Anda di halaman 1dari 60

PPHKB

TEORI DAN MODEL


PEMBELAJARAN

TIM MODEL PENYUSUN

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Rabbul Alamin, karena atas
izin-Nya sehingga penulis dapat menyajikan Modul Teori dan Model Pembelajaran
Tujuan dari penulisan buku ini ialah untuk melengkapi bahan bacaan
mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Teori dan Model Pembelajaran . Namun,
adanya modul ini bukan dimaksudkan sebagai satu-satunya pegangan yang harus
dipergunakan oleh mahasiswa dalam mata kuliah Teori dan Model Pembelajaran .
Oleh karena itu, di samping membaca modul ini, mahasiswa perlu untuk membaca
literatur-literatur lain yang telah ditetapkan.
Materi yang diuraikan di dalam modul ini lebih menekankan kepada
pentingnya model pembelajaran terhadap pembelajaran inovatif. Secara garis besar
materi yang terdapat di dalam modul ini adalah pengantar dan model pembelajaran,
Pendekatan, Model, Strategi, dan Model Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, dan
Model Pembelajaran Langsung. Diharapkan kepada pembaca agar setelah membaca
materi yang terdapat di dalam modul ini, dapat memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap model pembelajaran inovatif. Dengan dasar itulah sehingga
penulis menyarankan kepada mahasiswa, guru, dosen atau profesi apapun yang
memiliki kepedulian terhadap bahasa Indonesia agar memiliki modul sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini. Mudah-mudahan


dengan adanya bahan bacaan ini dapat membantu bagi pembaca dalam memahami
dan mendalami materi ini.
Makassar, Desember 2010
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Pengantar dan Model Pembelajaran.. 1


A. Tujuan 1
B. Materi 1
I. Pendekatan, Model, Strategi dan Metode Pembelajaran ....... 2
A. Konsep Pembelajaran Tematik .. 2
B. Landasan Pembelajaran Tematik .. 4
C. Perencanaan Pembelajaran .5
D. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik 7
E. Evaluasi Pembelajaran Tematik... 7
II. Pembelajaran Kooperatif.. 9
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 9
B. Tujuan Pembelajaran. 11
C. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif. 15
III. Model Pembelajaran Langsung..
A. Pengertian Pembelajaran Langsung
B. Landasan Teori Pembelajaran Langsung
C. Pelaksanaan Model Pembelajaran ..

25
25
25
27

DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN

30
31

PENGANTAR TEORI DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Tujuan
Setelah

membaca dan mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa

diharapkan dapat

1. memahami memerapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada


pembelajaran di kelas yang mampu membuat siswa aktif, kreatif, dan
menyenangkan;

2. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah


pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran tertentu;

3. mampu mempraktikkan model pembelajaran inovatif .


B. Materi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini dapat tercipta jika para guru menguasai
beberapa model pembelajaran baik secara teoretis maupun dari segi praktis.
Adanya pembelajaran yang bervariasi diharapkan dapat membangkitkan
semangat dan aktivitas siswa dalam belajar, supaya kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum dapat dicapai oleh siswa. Berikut akan diuraikan beberapa
pendekatan dan model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif
dalam pembelajaran.

1. PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE


PEMBELAJARAN

Menurut Sanjaya (2006:127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak


atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Secara umum, pendekatan dapat
dipahami sebagai cara pandang terhadap objek yang akan mewarnai seluruh jalannya
proses pembelajaran. Kata model dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti pola,
contoh, atau acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Kata pembelajaran
berarti proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Belajar berarti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi, model pembelajaran adalah pola
atau acuan yang digunakan untuk melaksanakan proses belajar.

Secara harfiah,

strategi adalah suatu garis-garis besar yang menjadi acuan untuk bertindak dalam
upaya mancapai sasaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran adalah
kebijakan yang dipilih oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut J. R.
David (dalam Sanjaya, 2006:126), strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.

Metode adalah perancangan lingkungan belajar di mana

siswa dan guru terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Jika strategi
pembelajaran merujuk pada perencanaan dalam mencapai tujuan, maka metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi.
Seorang guru yang telah memilih suatu strategi tertentu dalam perencanaan
pembelajarannya, selanjutnya perlu menetapkan metode yang akan digunakan untuk
melaksanakan strategi tersebut. Metode yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran antara lain metode ceramah, metode demonstrasi, metode penemuan,
metode diskusi, dan metode simulasi.
A. Konsep Pembelajaran Tematik
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan akan
konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di
Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah
model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model

pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep
pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991)
menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented,
connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan
networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga yang
paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan antar aspek
dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model yang
menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared, webbed,
threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar sendiri dan lintas
pembelajar (model immersed dan networked).
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim Pengembang
PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa Discipline based
Parallel Discipline Cross- disciplinary Multi- disciplinary Inter- Disciplinary
Integrated Day Complete Program yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari
berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata
yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak
kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik
memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin
dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada
pendekatan diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.

B. Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik

Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran


yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman
guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang
berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses
mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah
sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya, apabila
pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku secara
keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu kesatuan yang
mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara keseluruhan dan
terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dari definisi akan hakekat belajar di atas
dapat diketahui bahwa landasan pengembangan pembelajaran tematik secara
psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa
Jerman yang berarti whole configuration atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan
keseluruhan. Teori ini memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang
berwujud pada bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia
mendapat insight. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara
berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan
demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003)

C. Perencanaan Pembelajaran Tematik


Model

pembelajaran

tematik

merupakan

model

pembelajaran

yang

pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik
sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk
menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991 :
54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang cukup

umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan
siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk (1998:16) menyebutkan
bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada disekitar
lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan
kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya
beranjak ke lingkungan terjauh siswa. Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam
penentuan tema.
D. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

10

Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai


unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya.
Pelaksanaan pelambelajaran tematik diterapkan ke dalam tiga langkah Lingkungan
terdekat siswa (jidiii)LingkunganRumah Lingkungan Lingkungan Luar Sekolah
pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
menumbuhkan motivasi belajar siswa,dan memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya, W., 2006:41) ; (2) Kegiatan inti,
merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dimana dilakukan pembahasan
terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan
multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang
bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya
sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988); (3) Kegiatan akhir,
dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri
pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya,
mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
E. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Menurut Joni (1996 : 16), bahwa pada dasarnya evaluasi dalam pembelajaran
tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh
karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam pembelajaran konvensional
berlaku pula bagi penilaian pembelajaran tematik. Bedanya dalam evaluasi
pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek proses dan usaha pembentukan
efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan bekerja sama, tenggang rasa dan
sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002), penilaian siswa di kelas I dan II SD
belum mengikuti aturan penilaian seperti mata pelajaran lain, mengingat anak kelas I

11

SD belum semua lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak
ditekankan pada penilaian secara tertulis.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas
atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar
siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran
yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan
dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di
sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik).
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

Berpusat pada siswa


Memberikan pengalaman langsung
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Bersifat luwes
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

UMPAN BALIK
1. Jelaskan perbedaan antara pendekatan, model, dan strategi
pembelajaran!
2. Jelaskan dasar pertimbangan pencanangan pembelajaran tematik.
3. Uraikan karakteristik pembelajaran tematik!
4. Buatlah RPP dengan model pembelajaran tematik dengan tema Diri
Sendiri!
II. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

12

Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan


model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut
Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan
telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja
secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih
baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk
membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a)
adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c)
adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa
dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap
memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan
untuk bersosialisasi.
Beberapa teori yang mendasari, mengapa siswa yang bekerja dalam kelompok
kooperatif belajar lebih banyak daripada kelas yang diorganisasikan secara tradisional
adalah sebagai berikut (Slavin, 1995: 16).
1. Teori Motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif
terutama terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat
siswa melaksanakan kegiatan. Terdapat tiga pencapaian tujuan seperti berikut ini:
1. Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu
menyumbang pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan
mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain mencapai tujuan tersebut
2. Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu membuat
frustasi pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa mereka akan
mencapai tujuan jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.

13

3. Individualistik, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu tidak


memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin
upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan
upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan teori motivasi, struktur pencapaian tujuan menciptakan situasi di
mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota
kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya
dan atau yang lebih penting adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota
lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal.
2. Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana kebersamaan di
dalam kelompok itu sendiri (apakah kelompok mencoba mencapai suatu tujuan
kelompok atau tidak). Yang termasuk dalam kategori teori kognitif adalah teori
perkembangan atau teori elaborasi kognitif.
a. Teori Perkembangan
Asumsi yang mendasar dari teori perkembangan adalah ingteraksi
antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dalam meningkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Menurut
Vygotsky interaksi antar siswa terjadi pada zona of proximal
development jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
atau teman sebaya yang lebih mampu.
b. Teori Elaborasi Kognitif
Pandangan teori elaborasi kognitif berbeda dengan pandangan teori
perkembangan. Penelitian dalam psikologji kognitif telah menemukan
bahwa apabila informasi harus tinggal dalam memori, siswa harus
terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi atas
14

suatu materi. Sebagai contoh, membuat ikhtisar atau outline dari suatu
bkuliah merupakan kegiatan belajar yang lebih baik daripada sekedar
membuat catatan, karena ikhtisar atau outline menghendaki siswa
mereorganisasi materi dan memilih materi yang penting. Salah satu
cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu
kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi pembicara dan
pendengar, dan antara pembicara dan pendengar akan lebih banyak
belajar. Bila dibandingkan dengan belajar sendiri, pembicara akan
lebih banyak belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
siswa yang menerima penjelasan yang telah dijabarkan akan
mendapatkan satu pelajaran lebih bila dibandingkan dengan belajar
sendiri,

tetapi

tidak

sebanyak

yang

diperoleh

orang

yang

menerangkannya.
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran yang penting, yakni perestasi akademik, penerimaan akan penghargaan
dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997: 111).
1. Perestasi Akademik
Meskipun pemelajaran kooperatif mencakup berbagai tujuan sosial, namun
pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi
akademik. Para pengembang pembelajaran kooperatif telah menunjukan bahwa
struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai yang diperoleh siswa dan
mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi itu (Arends, 1997: 111). Selain
itu, pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan
tinggi bersama-sama dalam mengajarkan tugas-tugas akademik. Siswa yang
berprestasi tinggi secara akademik memperoleh lebih banyak karena ia berfungsi
sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang konsepkonsep dalam suatu pelajaran.

15

2. Penerimaan akan Keanekaragaman


Efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan dan ketidakmampuannya. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi
siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik, dan melalui struktur penghargaan kooperatif
akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Perkembangan Keterampilan Kooperatif
Tujuan ketiga dan penting dari belajar kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa

keterampilan-keterampilan

kerjasama

dan

elaborasi.

Ini

merupakan

keterampilan penting yang harus dimiliki dalam suatu masyarakat, di mana banyak
pekerjaan orang dewasa dilakukan dalam organisasi besar dan saling ketergantungan
dan sangat beragam budayanya. Namun banyak anak-anak dan orang dewasa
kekurangan keterampilan ini. Hal ini dibutuhkan dengan seberapa sering
ketidaksesuaian di antara individu-individu dapat membawa pada tindak kekerasan
atau seberapa sering orang dewasa menyampaikan rasa tidak puasnya saat diminta
bekerja dalam situasi kooperatif.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD
(Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan seperti pada
Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif


Aspek

Tipe STAD

Tipe Jigsaw

Tujuan

Informasi

Informasi

Investigasi

Pendekatan

Kelompok
Struktural
Informasi akademik Informasi

16

kognitif

akademik

akademik

tingkat tinggi dan

akademik

sederhana

sederhana

keterampilan

sederhana
Keterampilan

Tujuan

Kerja

Kerja kelompok

inkuiri
Kerjasama dalam

social

kelompok dan

dan kerja sama

kelompok

kelompok an

kompleks

keterampilan

kerja sama
Struktur tim

Kelompok

Kelompok

Kelompok belajar

sosial
Bervariasi,

heterogen

belajar

dengan 5-6 anggota

berdua, bertiga,

dengan 4-5

heterogen

heterogen

kelompok

orang anggota

dengan 5-6

dengan 4-6

orang anggota

anngota.

menggunakan
pola kelompok
asal dan
Biasanya guru

kelompok ahli
Biasanya guru

Biasanya siswa

Biasanya guru

pelajaran
Tugas

Siswa dapat

Siswa

Siswa

Siswa

Utama

menggunakan

mempelajari

menyelesaikan

mengerjakan

lembar

materi dalam

inkuiri kompleks

tugas-tugas yang

kegiatan dan

kelompok ahli

diberikan sosial

saling

kemudian

dan kognitif

membantu

membantu

untuk

anggota

menuntaskan

kelompok asal

materi

mempelajari

belajarnya
Tes mingguan

materi itu
Bervariasi dapat Menyelesaikan

Pemilihan
topik

Penilaian

Bervariasi

17

berupa

tes proyek dan menulis

mingguan

laporan,

dapat

menggunakan
Pengakuan

Lembar

Publikasi lain

essay
Lembar

Bervariasi

pengetahuan

pengetahuan

dan

publikasi lain

publikasi

tes

dan

lain
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan
ciri khususnya. Tabel 3 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan
tingkah laku guru pada setiap sintaks.
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase 1

Tingkah Laku Guru


Guru menyampaikan

Menyampaikan tujuan dan memotivasi pelajaran

yang

ingin

semua
dicapai

tujuan
pada

siswa

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa

Menyajikan informasi

dengan jalan demonstrasi atau lewat

Fase 3

bahan bacaan.
Guru
menjelaskan

Mengorganisasi

siswa

ke

kepada

siswa

dalam bagaimana cara membentuk kelompok

kelompok-kelompok belajar

belajar dan membantu setiap kelompok

Fase 4

agar melakukan transisi secara efisien.


Guru membimbing kelompok-kelompok

Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan


belajar
Fase 5

tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

Evaluasi

materi yang telah dipelajari atau masing-

18

masing

kelompok

mempresentasikan

hasil kerjanya.
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw. Pada mulanya Jigsaw
dikem-bangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan, kemudian oleh Robert E.
Slavin (1991) Jigsaw tersebut divariasikan. Melalui tipe Jigsaw dapat dibangun
kemampuan afektif siswa seperti:

Mengemukakan pendapat

Mendengar

Bertanya

Mengelola materi

Mengklarifikasi

Menghargai orang lain

Mengontrol / mengendalikan diri

Bekerjasama dengan orang lain

Kesediaan berbagi pengetahuan yang dimiliki

Meminta bantuan orang lain

Memotivasi teman belajar

Mengkomunikasikan hasil diskusi

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dikelompokkan secara heterogen.


Bagaimana mengelompokkan siswa secara heterogen? Berikut ini adalah contoh
pengelompokkan siswa:
1. Susunlah peringkat siswa dari peringkat satu dan selanjutnya sampai dengan
peringkat terakhir berdasar nilai sebelumnya
2. Tentukan beberapa siswa pertama (contoh tentukan siswa peringkat satu sebagai
kelompok A, siswa peringkat 2 sebagai kelompok B dst). Atur setiap tim terdiri
dari siswa yang peringkat nilainya tinggi, sedang dan rendah.

19

3.

Selanjutnya, guru meminta 4 orang siswa dengan topik yang berbeda untuk
presentasi tentang topiknya di depan kelas secara bergiliran.

4. Akhirnya, guru mengadakan tes secara individual dan dikoreksi langsung sambil
dibahas. Skor atau nilai siswa dalam kelompok belajar (home group) dirataratakan. Untuk memotivasi siswa guru memberikan penghargaan kepada
kelompok belajar/home group yang nilai rata-ratanya tinggi.
5. Model jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawan-kawannya dan
kemudian diadaptasi oleh slavin dan kawan-kawannya.
6. Model jigsaw siswa dibagi menjadi beberapa kelompok/tim 4 5 orang
anggotanya bersifat heterogen. bahan akademik disajikan kepada siswa dalam
bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu
bagian dari bahan akademik tersebut. para anggota dari berbagai
kelompok/tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari
satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membantu mengkaji bahan tersebut.
7. Kelompok siswa yang dimaksud disebut kelompok pakar (expert group).
sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka anggota
dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk
mengajar (membuat mengerti) anggota lain dalam kelompok semula tersebut.
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas;

siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen 4-5 orang

tim anggota dalam kelompok/ tim diberi bagian materi yang berbeda

anggota dari tim-tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka.

jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok


kembali ke kelompok asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota
lainnya dlm klmpok semula

20

tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

guru memberi evaluasi

kesimpulan/penutup

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achipment Devision (STAD)


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan kawan-kawannya. Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana di antara tipetipe model

pembelajaran

kooperatif. Para guru menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa,
baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran tipe STAD terdiri atas :
a. membentuk kelompok heterogen 4-5 orang anggotanya
b. guru menyajikan pelajaran
c. guru memberi tugas
d. tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja untuk menguasai bahan
ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok
e. guru memberi kuis/pertanyaan kpd seluruh siswa. pada saat menjawab , tidak
dibolehkan siswa saling membatu
f. memberi evaluasi
g. kesimpulan
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran

setelah

kehadiran guru, siswa pindah ke kelompoknya masing-masing untuk saling


membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi yang diberikan. Sebagai
ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen
dengan dua rekan dari kelompok lain. Adapun tahap-tahap turnamen adalah sebagai
berikut:
Pertama, Pembentukan kelompok

21

Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa. Perlu
diperhatikan bahwa setiap kelompok mempunyai sifat heterogen dalam hal jenis
kelamin dan kemamppuan akdemik. Masing-masing kelompok diberi kode, misalnya
I, II, III, IV, dan seterusnya. Sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa
dijelaskan bahwa mereka akan bekerjasama dalam kelompok selama beberapa
minggu dan memainkan permainan akademik untuk menambah poin bagi nilai
kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya tinggi akan mendapat
penghargaan.
Kedua, Pemberian materi
Materi pelajaran mula-mula diberikan melalui presentasi kelas, berupa pengajaran
langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan guru, menggunakan
audiovisual. Materi pengajaran dalam TGT dirancang khusus untuk menunjang
pelaksanaan turnamen. Materi ini dapat dibuat sendiri dengan jalan mempersiapkan
lembaran kerja siswa.
Ketiga, Belajar Kelompok
Kepada masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan LKS yang telah
disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah memastikan semua anggota kelompok
belajar, dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan
soal-soal latihan yang akan dievaluasi melalui turnamen. Setelah guru memberikan
materi I, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja dan materi lainnya.
Dalam belajar kelompok, siswa diminta mendiskusikan masalah secara bersamasama, membandingkan jawabannya, dan mengoreksi miskonsepsi jika teman satu
kelompok membuat kesalahan.
Keempat, Turnamen
Turnamen dapat dilaksanakan tiap bulan atau tiap akhir pokok bahasan. Untuk
melaksanakan turnamen, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) membentuk meja
turnamen, disesuaikan dengan banyaknya siswa pada setiap kelompok, (2)
menentukan rangking (berdasarkan kemampuan) setiap siswa pada masing-masing
kelompok, (3) menempatkan siswa dengan rangking yang sama pada meja yang
22

sama. (4) masing-masing siswa pada meja turnamen bertanding untuk mendapatkan
skor sebanyak-banyaknya. (5) skor siswa daari maasing-masing kelompok
dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah kumulatif tertinggi
sebagai pemenang pertandingan.
Kelima, Skor Individu
Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota dalam tes akhir
Keenam, Skor Kelompok
Skor kelompok diperoleh dari rata-rata nilai perkembangan anggota kelompok.
Nilai perkembangan adalah nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa dengan
membandingkan skor pada tes awal dengan skor pada tes akhir. Perhitungan nilai
perkembangan sama dengan pada tipe STAD
Ketujuh, Penghargaan
Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan sertifikat kelompok
untuk menghargai kelompok bernilai tinggi. Keberhasilan nilai kelompok dibagi
dalam 3 tingkat penghaargaan, sama seperti pada tipe STAD.

Adapun langkah- langkah pembelajaran model pembelajaran ini adalah:

Pada langkah pertama yaitu mengajar. Guru menyajikan materi pelajaran


menggunakan metode ekspositori.

Pada langkah kedua, belajar kelompok. Siswa dibimbing untuk lebih


memahami materi pelajaran melalui diskusi kelompok. Siswa ditempatkan
dalam kelompok heterogen beranggotakan 4 6 orang dan diberikan LKS.
Siswa mendiskusikan masalah secara bersama-sama, membandingkan
jawaban, dan meluruskan jika timbul miskonsepsi.

Pada langkah ketiga yaitu turnamen. Siswa-siswa dengan kemampuan


akademik setara dihimpun dalam meja-meja turnamen. Pada setiap meja
turnamen telah disediakan kumpulan soal beserta jawabannya dalam amplop

23

tertutup. Secara bergiliran siswa dalam setiap meja turnamen bertukar peran
sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.

Pada langkah keempat, penghargaan kelompok, kelompok siswa diberi


penghargaan berdasarkan skor kelompok. Skor kelompok ditetapkan
berdasarkan skor perkembangan individu yang diperoleh setiap anggota
kelompok.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)


Menurut Arends (1997:122), ada tiga langkah dalam pembelajaran kooperatif
tipe think-pair-share, yaitu:

Langkah 1 Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang


terkait dengan pelajaran dan meminta semua siswa untuk menggunakan waktu
satu menit memikirkan sendiri tentang jawabannya. Siswa perlu diperingatkan
bahwa berbicara bukan bagian dari langkah ini

Langkah 2 Pairing: Guru meminta siswa untuk duduk berpasang-pasangan


dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi yang dilakukan
dapat berupa saling berbagi jawaban mengenai pertanyaan yang diajukan guru
atau saling berbagi ide tentang isu yang dikemukakan guru. Waktu yang
disediakan untuk langkah ini adalah 4 5 menit.

Langkah 3 Sharing: Guru meminta siswa untuk berbagi dengan seluruh


kelas apa yang telah mereka sepakati dengan pasangannya. Sebaiknya guru
berjalan mengelilingi ruangan, mendekati pasangan-pasangan siswa, dan
mendengarkan laporan mereka. Mengingat keterbatasan waktu, maka cukup
seperempat atau setengah dari seluruh pasangan dalam kelas yang diberi
kesempatan melaporkan kesepakatan mereka.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

24

Langkah 1 Numbering: Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok


beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor 1 sampai lima
kepada setiap anggota dalam setiap kelompok, sehingga setiap siswa pada
masing-masing kelompok memiliki nomor sendiri.

Langkah 2 Questioning: Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

Langkah 3 Heads Together: Siswa berdiskusi dan menyatukan pendapat


dengan anggota kelompoknya mengenai jawaban pertanyaan guru, dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami jawaban
tersebut.

Langkah 4 Answering: Guru menyebutkan satu nomor dan siswa dari


masing-masing kelompok yang bernomor sama dengan yang disebutkan guru
mengemukakan jawabannya.

6. Pembelajaran kooperatif tipe TAI


Pembelajaran TAI adalah suatu pembelajaran kelompok dengan cara :
meminta siswa bekerja dalam kelompok-kelompok pembelajaran
bertanggung jawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin,
saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk
berinteraksi
Komponen-Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Komponen Pertama TEAMS
Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4 s.d 6 siswa
Anggota kelompok heterogen
Fungsi kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut
belajar dan lebih khusus lagi mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan
tes dengan baik
Komponen Kedua Student Creative
Pemberian metode pemecahan masalah secara tahap demi tahap
Pemberian tes formatif (misalnya dalam bentuk LKS)

25

Pemberian tes Unit


Komponen Ketiga Team Study
Para siswa membentuk pasangan-pasangan atau bertiga dalam suatu
kelompok
Para siswa membaca tes formatif
Masing-masing siswa mengerjakan soal pertama dengan menggunakan cara
sendiri, kemudian meminta seorang teman sekolompoknya untuk memeriksa
jawaban
Apabila jawabannya semua benar, maka boleh meneruskan tes sumatif.
Apabila ada yang salah, siswa harus mencoba kembali soal tersebut sampai
benar.
Jika ada siswa yang mengalami kesulitan, maka disarankan meminta bantuan
dari teman kelompoknya sebelum meminta pada guru
Tidak diperbolehkan mengambil tes sumatif sebelum lulus tes formatif
Siswa yang menyelesaikan tes unit merupakan tes akhir untuk menentukan
skor kelompok
Komponen Keempat Team Scores and Recognition
Setia minggu, guru menghitung skor kelompok
Skor didasarkan pada jumlah rata-rata sumatif yang tercakup oleh anggota
kelompok
Menentukan peringkat setiap kelompok
Komponen Kelima Teaching Group

Guru melakukan proses pembelajaran langsung pada kelompok-kelompok

Komponen Keenam Fact Test

Dua kali seminggu, para siswa mengambil tes-tes tiga menit berdasarkan
fakta

Komponen Ketujuh Whole-Class unit

26

Setelah tiga minggu, guru menghentikan program individual yang digunakan


dalam menyelesaikan tes
Guru membahas strategi pemecahan masalah selama satu minggu
7. Tipe Investigasi Kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6
siswa yang heterogen
Kelompok dibentuk dengan pertimbangan:
a. keakrabatan persahabatan
b. minat yang sama dalam topik tertentu
Siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih
Menyiapkan dan mempresntasikan laporannya kepada seluruh kelas
Pemilihan Topik : Siswa memilih sub topik khusus, siswa dikelompokkan
Perencanaan Kooperatif : Siswa dan guru merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang
telah dipilih pada tahap pertama.
Implementasi : Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di
dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam
aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa
kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik diadalam atau diluar
sekolah. Guru secara ketat memantau kemajuan setiap kelompok.
Analisis dan Sintesis : Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut
diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk
dipresentasikan seluruh kelas.
Presentasi hasil final : Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya dengan cara menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan

27

agar sdiswa yang saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan
memperoleh perfektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru
Evaluasi: Siswa dan guru mengevaluasi tiap konstribusi kelompok terhadap
kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dilakukan dapat berupa
penilaian individual atau kelompok.
UMPAN BALIK:
1. Jelaskan perbedaan antara teori perkembangan dengan teori elaborasi
dalam pembelajaran kooperatif!
2. Uraikan tujuan pembelajaran kooperatif!
3. Kemukakan karakterstik pembelajaran kooperatif!
4. Buatlah RPP dengan memilih salah satu model pembelajaran kooperatif,
dalam salah satu dari lima bidang studi!
5. Kemukakan langkah-langkah pembelajaran koopetif tipe:
a. Jigsaw
b. STAD
c. NHT
d. TPS

III. MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


A. Pengertian Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung merupakan suatu model pendekatan mengajar
yang dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan menguasai ketrampilan dasar
serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah.

28

Ketrampilan dasar yang dimaksud dapat berupa aspek kognitif maupun


psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan landasan untuk
membangun hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan
memproses sejumlah besar informasi yang akan diterimanya, mereka harus
menguasai terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan merangkum
isi materi bacaan. Sebelum siswa dapat berfikir secara kritis, mereka perlu menguasai
ketrampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat referensi dari data, dan
mengenal ketidakobyektifan dalam presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu
paragraf mereka dalam menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan katakata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan. Sebelum siswa menguasai
teknik menembak pistol dengan baik dan benar, maka mereka terlebih dahulu harus
mengetahui tentang konsep menembak pistol yang baik dan benar, mengenal bagianbagian pistol dan fungsinya, mengikuti pelatihan menembak pistol secara terbimbing,
melaksanakan latihan menembak pistol lanjutan yang dilakukan secara mandiri.
Dalam model pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian,
ketrampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai subyek
didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol daripada peran siswa.
Dampak

instruksional

dari

model

pembelajaran

langsung

adalah

mengembangkan penguasaan ketrampilan sederhana dan kompleks serta pengetahuan


deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan setahap demi setahap.
B. Landasan Teori Pembelajaran Langsung
Secara historis, beberapa aspek model pembelajaran langsung banyak
diterapkan dan dikembangkan dalam prosedur pelatihan-pelatihan oleh dunia
kemiliteran dan industri. Pengembangan model pembelajaran langsung dilandasi oleh
latar belakang teoritik dan empirik tertentu. Diantaranya adalah ide-ide dari bidang
analisis sistem, teori pemodelan sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang
keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya.
1. Analisis Sistem.

29

Dalam sebuah proses pembelajaran sebagai suatu sistem, analisis sistem


menekankan pada bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan ketrampilan, dan
bagaimana menguraikan secara sistematik ketrampilan kompleks dan ide-ide menjadi
komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie
Briggs (1987) mengemukakan pandangannya tentang hal ini: Pengajaran yang
dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu.
Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling
baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh
lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan
aktifitasnya sendiri tanpa adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut
merupakan pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut
mereka, mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu
dan lain hal menjadi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan
kehidupan masyarakat sekarang atau masa yang akan datang
2. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang banyak memberikan sumbangannya pada model
pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial atau belajar melalui observasi yang
menurut Arends disebut teori pemodelan tingkah laku. Teori ini mencoba
menggunakan mekanisme observasi dan penguatan dari pengamatan konsekuensikonsekuensi perilaku orang lain untuk menjelaskan perolehan bermacam-macam
perilaku sosial seperti agresi dan kerjasama.
Model Pengajaran Langsung didukung beberapa hasil penelitian, seperti yang
ditulis oleh Nur (2000) mengutip hasil penelitian yang dilaksanakan Stallings dan
Kaskowitz dengan mengamati penampilan guru di 166 kelas, dan hasilnya
menyatakan bahwa model ini lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan
yang tinggi dari pada mereka yang menggunakan metode- metode informal dan
berpusat pada siswa.
C. Pelaksanaan Model Pembelajaran Langsung

30

Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling jelek
masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada
konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model
pembelajaran langsung. Model ini sebenarnya dapat diterapkan di bidang studi
apapun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang
berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika,
musik, pendidikan olahraga dll. Apabila informasi atau ketrampilan yang akan
diajarkan terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah,
model pembelajaran langsung sangat cocok dipergunakan. Model pembelajaran
langsung kurang cocok untuk mengajarkan ketrampilan sosial atau kreatifitas, proses
berfikir tinggi dan abstrak.
Pembelajaran

langsung

dilaksanakan

melalui

lima

fase,

yaitu

1)

menyampaikan tujuan dan meyiapkan siswa. 2) Mendemostrasikan ketrampilan atau


pemahaman yang merupakan fokus pelajaran itu. 3) Memberikan latihan terbimbing
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik dan 5) Memberikan latihan
mandiri.
Fase-fase model pembelajaran langsung dapat dijelaskan berikut ini:
1.Menyampaikan tujuan.
Guru menjelaskan tujuan Pembelajaran khusus, informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan.
Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, atau menyajikan informasi
setahap demi setahap.
3. Membimbing pelatihan.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Dalam memberikan bimbingan pelatihan guru perlu:
a.

Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.

b.

Memberikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/ketrampilan


yang dipelajari.
31

c.

Memperhatikan tahap-tahap pelatihan (dibagi dalam segmen-segmen


sehingga sangat efektif untuk memantapkan ketrampilan yang pernah
dipelajari siswa.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.


Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik.
5.Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Karena sifat dan model pengajaran langsung ini teacher centered, maka tidak
menutup kemungkinan terdapat perilaku siswa yang menyimpang. Jika terdapat
hal yang demikian maka yang perlu dilakukan guru adalah:
1. Berilah siswa tersebut nasihat sehingga segera menghentikan perilakunya
yang menyimpang. Jalinlah komunikasi yang baik sehingga dia betul-betul
merubah perilakunya. Lakukan selalu kontak mata dengan siswa itu sebagai
tanda perhatian gadik kepada siswanya.
2. Jelaskan dan ingatkan siswa itu tentang aturan atau prosedur yang benar.
Tugasi siswa itu mengidentifikasi prosedur yang benar. Beri umpan balik jika
dia belum memahami.
3. Terapkan konsekuensi atau hukuman apabila ada yang melanggar.
4. Ubahlah aktifitas kelas, seringkali perilaku yang menyimpang terjadi karena
siswa terlampau lama dan bosan melakukan kegiatan tertentu. Memberikan
tugas tambahan yang bervariasi, diskusi, mengubah kegiatan yang ada
merupakan sarana yang tepat untuk membuat siswa kembali aktif dalam
proses belajar mengajar
Terdapat beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh para guru
dalam mempraktekkan model pembelajaran langsung adalah:
1. Model pembelajaran langsung memerlukan lingkungan pembelajaran yang
terstruktur baik dan uraian gadik yang jelas.
32

2. Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas, perlu mendapat
perhatian yang seksama.
3. Dalam melaksanakan pembelajaran langsung, gadik perlu memberikan uraian
yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku yang benar,
memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih.
4. Pelatihan perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut : berikan
pelatihan singkat, bermakna, dan frekuensi yang tidak berlebihan, siswa
benar-benar menguasai ketrampilan yang dilatihkan, menggunakan pelatihan
yang berkelanjutan atau pelatihan berselang.
5. Pembelajaran langsung menuntut pengelolaan kelas yang unik, menarik dan
mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses
pembelajaran.
6. Pengelolaan kelas yang juga perlu memperoleh perhatian adalah mengatur
tempo pembelajaran, kelancaran alur pembelajaran, mempertahankan
keterlibatan

dan

peran

serta

siswa

dan

menangani

dengan

cepat

penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa.


7. Penilaian hasil belajar siswa ditekankan pada praktek pengembangan dan
penerapan pengetahuan dasar yang sesuai, mengukur dengan teliti ketrampilan
sederhana dan yang kompleks, serta memberikan umpan balik kepada siswa.
UMPAN BALIK:
b.
c.
d.
e.

Jelaskan pengertian pembelajaran langsung!


Uraikan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran langsung!
Kemukakan karakteristik pembelajaran langsung!
Deskripsikan secara rinci fase-fase pembelajaran langsung!
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. 2006. Contectual Teaching & Learning. Bandung: MLC.


Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

33

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat


Pendidikan Nasional
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jacobsen, David A, dkk. 2009. Methods For Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nasutio, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Slavin, Robeth E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Syafaruddin, Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press

TEMA 1 DIRI SENDIRI


Materi Pokok Pembelajaran
34

IPA

: Pada gambar di papan tulis diperlihatkan gambar anggota tubuh. Dalam


gambar terlihat nama- nama anggota bagian tubuh, yaitu tangan, kaki,
mata, hidung, dan mulut. Masing-masing anggota tubuh mempunyai
fungsi masing-masing. Fungsi kaki untuk berjalan, fungsi tangan untuk
memegang atau menarik benda, fungsi mata untuk melihat, fungsi hidung
untuk bernafas dan mencium bau, dan fungsi mulut untuk makan. Supaya
kita tetap sehat kita harus merawat anggota tubuh kita.(Gambar anggota
tubuh)

35

Gambar laki-laki

Gambar Perempuan

(Jenis gambar dan bilangan 1-5)

= 1 PINSIL

2 MEJA

3 BUKU

= 4 TOPI
36

= 5 TAS
LEMBAR KERJA MURID
LEMBAR KERJA SISWA
1. IPA
Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian anggota tubuh
- Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian tubuh dan kegunaannya
2. PKn
Tujuan Pembelajaran
- Murid dapat menjelaskan ciri-ciri fisik laki-laki dan perempuan
- Murid dapat menyebutkan tugas antara laki-laki dan perempuan
- Murid dapat menceritakan pekerjaan laki-lki dan perempuan
3. MATEMATIKA
Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyebutkan banyak benda
- Siswa dapat membandingkan dua kumpulan benda
- Siswa dapat membaca dan menuliskan lambang bilangan
Butir Soal:
Pililah dan beri tanda ceklis ( ) di atas jawaban yang benar
1. IPA:
1. Aku dapat mendengar bunyi melalui (mata, hidung, mulut, telinga)
2. Kita dapat melihat karena kita mempunyai (hidung, mata, telinga,
mulut)
3. Sebelum makan kita harus (cuci muka, cuci mata, cuci tangan, cuci
mulut)
4. Kita bernafas melalui (hidung, mata, telinga, mulut)
5. Aku makan melalui (telinga, mata,mulut, hidung)
2. PKN :
1. Laki-laki biasanya berambut (panjang, pendek)
2. Perempuan biasanya berambut (pendek, panjang)
37

3. Di sawah bapak (mencangkul, memancing, memotong)


4. Di dapur ibu (mencuci, memasak, menyiram)
5. Di sumur ibu mencuci (sepeda, mobil, pakaian)
3. MATEMATIKA
Isilah titik-titik pada soal di bawah ini dengan angka yang benar
1.
2.
3.
4.
5.

Gambar pensil di papan ada ....


Gambar buku di papan ada ....
Gambar tas di papan ada ....
Gambar topi di papan ada ....
Gambar meja di papan ada ....

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Tema : Lingkungan
Kelas 1 Semester 1
Alokasi waktu 2 minggu
Standar Kompetensi :
1. IPS

: Memahami identitas diri dan keluarga serta sikap saling


38

menghormati dalam kemajemukan keluarga.


2. IPA

: Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya serta cara


perawatannya.

3. PKN

: Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan.

4. Matematika : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai


20.
5. Bahasa Indonesia :

Mendengarkan : Memahami bunyi bahasa, perintah dan dongeng yang


dilisankan.

Berbicara : Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara


lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan, benda dan fungsi
anggota tubuh, dan deklamasi.

Membaca : Memahami teks pendek dengan membaca nyaring.

Menulis : Menulis permulaan dengan menjiplak menebalkan,


mencontoh, melengkapi, dan menyalin.

6. Seni Budaya dan Keterampilan : Mengapresiasi karya seni musik.


7. Basa Sunda : Mampu mengungkapkan fikiran perasaan, dan keinginan
secara lisan dalam
percakapan ( guneman) permintaan ijin, perkenalan ( ngawanohkeun diri,)
penyebutan berbagai jenis gambar dan gambar berita.
Kompetensi Dasar :
1. IPS :

Menceritakan pengalaman.

2. IPA :

Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat


( makan, air, pakaian, udara, lingkungan ).

39

3. PKN :

Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa.

4. Matematika :

Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20.

5. Bahasa Indonesia :

Membedakan bunyi bahasa.

Menyapa orang lain dengan kalimat sapaan yang tepat dan bahasa
yang santun..

Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat.

Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf.

Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.

Mencontoh huruf, kata atau kalimat sederhana dari buku atau papan
tulis dengan benar.

6. Seni Budaya dan Keterampilan :

Mengidentifikasi unsur/ elemen musik dari berbagai sumber bunyi


yang dihasilkan tubuh manusia

7. Basa Sunda :

Menyebutkan berbagai jenis gambar benda

Indikator :
1. IPS :

40

Menceritakan kembali pengalaman waktu kecil berdasarkan cerita

orang tua.

Menceritakan pengalaman pergi , di sekolah atau pulang sekolah

Menceritakan kesan hari pertama masuk Sekolah Dasar.

2. IPA :

Menunjukkan nama makanan sehat yang berguna bagi tubuh.

Menjelaskan perlunya air, makan, pakaian, udara dan lingkungan

untuk
tumbuh sehat.

Membedakan jenis air, makanan, pakaian, udara, dan lingkungan yang

baik
untuk tumbuh sehat.
3. PKN :

Menyebutkan 5 agama yang diakui di Indonesia beserta tempat

ibadahnya

Menceritakan kegiatan yang berkaitan dengan hari besar agama

Menyebutkan 4 kitab suci dari agama yang yang ada di Indonesia.

Menjelaskan 5 pemuka agama yang diakui di Indonesia.

4. Matematika :

Menerjemahkan bentuk penjumlahan dan pengurangan sampai 20 ke

dalam
kalimat sehari-hari.

Membaca dan menggunakan simbol +, -, dan = dalam mengerjakan

hitung

41

sampai 20

Menghapal fakta dasar penjumlahan dan pengurangan sampai dengan

20.

Menjumlah bilangan 3 angka hasil sampai 20.

5. Bahasa Indonesia :

.Membedakan berbagai bunyi / suara Tertentu secara tepat.

Menirukan bunyi/ suara tertentu seperti, kendaraan atau suara benda.

Menyapa teman sebaya, guru, dan orang lain serta orang yang lebih

tua
dengan bahasa dan cara yang santun.

Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata kata

dan
kalimat sederhana

Menjiplak berbagai bentuk gambar dan bentuk huruf.

Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf.

Menyalin / mencontoh huruf, kata, kalimat dari buku atau papan tulis

dengan
benar.

Menyalin / mencontoh kalimat dari buku atau papan tulis yang ditulis

guru
dan menyalinnya pada buku sendiri..
6. Seni Budaya dan Keterampilan. :

Menentukan sumber bunyi.

Membedakan bunyi alam dan bunyi buatan.

Membedakan panjang dan pendeknya bunyi.

42

Menjelaskan rangkaian bunyi dan detak melalui peragaan

7. Basa Sunda :

Menunjukkan nama benda karya manusia

Menunjukkan nama benda ciptaan Tuhan.

Menyebutkan kegunaan benda.

Menyebutkan fungsi anggota tubuh.

I. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menceritakan pengalaman waktu kecil berdasarkan cerita


orang tua.

Siswa dapat menceritakan pengalaman ke sekolah, pulang sekolah dan


kesan bersekolah..

Siswa dapat menjelaskan nama makanan sehat, perlunya makanan,


pakaian, air, udara serta lingkungan untuk tumbuh sehat..

Siswa dapat membedakan jenis air, makanan, pakaian, udara dan


lingkungan yang baik untuk tumbuh.

Siswa dapat menyebutkan 5 agama, kegiatan keagamaan, kitab suci,


dan pemuka agama yang diakui di Indonesia.

Siswa dapat menerjemahan bentuk penjumlahan dan pengurangan


sampai 20 ke dalam kalimat sehari-hari..

Siswa dapat membaca simbul +, -, = dalam mengerjakan hitung


sampai 20..

Siswa dapat menghapal fakta dasar penjumlahan dan pengurangan


sampai 20

Siswa dapat menjumlahkan bilangan 3 angka hasil sampai 20.

Siswa dapat membedakan berbagai bunyi / suara tertentu secara tepat.

43

Siswa dapat menirukan bunyi/ suara tertentu seperti kendaraan atau


suara benda.

Siswa dapat menyapa teman, orang lain dengan kalimat yang baik dan
cara yang santun.

Siswa dapat membaca suku kata, kata, dan kalimat sedrehana.

Siswa dapat menjiplak, menebalkan dan menyalin huruf, gambar, dan


kalimat.

Siswa dapat menentukan sumber bunyi

Siswa dapat membedakan bunyi alam dan buatan.

Siswa membedakan panjang dan pendeknya bunyi.

Siswa dapat menunjukan benda karya manusia dan ciptaan Tuhan.

Siswa dapat menyebutkan kegunaan benda.

Siswa dapat menyebutkan fungsi anggota tubuh.

II. Materi Ajar ( Materi Pokok ) :

Peristiwa masa kecil

Hidup rukun dalam perbedaan.

Oprasi hitung bilangan.

Pengucapan bunyi atau suara tertentu di sekitar

Pelafalan bunyi bahasa

Kalimat sapaan

Membaca kata dan kalimat.

Menjiplak dan menebalkan huruf, kata dan kalimat

Unsur unsur bunyi dan musik melalui pengalaman musik

Gambar barang budaya/ alami.

44

III. Metoda Pembelajaran :

Ceramah
Diskusi.
Tanya jawab.
Demontrasi.
Pemberian tugas.

IV. Langkah-langkah pembelajaran :


A. Kegiatan awal :

Mengisi daftar kelas , berdoa, mempersiapkan materi ajar, model, alat peraga.

Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.

Mengumpulkan tugas/ PR

B. Kegiatan inti :
Minggu I
Pertemuan pertama : 3 x 35 menit ( IPA, PKN, Matematika)
Mengamati model/ gambar makanan sehat, menyebutkan jenis makanan
yang dapat
menyehatkan tubuh.

Mengelompokkan jenis makanan yang menyehatkan dan tidak


menyehatkan.

Menyebutkan jenis air yang baik untuk kesehatan tubuh.

Mengamati lingkungan sekitar untuk mendiskusikan pentingnya air,


pakaian, udara,
dan lingkungan untuk tumbuh sehat.

Mengamati gambar tempat ibadah umat beragama di Indonesia.

Menyebutkan nama agama yang sesuai dengan tempat ibadah yang ditunjuk

45

Menceritakan kegiatan keagamaan yang pernah diikuti atau yang pernah


dilihat, dan didengar.

Mendiskusikan kegiatan keagamaan yang ada di Indonesia.

Memberikan contoh peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan


dan pengurangan.

Menterjemahlkan peristiwa tersebut ke dalam kalimat matematika baik


penjumlahan dan pengurangan hasil sampai 20 secara lisan.

Pertemuan ke dua 3 x 35 menit ( Bahasa Indonesia, IPS, Matematika )

Melalui pendengaran yang cermat menyebutkan suara langsung dan suara


tiruan.

Menirukan susra yang didengar, dan menyebutkan jenis suara yang didengar.

Menirukan susra binatang, kendaraan, dan suara alam.

Mendengarkan penjelasan guru tentang peristiwa yang pernah dialami pada


saat masih kecil bisa diceritakan kembali kepada orang lain, sebagai
pengalaman.

Menceritakan pengalaman masa kecil yang didengar dari orang tua atau
orang lain kepada temannya atau gurunya

Mengajukan pertanyaan tentang pengalaman orang lain.

Menuliskan peristiwa penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari ke


dalam kalimat matematika secara lisan

Mencari hasil dari penjumlahan tersebut .

Peretemuan ke tiga 2 x 35 menit ( Bahasa Indonesia, Matematika )

Melalui pengalaman dan pengamatan dapat membedakan suara buatan dan


suara alami.

Menyebutkan suara suara alami yang pernah didengar

46

Menyebutkan suara-suara buatan yang pernah didengar

Melalui penjelasan guru, siswa dapat membaca simbul + yang dapat diartikan
sebagi penjumlahan,dikumpulkan, diberi lagi, membeli lagi penambahan, dan
simbul = untuk mendapatkan hasil.

Melakukan penjumlahan melalui benda konkrit dan ditulis dalam kalimat


matematika dengan menggunakan simbul + dan =.

Pertemuan ke empat 2 x 35 menit. ( Bahasa Indonesia, Matematika )

Melalui pengamatan dan pengalaman siswa menciptakan jenis suara yang


baru.

Bermain bunyi , membuat kelompok , setiapa kelompok mengeluarkan bunyi


tiruan dan bunyi alami yang pernag didengar.

Mencari hasil penjumlahan dengan hasil yang tepat, dalam menerjemahkan


ke dalam kalimat penjumlahan.

Membuat kalimat matematika melalui pengamatan lingkungan kelas.

Pertemuan ke lima 3 x 35 menit ( Basa Sunda, Matematika, Bahasa Indonesia)

Melalui pengamatan lingkunga sekitar, siswa menyebutkan benda hasil karya


manusia.

Melalui pengamatan dan pengalaman, siswa menyebutkan ciptaan Tuhan.

Mengelompokkan benda hasil karya manusia dan ciptaan Tuhan dengan cara
mengerjakan Lembar Kerja.

Melalui penjelasan guru, siswa dapat membaca simbul ( - ) yang dapat


diartikan sebagi pengurangan, dikurangi, terbang, lari, hilang, diberikan, dan
simbol = untuk mendapatkan hasil.

Melakukan pengurangan melalui benda konkrit dan ditulis dalam kalimat


matematika dengan menggunakan simbul ( - ) dan ( = )

47

Melalui penjelasan guru, siswa memeragakan menyapa teman dengan cara


yang baik dan bahasa yang santun.

Menirukan kalimat sapaan yang diucapkan guru.

Pertemuan ke enam 3x 35 menit (Seni Budaya dan Keterampilan, Bahasa


Indonesia)

Mendengarkan penjelasan guru tentang sumber bunyi.

Melakukan gerakan yang dapat menghasilkan bunyi, baik menggunakan alat


sederhan maupun menggunakan anggota tubuh.

Melalui pengamatan dan pengalaman siswa mengelompokkan bunyi menjadi


dua jenis yaitu bunyi alam dan bunyi buatan.

Menjelaskan bunyi alam adalah bunyi yang dihasilkan oleh alam, contohnya
suara air mengalir, angin bertiup, suara guntur , suara ombak dll.

Menjelaskan bunyi buatan yaitu bunyi yang dihasilkan oleh tubuh manusia,
contohnya : bernyanyi, berdecak, berbicara,bertepuk, memetik jari.

Memeragakan menyapa oarng tua, guru dan orang yang lebih tua, dengan
kalimat yang santun dan cara yang baik secara individual.

Mengajukan pendapat atas peragaan temannya untuk perbaikan dan


menambah keberanian mengeluarkan pendapat.

Minggu ke 2
Pertemuan pertama : 3 x 35 menit ( IPA, PKN, Matematika)

Melalui percobaan tentang air di lingkungan sekitar siswa dapat menjelaskan


jenis air yang dapat menyehtkan dan tidak menyehatkan.

Melalui pengamatan lingkungan sekitar siswa dapat menjelaskan tentang


lingkungan sekitar termasuk sehat atau tidak sehat.

48

Melalui diskusi sederhana siswa menyimpulkan udara kotor sangat


berpengaruh pada kesehatan manusia.

Melalui penjelasan guru dan pengalaman, siswa menyebutkan 4 kitab suci


umat beragama yang ada di Indonesia.

Melalui Lembar Kerja siswa mencari informasi tentang 5 pemuka agama yang
ada di Indonesia.

Menyelesaikan soal latihan untuk penjumlahan.

Mengerjakan soal penjumlahan di papan tulis.

Melakukan penyelesaian soal cerita sederhana tentang penjumlahan.

Pertemuan ke dua 3 x 35 menit ( Bahasa Indonesia, IPS, Matematika )

Dengan bantuan guru siswa menyusun naskah percakapan sapaan yang


sederhana dengan menggunakan bahasa yang santun.

Memperagakan naskah percapan sapaan tersebut di depan kelas.

Melalui penjelasan guru sebagai motivasi, siswa dapat mengingat kembali


kesan pertama masuk sekolah Dasar , dan menceritakan peristiwa/
pengalaman tersebut kepada orang lain atau temannya.

Mengerjakan soal pengurangan di papan tulis.

Menyelesaikan soal cerita sederhana tentang pengurangan

Pertemuan ke tiga 2 x 35 menit ( Bahasa Indonesia, Matematika )

Mengamati kartu huruf a, i, u, e, o, m, n, b, d, dan l yang diperlihatkanguru.

Melalui penggunaan kartu huruf , siswa dapat menyusun kata sederhana.

Membaca susunan kartu huruf tersebut dengan suara nyaring dan lafal yang
benar.

49

Menyusun kata-kata tersebut menjadi kalimat sederhana.

Membaca kalimat tersebut dengan suara nyaring dan pelafalan yang benar.

Membaca dan menghapal fakta dasar penjumlahan sampai dengan 20

Melakukan tanya jawab dan pengetesan hasil hafalan dari fakta dasar tersebut.

Pertemuan ke empat 2 x 35 menit. ( Bahasa Indonesia, Matematika )

elalui Lembar Kerja menulis, siswa menjiplak dan menebalkan bentuk huruf
a, i, u, e, o, m, n, b, d, dan l secara lepas, kata atau gambar dengan posisi
duduk dan pemegangan alat tulis yang benar.

Membaca dan menghapal fakta dasar pengurangan sampai dengan 20

Melakukan tanya jawab dan pengetesan hasil hafalan dari fakta dasar tersebut.

Pengetesan melalui lisan dan tertulis.

Pertemuan ke lima 3 x 35 menit ( Basa Sunda, Matematika, Bahasa Indonesia)

Setelah menyebutkan benda-benda ciptaan manusia dan ciptaan Tuhan, siswa


menjelaskan kegunaan setiap benda hasil karya manusia ( meja, korsi, peso,
bedog, dll )

Melalui pengamatan, pengalaman dan penjelasan guru, siswa menjelaskan


fungsi anggota tubuh ( sirah paranti nyuhun, panon paranti ningal, dll)

Melakukan penjumlahan melalui benda konkrit untuk konsep penjumlahan


bilangan 3 angka hasil sampai 20.

Mengerjakan soal penjumlahan bilangan 3 angka hasil sampai 20 yang


didiktekan guru.

Mengamati bentuk huruf dari papan tulis, lalu menuliskannya di udara huruf
a, i, u, e, o, m, n, b, d, dan l secara lepas.

Menuliskan kata yang dibentuk dari huruf a, i, u, e, o, m, n, b, d, dan l.

Melakukan salintatap beberapa kata yang ditulis di papan tulis ke dalam buku
tulis sendiri.

50

Pertemuan ke enam 3x 35 menit (Seni Budaya dan Keterampilan, Bahasa


Indonesia)

Melalui pengamatan dan pengalaman siswa menjelaskan perbedaan panjang


dan pendek bunyi,

Membedakan keras dan pelan suatu bunyi ( dinamik).

Menuliskan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata yang didiktekan
guru.

Menuliskan dengan bentuk huruf lepas yang benar.

Menyalin kalimat sedrehana dengan tulisan tegak bersambung.

C. Kegiatan akhir

Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.

Mengerjakan post tes

Pemberian PR / tugas

V. Alat dan Sumber Belajar

Buku Sumber :
1. Buku Pengetahuan sosial SD kelas 1, Penerbit Erlangga
2. Buku Sains SD Kelas 1, Penerbit Erlangga
3. Buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas 1 SD , Penerbit Grafindo
Media Pratama
4. Buku Pelajaran Matematika SD Kelas 1, Penerbit Erlangga.
5. Buku Bina Bahasa Idonesia dan Sastra SD Kelas 1, Penerbit Erlangga
6. Buku Saya Ingin Terampil dan Kreatif D kelas 1, Penerbit Grafindo.
7. Buku Piwulang Basa SD Kelas 1, Penerbit Geugeur Sunten.

51

Alat Peraga :
1.

Gambar makanan sehat dan makanan tidak sehat..

2.

Gambar keluarga dari majalah / foto keluarga.

3.

Kartu huruf

4.

Kartu bilangan.

5.

Manik-manik, kelereng, batu-batuan, kerang.

6.

rebana, suling, botol, gelas ( sumber bunyi buatan )

7.

Sampel air bersih dan tidak bersih.

VI. Penilaian
Teknik Tes :

Tes lisan.
1. Keberanian menjawab/ menyampaikan pendapat dalam diskusi kecil..
2. Ketepatan jawaban.
3. Keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak pertanyaan.

Tes tertulis
1. pilihan ganda
2. isian.

Tes perbuatan.
Bentuk Tes :
1. Objektif tes
2. Non Objektif tes

Instrument Tes :

LKS

Lmbar observasi.

52

Mengetahui,

....................., ............... 2009

Kepala Sekolah
Guru

Mata

Pelajaran

Tematik
_______________________
_______________________ NIP.
NIP.

TEMA II: LINGKUNGAN


Materi pokok ; Pembelajaran
IPA
Rumah Wati bersih sekali. Tidak ada sampah berserakan di rumah Wati. Semua
sampah dibuang di tempat sampah.disekitar rumah Wati banyak tanaman, semuanya
ditata dengan baik . Dibelakang rumah Wati ada sumur, airnya sangat jernih, Air yang
akan diminum harus dimasak dulu. Makanan juga harus bersih dan tidak boleh
kotor .Anak-anak tentu tau jenis air yang sehat dan tidak sehat. Jenis makanan sehat
dan yang tidak sehat. Demikianpula pakaian yang kita pakai harus bersih
pula.Pakaian yang kotor harus dicuci
Gambar rumah dan lingkungan yang bersih

53

RUMAH YANG BERSIH

RUMAH YANG KO
PKN
Di depan rumah Ina ada mesjid namanya mesjid Al-Amin. Mesjid itu sangat bersih
dan indah sekali. Di Negara kita ada tempat beribadah untuk agama yang diakui di
Indonesia. Ada rumah ibadah untuk agama keristen, islam, agama hindu dan agama
budha. Anak-anak tentu sudah pernah shalat di mesjid, Disamping itu kita kenal pula
hari raya Islam misalnya hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu ada pula hari

54

raya untuk agama lain seperti hari natal bagi umat keristiani, hari nyepi untuk agama
hindu. Walaupun kita berbeda-beda agama tetapi tetap kita saling menghormati
agama lain.Berikut ini adalah gambar rumah ibadah:

TEMPAT IBADAH AGAMA ISLAM

TEMPAT IBADAH AGAMA KRISTEN

55

TEMPAT IBADAH AGAMA HINDU

MATEMATIKA
Memberikan contoh gambar

GAMBAR 1

56

GAMBAR 2

GAMBAR 3

57

GAMBAR 4

LEMBAR KERJA MURID

LEMBAR KERJA MURID


IPA
Sebutkan nama benda dankegunaannya
NO
1

NAMA BENDA
Lemari

KEGUNAANNYA
Menyimpan pakaian

58

2
3
4
5
dst

Amatilah gambar di atas


HASIL
NO

HAL YANG DIAMATI

Apakah ada sampah yang berserakan pada

2
3
4

gambar 1
Apakah taman ditata dengan rapi
Apakah ada genangan air
Apakah banyak rumput yang ada di halaman
Apakah ada jendelah rumah

PENGAMATAN
YA
TIDAK

PKN
Lengkapilah dengan mengisi titik-titik soal di bawah
1.
2.
3.

Kitab suci agama Islam bernama . .. . . . . . . .


Kitab suci agama keristen bernama ..
Kitab suci agama hindu . . . .

59

4.
5.

Tempat beribadah agama Islam . ..


Tempat beribadah agama Keristen

MATEMATIKA
Tulislah angka dibawah gambar

60

Anda mungkin juga menyukai