Anda di halaman 1dari 6

83

digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil karateristik demografi dari subjek penelitian menunjukkan


bahwa pada kelompok perlakuan telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Subjek penelitian adalah 30 ibu hamil, yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta dan RS jejaring dan terbagi dalam 2 kelompok yaitu 15 orang
persalinan vakum ekstraksi dan 15 orang persalinan normal, hasil karateristik
pendidikan subjek penelitian didominasi pendidikan SD-SMP (rendah) pada
kedua kelompok perlakuan. Secara statistik hubungan variabel pendidikan dengan
kejadian postpartum blues perbedaannya tidak bermakna (P>0,05) tetapi dari
perhitungan oods ratio kedua kelompok mempunyai porposi mengalami resiko
kejadian postpartum blues sebesar 1,312 kali (p=0,717) sedangkan dari hasil
karateristik penghasilan kedua kelompok didominasi penghasilan < 1 juta,dengan
rerata penghasilan 978.222,22, Secara statistik hubungan variabel pendidikan
dengan kejadian postpartum blues perbedaannya tidak bermakna, tetapi dari
perhitungan oods ratio kedua kelompok mempunyai porposi resiko mengalami
kejadian postpartum blues sebesar 1,375 kali (p=0,654) hal tersebut dikarenakan
kehamilan maupum persalinan dianggap sebagai hal yang wajar pada ibu namun
dalam prosesnya hal tersebut menimbulkan perubahan emosional yg cukup berarti
dalam menjalani peran barunya (Bobak,2004 : Handerson,2006).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hasil analisa hormon kortisol pada subjek penelitian didapatkan rerata

84

persalinan vakum ekstraksi 45,10g/dl dan persalinan normal 33,95 g/dl,


peningkatan hormon kortisol pada vakum ekstraksi bisa disebabkan karena
kondisi dan situasi ruangan dimana vakum ekstraksi dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi kepercayaan ibu atas lancarnya proses
persalinan. Hal tersebut diatas akan berdampak meningkatnya kejadian
postpartum blues (Handerson & Jones, 2006).
Dari hasil uji normalitas data hormon kortisol serum pagi dengan
menggunakan uji kolmogorov-smirnov didapatkan KS-Z= 0,822 dengan p= 0,508
(p > 0,05)menunjukkan bahwa variabel kadar kortisol persalinan vakum ekstraksi
dan persalinan normal berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas variansi kadar hormon kortisol serum postpartum
dalam kelompok-kelompok pada penelitian dalam hal ini kelompok persalinan
vakum ekstraksi dan kelompok persalinan normal adalah homogen dengan dengan
nilai p = 0,352 (p > 0,05).
Dari hasil analisa uji t yang mana untuk mengetahui perbedaan
peningkatan kadar hormon kortisol stres(40-60 g/dl) antara persalinan vakum
ekstraksi dengan persalinan normal, diperoleh nilai t=2168 dengan p=0,039
sehingga p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang
signifikan antara kadar hormon kortisol stres pada vakum ekstraksi dengan
persalinan normal dengan nilai rerata 45,10 g/dl dan 33,59 g/dl, Anwar, (2005)
mengatakan bahwa sekresi kortisol meningkat pada ibu yang mengalami trauma
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

seperti pada persalinan baik yang melalui tindakan maupun tidak, dimana
peningkatan konsentrasi hormon kortisol dapat mencapai stress yaitu 40-60 g/dl.
Dalam penelitian didapatkan tindakan persalinan dengan vakum ekstraksi

dengan hormon kortisol yang tinggi terdapat 9 kasus (60%) dan dengan hormon
kortisol rendah terdapat 6 kasus (40%). Pada pasien partus normal didapatkan 85
kadar hormon kortisol yang tinggi ada 3 kasus (20%) dan kadar hormon kortisol
yang rendah terdapat 12 kasus (80%), sehingga didapatkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna pada tindakan vacum ekstraksi dengan peningkatan kadar hormon
kortisol sebesar 6 kali dimana p=0,025; CI95% : 1,172-30,725, hal tersebut
disebabkan -endorphine yang rendah dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
HPA-axis dengan dampak meningkatnya seksresi ACTH oleh hipofisis anterior
yang selanjutnya menurut Borroughs (2004) korteks adrenal akan terangsang
untuk mensekresi hormon kortisol.
Hubungan tindakan vakum ekstraksi dengan postpartum blues terdapat 13
kasus (86,7%) dan tidak postpartum blues terdapat 2 kasus (13,3%). Pada pasien
partus normal didapatkan postpartum blues 1 kasus (6,7%) dan tidak postpartum
blues terdapat 14 kasus (93,3%) p=0,000; CI95% : 7,349-1126,895; OR = 91,
sehingga didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada tindakan vakum
ekstraksi dengan kejadian postpartum blues dimana penggunaan alat (vakum
ekstraksi), lama persalinan, kelelahan, dan nyeri yang berlebihan dapat
membentuk suatu reaksi yang komplek, dimana hipopise akan lebh sedikit
melepaskan Beta endorfin yang bekerja sebagai neurotransmiter di otak untuk
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

mengurangi penyaluran dan persepsi nyeri yang diaktifkan oleh stress dan nyeri
persalinan. (Leifer, 2005).
Nyeri yang berkepanjangan terbukti mengurangi kadar Beta endorfin, yang
selanjutnya hal ini menimbulkan keputusasaan dan penderitaan yang terlihat pada
individu, sehingga berdampak pada meningkatnya kejadian postpartum blues, hal
ini dibuktikan juga pada penelitian lain bahwa selama kehamilan dan persalinan

terjadi peningkatan hormon kortisol sehingga meningkatkan resiko kejadian


86

postpartum blues (Samantha, 2010).


Pada postpartum dengan Vakum Ekstraksi hasil quesioner L-MMPI -nya

menyatakan subyek penelitian jujur dalam menjawab pertanyaan, dan hasil Blues
quesioner 86% (13 subyek penelitian) dinyatakan mengalami postpartum blues
dan 14% (2 subyek penelitian) tidak mengalami postpartum blues.
Dari analisa Regresi Logistik tentang hubungan antara kadar hormon
kortisol dengan kejadian postpartum blues pada tindakan vakum ekstraksi diatas
diperoleh p = 0.039 (p < 0.05; R=0,38) yang artinya bahwa kadar hormon kortisol
pada serum berhubungan dengan terjadinya postpartum blues pada pasien dengan
tindakan vakum ekstraksi dengan kekuatan 38%, hal ini bisa disebabkan karena
beberapa keterbatasan pada penelitian, antara lain di karenakan :

1. Dalam analisa Regresi Logistik risiko terjadinya postpartum blues


pasca

vakum

ekstraksi

mempunyai

kekuatan

hanya

38%,

dimungkinkan karena kurangnya jumlah subyek penelitian sebab


persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi yang jarang terjadi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2. Dalam penelitian ini hasilnya tidak mewakili semua hubungan


kejadian meningkatnya hormon kortisol pada persalinan vakum
ekstrasi dengan risiko postpartum blues karena data yang digunakan
hanya yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi.

3.

Data karateristik seperti status gizi, hubungan subyek penelitian


commit to user
dengan keluarga, sifat subyek penelitian atau riwayat kejiwaannya,
pengetahuan subyek penelitian tentang hamil dan melahirkan, tidak
dapat diteliti oleh penulis dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber

daya.
87

commit to user

Anda mungkin juga menyukai