Anda di halaman 1dari 3

Definisi demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal rata-rata pada individu yang berusia 1840 tahun adalah 36,8 0,4 oC. jadi suhu pagi hari > 37,2 o C (98,9 oF) atau suhu
tubuh sore hari > 37,7 oC (99,9 oF) disebut sebagai keadaan panas/demam/febris.
Terdapat perbedaan pengukuran suhu oral, aksila dan rectal sekitar 0,5 oC ; suhu
rectal>suhu orang>suhu aksila.
Suhu tubuh dapat dipertahankan, walaupun ada perubahan suhu tubuh
lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yang di produksi oleh jaringan, khususnya otot dan
hati, dengan panas yang hilang. Dalam keadaan demam, keseimbangan tersebut
bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung
dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang,
misalnya toksin terhadap bakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila
produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi
maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila
melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis
sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui.
Mekanisme demam
Kata demam merujuk kepada peningkatan suhu akibat infeksi akibat
peradangan. Sebagai respon terhadap magrofa mengeluarkan suatu bahan kimia
yang dikenal sebagai pirogen endogen yang selain efek-efeknya melawan infeksi.
Bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus meningkatkan patokan thermostat.
Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan tidak
mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 102 oF (38,9 oC), maka hipotalamus mendeteksi
suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme
respons dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 102 oF. secara spesifik,
hipotalamus memici menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan
mendorong vasokontriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas. Kedua
tindakan ini mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi
pada permulaan demam. Karena merasa dingin yang bersangkutan memakai
selimut sebagai mekanisme volunteer untuk membantu meningkatkan suhu tubuh
dengan menahan panas tubuh. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur
sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan patokan
yang lebih tinggi. Karena itu, terjadinya demam sebagai respons terhadap infeksi
adalah tujuan disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi. Meskipun makna fisiologis demam belum jelas namum banyak pakar

kedokteran percaya bahwa peningkatan suhu tubuh bermanfaat dalam mengatasi


infeksi. Demam memperkuat respon peradangan dan mungkin menghambat
perkembangbiakan bakteri.
Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus
dengan memicu pelepasan local prostaglandin, yaitu mediator kimiawi local yang
bekerja langsung pada hipotamus. Mekanisme molecular yang pasti tentang demam
secara alami belum diketahui, meskipun hal ini diperkirakan karena berkurangnya
pengeluaran pirogen atau sistetis prostaglandin. Ketika titik patokan hipotalamus
kembali ke normal, suhu pada 102 oF menjadi terlalu tinggi. Mekanisme-mekanisme
respon panas diaktifkan untuk mendinginkan tubuh. Terjadi vasodilatasi kulit dan
pengeluaran keringat. Yang bersangkutan merasa panas dan membuka semua
penutup tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus
ini menurunkan suhu ke normal.

ip n e f nle e kg p sa a i s a
pipp n eee i snnl e i ii a pnn s agg i skk aaa tt aa
akn tt ia f au n
nrpn e r tlso oi ptd k i ouka nkl s i p a
smp uei ra hro gaug rd e t a un b u h
pdp aier no tn gos u tik nra au g nn l a n
tnod i fgat ai nak g n p a t o k a
hpa nie p nd o gi tn ea ll ua am r ua
be na rd u o g= e nd e m
sp a n a s

nk ae s ,

n
na m

Referensi
1. Nelwan L., widodo D. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi V.
Jakarta: departemen ilmu penyakit dalam FK UI:2767-72
2. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia edisi VI. Penerbit buku
kedokteran:716-17

Anda mungkin juga menyukai