Anda di halaman 1dari 8

Kasus

Seorang laki-laki berusia 70 tahun seorang WNI. Masuk rumah sakit A dengan keluhan tidak
bisa buang air kencing secara spontan. Menurut keterangan pasien dan keluarga sejak 10 hari
yang lalu pasien mengeluh bila mau kencing harus mengejan dahulu, kencing keluar hanya
menetes oleh keluarga pasien di bawah berobat ke RS B, dan di sarankan operasi tetap pasien
menolak, di IGD pasien di pasangkan kateter, 5 hari kemudian keteter di lepas, 2 hari setelah
di lepas pasien kembali lagi tidak bisa kencing atas saran keluarga pasien di bawah ke
poliklinik RS C, pasien kembali lagi di sarankan untuk operasi, tanggal 25 Oktober 2015
pasien mulai di rawat di ruang X, tanggal 26 Oktober 2015 pasien di lakukan pembedahan,
post operasi pasien di rawat di ICU selama 2 hari, 1 hari setelah post operasi pasien
mengalami pembekuan pendaraahan dan di evaluasi di kamar operasi, saat pengkajian pasien
post op hari ke 3, kedaan umum pasien sedang kesdaran CM, Terpasang infus I. Asering 20
tts/mnt, infus 2. Drip NaCI, infuse 3. Na C1+novalgin 1 amp, dalam 24 jam, tensi:150/90
mmHg,,Nadi 80 /mnt, R. 18/mnt. Pada tahun 2007 pasien mulai merasakan kencing tidak
lancar, harus mengejan dahulu pada awal mau kencing, pencaran kencing keil, pada akhir
kencing tidak terlampiaskan, pasien menolak untuk operasi, pada th 2010 pasien pernah di
rawat karena pendarahan lambung. Pasien mempunyai penyakit keterunan hipertensi,
penyakit keturunan yang lainnya tidak ada.

I.

KATA KUNCI
1. Seorang laki-laki
2. Berusia 70 tahun
3. Tidak bisa buang air kencing secara spontan
4. Bila mau kencing harus mengejan dahulu
5. Kencing keluar hanya menetes
6. Pasien menolak operasi
7. Di IGD pasien dipasangkan kateter
8. 2 hari setelah kateter di lepas pasien kembali lagi tidak bisa kencing
9. Dilakukan pembedahan
10. 1 hari setelah post operasi pasien mengalami pembekuan perdarahan
11. Keadaan umum pasien CM
12. Terpasang infus :
13. Asering 20 tts/mnt
14. infus Drip NaCl,
15. infuse NaCl+ novalgin 1 amp, dalam 24 jam,
16. Tensi: 150/90 mmHg
17. Nadi 80 x/mnt
18. R : 18 x/mnt

II.

Data Tambahan
1. Suhu 36, 5 0C
2. TB : 160 cm
3. BB : 50 kg
4. Pasien mengatakan buang air kecil terputus- putus dan pancaran lemah
5. Pasien mengekuh sakit pada luka insisi
6. Wajah tampak meringis
7. Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan
8. Terdapat luka insisi
9. Skala nyeri 7
10. Pemeriksaan hb 14 gr/dl
11. Nyeri dirasakan pada suprapubik sampai kepinggang
12. Klien nampak menahan rasa nyeri
13. Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat (menolak untuk
operasi)
14. Perilaku yang tidak sesuai (apatis)
15. Klien mengatakan nyeri lebih dirasakan setelah operasi dengan cara
memasukkan TRUP pada penis

BAB IV
PEMBAHASA KASUS
1. Mengapa usia 70 tahun terkena prostat ?
Pada tahun 2007 klien berusia (62) mulai merasakan kencing tidak lancar, pancaran
kencing kecil, pada akhir kencing tidak terlampiaskan dan pada tahun 2015 keluhan

tersebut dirasakan kembali karena klien sudah berusia 70 tahun yang lebih beresiko
pada benigna hiperplasia prostat.
Pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna.
Keadaan ini dialami oleh 50 % pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80 pria
yang berusia kurang 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan
terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi (Muttaqin, 2012).
Secara spesifik, sekitar 43% laki-laki berusia 60-an akan tampak jelas
mengalami BPH, juga 50 % laki-laki pada usia 50-an, 75%-88 % pada usia 80-an, dan
hampir 100% laki-laki yang mencapai dekade kesembilan kehidupannya (Black,
2014).
Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stoma dan epitel dari kelenjar prostat. Teori sel stem
menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan
produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan (Nursalam dkk,
2011).
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia (pembesaran) Hal ini terjadi selama bertahun-tahun dan pada sebagian pria
hal ini dapat menyebabkan masalah kandung kemih. Lanjut usia (Lansia), pada
umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan tubuh, yang disebabkan
proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana tidak ada lagi
perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ
dimana masih ada mitosis seperti hepar (Black, 2014)
2. Mengapa klien merasakan keluhan tidak bisa buang air secara spontan, dan kencing
harus mengejan terlebih dahulu dan pancaran kencing menetes ?
Karena semua yang dikeluhkan klien merupakan tanda dan gejala prostat, prostat
yang membesar mengakibatkan penyempitan pada uretra dan vesika urinaria yang
dapat menghambat keluarnya urien serta dari adanya penyempitan pada uretra
mengakibatkan kencing menetes.
Salah satu penyebab terjadinya hiperplasia prostat yaitu dihydrotestoteron,
peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi kelenjar prostat. Pembesaran prostat
menyebabkan penyempitan lumen uretra prostat dan akan menghambat aliran urin.
Keadaan ini menyebabkan tekanan intrevesikel (uretra dan vesika urinaria) untuk

dapat mengeluarkan urine. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien
sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symtom
(LUTS) yang dulu dikenal dengan gejala prostatismus (Black, 2014)
Strategi ini sering kali berhasil pada awalnya sehingga banyak laki-laki yang
melaporkan hilanya tanda dan gejala tersebut (LUTS) yang menganggu menetap
selama berbulan-bulan bahkn bertahun-tahun (Black, 2014).
Tanda dan gejala dari benigna hiperplasia prostat (BPH) :
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Hesistansi (sulit memulai miksi).


Pancaran miksi lemah.
Intermiten (miksi berhenti dan memancar lagi)
Miksi tidak puas.
Menetes setelah miksi
Frekuensi meningkat.
Nokturia (miksi di malam hari).
Urgensi (miksi yang mendesak)
Disuria (terasa panas dan nyeri saat miksi) (Black, 2014).

3. Mengapa klien menolak untuk operasi ?


Pada tahun 2007 pasien mulai merasakan kencing tidak lancar, harus mengejan
dahulu pada awal mau kencing, pencaran kencing kecil, pada akhir kencing tidak
terlampiaskan, pasien menolak untuk operasi.
Pada tahun 2015 menurut keterangan pasien dan keluarga sejak 10 hari yang lalu
pasien mengeluh bila mau kencing harus mengejan dahulu, kencing keluar hanya
menetes oleh keluarga pasien di bawah berobat ke RS B, dan di sarankan operasi tetap
pasien menolak. Klien kurangnya pengetahuan tentang tehnik operasi serta adanya
kecemasan yang dirasakan klien sehingga klien menolak untuk melakakuan operasi.
Pola hubungan ini lebih ditekankan padamembangun kepercayaan, saling
ketergantungan dengan saling memberikanrespon operasi di RS. Pendampingan ini
merupakan salah satu tugas rutin dilakukan dan diharapkan dapat membentuk
kesiapan pada pasien. Sebelum pendampingan dilakukan oleh petugas, mereka
terlebih dahulu meminta informasi dari kepala ruangan tentang ruang perawatan dan
identitas pasien yang akan di operasi (Asmadi, 2008).
Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkankecemasan,
kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedurasing yang dijalani

pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibatprosedur pembedahan


(Asmadi, 2008).
Tehnik operasi prostat yang sering yaitu reseksi prostat transuretral (TURP)
tetap menjadi tehnik yang dipergunakan secara luas untuk menangani BPH. Dokter
bedah bedah melihat bagian dalam kadung kemih dengan memasukkan sistoskop.
Lengkungan yang dapat digerakkan dimasukkan melemui resektosko yang memotong
jarigan dan pembekuan (koogulasi) pembuluh darah menggunkan arus listik frekuensi
tinggi (Black, 2014)
4. Mengapa klien mengalami pembekuan pendarahan satu hari setelah post operasi?
Post operasi klien dirawat di ICU selama 2 hari, satu hari setelah operasi mengalami
pembekuan pendarahan dan dievaluasi dikamar operasi. Pembekuan pendaran terjadi
karena efek samping dari proses pembedahan karena menggunakan alat yang disebut
dengan Resektoskop dimasukan melalui uretra.

Dokter bedah melihat bagian dalam kandung kemih dan memasukakkan


sistoskop ( lensa resektoskop, lengkungan yang dapat digerakan melalui resektoskop
yang memotong jaringan dan membekukkan pembuluh darah yang berdarah
menggunakan arus listrik frekuensi tinggi (Black, 2014).
Diketahi bahwa angiogenesis (Pertumbuhan pembuluh darah) adalah bagian
dari hiperplasia dan bahwa pembuluh ini rentan terhadap kerusakan dan pendarahan.
Pendaran yang berkepanjangan juga dapat terjadi setelah kateterisasi, sistoskopi atau
bedah prostat transuretral. Monitor terhadap pendarahan, kadang-kadang hematuria
terjadi selama beberapa hari setelah pembedahan, namun pendaran yang nyata, dari
arteri atau vena dapat terjadi selama beberapa hari pertama setelah pembedahan
(Black, 2014).
Darah arteri berwarna merah terang, memeiliki banyak bekuan, dan kental.
Tekanan darah dapat turun, dan intervensi bedah gawat darurat mungkin dibutuhkan.
Pendarahan vena dalm area prostat dapat dikendalikan dengan meningkatkan
tekananan (Black, 2014).

5. Mengapa pada pemeriksaan tanda tanda vital pada tekanan darah seorang laki- laki
adalah 150/90 mmHg ?

Hal ini disebabkan karena usia laki laki tersebut 70 tahun, dimana pada usia tersebut
mengalami penurunan fungsi organ tubuh termaksud jantung, dimana jantung
mengalami resiko arteriosklerosis maupun dari berbagai faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan darah tinggi, laki-laki 70 tahun tersebut
memiliki riwayat hipertensi.
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
Semakain tua seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi. Peningkatan
resiko hipertensi sebesar 2,18 kali dengan umur 60 64 tahun; umur 65 69 tahun 2,
45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah (Anggraini dkk, 2009)

6. Mengapa pada Pre Operasi seorang laki laki tersebut di pasangkan kateter ?
Kateter di pasangkan karena pasien mengeluh tidak bias buang air kencing secara
spontan, bila mau kencing harus mengejan dulu, kencing keluar hanya menetes
sehingga pasien di pasangkan kateter agar dapat membantu pengeluaran urine pada
pasien.
terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa
disertai penyulit. Obat yang digunakan yaitu obat golongan penghambat alfa
(prazosin, terasozin, doksasozin, dan alfosozin) dan obat penurun kadar
dihidrotestoteron, yaitu finasteride yang merupakan penghambat 5 alfa reduktase yang
mencegah

terjadinya

perubahan

testoteron

menjadin

dihidrotestoteron

dan

menyebabkan ukuran prostat mengecil (Black, 2014)


7. Mengapa setelah dilakukan operasi dan dilakukan pengkajian pada hari ke tiga.
Terpasang infus 1. Asering 20 tts/mnt 2. Drip Nacl 3. infuse Nacl + Nolvalgin 1 amp
dalam 24 jam ?
Tindakan tersebut dilakukan karena pasien

sudah dilakukan

oprasi TURP dan

mengalami pembekuan darah pada hari kedua, makanya dilakukan pemberian


Asering 20 tts/mnt 2. Drip Nacl 3. infuse Nacl + Nolvalgin 1 amp dalam 24 jam untuk
menghindari terjadinya pembekuan darah, kekurangan cairan, serta mengurangi nyeri.

Kegunaan dari pemberian cairan intravena adalah sbb :


a)
b)
c)
d)

Pendarahan dalam jumlah banyak


Penggantian kehilangan cairan ekstraseluler
Penggantian kehilangan cairan akibat muntah, diare, luka bakar, fistula
Kompensasi tuntutan kebutuhan cairan yang meningkat (deman, berkeringat,

e)
f)
g)
h)
i)

hiperventilasi)
Dehidrasi isotonis
Penggantian volume intravasal sementara
Pemeliharaan perioperatif homeostasis cairan
Koreksi defisit cairan preoperatif
Penggantian kehilangan darah atau trauma (misalnya dalam kombinasi dengan

koloid)
j) Penggantian kehilangan cairan karena penguapan dari daerah bedah atau
mekanik ventilasi dengan gas kering
k) Pengisian cairan interstitial
l) Pasokan cairan menggunakan anion yang dapat dimetabolisme selama
insufisiensi hati (Nugroho, 2012).
Novalgin mengandung metamizole natrium, suatu obat yang mempunyai efek
mengurangi

rasa

nyeri

(analgetik)

dan

mengurangi

spasme

otot

(antispasmodik).
a) Nyeri berat, baik akut maupun kronik, seperti nyeri karena penyakit
reumatik, sakit kepala, sakit gigi, tumor, nyeri pasca kecelakaan, dan
nyeri pasca operasi.
b) Nyeri berat yang disebabkan oleh spasme otot polos, baik akut maupun
kronik, seperti spasme otot atau kolik pada saluran pencernaan, kandung
empedu, ginjal, atau saluran kemih.
c) Tidak untuk pengobatan pada nyeri ringan (Agoes, 2008)

8. Apakah pasien menggunakan pengobatan komplementer selama sakit ?


Seorang laki- laki tidak melakukan pengobatan komplementer selama sakit
Adapun yang termaksud pengobatan komplementer diantaranya:
a. Makanan dari bahan kedelai (isoflavon mempengaruhi metab. testosteron)
b. Buah tomat yang telah dimasak (mengandung Likopin sbg anti kanker)
c. Saw palmetto (sejenis palem, habitat : Amerika), dpt menghambat 5 alpha reductase
shg DHT turun (Black, 2014).

Pemeriksaan Diagnostik
A. Pre Operasi
1. Pemeriksaan laboraterium
a) Hemoglobin : 15gr/dl
b) Leukosit : 8000mm3
c) Ureum : 40
d) Kretanin :0,6
e) SGOT :<45
f) SPGT : <35
2. Pemeriksaan Colok dubur DRE (digital rectal exam) ditemukan prostat yang
rata mulus dan kenyal
3. Pemeriksaan PSA (prostat spesifik agent) tes ini mengukur kadar antigen
yang dihasilkan dalam darah, nilai PSA 05 mg.
4. Uroflowmetri
Dengan menggunakan alat ukur, maka akan terukur pancaran urine. Hal ini
diseabkan obstruksi dini seringkali pancaran melemah. Selain itu, volume
residu urine juga harus diukur. Normal residual urine <100 ml. Namun
residual yang tinggi membuktikan bahwa vesika urinaria tidak mampu
mengeluarkan urine secara baik karena adanya obstruksi (Black, 2014)
B. Post operasi
Pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin : 13gr/dl
b) Leokosit : 5000mm3

Anda mungkin juga menyukai