Closed Middle Femur
Closed Middle Femur
Pembimbing I,
Agustus 2016
Pembimbing II,
Supervisor,
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
No Rekam Medik
Tanggal MRS
: An. F
: 8 tahun
: Laki-laki
: 635074
: 22 Juni 2016
ANAMNESIS
Keluhan utama
: Nyeri pada paha kiri
Anamnesis terpimpin
:
Dialami sejak 30 menitsebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri
bersifat tumpul dan dirasakan terus-menerus,terutama jika
menggerakan kaki kirinya.
Riwayat kepala terbentur tidak ada, riwayat pingsan tidak
ada, Riwayat penurunan kesadaran tidak ada. Riwayat mual dan
muntah tidak ada.
Mekanisme trauma :
Pasien sedang bermain di rumahnya dan ketika berlari,
pasien terjatuh di lantai. Pasien jatuh dengan posisi paha dan kaki
kiri terlebih dahulu menyentuh lantai. Setelah jatuh pasien tidak
dapat berdiri sendiri.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
Airway dan C-spine control
Breathing and ventilation
: Clear
: Frekuensi pernapasan 20 kali/menit,
spontan,
tipe
torakoabdominal,
Circulation
Disability
Exposure
2. Secondary Survey
Regio Femoralis Sinistra
Look : deformitas ada, angulasi ada, hematomada, luka tidak ada
Feel : nyeri tekan ada
ALL
TLL
IV.
R
58
53
L
57
52
LLD
1 cm
1 cm
GAMBARAN KLINIS
Anterior
Lateral
Medial
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
RESUME
Seorang pasien, laki-laki usia 8 tahun masuk dengan keluhan nyeri
pada paha kiri yang dialami 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit
karena jatuh ketika bermain di rumah. Mekanisme trauma: Pasien
terjatuh di lantai rumahnya dengan posisi paha dan kaki kiri
menyentuh lantai terlebih dahulu. Setelah jatuh pasien tidak dapat
berdiri sendiri.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan: pada inspeksi di paha
kiri tampak ada deformitas, angulasi ada, dan hematoma ada ; pada
palpasi paha kiri didapatkan nyeri tekan.
DIAGNOSIS
Closed fracture 1/3 middle of the left femur
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Analgetik
2. Apply skin traction load 1 kg at the left lower limb
3. Plan for circular casting
DISKUSI
A. Pendahuluan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang. Fraktur dapat
berupa retakan, hancur, ataupun pecahnya korteks tulang, biasanya
terputusnya jaringan ini terjadi secara komplit dan pecahan tulang
menyebar. Apabila kulit masih utuh diatas pecahan tulang, maka disebut
sebagai fraktur tertutup (atau simple), sedangkan apabila kulit sudah tidak
utuh dan salahsatu bagian tulang menembus keluar, maka disebut fraktur
terbuka (atau compound), yang lebih rentan terhadap kontaminasi ataupun
infeksi. 1
Kebanyakan fraktur merupakan hasil dari tekanan yang tiba-tiba dan
besar, dapat terjadi baik secara langsung ataupun tidak. Apabila dengan
tekanan langsung maka tulang akan pecah pada tempat terjadinya tekanan,
jaringan lunak disekitarnya juga akan rusak. Tahanan langsung seperti itu
biasanya memisahkan tulang secara transfer atau membengkok pada titik
tumpuan sehingga memberikan gambaran fragment butterfly. 1
Perkembangan dan pertumbuhan system skeletal dari kandungan
hingga maturitas skeletal menciptakan perubahan yang saling terkait
antara fibrosa, kartilago, dan tulang yang menyebabkan berbedanya
kerentanan dan respons reparative pada anak-anak dan orang dewasa.
Semakin
muda
seorang
pasien,
sekamin
besar
pula
potensi
yang paling
B. Anatomi
Anatomi tulang pada anak berbeda dengan tulang pada orang dewasa.
Berikut merupakan karakteristik anatomi tulang pada anak:2
1. Tulang anak-anak memiliki kandungan air yang lebih tinggi dan
kandungan mineral yang lebih rendah per unit volume berbanding
tulang dewasa. Oleh karena itu, tulang anak memiliki modulus
elastisitas yang lebih rendah (kurang rapuh) dan mempunyai strainto-failure lebih tinggi dari tulang dewasa.2
2. Physis (lempeng pertumbuhan) adalah struktur tulang rawan yang
unik yang bervariasi dalam ketebalan tergantung pada usia dan lokasi.
Ia lebih lemah berbanding tulang dalam putaran, geseran, dan lentur,
yang menjadi predisposisi untuk cedera anak melalui daerah halus ini.
Physis secara tradisional dibagi menjadi empat zona: reserve (istirahat
/ germinal), proliferative, hypertrophic, dan provisional calcification
(atau enchondral ossification).2
3. Periosteum pada anak adalah struktur berserat tebal (hingga beberapa
milimeter) yang meliputi seluruh tulang kecuali ujung artikular.
Periosteum menebal dan menyambung dengan physis pada cincin
perichondreal (cincin La Croix), yang memberi resistansi tambahan
untuk daya geseran.2
4. Ligamen pada anak-anak lebih kuat secara fungsional daripada
tulangnya. Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan terkilir pada
orang dewasa dapat menyebabkan fraktur pada anak.2
comminuted
Tipe cedera: Terbuka, tertutup, atau cedera jaringan lunak, dan
10
Fraktur pada batang femur 70% terjadi pada 1/3 tengah, 22% pada
1/3 proximal, dan 8% pada 1/3 distal diafisis. Jenis fraktur yang paling
sering terjadi pada anak (lebih 50%) adalah transverse simple, tertutup,
dan noncomminuted.3,4
D.
E. Mekanisme Cedera
Oleh karena adanya perbedaan stuktural, fraktur pada anak
biasanya terjadi karena energi rendah dibandingkan fraktur pada orang
dewasa. Biasanya hanya karena tekanan kompresi, torsio, ataupun
bengkok.2
fraktur Torus. 2
Pembengkokan pada anak-anak dapat menyebabkan fraktur
Greenstick dimana fraktur tulang tidak terjadi secara komplit
menyebabkan deformitas plastik pada daerah fraktur yang konkaf.
Frakturnya mungkin harus dikomplitkan agar dapat direduksi
dengan baik.2
Pembengkokan juga dapat menyebabkan fraktur mikroskopik yang
menyebabkan deformitas plastic pada tulang dengan garis fraktur
11
F. Evaluasi Klinis
a. Pasien trauma anak harus dilakukan evaluasi menyeluruh dengan
memperhatikan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, disabilitas, dan
tempraturnya.2
b. Seluruh ekstremitas harus diperiksa diakrenakan anak tidak
kooperatif dalam menunjukkan tempat cidera.2
c. Adanya fraktur batang femur menyebabkan ketidakmampuan
untuk bergerak, dengan rasa sakit yang hebat, pembengkakan dan
deformitas yang bervariasi. Diagnosis lebih sulit pada pasien
dengan multiple trauma atau cedera kepala atau anak-anak cacat
yang lumpuh.4
d. Adanya mekanisme
cidera
yang
jelas,
deformitas,
dan
untuk menyingkirkan
kemungkinan
terjadi
fraktur
terbuka.2
i. Hipotensi pada fraktur batang femur terisolasi sangat jarang.
Waddell triad dari cedera kepala, trauma intraabdominal atau
intratorakal, dan fraktur batang femur sangat berkaitan dengan
trauma kendaraan dan merupakan penyebab kehilangan volume
darah. Namun, adanya paha yang bengkak mungkin menunjukkan
kehilangan volume besar darah ke kompartemen otot sekitar lokasi
fraktur.4
j. Hemodinamik pada fraktur femur telah diteliti oleh dua grup
dimana level hematocrit dibawah 30% jarang terjadi tanpa adanya
cidera multisystem. Penurunan hematocrit jangan dihubungankan
dengan fraktur femur tertutup hingga penyebab lain telah
disingkirkan.4
G. Penemuan Radiologi
o Pemeriksaan x-ray harus mencakup seluruh femur, termasuk
pinggul dan lutut, karena cidera pada sendi mungkin saja terjadi.4
o X-ray pelvis anteroposterior (AP) merupakan hal yang penting
dilakukan akrena mungkin saja berhubungan dengan fraktur
intertrohanteric pada pinggul, fraktur pada leher femur, ataupun
cidera pada lempeng proximal femur.4
o Fraktur femoral distal dapat berhubungan dengan cidera lempeng
pada lutut, ligamem lutut, robekan meniscus, dan fraktur tibia.4
o Foto polos cukup untuk menegakkan diagnosis. Kecuali pada kasus
langkah dimana dibutuhkan scan tulang atau MRI misalnya pada
fraktur buckle kecil pada anak yang pincang atau fraktur stress
pada atlit.4
o CT scan juga dapat dilakukan jika ingin mengevalusi komplikasi
fraktur intraartikuler pada anak yang lebih tua.2
13
Pemeriksaan X-ray pada fraktur merupakan hal yang wajib dilakukan dan
harus mengaplikasikan rule of twos: 1
1
sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas
H. Penanganan
Penanganan pada fraktur batang femur anak-anak tergantung pada
usia, dengan considerable ovelapping antara kelompok usia tersebut.
Ukuran anak harus dipertimbangkan ketika memilih metode pengobatan,
serta mekanisme cedera yang berkaitan (misalnya; terisolasi, low-energy
dibandingkan high-energy polytrauma).2,6
a) Usia dibawah 6 bulan
1. Pavlik harness atau splint posterior yang diindikasikan
2. Traksi dan pengecoran spica jarang diperlukan pada kelompok
usia ini
b) Usia 6 bulan hingga 6 tahun
1. Pengecoran spica segera hampir selalu jadi pilihan pengobatan
(95%)
14
Pilihan Operasi
1. Intramedullary nailing
2. Fiksasi eksternal
3. Fiksasi dengan plat
TABLE 1 Treatment Options for Isolated Femoral Shaft Fractures in Children and
Adolescents
Age
Treatment
15
Birth to 24 mo
24 mo to 5 yr
6-11 yr
12 yr to maturity
16
Pemilihan penanangan tergantung pada pola fraktur, berat anak, adanya cidera
lain (kepala, dada, perut, dan lain-lain), dan berhubungan dengan trauma jaringan
lunak4
I. Komplikasi
1. Delayed union : Jarang terjadi pada anak dikarenakan pada anak
proses penyembuhan terjadi dengan cepat. 4
2. Nonunion : sangat jarang; bahkan dengan fraktur segmental, anakanak sering memiliki potensi osteogenik untuk mengatasi kecacatan
moderat. Anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun dengan nonunion
mungkin memerlukan bone graft dan fiksasi plat, meskipun trend
pada anak-anak yang lebih tua (> 12 tahun) dipasang intramedullary
nailing.2
3. Muscle Weakness : Banyak pasien menunjukkan kelemahan otot,
biasanya pada adductur pinggul, quadriceps, atau hamstring, sehingga
penurunan 30% pada kekuatan dan 1 cm atrofi paha dibandingkan
dengan sisi kontralateral tungkai yang sehat, meskipun hal ini tidak
signifikan secara klinis.2
4. Leg Length Discrepancy : Secondary untuk shortening atau
overgrowth. Ini merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
setelah fraktur batang femur.2
Shortening: Hingga 2.0 cm (tergantung usia) dari pemendekan
awal dapat diterima karena berpotensi untuk overgrowth. Untuk
fraktur dengan shortening >3.0 cm, traksi skeletal dapat
digunakan sebelum spica casting untuk mendapatkan panjang
yang sesuai. Jika shortening tidak dapat diterima pada 6 minggu
setelah fraktur, keputusan harus dibuat apakah osteoclasis dengan
fiksasi
eksternal
lebih
baik
daripada
prosedur
panjang
17
dengan
fraktur
1/3
distal
femur
dan
fraktur
telah
dianjurkan
untuk
mengurangi
risiko
18
19
Daftar Pustaka
1. Solomon, L dkk. Femoral Shaft Fractures in Children dalam Apleys
System of Orthopaedic and Fractures, 9th Ed. Arnold, 2001. Hal: 867-870.
2. Egol, K dkk. Pediatric Femoral Shaft dalam Handbook of Fractures, 3rd
Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2002. Hal: 948.
3. Bevan, Wesley dkk. Femur Fractures dalam Pediatric Orthpaedic Secrets,
3rd Edition. El Sevier. 2007. Hal 151-155
4. Kasser, J dkk. Femoral Shaft Fracture dalam Rockwood & Wilkins
Fractures in Children, 6th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2006. Hal:
894-943.
5. Thompson, J. Netters Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders, 2010. Hal: 251, 266-268.
6. Souder, C. Femur Fractures Pediatric [online]. 2016 [cited 2016 July
31st]. Available from: http://www.orthobullets.com/pediatrics/4019/femurfractures--pediatric.
20