Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan
fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan
para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model
konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini
sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau
sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat
macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia
adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus
dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli
fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai
Humanisme dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap

kemampuan

koping

manusia

dapat

meningkatkan

derajat

kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys
College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
B. Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga
jenis stimulus yaitu :
o Focal stimuli : Individu segera menghadap
o

Konsektual

stimuli

semua

kehadiran

stimuli

yang

menyumbangkan

efek

Dari focal stimuli.


o Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus
akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi
adalah

proses

yang

berdampak

positif

terhadap

perubahan

lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas
model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan
H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri
dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman
sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling
bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar
dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model.
Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan dapat di organisir
menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun
suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok
konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi tapi kurang absolute
atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat di bedakan apakah
keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya
keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan
alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
B. Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan dengan
konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya
a.

Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan
hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan

yang ada di alam


b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang
c.

ada
Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan.

d.

Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat digunakan

pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan


e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan dalam
pedoman praktek keperawatan.
C. Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat
mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya filosofi dari Florence nigtingale,
kebudayaan, system pendidikan, serta pengembangan ilmu keperawatan.
1. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keprawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan
orang yang sakit dikenal dengan teori lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar
pada pendidikan keparawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien. Beliau
juga membedekan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang
yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengharuh dala perkembangan teori-teori keperawatan
diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih
baik dilkukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat,
akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan
keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga dahulu budaya perawat dibawah
pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi
mandiri, maka hak otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dengan dokter bukan
dibawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan
tugas sebagai tim kesehatan.

3. System Pendidikan
Pada system pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum
keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistim pendidikan
keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan
juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan di tandai dengan adanya pengelompokan ilmu
keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang
merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada
tahun-tahun yang akan datang akan slalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus ataw sub
spesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat di
kembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
D. Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin di capai diantaranya:
1.

Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataankenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model

praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.


2. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan
3.

dapat dipertimbangkan.
Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam
penyelesaian berbagai masalah keperawatan

4.

Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan
sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan
berkembang.

E. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui
filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang
mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada
alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme
dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan
menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam
kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk
mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a) tujuan eksistensi manusia
b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a.

sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.

b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual.
c.

problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.

e.

stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh stimulus fokal.

f.

stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku
tetapi belum dapat di validasi.

g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal
dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari
persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i.

model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan konsep
diri.

j.

respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.

k.

fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi
dilakukan.

l.

konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan

m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di
lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

F. Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia
terdapat

elemen

esensial

yaitu

keperawatan,

manusia,

kesehatan

dan

lingkungan.

Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan
sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang
berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk
menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk

meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus


perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan
terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi
manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus
fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain,
kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia
digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses
umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan
dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar
unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia
digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia
dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan
dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia.
Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
G. TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu

Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.

Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan
dari empat efektor yang telah disebutkan.

a.

Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang
dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan
fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan
transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.

Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).

3.

Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).

4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk
mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponenkomponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.

Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.

Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit,
asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).

8.

Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari


regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan

mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk
menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang
signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard &
Valentine dalam Roy,1991)
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.

The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area
ini.
c.

Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada
bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan
lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang
termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
H. Teori Calista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep
ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi
dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan
2.

lingkungan.
Manusia menggunakan

mekanisme

pertahanan

untuk

mengatasi

perubahan-perubahan

biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada
dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi
rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan
adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai Holistic adaptif
systemdalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari
proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahanbahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a)

Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,

b)

misalnya infeksi .
Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.
Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus

fokal seperti anemia, isolasi sosial.


c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar
untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang
lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada
yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input
stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau
endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b)

Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari
regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator
kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk
mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif
dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik
untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang
tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang
mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang
tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk
membersihkan luka. Roy konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang
disebut memperkenalkan Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian
sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan
dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang
dimilikinya diantaranya:
a.

Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan

lingkungannya.
b.

Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai

dengan perubahan yang terjadi.


c.

Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:

o Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai
pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
o Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal

maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,

diukur secara subjektif.


o Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

o Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan fungsi endokrin.
o Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,
cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.
e.

Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan
tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses
ini

memiliki

tujuan

meningkatkan

respon

adaptasi.

Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan
model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak
dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus
beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
o
o
o
o

Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar


Pengembangan konsep diri positif
Penampilan peran sosial
Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan
mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan keperawatan
diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek
utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)


Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok,
komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic
dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap
informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu

dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu
harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol,
out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang
dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia
dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan
yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional
untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang
stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan
diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan
social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus
input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung
terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat
perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain

seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur,
dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara
objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas
adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari
latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya
tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan
kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan
proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan
proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi
yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang
baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan
mengurangi

resiko

akibat

dari

lingkungan

sekitar.

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama
dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses
keperawatan secara umum.
a) Pengkajian

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I
dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien
sebagai suatu system adaptif

berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan
sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara
sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang
ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap
ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic;
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi;
budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :

Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode
adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah hypoxia.

Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan


berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya
adalah nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan
cuaca lingkungan yang panas.

Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama,
yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar
pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah kegagalan peran berhubungan
dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas

c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah ataumemanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total

stimuli

berkurang

dan

kemampuan

adaptasi

meningkat.

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan
koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah
manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal,
kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona
adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat
mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para
perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan
konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah
terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi
peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat
bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada
individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.
Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi
Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien
dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara

merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring
ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

J. APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY


Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami dan
menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan model ini
sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi keperawatan pada
pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi untuk pemisahan populasi klinik.
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di NICU sebagai sebuah ideology untuk
keperawatan (Nyqvist dan sjoden, 1993 dalam Senesac 2007), pada perawatan bedah akut, sebagai
alat dokumentasi dalam proses keperawata , pada fasilitas rehabilitasi untuk mengintegrasi basis
professional perawatan pasien (Mastal, Hammond, dan Roberts, 1982 dalam Senesac, 2007); pada
dua unit rumah sakit umum sebagai konseptual framework untuk menuntun praktik; memfasilitasi
sistem integral keperawatan pada bagian orthopedic, unit neurosurgical untuk mempertahankan
lingkungan praktik professional bagi pelatihan mahasiswa, meningkatkan otonomi professional,
membantu proses rekrutmen dan penguranan staf, dan untuk meningkatkan kejelasan peran pemberi
layanan, dan menguatkan dan mengefektifkan kolaborasi interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu meningkatkan
respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil tindakan untuk
memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga
stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan
kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat
dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan
lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat
amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita.
Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika
perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi
perannya secara optimal.

APLIKASI TEORI

Studi kasus :
Ibu X, 50 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar sampai
ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan sehari-hari,
termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter, Ibu X dinyatakan
mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan discectomi
(operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Pasca pembedahan setelah sadar dan dibawa ke ruang perawatan, Ibu X merasakan nyeri berkurang.
Meskipun tidak dibatasi pergerakannya, klien merasa takut bergerak dan melakukan kegiatan
kebersihan pribadi (personal hygiene). Klien takut berjalan, merasa takut dan cemas akan
keadaannya pasca pembedahan.
Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu X melakukan aktifitas 12 jam perhari, makan tidak terlalu
mempermasalahkan kandungan gizi atau pembatasan yang penting makan tidak pernah
menggunakan terlalu banyak minyak goreng dan tidak terlalu suka yang manis. Pola tidur 8 jam di
waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga bermain tenis dan jalan pagi setiap hari Ahad.
Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 120/90mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 32x/menit dan
suhu 37,5oc, wajah menampakkan ekspresi cemas.
Ibu X adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko
miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi orang yang
berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Ia bertanya mengenai kemungkinan adanya kelumpuhan
pada dirinya setelah dilakukan operasi, dan mengungkapkan kekhawatiran mengenai perubahan
penampilan (punggung menjadi bungkuk, jalan menjadi timpang) yang akan mempengaruhi
persepsi pelanggannya yang kelak akan berakibat pada kegiatan penjualan tokonya.
Asuhan keperawatan berdasarkan aplikasi teori Roy
1. Pengkajian tahap pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu X sebagai sistim
adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependen.
Pada pengkajian tahap pertama pada Ibu X didapatkan data :
-Mode fisiologis
-Funsi peran
-Mode
-interpenden
-Konsep diri
S: Menyatakan gerakan- nya terbatas

O: klien nampak ragu-ragu bergerak dan banyak diam di kursi atau bed
S: cemas akan terjadi perubahan penampilan
O: Tampak cemas
- Takut terjadi kecacatan
- Rendah diri terhadap penampilanya
Tidak berd penampilanya
2.Pengkajian tahap ke dua
Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontextual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu X didapatkan data :
-Mode
-Behavior
-Fokal
-Contextual
-Residual
-Istirahat dan aktifitas

Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas


Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery
sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post op
discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas
-Self Konsep
-Phisical self
-Personal self
-Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
-Rendah diri tehadap penampilannya
-Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari kaki
-Takut ke-beradaannya menjadi beban orang lain
2.. Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy melalui
tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi perilaku yang
paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu atau lebih adaptif
mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak


Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan :
- Penurunan konsep diri body image dan harga diri

3.. Intervensi
-Problem aktual/resiko
-Hasil yang diharapkan
-Tindakan keperawatan
-Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
- Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
- Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara
maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
- Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan
program perawatan
- Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
- Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan
Cemas dan ketakutan berhubungan dengan :
- penurunan konsep diri body image dan harga diri
Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan untuk
mencari alternatif pemecahan
- Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu
memecahkan permasalahan klien
- Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
- Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan
dengan benar
- Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come.
Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai
konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan
peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan
masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau
holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal
maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya
dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
B. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan
model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model
praktikyang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika,
norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat
atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.
Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui
penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.Pada situasi sehat, perawat berperan
untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya tetap
terjaga.

DAFTAR RUJUKAN
Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton
& Large. 1991.
Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com//model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com//vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
http://erathenurse.blogspot.com/2007/12/aplikasi-teori-adaptasi-dalam-kasus.html
http://dwinoviapritama.blogspot.com/2012/06/model-konsep-dan-teorikeperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai