 380 pasien (Dinkes Kota Malang, 2014).
Kelurahan Lesanpuro merupakan salah satu kelurahan di bawah wilayah
kerja puskesmas Gribig. Terdapat 507 lansia di wilayah kelurahan lesanpuro, dan
30%

dari jumlah populasi lansia menderita diabetes mellitus. Hasil Studi

pendahuluan yang dilakukan pada bulan januari 2015 di wilayah RW 6 Kelurahan


Lesanpuro menunjukkan bahwa jumlah lansia di RW 6 sebanyak 207 Jiwa, dan
100% menyatakan tidak pernah mengikuti posyandu lansia dikarenakan posyandu
lansia belum terbentuk. Hasil pengkajian terhadap pola pemeriksaan kesehatan
rutin lansia pun cukup rendah, 100% lansia di wilayah RW 6 kelurahan Lesanpuro
hanya melakukan pemeriksaan kesehatan saat merasakan ada keluhan.
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degenratif yang
menyerang lansia yang perlu dilakukan pengontrolan dalam hal diet maupun
kegiatan penderita diabetes. Ketidak tersediaannya pelayanan kesehatan berupa
posyandu lansia dapat menurunkan derajat kesehatan lansia secara keseluruhan.
Partisipasi lansia yang kurang diakibatkan karena belum adanya posyandu lansia,
pembentukan posyandu lansia dan perangkat kader untuk posyandu lansia
menjadi penting dan harus dilakukan dengan seksama.
Kader posyandu lansia merupakan bagian penting yang berkontribusi
dalam peningkatan derajat kesehatan lansia. Tekhnik pengkaderan yang baik dapat
dilakukan dengan banyak cara, slah satunya dengan menggunakan peer group
discussion.Peer group discussion merupakan teknik pelatihan yang berfokus pada
peningkatan pengetahuan dalam suatu grup kecil, melalui pemahaman konseptual,
dan fokuspada interaksi antar peserta, dalam hal ini adalah kader posyandu lansia
(evinella, 2010).Pembentukan dan pembinaan kader lansia menggunakan teknik
peer group discussion diharapkan mampu meningkatkan cakupan kunjungan
kesehatan lansia di RW 6 sehingga masalah diabetes mellitus di wilayah RW 6
dapat teratasi dan selalu terkontrol. Secara keseluruhan diharapkan lansia dengan
diabetes mellitus di wilayah RW 6 kelurahan Lesanpuro memiliki kualitas hidup
yang lebih baik melalui peran aktif kader dan lansia dalam kegiatan posyandu
lansia.
Prioritas Permasalahan
Pokok permasalahan pada mitra adalah belum dibentuknya posyandu
lansia di wilayah RW 6 Kelurahan Lesanpuro, sehingga berdampak pada derajat

kesehatan lansia. Berikut ini merupakan data prioritas masalah yang telah
disepakati bersama mitra untuk diselesaikan selama pelaksanaan program IbM :
1. Pembentukan Posyandu lansia dan perangkat posyandu
2. Pelatihan kader posyandu lansia menggunakan peer group
discussion
3. Pembinaan dan pendampingan kader dalam penyelengaraan
posyandu lansia masalah diabetes mellitus

BAB II. TARGET DAN LUARAN


Target dan luaran yang diharapkan pada kegiatan pembentukan,
pembinaan dan pendampingan posyandu lansia RW 6 antara lain :
1. Modul pedoman kader posyandu lansia
2. 9 buku registrasi dan administrasi posyandu lansia
3. Sertifikat pelatihan kemampuan dasar kader posyandu lansia
(penyuluhan,

pendidikan

kesehatan,

pengisian

KMS

Lansia,

pelayanan meja posyandu lansia).


4. Standar operasional prosedur (SOP) penyelengaraan posyandu lansia.
5. Penjadwalan posyandu lansia 2 kali sebulan.
6. Diversifikasi kegiatan posyandu lansia (Pemeriksaan kesehatan rutin,
senam lansia, senam kaki diabetes, penyuluhan pemenuhan nutrisi
penderita diabetes mellitus).
7. Flipchart tentang pemenuhan nutrisi pada penderita Diabetes mellitus
8. Penambahan sarana dan prasarana posyandu lansia ( tensimeter
digital, tensimeter raksa, stetoskop, alat cek gula darah, alat cek kadar
kolesterol, alat cek kadar asam urat, timbangan berat badan, modul
kader posyandu lansia, KMS lansia, Flipchart, leaflet dan banner
tentang diabetes mellitus,ATK sarana posyandu lansia).

BAB III. METODE PELAKSANAAN


Pengusul bersama mitra bekerja sama menyusun metode pendekatan
dalam menyelesaiakn prioritas masalah yang telah disepakati. Secara keseluruhan
permasalahan yang terjadi pada mitra bersumber pada belum terbentuknya
posyandu lansia karena kurangnya koordinasi antara puskemas dengan warga RW
6, dan para kader di RW 6 Kelurahan Lesanpuro. Skema 3.1 berikut ini
menggambarkan prioritas masalah dan solusi yang disusun oleh pengusul bersama
mitra.
Skema 3.1 Prioritas Masalah dan Solusi Yang Ditawarkan
Prioritas Masalah
Belum terbentuknya
posyandu lansia

Posyandu lansia yang


belum terbentuk
Kader yang belum terlatih
Status kesehatan lansia
tidak terkontrol
Kurangnya komunikasi
antara kader dan
puskesmas
Kualitas hidup lansia
yang menurun

Solusi Yang
Ditawarkan
Pembentukan posyandu
lansia RW 6

Melakukan
pembentukan
posyandu lansia
bekerjasama dengan
puskesmas
Melakukan
pengkaderan dengan
teknik peer group
discussion
Pelatihan kemampuan
kemampuan dasar
kader posyandu lansia
Pelatihan upaya
promotif penyakit
dengeneratif
(Diabetes Melltus)

Pada Skema diatas tampak bahwa akar permasalahan adalah belum


adanya posyandu lansia sehingga para lansia di RW 6 tidak bisa mengakses secara
rutin pelayanan kesehatan lansia,hal ini tentu berdampak pada derajat
kesejahteraan lansia,khususnya lansia dengan diabetes mellitus yang butuh
pengontrolan gula darah dengan ketat dan terjadwal. Jika kondisi ini tidak
ditangani segera maka akan berdampak pada buruknya derajat kesehatan lansia di
RW 6 Kelurahan lesanpuro. Oeh karena itu diperlukan suatu metode yang tepat
unuk meningkatkan cakupan yang akan dideskripsikan dalam skema berikut ini :
Skema 3.2 Metode Pelaksanaan dan Luaran Yang Diharapkan
Metode Pelaksanaan
Pembentukan :
Berkolaborasi
dengan
puskesmas pembentukan
struktur posyandu lansia

Luaran Yang Diharapkan


Penanggung
jawab
posyandu terbentuk
Kader sudah terpilih
Penjadwalan posyandu
sudah terbentuk

Pelatihan dan pembinaan :


Pelatihan teknik peer
group discussion
Kemampuan dasar kader
Layanan meja posyandu
Konseling,
informasi
dan edukasi kesehatan
pada lansia dengan
diabetes mellitus
Pendampingan
penyelengaraan
posyandu
Pembinaan
dalam
kegiatan penyuluhan

Terpilihnya
kader
binaan sebagai trainer
kader lain
Terselenggaranya
kegiatan
posyandu
secara rutin
Terbentuknya
SOP
layanan posyandu
Memiliki kemampuan
dalam penatalaksanaan
diabetes mellitus
Penambahan
sarana
dan
prasarana
posyandu lansia

Skema 3.2 diatas menggambarkan metode penyelesaian masalah yang


disepakati bersama mitra dalam menyelesaikan masalah. Metode penyelesaian
masalah yang disepakati dengan mitra adalah melakukan pembentukan posyandu
lansia, melakukan pelatihan dan pembinaan pada kader posyandu lansia.
Pembentukan posyandu lansia dilakukan dengan berkoordinasi dengan puskesmas
Grbig dalam rangka untuk menyusun struktur posyandu serta penanggung jawab
posyandu, selain itu juga di tahap ini akan dilakukan pengkaderan para kader
posyandu. Pada tahap berikutnya setelah posyandu terbentuk dan memiliki kader,
maka kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan menggunakan peer group
discussion, dimana beberapa kader akan dilatih dasar dasar posyandu, dan nanti
akan dibentuk small group yang akan dipimpin oleh kader yang sudah terlatih
dalam hal dasar-dasar posyandu lansia. Tahap terakhir yang dilakukan adalah
pembinaan dan pendampingan para kader dalam menjalankan posyandu lansia
oleh mitra dan pengusul.Mitra dan pengusul berperan aktif dalam melakukan
pembinaan dan pendampingan dalam menjalankan rencana kegiatan. Mitra dalam
kegiatan ini adalah Puskesmas Gribig dan segenap perangkat RW 6 Kelurahan
Lesanpuro. Puskesmas Gribig sebagai salah satu mitra pengusul berperan aktif
dalam kegiatan pembentukan, pelatihan dan pendampingan posyandu lansia.
Prosedur pelaksanaan kegiatan beserta peran aktif mitra dan pengusul tampak
pada skema berikut ini :
Perumusan
Perumusan
prioritasmasalah
masalah
prioritas
bersamamitra
mitra
bersama

Pembinaan,
Pembinaan,
pendampingan
pendampingan
serta evaluasi
evaluasi
serta
kegiatan
kegiatan

Pembentukan
Pembentukan
PosyanduLansia
Lansia
Posyandu

Pelatihankader
kader
Pelatihan
menggunakan
menggunakan
teknikpeer
peergroup
group
teknik
discussion
discussion

Mitra dan pengusul berperan aktif dalam setiap tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan. Awal proses perumusan masalah akan dilakukan bersama
puskesmas Gribig dan perangkat desa RW 6 Kelurahan Lesanpuro. Selanjutnya
dilakukan pembentukan stuktur posyndu lansia, pengkaderan posyandu
lansia.Kader posyandu lansia yang sudah terbentuk kemudian akan dilatih dasar
dasar pelaksanaan posyandu lansia. Tahap berikutnya pendampingan dan
pembinaan akan terus dilakukan oleh pengusul dan mitra, serta pada tahap akhir
akan dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan oleh pengusul bersama kedua
mitra.

BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada sebagai salah satu
institusi kesehatan di Kota Malang berupaya untuk selalu melakukan tri dharma
perguruan tinggi. Aplikasi tri dharma perguruan tinggi dalam satu terakhir
mencakup kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabidan kepada masyarakat.
Upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi mahasiswa dilakukan dengan
memberikan pelatihan kemampuan teknis mengajar kepada dosen tetap. Aplikasi
tri dharma perguruan tinggi dalam bidang penelitian juga dilakukan oleh STIKes
Widyagama husad, dimana selama satu tahun terakhir sedikitnya 10 hibah
penelitian dari DIKTI telah berhasil dimenangkan. Skema hibah Penelitian Dosen
Pemula (PDP) yang dilakukan para dosen mendapatkan dukungan secara moral
maupun materiil dari institusi. Hal ini menunjukkan bahwa STIKes Widyagam
Husada berkomitmen kuat pada upaya penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
Upaya melakukan pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara
berkesinambungan oleh STIKes Widyagama Husada sejak berdirinya institusi
ini.Program pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis telah menajdi program
rutin institusi. Sumber dana dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
dilakukan oleh STIKes Widyagama Husada dalam satu tahun terakhir antara lain :
pengembagnan dan pembekalan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
Kelompok Bermain (KB) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta
peremajaan kader posyandu balita di wilayah Kota Batu. Pengabdian Masyarakat
yang dilakukan oleh STIKes Widyagama Husada berfokus pada upaya untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Al Fady, M.F. 2012. Perbedaan Efektivitas Perawatan Luka Menggunakan
Madu dan Sofratulle terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik Pasien
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Jember. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Jember: PSIK Universitas Jember
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010.
Surabaya:
Dinas
Kesehatan
Jawa
Timur.
[Serial
online].http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1312948638_Profil
_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf 13februari 2014. [28
Februari 2015]
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012.
Surabaya:
Dinas
Kesehatan
Jawa
Timur.
[Serial
online].http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1312948638_Profil
_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2012.pdf 13februari 2014. [28
Februari 2015]
Frykberg, R. G. 2002. Diabetic Foot Ulcers: Pathogenesis and Management.
American Family Physician Journal Volume 66 (9) : p.
1655 - 1622
Mitra:
Pengusul IbM :
lansia
RW 6Rowe
Marie, ekoe. 2008. The Epidemiology of DiabetesPembina
Mellitus.
Antony
STIKES WGH
Puskesmas Gribig
Ltd:Great Britain
Pembentukan :
Berkolaborasi
dengan
puskesmas pembentukan
struktur posyandu lansia

Penanggung
jawab
posyandu terbentuk
Kader sudah terpilih
Penjadwalan posyandu
sudah terbentuk

Pelatihan dan pembinaan :


Terpilihnya
kader
Pelatihan teknik peer
binaan sebagai trainer
group discussion
kader lain
Kemampuan dasar kader
Terselenggaranya
Layanan meja posyandu
kegiatan
posyandu
Konseling,
informasi
secara rutin
. Gambaran
yang
akan ditransfer pada mitra
dan Ipteks
edukasi
kesehatan
Terbentuknya
SOP
pada lansia dengan
layanan posyandu
diabetes mellitus
Memiliki kemampuan
Pendampingan
dalam penatalaksanaan
penyelengaraan
diabetes mellitus
posyandu
Penambahan
sarana
Pembinaan
dalam
dan
prasarana
kegiatan penyuluhan
posyandu lansia

Anda mungkin juga menyukai