Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama
: Azan Al Rasyid
Nim
: C111 09 400
Universitas
: Universitas Hasanuddin
Case Report
: Closed Fracture 1/3 Middle of the Left Femur

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Ortopedi dan Traumatologi Fakuktas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
Makassar,

Pembimbing I,

Agustus 2016

Pembimbing II,

dr. Zulpan Zulkarnain

dr. Michael Benjamin W.

Supervisor,

Dr. dr. Muhammad Sakti, SpOT

LAPORAN KASUS
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
No Rekam Medik
Tanggal MRS

: An. F
: 8 tahun
: Laki-laki
: 635074
: 22 Juni 2016

ANAMNESIS
Keluhan utama
: Nyeri pada paha kiri
Anamnesis terpimpin
:
Dialami sejak 30 menitsebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri
bersifat tumpul dan dirasakan terus-menerus,terutama jika
menggerakan kaki kirinya.
Riwayat kepala terbentur tidak ada, riwayat pingsan tidak
ada, Riwayat penurunan kesadaran tidak ada. Riwayat mual dan
muntah tidak ada.
Mekanisme trauma :
Pasien sedang bermain di rumahnya dan ketika berlari,
pasien terjatuh di lantai. Pasien jatuh dengan posisi paha dan kaki
kiri terlebih dahulu menyentuh lantai. Setelah jatuh pasien tidak
dapat berdiri sendiri.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
Airway dan C-spine control
Breathing and ventilation

: Clear
: Frekuensi pernapasan 20 kali/menit,
spontan,

tipe

torakoabdominal,

Circulation

pengembangan dada simetris.


: Akral hangat,nadi 96 kali/menit,

Disability

regular, kuat, BP : 100/70 mmHg


: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor

Exposure

2.5 mm/2.5 mm, refleks cahaya +/+


: Suhu axilla 36,50C

2. Secondary Survey
Regio Femoralis Sinistra
Look : deformitas ada, angulasi ada, hematomada, luka tidak ada
Feel : nyeri tekan ada

NVD : sensibilitas baik, pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri


tibialisteraba, CRT <2 detik
Move : gerakan aktif dan pasif hip jointterbataskarena nyeri.
gerakan aktif dan pasif knee joint terbatas karena nyeri.

ALL
TLL

IV.

R
58
53

L
57
52

LLD
1 cm
1 cm

GAMBARAN KLINIS
Anterior

Lateral

Medial

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi

Foto X-ray Femur Sinistra posisi AP dan Lateral(22/07/2016)

Kesan: Fraktur oblique 1/3 tengah os femur sinistra disertai


angulasi ke arah anterior
2. Laboratorium (23/07//2016)
o WBC
: 14,98/mm3
o RBC
: 4,23 x 106 /mm3
o HGB
: 11,1 g/dL
o HCT
: 33,7 %
o PLT
: 379 x 103/mm3
o HbsAg Non Reactive
o BT 3 30
o CT 8 00
VI.

RESUME
Seorang pasien, laki-laki usia 8 tahun masuk dengan keluhan nyeri
pada paha kiri yang dialami 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit
karena jatuh ketika bermain di rumah. Mekanisme trauma: Pasien
terjatuh di lantai rumahnya dengan posisi paha dan kaki kiri
menyentuh lantai terlebih dahulu. Setelah jatuh pasien tidak dapat
berdiri sendiri.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan: pada inspeksi di paha
kiri tampak ada deformitas, angulasi ada, dan hematoma ada ; pada
palpasi paha kiri didapatkan nyeri tekan.

Dari pemeriksaan foto x-ray femurkiri menunjukkan adanya


fraktur oblique 1/3 tengah os femur sinistra disertai angulasi ke arah
anterior.
VII.

DIAGNOSIS
Closed fracture 1/3 middle of the left femur

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Analgetik
2. Apply skin traction load 1 kg at the left lower limb
3. Plan for circular casting

DISKUSI
A. Pendahuluan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang. Fraktur dapat
berupa retakan, hancur, ataupun pecahnya korteks tulang, biasanya
terputusnya jaringan ini terjadi secara komplit dan pecahan tulang
menyebar. Apabila kulit masih utuh diatas pecahan tulang, maka disebut
sebagai fraktur tertutup (atau simple), sedangkan apabila kulit sudah tidak
utuh dan salahsatu bagian tulang menembus keluar, maka disebut fraktur
terbuka (atau compound), yang lebih rentan terhadap kontaminasi ataupun
infeksi. 1
Kebanyakan fraktur merupakan hasil dari tekanan yang tiba-tiba dan
besar, dapat terjadi baik secara langsung ataupun tidak. Apabila dengan
tekanan langsung maka tulang akan pecah pada tempat terjadinya tekanan,
jaringan lunak disekitarnya juga akan rusak. Tahanan langsung seperti itu
biasanya memisahkan tulang secara transfer atau membengkok pada titik
tumpuan sehingga memberikan gambaran fragment butterfly. 1
Perkembangan dan pertumbuhan system skeletal dari kandungan
hingga maturitas skeletal menciptakan perubahan yang saling terkait
antara fibrosa, kartilago, dan tulang yang menyebabkan berbedanya
kerentanan dan respons reparative pada anak-anak dan orang dewasa.
Semakin

muda

seorang

pasien,

sekamin

besar

pula

potensi

remodellingnya, dengan demikian reduksi anataomi absolut pada anak


tidak terlalu penting dibadingkan pada orang dewasa.2
Fraktur pada batang femurmerupakan cedera tulang

yang paling

sering terjadi pada anak. Walaupun fraktur trochanter dan supracondiler


juga dimasukkan, tetapi fraktur batang femur terjadi sekitar 1,6% dari
semua cedera tulang pada anak. Fraktur lebih sering terjadi pada anak lakilaki (2.6:1) dan puncaknya biasa terjadi pada usia sekolah dan berlanjut
pada usia dewasa yang biasanya dikarenakan oleh cedera bertenaga tinggi.
4

B. Anatomi
Anatomi tulang pada anak berbeda dengan tulang pada orang dewasa.
Berikut merupakan karakteristik anatomi tulang pada anak:2
1. Tulang anak-anak memiliki kandungan air yang lebih tinggi dan
kandungan mineral yang lebih rendah per unit volume berbanding
tulang dewasa. Oleh karena itu, tulang anak memiliki modulus
elastisitas yang lebih rendah (kurang rapuh) dan mempunyai strainto-failure lebih tinggi dari tulang dewasa.2
2. Physis (lempeng pertumbuhan) adalah struktur tulang rawan yang
unik yang bervariasi dalam ketebalan tergantung pada usia dan lokasi.
Ia lebih lemah berbanding tulang dalam putaran, geseran, dan lentur,
yang menjadi predisposisi untuk cedera anak melalui daerah halus ini.
Physis secara tradisional dibagi menjadi empat zona: reserve (istirahat
/ germinal), proliferative, hypertrophic, dan provisional calcification
(atau enchondral ossification).2
3. Periosteum pada anak adalah struktur berserat tebal (hingga beberapa
milimeter) yang meliputi seluruh tulang kecuali ujung artikular.
Periosteum menebal dan menyambung dengan physis pada cincin
perichondreal (cincin La Croix), yang memberi resistansi tambahan
untuk daya geseran.2
4. Ligamen pada anak-anak lebih kuat secara fungsional daripada
tulangnya. Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan terkilir pada
orang dewasa dapat menyebabkan fraktur pada anak.2

5. Supplai darah untuk tulang yang masih bertumbuh termasuk sirkulasi


metafisis dengan lengkungan kapiler yang baik pada ujung physis.2

Gambar 1. Area yang terarsir menunjukkan ketebalan kortikal berdasarkan


kelompok usia2
Tulang femur merupakan tulang terpanjang dalam tubuh manusia dan
merupakan satu-satunya yang tedapat pada paha. Tulang femur memiliki fitur
karakteristik yang sebagai berikut: 5
1. Femoral Head berartikulasi dengan acetabulum dari tulang pinggul
pada sendi panggul. Ia memanjang dari femur dan berbentuk bulat,
halus dan
ditutupi dengan kartilago artikular. Konfigurasi ini memberikan
gerakan
ke-berbagai arah. Kepala femur ini mengarah ke medial, ke atas dan
ke depan acetabulum. Fovea adalah depresi pusat di kepala femur
yang terpasang oleh ligamentum teres.5
2. Femoral Neck membentuk sudut 120-135 dengan diafisis femur.5

3. Batang femur merupakan batang tulang femur. Pada ujung atasnya,


terdapat greater trochanter dan pada posteromedial terdapat lesser
trochanter. Throcanteric line yang kasar pada anterior dan
throcanteric crest halus pada posterior membatasi pertemuan antara
batang dan leher femur. Linea aspera adalah puncak terlihat berjalan
secara longitudinal di sepanjang permukaan posterior femur dan
berpecah di bagian bawah ke dalam supracondylar line. Garis
suprakondilar medial berakhir pada adductor tubecle.5
4. Pada ujung bawah femur terdiri dari femoral condyle medial dan
lateral. Struktur ini merupakan permukaan artikular untuk artikulasi
dengan tibia pada sendi lutut. Lateral condyle lebih menonjol daripada
medial. Hal ini untuk mencegah perpindahan patella ke arah lateral.
Kedua condyle ini dipisahkan posterior oleh intercondylar notch yang
dalam. Aspek anterior ujung femur yang halus ini berartikulasi
dengan permukaan posterior patela.5
Daerah femur dibagi menjadi tiga kompartemen, anterior, medial dan
posterior:5
a) Anterior: terdiri dari otot-otot yang berfungsi sebagai fleksor
pinggul dan ekstensor lutut seperti sartorius, iliacus, psoas, tensor
facia lataedan quadriceps femoris.
b) Medial: terdiri dari otot-otot yang berfungsi sebagai adduktor
panggul seperti otot gracilis, pectineus,adductor longus, adductor
brevis, adductor magnus dan otot obturator eksternus. Pada
c)

kompartemen ini terdapat arteri dan vena.


Posterior: terdiri dari otot hamstring yang berfungsi untuk fleksi
lutut dan ekstensi pinggul. Mereka termasuk: biceps femoris,
semitendinosus, semimembranosus.Saraf yang ditemukan dalam
kompartemen ini adalah sciatic nerve.

C. Jenis Fraktur Femur


Sebagaimana fraktur ditempat lain, fraktur pada femur juga dibedakan
atas beberapa hal dibawah ini:2
Lokasi: Proximal, tengah (badan), 1/3 distal diafisis, dan

subtrochanter ataupun supracondylar


Posisi: Angulasi, bergeser, ataupun memendek
Pola fraktur: transver, oblique, spiral, segmental, atau

comminuted
Tipe cedera: Terbuka, tertutup, atau cedera jaringan lunak, dan

status neurologic dan vascular kaki


Kualitas tulang: Normal, osteoporotic atau abnomal

Fraktur batang femur dapat diklasifikasikan berdasarkan pada


konfigurasi fraktur tersebut. Seperti terlihat pada gambar di bawah, fraktur
batang femur bisa dibagi kepada bentuk fraktur melintang, spiral,
kominutif, atau segmental.5

10

Fraktur pada batang femur 70% terjadi pada 1/3 tengah, 22% pada
1/3 proximal, dan 8% pada 1/3 distal diafisis. Jenis fraktur yang paling
sering terjadi pada anak (lebih 50%) adalah transverse simple, tertutup,
dan noncomminuted.3,4

D.
E. Mekanisme Cedera
Oleh karena adanya perbedaan stuktural, fraktur pada anak
biasanya terjadi karena energi rendah dibandingkan fraktur pada orang
dewasa. Biasanya hanya karena tekanan kompresi, torsio, ataupun
bengkok.2

Fraktur karena kompresi biasanya ditemukan di sambungan antara


metafisis dan diafisis dan biasa disebut sebagai fraktur Buckle atau

fraktur Torus. 2
Pembengkokan pada anak-anak dapat menyebabkan fraktur
Greenstick dimana fraktur tulang tidak terjadi secara komplit
menyebabkan deformitas plastik pada daerah fraktur yang konkaf.
Frakturnya mungkin harus dikomplitkan agar dapat direduksi

dengan baik.2
Pembengkokan juga dapat menyebabkan fraktur mikroskopik yang
menyebabkan deformitas plastic pada tulang dengan garis fraktur

11

yang tidak terlihat pada foto polos, dapat menyebabkan terjadinya

deformitas yang permanen.2


Pada anak yang lebih tua, pembengkokan dapat menyebabkan
fraktur transfer atau oblik pendek. Jarang terjadi fragment Butterfly
walaupun mungkin saja terjadi, namun karena tulang anak lebih
gampang rusak dari tekanan, mungkin hanya akan menyebabkan

terjadinya buckle pada korteks.2


Trauma langsung: kecelakaan kendaraan, kecelakaan pejalan kaki,

terjatuh, kekerasan pada anak2


Trauma tidak langsung: Torsio/ Rotatio2
Fraktur patologis: osteogenesis imperfect, nonossfying fibroma,
kista tulang dan tumor. 2

F. Evaluasi Klinis
a. Pasien trauma anak harus dilakukan evaluasi menyeluruh dengan
memperhatikan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, disabilitas, dan
tempraturnya.2
b. Seluruh ekstremitas harus diperiksa diakrenakan anak tidak
kooperatif dalam menunjukkan tempat cidera.2
c. Adanya fraktur batang femur menyebabkan ketidakmampuan
untuk bergerak, dengan rasa sakit yang hebat, pembengkakan dan
deformitas yang bervariasi. Diagnosis lebih sulit pada pasien
dengan multiple trauma atau cedera kepala atau anak-anak cacat
yang lumpuh.4
d. Adanya mekanisme

cidera

yang

jelas,

deformitas,

dan

pembengkakan pada paha serta nyeri yang terlokalisir merupakan


pertanda fraktur femur.4
e. Pada pasien yang sensibilitasnya menurun (mielomeningokel),
bengkak, dan merah, harus dicurigai adanya infeksi.4
f. Pemeriksaan neurovaskular sangat penting dalam menentukan
adanya kerusakan saraf.2
g. Evaluasi adanya sindrom kompartemen harus dilakukan dari waktu
ke waktu apalai pada pasie yang tidak dapat berbicara karena
gelisah ataupun multiple trauma.2
12

h. Splint atau verban yang membalut lokasi fraktur harus disingkirkan


dengan pemeriksaan yang cermat terhadap jaringan lunak di
atasnya

untuk menyingkirkan

kemungkinan

terjadi

fraktur

terbuka.2
i. Hipotensi pada fraktur batang femur terisolasi sangat jarang.
Waddell triad dari cedera kepala, trauma intraabdominal atau
intratorakal, dan fraktur batang femur sangat berkaitan dengan
trauma kendaraan dan merupakan penyebab kehilangan volume
darah. Namun, adanya paha yang bengkak mungkin menunjukkan
kehilangan volume besar darah ke kompartemen otot sekitar lokasi
fraktur.4
j. Hemodinamik pada fraktur femur telah diteliti oleh dua grup
dimana level hematocrit dibawah 30% jarang terjadi tanpa adanya
cidera multisystem. Penurunan hematocrit jangan dihubungankan
dengan fraktur femur tertutup hingga penyebab lain telah
disingkirkan.4

G. Penemuan Radiologi
o Pemeriksaan x-ray harus mencakup seluruh femur, termasuk
pinggul dan lutut, karena cidera pada sendi mungkin saja terjadi.4
o X-ray pelvis anteroposterior (AP) merupakan hal yang penting
dilakukan akrena mungkin saja berhubungan dengan fraktur
intertrohanteric pada pinggul, fraktur pada leher femur, ataupun
cidera pada lempeng proximal femur.4
o Fraktur femoral distal dapat berhubungan dengan cidera lempeng
pada lutut, ligamem lutut, robekan meniscus, dan fraktur tibia.4
o Foto polos cukup untuk menegakkan diagnosis. Kecuali pada kasus
langkah dimana dibutuhkan scan tulang atau MRI misalnya pada
fraktur buckle kecil pada anak yang pincang atau fraktur stress
pada atlit.4
o CT scan juga dapat dilakukan jika ingin mengevalusi komplikasi
fraktur intraartikuler pada anak yang lebih tua.2

13

Pemeriksaan X-ray pada fraktur merupakan hal yang wajib dilakukan dan
harus mengaplikasikan rule of twos: 1
1

Two views - Setidaknya dibutuhkan dua posisi (anteroposterior dan

lateral) yang harus diambil.


Two joints Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat
fraktur dan mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin terjadi
kecuali tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya,

sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas

yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.


Two injuries Cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada
lebih dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting

dilakukan foto x-ray pelvis dan spine.


Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi
segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua
minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum
adalah undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck
femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal
yang tidak berpindah dimanapun terjadi.

H. Penanganan
Penanganan pada fraktur batang femur anak-anak tergantung pada
usia, dengan considerable ovelapping antara kelompok usia tersebut.
Ukuran anak harus dipertimbangkan ketika memilih metode pengobatan,
serta mekanisme cedera yang berkaitan (misalnya; terisolasi, low-energy
dibandingkan high-energy polytrauma).2,6
a) Usia dibawah 6 bulan
1. Pavlik harness atau splint posterior yang diindikasikan
2. Traksi dan pengecoran spica jarang diperlukan pada kelompok
usia ini
b) Usia 6 bulan hingga 6 tahun
1. Pengecoran spica segera hampir selalu jadi pilihan pengobatan
(95%)

14

2. Traksi skeletal diikuti dengan pengecoran spica mungkin


diperlukan jika seseorang tidak dapat mempertahankan alignment;
sebuah pin traksi lebih sering ditempatkan pada proksimal ke
distal dari physis femoralis.
3. Fiksasi eksternal dapat dipertimbangkan untuk multiple injuries
atau fraktur terbuka.
c) Usia 6 tahun hingga 12 tahun
1. Flexible intramedullary nails ditempatkan secara retrograde,
sering digunakan pada kelompok usia ini.
2. External fixation atau bridge plating dapat dipertimbangkan untuk
multiple injuries atau fraktur terbuka.
3. Pengecoran spica dapat digunakan untuk fraktur aksial yang stabil
pada kelompok usia ini.
d) Usia 12 tahun hingga dewasa
1. Fiksasi intramedulla dengan kuku, baik yang saling bertautan atau
yang fleksibel adalah pengobatan pilihan.
2. Locked submuscular plate dapat dipertimbangkan untuk fraktur
suprachondilar atau subtrochanteric.
3. Fiksasi eksternal dapat dipertimbangkan untuk multiple fracture
atau fraktur terbuka.
Indikasi Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Multiple trauma, termasuk trauma kepala


Fraktur terbuka
Cedera vaskular
Fraktur patologis
Pasien tidak kooperatif
Tubuh habitus tidak setuju dengan pengecoran spica

Pilihan Operasi
1. Intramedullary nailing
2. Fiksasi eksternal
3. Fiksasi dengan plat
TABLE 1 Treatment Options for Isolated Femoral Shaft Fractures in Children and
Adolescents

Age

Treatment
15

Birth to 24 mo

Pavlik harness (newborn to 6 mo)


Early spica cast
Traction spica cast (very rare)

24 mo to 5 yr

Early spica cast


Traction spica cast
External fixation (rare)
Flexible intramedullary nails (rare)

6-11 yr

Flexible intramedullary nails


Traction spica cast
Submuscular plate
External fixation

12 yr to maturity

Trochanteric-entry intramedullary rod


Flexible intramedullary nails
Submuscular plate

16

External fixation (rare)

Pemilihan penanangan tergantung pada pola fraktur, berat anak, adanya cidera
lain (kepala, dada, perut, dan lain-lain), dan berhubungan dengan trauma jaringan
lunak4

I. Komplikasi
1. Delayed union : Jarang terjadi pada anak dikarenakan pada anak
proses penyembuhan terjadi dengan cepat. 4
2. Nonunion : sangat jarang; bahkan dengan fraktur segmental, anakanak sering memiliki potensi osteogenik untuk mengatasi kecacatan
moderat. Anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun dengan nonunion
mungkin memerlukan bone graft dan fiksasi plat, meskipun trend
pada anak-anak yang lebih tua (> 12 tahun) dipasang intramedullary
nailing.2
3. Muscle Weakness : Banyak pasien menunjukkan kelemahan otot,
biasanya pada adductur pinggul, quadriceps, atau hamstring, sehingga
penurunan 30% pada kekuatan dan 1 cm atrofi paha dibandingkan
dengan sisi kontralateral tungkai yang sehat, meskipun hal ini tidak
signifikan secara klinis.2
4. Leg Length Discrepancy : Secondary untuk shortening atau
overgrowth. Ini merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
setelah fraktur batang femur.2
Shortening: Hingga 2.0 cm (tergantung usia) dari pemendekan
awal dapat diterima karena berpotensi untuk overgrowth. Untuk
fraktur dengan shortening >3.0 cm, traksi skeletal dapat
digunakan sebelum spica casting untuk mendapatkan panjang
yang sesuai. Jika shortening tidak dapat diterima pada 6 minggu
setelah fraktur, keputusan harus dibuat apakah osteoclasis dengan
fiksasi

eksternal

lebih

baik

daripada

prosedur

panjang

meyesuaikan kedua panjang tungkai.

17

Overgrowth: Pertumbuhan yang berlebihan dari 1,5 hingga 2,0


cm sering terjadi dalam jarak usia 2 sampai 10 tahun. Hal ini
paling sering terjadi selama awal 2 tahun setelah fraktur,
terutama

dengan

fraktur

1/3

distal

femur

dan

fraktur

denganderajat trauma yang lebih tinggi.


5. Osteonekrosis : osteonekrosis femoralis proksimal dapat terjadi akibat
dari penempatan antegrade dari nail intramedulla berdekatan
pembuluh darah. Ini dikhawatirkan khusus ketika physis femoralis
proksimal belum ditutup, karena majoritas pembuluh darah yang
memberi suplai ke kepala femoral berasal dari lateral ascending
cervical artery, yang melintasi kapsul pada throcanteric notch. Barubaru ini, nail intramedulla dengan titik awal intrathrocanteric atau
extratrochanteric

telah

dianjurkan

untuk

mengurangi

risiko

osteonekrosis. Perubahan radiografi dapat dilihat sebagai akhir 15


bulan setelah pemasangan paku antegrade intramedulla.2
6. Angular deformity: Beberapa derajat deformasi angular normal terjadi
setelah fraktur batang femur pada anak, tetapi biasnaya remodel
dengan pertumbuhan. Remodeling angular terjadi pada daerah fraktur
dengan aposisi pembentukan tulang baru pada daerah konkaf dari
tulang panjang. Namun hal ini terjadi sesuai dengan usia penderita. 4
7. Rotational Deformity: Deformitas rotasi 10 derajat atau lebih dari 30
derajat terjadi pada anak yang dilakukan perawatan konservatif pada
fraktur batang femur. Deformitas torsional biasanya ditunjukkan
dengan peningkatan anteversi femur pada bagian yang fraktur
dibandingkan dengan bagian yang normal, sebagaimana yang
didapatkan pada pemeriksaan fisis, perbedaan lebih dari 10 derajat
merupaka kriteria deformitas yang signifikan. 4
8. Infection: Infeksi jarang menjadi komplikasi pada fraktur tertutup
namun dapat terjadi dengan penyebaran hematogen dari hematoma
dan osteomyelitis kemudian. Demam biasanya normal terjadi pada
satu minggu pertama terjadinya fraktur, tetapi apabila demamnya

18

tinggi sekali dan terus menerus, maka dapat mengindikasikan infeksi.


4

9. Cidera Neurovaskular: Jarang dihubungkan dengan fraktur pada anak,


hanya 1.3% dari fraktur femur pada anak disertai cidera vascular
seperti robekan intima, disrupsi total, atau cidera yang menyebabkan
pseudoaneurisma. Cidera vaskular lebh sering terjadi pada fraktur
Shalter-Harris pada fraktur femur bagian distal femur. Iskemik
ekstremitas bawah juga pernah didapatkan berhubungan dengan
penggunaan traksi kulit dan skeletal. Cidera neuro biasanya apabila
cidera terjadi mengenai N.Isiadikus atau terjadi penekanan pada
N.peroneal selama perawatan. 4
10. Sindrom kompartmen: pada femur, sindrom kompartmen sangat
jarang terjadi tetapi dapat terjadi pada kondisi dimana paha sangat
bengkak setelah fraktur femur dan pada pasien yang dipasangkan
intramedullarynailing. Traksi kulit sering dihubungkan dengan
kompartemen sindrom.4

19

Daftar Pustaka
1. Solomon, L dkk. Femoral Shaft Fractures in Children dalam Apleys
System of Orthopaedic and Fractures, 9th Ed. Arnold, 2001. Hal: 867-870.
2. Egol, K dkk. Pediatric Femoral Shaft dalam Handbook of Fractures, 3rd
Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2002. Hal: 948.
3. Bevan, Wesley dkk. Femur Fractures dalam Pediatric Orthpaedic Secrets,
3rd Edition. El Sevier. 2007. Hal 151-155
4. Kasser, J dkk. Femoral Shaft Fracture dalam Rockwood & Wilkins
Fractures in Children, 6th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2006. Hal:
894-943.
5. Thompson, J. Netters Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders, 2010. Hal: 251, 266-268.
6. Souder, C. Femur Fractures Pediatric [online]. 2016 [cited 2016 July
31st]. Available from: http://www.orthobullets.com/pediatrics/4019/femurfractures--pediatric.

20

Anda mungkin juga menyukai