Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN
Kesehatan indera pendengaran merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia telah membuat rencana Strategi Nasional dalam penanggulangan
gangguan pendengaran dan ketulian, yang disesuaikan dengan UU no. 36 tahun
2009 tentang kesehatan (UU Republik Indonesia 2009; Bashiruddin 2010).
Telah diketahui bahwa gangguan pendengaran ( hearing impairment) atau
ketulian (deafness) mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga,
masyarakat

maupun

Negara.Penderita

akan

mengalami

kesulitan

dalam

berkomunikasi dengan lingkungannya, terisolasi. Kehilangan kesempatan dalam


aktualisasi diri, mengikuti pendidikan formal di sekolah umum, kehilangan
kesempatan memperoleh pekerjaan; yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya
kualitas hidup yang bersangkutan.. Kesulitan kesulitan tersebut diatas akan
bertambah besar di negara berkembang mengingat masih terbatasnya infrastruktur
kesehatan telinga dan pendengaran dalam melakukan pencegahan, deteksi dini,
penatalaksanaan dan habilitas/ rehabilitasi.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1995 terdapat 120 juta penderita
gangguan pendengaran di seluruh dunia. Jumlah tsb mengalami peningkatan yang
sangat bermakna pada tahun 2001 menjadi 250 juta orang; 222 juta diantaranya
adalah penderita dewasa sedangkan sisanya ( 28 juta ) adalah anak berusia di bawah
15 tahun. Dari jumlah tersebut kira kira 2/3 diantaranya berada di negara
berkembang.

Peningkatan

jumlah

penderita

gangguan

pendengaran

ini

kemungkinan disebabkan oleh peningkatan insidens, identifikasi yang lebih baik


atau akibat meningkatnya usia harapan hidup.
Menurut beberapa penelitian 50% populasi usia diatas 65 tahun akan
mengalami gangguan pendengaran. Pada pertemuan WHO (Geneva, 2000)
dilaporkan bahwa pada tahun 2005 penduduk dunia berusia diatas 60 tahun akan
mencapai 1,2 milyar orang dan 60 % dari jumlah tersebut merupakan penduduk
negara berkembang. Selanjutnya pada tahun 2020 populasi dunia berusia diatas 80
tahun juga akan meningkat sampai 200 %.Pertemuan WHO (Geneve, 2000)
menyatakan bahwa 50 % gangguan pendengaran dapat dicegah (Preventable
deafness) melalui kegiatan Primary Health Centre (Puskesmas).
DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara 3670)

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran


Negara Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437)
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara 3637)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara 3754)
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MENKES/SK/XI/2001 tentang
Sistem Kesehatan Nasional.
10. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 879/MENKES/SK/XI/2006 tentang
Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan
Ketulian untuk mencapai Tujuan Sound Hearing 2030
II.

LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat
kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia 9SDM), di mana Kesehatan
Indera Pendengaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas SDM
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%)
penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, di mana sepertiganya terdapat
di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hasil survey Nasional Kesehatan Indera
tahun 1994-1998 di 7 Provinsi didapatkan prevalensi ketulian 0,4%, gangguan
pendengaran 16,8% (masukan P/L, umur). Penyebab terbanyak dari morbiditas
telinga adalah serumen prop (3,6%), dan OMSK (3,1%) di samping gangguan
pendengaran lainnya yaitu presbikusis (2,6%), ototoksisitas (0,3%), tuli mendadak
(0,2%), dan tuna rungu (0,1%).
Dalam rangka menurunkan prevalensi ketulian, Departemen Kesehatan telah
menyusun kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera Pendengaran yaitu:
Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian
(Renstranas PGP Ketulian) dan Pedoman Manajemen Kesehatan Indera tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan Penanggulangan Gangguan Pendengaran
dan Ketulian di Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan rekomendasi WHO
akan diprioritaskan pada 4 penyakit penyebab gangguan pendengaran dan ketulian

yaitu OMSK, Presbikusis, Gangguan pendengaran akibat bising/Noise Induce


Hearing Loss (NIHL) dan Tuli congenital. Namun demikian adanya prioritas
tersebut tidak mengabaikan penyakit lain penyebab ketulian yang spesifik di
wilayah tersebut. Kegiatan pelayanan kesehatan Indera Pendengaran dilaksanakan
oleh Puskesmas sebagi sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan Balai
Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) dan RSU sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan
mempunyai funsi sebagai 1) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2)
Pusat pemberdayaan masyarakat dan 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

Dalam

mencapai

Visi:

Kecamatan

Sehat,

Puskesmas

menyelenggarakan upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan,


kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, upaya perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan
upaya kesehatan pengembangan. Kesehatan Indera Pendengaran termasuk dalam
upaya kesehatan pengembangan Puskesmas yang dapat diintegrasikan dengan
upaya kesehatan wajib.
Agar program kesehatan Indera Pendengaran ini dapat dikelola baik dari
aspek manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada
masyarakat yang mencakup promotif, preventif, dan kuratif, maka diperlukan
suatu pedoman pelayanan kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas. Pedoman
ini akan menjadi acuan bagi petugas Puskesmas dalam pelaksanaan dan
pengembangan program kesehatan Indera Pendengaran di wilayah kerja
Puskesmas.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Pendengaran masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader
b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara
kesehatan dalam menanggulangi gangguan pendengaran dan ketulian
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran kepada
masyarakat
d. Meningkatnya temuan kasus gangguan pendengaran secara dini
e. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran
masyarakat

IV.

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Melaksanakan pelayanan kesehatan indera pendengaran di puskesmas, puskesmas
keliling dan sekolah.

V.

CARA MELAKSANAAN KEGIATAN


1. Sosialisasi
2. Pelatihan
3. Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas:
a. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa:
1) Penyuluhan kesehatan Indera Pendengaran
2) Penjaringan kasus-kasus penyakit telinga serta gangguan fungsi
pendengaran melalui rawat jalan pengobatan
3) Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan

kesehatan

Indera

Pendengaran Primer
4) Rujukan kasus-kasus penyakit telinga
b. Pelayanan di luar gedung Puskesmas
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran tersebut adalah:
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat anak sekolah, kelompok
pekerja non formal, dan lain-lain
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran oleh kader, guru UKS,
dan petugas kesehatan
3) Pengobatan kasus-kasus penyakit telinga serta pertolongan pertama pada
kedaruratan telinga dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenga
perawat Puskesmas dengan bimbingan dokter Puskesmas
4) Rujukan kasus ke Puskesmas
VI.

VII.

SASARAN
1. Sasaran Primer:
a. Bayi
b. Balita
c. Anak usia sekolah/remaja
d. Usia produktif
e. Ibu hamil
f. Pekerja industri
g. Usia lanjut
2. Sasaran Sekunder:
a. Tenaga kesehatan
b. Kader
c. Tokoh masyarakat
d. Guru
JADWAL PELAKSANAAN
Setiap hari kerja dan kolaborasi dengan puskesmas keliling dan UKGS.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi kegiatan diakukan terhadap hal hal :
- Jadwal pelaksanaan
- Jumlah sasaran
- Keterlibatan lintas sektor

- Keterlibatan Pemerintah Desa


2. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dengan menggunakan format yang sudah tersedia
IX.

PENCATATAN, PELAPORAN & EVALUASI KEGIATAN


a. Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen
informasi melalui kegiatan pencatatan, komponen pelaporan, dan komponen
analisis dan evaluasi.
1. Pencatatan Program Kesehatan Indera Pendengaran
2. Pelaporan Program Kesehatan Indera Pendengaran
3. Analisis dan Evaluasi
b. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan secara berkala
untuk melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah
dicapai. Telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
telah dicapai Puskesmas dibandingkan dengan rencana kegiatan dan standar
pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja Puskesmas yang
terdiri dari cakupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan yang
ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan.
Telahaan bulanan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan
Puskesmas. Sebagai tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya pemecahan
masalah dan diuraikan dalam bentuk rencana kegiatan bulanan/triwulan yang
akan datang. Pada akhir tahun saat mengadakan evaluasi kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai