Anda di halaman 1dari 58

.

at
im

tp
://
j

ht

.g

ps
o.
id

Laporan Eksekutif Kesehatan


Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Nomor Publikasi
Katalog BPS

: 35522.1602
: 3101001.35

ht

tp
://
j

at
im

Gambar Kulit
:
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat
Bidang Statistik Sosial

.b

ps

.g

o.
id

Naskah
:
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat
Bidang Statistik Sosial

Diterbitkan Oleh
:
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

KATA PENGANTAR

Laporan eksekutif kesehatan ini merupakan laporan ringkas tentang kondisi


kesehatan masyarakat Jawa Timur berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2015 yang dilakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur. Terdapat
beberapa perubahan dalam penyelenggaraan Susenas 2015, mulai dari jadwal
pelaksanaan yang semula triwulanan menjadi semesteran, perubahan format
dokumen, hingga alur pertanyaan. Beberapa indikator kesehatan yang dimuat dalam
tulisan ini antara lain meliputi angka kesakitan, kesehatan balita, fertilitas, angka
kematian bayi dan angka harapan hidup.

o.
id

Penyusunan laporan eksekutif ini diharapkan dapat memberi informasi yang


bermanfaat bagi pengguna data serta pengambil kebijakan di bidang kesehatan dalam

ps

.g

memantau dan menilai hasil-hasil dari pembangunan di bidang kesehatan.

.b

Tentunya saran dan kritik membangun demi perbaikan penulisan berikutnya,

ht

tp
://
j

at
im

sangat diharapkan. Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat.

Surabaya, Mei 2016


Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur
Kepala,

Teguh Pramono

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

iii

DAFTAR ISI
halaman

KATA PENGANTAR .........................................................................................

iii

DAFTAR ISI

.................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

vi

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................

1.2 Tujuan Penulisan .................................................................

1.3 Sistematika Penulisan ..........................................................

METODOLOGI ...........................................................................

2.1 Sumber Data ......................................................................

o.
id

BAB II

3
6

3.1 Keluhan Kesehatan Penduduk ..............................................

ps

ULASAN.....................................................................................

.b

BAB III

.g

2.2 Konsep dan Definisi .............................................................

3.2.1 Upaya Pengobatan .....................................................

3.2.2 Jaminan Kesehatan .....................................................

12

3.3 Perilaku Merokok ................................................................

14

3.4 Kesehatan Balita ................................................................. .

18

3.4.1 Penolong Kelahiran ....................................................

18

3.4.2 Pemberian ASI dan Imunisasi .....................................

21

3.5 Fertilitas ................................................................. ............

26

3.5.1 Reproduksi Perempuan ..............................................

26

3.5.2 Keluarga Berencana (KB) ............................................

28

3.6 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup ................. ...

31

3.6.1 Angka Kematian Bayi (AKB) .........................................

31

3.6.2 Angka Harapan Hidup (AHH) .......................................

31

PENUTUP ..................................................................................

34

LAMPIRAN ..................................................................................................

36

ht

tp
://
j

at
im

3.2 Angka Kesakitan (Morbidity Rate)/Tingkat Kesehatan Penduduk

BAB IV

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Kebiasaan
Merokok dalam 1 Bulan Terakhir di Jawa Timur, 2015 ...

15

Tabel 2.

Persentase Baduta menurut Penolong Kelahiran di Jawa Timur,


2013 2015

19

ht

tp
://
j

at
im

.b

ps

.g

o.
id

Tabel 1.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.

Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.

o.
id

Gambar 8.

.g

Gambar 6.
Gambar 7.

ps

Gambar 5.

.b

Gambar 4.

at
im

Gambar 3.

tp
://
j

Gambar 2.

Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Sebulan


yang Lalu di Jawa Timur, 2013-2015
Persentase Penduduk Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan Dalam
Sebulan Yang Lalu di Jawa Timur, 2015 ...............................................
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut
Cara Pengobatan yang Dilakukan di Jawa Timur, 2013-2015
Persentase Penduduk di Jawa Timur Menurut Tempat Berobat Jalan,
2015
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Alasan Utama Tidak Berobat
Jalan, 2015 .
Persentase Penduduk Tempat Rawat Inap di Jawa Timur, 2015 ..
Persentase Penduduk Jawa Timur yang Menggunakan Jaminan
Kesehatan Untuk Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015 ....
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Jenis Jaminan Kesehatan
yang Dimiliki untuk Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015 .
Persentase Penduduk Jawa Timur Yang Merokok Tidak Setiap Hari,
2015
Persentase Penduduk Jawa Timur Yang Tidak Merokok Apakah Dulu
Sebelum Sebulan Terakhir Pernah Merokok , 2015 .
Rata-rata Batang Rokok Per Minggu yang Dihisap Penduduk Jawa Timur
dalam 1 bulan terakhir, 2015
Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun di Jawa Timur
Menurut Berat Badan Anak dari Kelahiran yang terakhir, 2015 ...
Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun di Jawa Timur
Berdasarkan Lamanya IMD dari Kelahiran yang Terakhir, 2015 .
Rata-rata Lama Bayi Usia 0-1 Tahun Mendapatkan ASI Saja (Bulan) di
Jawa Timur, 2013-2015 .
Persentase Baduta Menurut Lamanya Diberi ASI di Jawa Timur, 2015 .
Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di
Jawa Timur, 2015
Persentase Perempuan Usia 10 Tahun Keatas Menurut Usia Kawin
Pertama dan Singulate Mean Age at Married (SMAM) di Jawa Timur,
2015
Keikutsertaan PUS Dalam Program KB di Jawa Timur, 2011-2015 ..
Persentase PUS yang Sedang ber KB Menurut Alat/Cara KB di Jawa
Timur, 2015 .
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup di Jawa Timur,
2011- 2015 ...
Angka Harapan Hidup (AHH) di Jawa Timur, 2011- 2015

ht

Gambar 1.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

vi

7
8
9
10
11
11
13
14
16
16
17
21
22
23
24
25
27

28
29
30
32

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

o.
id

.g

Lampiran 6.

ps

Lampiran 5.

.b

Lampiran 4.

at
im

Lampiran 3.

tp
://
j

Lampiran 2.

Persentase Penduduk Jawa Timur yang Mempunyai Keluhan


Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota, 2013 2015 .
Persentase Penduduk Jawa Timur yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan dan Terganggu Kegiatan Sehari-harinya Menurut
Kabupaten/Kota, 2013 2015
Persentase Penduduk Jawa Timur yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan dan Terganggu Kegiatan Sehari-harinya Menurut Tempat
Berobat Jalan per Kabupaten/Kota, 2015 ....
Rata-rata Lama Sakit (hari) Penduduk yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan dan Terganggu Kegiatan Sehari-hari per Kabupaten/Kota,
2015 ..
Rata-rata Lamanya (hari) Penduduk Jawa Timur yang Rawat Inap
Menurut Kabupaten/Kota
Rata-rata Batang Rokok per Minggu yang Dihisap Penduduk Jawa
Timur dalam 1 Bulan Terakhir berdasarkan Merokok Setiap hari atau
tidak Menurut Kabupaten/kota , 2015 .
Persentase Balita Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota dan Penolong
Terakhir Kelahiran, 2013 2015
Rata-rata Lamanya Bayi Usia 0-1 Tahun Diberi ASI Tanpa Makanan/
Minuman Pendamping Menurut Kabupaten/Kota, 2013 2015 ..
Persentase Baduta (Usia 0-23 Bulan) Menurut Pemberian ASI Menurut
Kabupaten/Kota, 2015 ....................................................
Persentase Baduta Jawa Timur Menurut Lamanya Pemberian ASI
Menurut Kabupaten/Kota, 2015 ....
Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi
di Jawa Timur Menurut Tempat Berobat Jalan per Kabupaten/Kota ..
Persentase Perempuan Jawa Timur Usia 10 Tahun Ke Atas yang
Kawin di Bawah Umur (Kurang dari 17 Tahun), 2013 - 2015 ..
Persentase Penduduk Perempuan Jawa Timur Usia 15-49 Tahun Yang
Berstatus Kawin Menurut Kabupaten/Kota dan Pernah/Sedang
Menggunakan Alat KB, 2013 - 2015 .
Persentase Penduduk Perempuan Jawa Timur Usia 15-49 Tahun Yang
Berstatus Kawin (PUS) Menurut Kabupaten/Kota Dan Alat/Cara KB
Yang Sedang Digunakan, 2015 ..
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH)
Penduduk Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2013 2015 ..

ht

Lampiran 1.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

36
37

38

39

40
41

42
43
44
45
46
47
48

49

50

vii

BAB
I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tingkat

kesehatan

masyarakat

merupakan

salah

satu

indikator

untuk melihat tingkat kesejahteraan umum masyarakat pada suatu wilayah. Semakin
baik/tinggi tingkat kesehatan suatu masyarakat, maka dapat dikatakan semakin baik
pula tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut.
Program-program pembangunan dalam bidang kesehatan terus dicanangkan
dan ditingkatkan pemerintah saat ini. Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

o.
id

sebagai tujuan pembangunan nasional. Pelaksanaan program-pogram dalam bidang


kesehatan tersebut diselenggarakan secara menyeluruh dan merata agar seluruh

.g

lapisan masyarakat dapat menikmatinya dengan mudah, bahkan ada beberapa

ps

diantaranya yang diberikan secara gratis, dengan harapan kesehatan seluruh


meningkatkan

terhadap

masyarakat

dalam

bidang

tp
://
j

kesehatan.

pelayanannnya

at
im

senantiasa

.b

masyarakat dapat terus meningkat. Meliputi upaya preventif dan kuratif pemerintah

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang

ht

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara ekonomi dan sosial (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992). Derajat atau tingkat kesehatan suatu masyarakat
dipengaruhi oleh perilaku, kesehatan lingkungan, faktor keturunan, dan pelayanan
kesehatan. Setiap tahap pembangunan bidang kesehatan yang dicanangkan oleh
pemerintah tujuan utamanya adalah mendekatkan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Peningkatan pelayanan kesehatan terus dilakukan pemerintah. Salah satu
diantaranya melalui penyediaan berbagai fasilitas kesehatan dilengkapi dengan
peralatan medis yang memadai beserta tenaga medis berkualitas. Tugas dan tanggung
jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bukan semata-mata berada
di pundak pemerintah, melainkan menjadi tugas setiap individu untuk ikut menjaga
kesehatan masyarakat dengan terus berupaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat pula.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

Derajat kesehatan penduduk Jawa Timur secara umum dapat dilihat melalui
indikator-indikator kesehatan yang dihasilkan dari data Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional) yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Data yang dihasilkan memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk
secara berkesinambungan dan berkelanjutan meliputi keterangan kesehatan penduduk,
cakupan imunisasi, kesehatan balita (anak usia 0-4 tahun), pelayanan kesehatan,
jaminan kesehatan serta fertilitas dan KB.
Indikator yang muncul pada periode sekarang pada dasarnya merupakan
refleksi dari program-program sebelumnya. Dampak dari suatu program tentunya baru
akan dirasakan beberapa periode setelah program dijalankan. Keterangan individu
yang diperoleh dari susenas, khususnya dalam bidang kesehatan dapat memberikan
gambaran mengenai pengaruh program layanan pemerintah terhadap peningkatan

Tujuan Penulisan

.g

1.2

o.
id

kesehatan masyarakat.

ps

Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan

.b

taraf kesehatan dan kualitas hidup penduduk melalui data-data kesehatan, yaitu antara

at
im

lain angka kesakitan, cakupan imunisasi, kesehatan balita, prevalensi KB, angka
kematian bayi dan angka harapan hidup. Dari gambaran yang diberikan, diharapkan

tp
://
j

dapat digunakan sebagai bahan dalam mengevaluasi keberhasilan pembangunan dan

1.3

ht

perencanaan ke depan dalami bidang kesehatan.


Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari empat bab, yaitu :
-

Bab I Pendahuluan

berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika


penulisan,

Bab II Metodologi

berisi sumber data serta konsep dan definisi yang


digunakan dalam tulisan ini,

Bab III Ulasan

berisi tentang ulasan singkat tentang kesehatan,

Bab IV Penutup

berisi tentang kesimpulan dari tulisan ini,

Penulisan ini juga melampirkan beberapa data yang mendukung analisis/ulasan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

METODOLOGI
2.1

BAB
II

Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2015. Untuk mengetahui perkembangan beberapa


tahun terakhir, ditampilkan pula data-data hasil Susenas tahun sebelumnya.
Susenas 2015, merupakan hasil pengembangan dari penyelenggaraan Susenas
pada tahun-tahun sebelumnya. Terdapat beberapa perubahan pada pelaksanaan
Susenas 2015. Jadwal penyelenggaraan yang sebelumnya dilaksanakan secara

o.
id

triwulanan (Susenas 2011-2014), menjadi semesteran sejak tahun 2015. Bentuk


dokumen, format pertanyaan hingga alur pertanyaan juga berubah sehingga terdapat

.b

Konsep dan Definisi

at
im

2.2

ps

.g

beberapa data yang tidak bisa disajikan seperti tahun sebelumnya.

Keluhan Kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan

tp
://
j

kesehatan atau kejiwaan, baik karena gangguan/penyakit yang sering dialami


penduduk maupun karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama

ht

sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminalitas atau keluhan


lainnya. Keluhan yang dimaksud adalah keluhan fisik maupun psikis. Lamanya
terganggu mencakup jumlah hari untuk semua keluhan kesehatan dalam satu
bulan terakhir.
-

Penyakit Kronis adalah suatu penyakit yang diderita dalam waktu yang sudah
cukup lama, menahun dan belum juga sembuh-sembuh. Kronis biasanya digunakan
untuk sakit yang sudah cukup lama dan menahun. Contoh : penyakit AIDS, Asam
urat, pikun, sakit alzheimer, maag kronis, tulang keropos (osteoporosis), diabetes,
stroke, dan lain-lain.

Penyakit akut digunakan untuk sakit yang datangnya secara tiba-tiba namun
cukup parah dan perlu penanganan medis dengan segera. Penderita penyakit
kronis dicatat mempunyai keluhan (sesuai dengan penyakit yang diderita)

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

meskipun selamat sebulan terakhir tidak ada keluhan. Contoh : patah tulang akibat
kecelakaan, sinusitis tiba-tiba, serangan jantung, dan lain-lain.
-

Mengobati Sendiri adalah upaya oleh anggota rumah tangga (art)/keluarga


dengan melakukan pengobatan sendiri, agar sembuh atau lebih ringan keluhan
kesehatannya dengan menentukan jenis obat sendiri tanpa saran/resep dari tenaga
kesehtan/batra. Jenis obat/cara pengobatan yang digunakan adalah: obat modern,
obat tradisional, dan lainnya.

Berobat Jalan adalah kegiatan atau upaya anggota rumah tangga yang
mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan
pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau
tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah.
Praktik pengobatan tradisional/alternatif (batra) adalah praktik pelayanan
kesehatan

alternatif

dimana

terdapat

rawat

inap

o.
id

yang

dilakukan

oleh

.g

dukun/tabib/sinse, termasuk pula pelayanan akupuntur, pijat refleksi, paranormal

Pelayanan kesehatan tradisonal adalah pengobatan dan/atau perawatan

.b

ps

dan radiestesi.

at
im

dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan ketrampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan secara
maupun ramuan.

Rawat Inap adalah upaya penyembuhan keluhan kesehatan dengan menginap 1

ht

tp
://
j

norma yang berlaku di masyarakat, baik dengan menggunakan keterampilan

malam atau lebih di suatu unit pelayanan kesehatan modern atau tradisiona,
termasuk dalam kejadian ini adalah rawat inap untuk persalinan.
-

Proses Kelahiran adalah proses lahirnya janin usia 5 bulan ke atas dari dalam
kandungan ke dunia luar, dimulai dengan tanda-tanda kelahiran, lahirnya bayi,
pemotongan tali pusat, dan keluarnya plasenta.

Penolong Proses Persalinan adalah penolong persalinan yang menangani


proses kelahiran bayi hingga pemotongan tali pusar. Yang dimaksud disini adalah
penolong terakhir dalam proses persalinan

Pemberian Air Susu Ibu (ASI)/Menyusui adalah jika puting susu ibu yang
dihisap bayi mengeluarkan air susu yang diminum oleh bayi, walaupun hanya

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

sedikit, Ibu yang menyusui dapat ibu kandung maupun bukan ibu kandung. Bayi
yang minum ASI melalui botol dikategorikan diberi ASI.
-

Imunisasi

atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit

tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau
diminum (diteteskan dalam mulut), dengan maksud agar terjadi kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi antara lain :
a. BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit
TBC, diberikan pada bayi baru lahir atau anak sebanyak satu kali dengan
suntikan pada kulit pangkal lengan atas,
b. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit
Difteri, Pertusis, dan Tetanus, diberikan pada bayi berumur 3 bulan ke atas
dengan suntikan pada paha, Imunisasi DPT lengkap pada balita berjumlah 3

o.
id

kali.

.g

c. Polio merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit polio, diberikan pada bayi

ps

berumur 3 bulan ke atas, dengan memberikan 3 tetes cairan vaksin berwarna

d. Campak/Morbilli

at
im

balita berjumlah 3 kali.

.b

merah muda atau putih ke dalam mulut anak. Imunisasi polio lengkap pada

merupakan

vaksinasi

untuk

mencegah

penyakit

tp
://
j

campak/morbilli, diberikan pada bayi berumur 9 sampai 12 bulan, dengan

ht

suntikan di bawah kulit pada paha sebanyak 1 kali.


e. Hepatitis B merupakan suntikan secara intramuskular (suntikan ke dalam
otot) untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan pada bayi sebanyak 3
kali.
-

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah besarnya kemungkinan bayi meninggal


sebelum mencapai usia satu tahun, dinyatakan dalam per seribu kelahiran hidup.

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak
lahir yang mungkin akan dicapai oleh sekelompok penduduk.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

ULASAN

BAB
III

Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang sehat jasmani dan
rohani merupakan cita-cita semua bangsa. Semakin baik derajat kesehatan suatu
masyarakat, menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut baik.
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan terus dilakukan dengan memberikan
kemudahan akses terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan. Pemerintah terus
melakukan pemerataan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan profesional agar
tidak terfokus di kota-kota besar saja.
Pembangunan di bidang kesehatan juga menekankan pentingnya peningkatan

o.
id

perilaku hidup sehat dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan melindungi

.g

kesehatan diri dan lingkungannya. Usaha promotif dan preventif lebih digiatkan lagi,

ps

dalam rangka mengurangi tindakan kuratif. Membudayakan hidup sehat dengan

.b

berperilaku sehat, menjaga pola makan, dan menjaga kesehatan lingkungan

at
im

merupakan upaya kesehatan masyarakat.

Beberapa indikator yang dicakup dalam Susenas yang dapat digunakan untuk

tp
://
j

menentukan derajat kesehatan penduduk antara lain angka kesakitan (morbidity rate),
cakupan imunisasi, kesehatan balita, persalinan oleh tenaga medis, angka kematian

ht

bayi dan angka harapan hidup.


3.1

Keluhan Kesehatan Penduduk


Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa,

termasuk akibat kecelakaan ataupun hal lain. Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk
mengukur tingkat/derajat kesehatan masyarakat secara umum yang dapat dilihat dari
adanya keluhan akibat terkena suatu penyakit tertentu.
Adanya keluhan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor
lingkungan, faktor genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan (Teori Blum). Pola hidup
yang kurang sehat, tingkat stress yang tinggi, pola makan yang tidak teratur, kurang
sehatnya lingkungan sekitar tempat tinggal dan lingkungan pergaulan adalah beberapa
faktor yang dapat menimbulkan keluhan kesehatan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

Persentase penduduk yang

Gambar 1.
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
Sebulan yang Lalu di Jawa Timur,
2013-2015
40

27,37

30,21

mempunyai

keluhan

kesehatan,

sebulan yang lalu di wilayah Jawa


Timur, berdasarkan hasil Susenas

33,45

30

tahun 2015 adalah 33,45 persen.

20

Mengalami

10

3,24

0
2013

2014

peningkatan

persen

poin

sebesar

dibandingkan

tahun sebelumnya.

2015

Gambar

menunjukkan

tren peningkatan persentase penduduk Jawa Timur yang mengalami keluhan


kesehatan sebulan lalu. Persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan
sebulan yang lalu di Jawa Timur pada tahun 2015 merupakan angka tertinggi dalam
tiga tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Jawa Timur

o.
id

yang mengalami keluhan kesehatan terus bertambah dari tahun ke tahun.

.g

Peningkatan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sebulan

ps

lalu, dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah tingkat polusi yang tinggi,

.b

pola makan dengan gizi tidak seimbang, tuntutan beban hidup yang semakin berat

at
im

menyebabkan tingkat stres yang tinggi, ditambah dengan pola hidup yang kurang
sebagainya.

tp
://
j

sehat, kurangnya aktifitas fisik, hingga kurangnya durasi untuk berisitirahat dan lain
Keluhan kesehatan yang dialami oleh 33,45 persen penduduk Jawa Timur ini

ht

meliputi keluhan fisik dan psikis. Termasuk didalamnya adalah penyakit kronis dan
penyakit akut, dan keluhan lainnya seperti sakit campak, sakit kuning/liver, lumpuh,
pikun, masuk angin, perut mules, katarak, tuli, sakit gigi, sesak nafas, sakit kepala
berulang dan keluhan fisik akibat menstruasi atau hamil.
3.2

Angka Kesakitan (Morbidity Rate) /Tingkat Kesakitan Penduduk


Angka kesakitan/tingkat kesakitan penduduk adalah persentase penduduk yang

mempunyai keluhan kesehatan yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari.


Angka tersebut merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan
penduduk. Angka kesakitan penduduk dapat diketahui dengan melakukan pendekatan
angka keluhan kesehatan selama satu bulan yang lalu (satu bulan sebelum survei),
berapa lama terganggu kesehatannya, serta cara dan jenis pengobatan yang
dilakukan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

Tingkat kesakitan memberikan gambaran seberapa besar pengaruh dari


keluhan kesehatan yang dirasakan oleh penduduk. Keluhan kesehatan yang dirasakan
berat maka dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari (bekerja, sekolah,
mengurus rumah tangga dll).
Gambar 2 menunjukkan tingkat kesakitan/morbidity rate penduduk Jawa Timur
adalah 18,79 persen, dimana 3,69 persen diantaranya menyatakan keluhan kesehatan
yang

Gambar 2.
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Ada
Tidaknya Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Lalu, 2015

dirasakannya

mengganggu

parah

kegiatan

dan

sehari-hari.

Yang disebut parah adalah ketika


keluhan

15,10
3,69
66,55

kesehatan

yang

diderita

menyebabkan tidak bisa melakukam

14,66

kegiatan sehari-hari seperti biasanya


atau harus istirahat di rumah, atau
terbaring di tempat tidur. Sementara

Ada Keluhan Kesehatan dan Mengganggu (Morbidity Rate)

15,10

lainnya

menyatakan

.g

Ada Keluhan Kesehatan Tapi Tidak Mengganggu

persen

keluhan kesehatan yang diderita tidak

ps

Ada Keluhan Kesehatan dan Mengganggu dirasakan parah

o.
id

Tidak Ada Keluhan Kesehatan

.b

parah meskipun mengganggu aktivitas

at
im

sehari-hari. Di sisi lain terdapat 14,66 persen penduduk yang menyatakan bahwa
hari.

tp
://
j

keluhan kesehatan yang diderita tidak menyebabkan terganggunya kegiatan sehariHal tersebut menunjukkan dari penduduk Jawa Timur yang mempunyai keluhan

ht

kesehatan sebulan lalu lebih dari 50 persen menyatakan bahwa keluhan kesehatan
mengganggu kegiatan sehari-hari. Rata-rata lama (hari) penduduk Jawa Timur yang
terganggu kegiatan sehari-harinya karena keluhan kesehatan yang dimilikinya adalah
5,83 hari. Tabel lampiran 4 menyajikan rata-rata lama (hari) penduduk Jawa Timur
terganggu kegiatan sehari-hari akibat keluhan kesehatan menurut Kabupaten/Kota.
3.2.1 Upaya Pengobatan
Berbagai upaya pengobatan dilakukan untuk mengatasi keluhan kesehatan
yang dialami, diantaranya dengan mengobati sendiri, berobat jalan, bahkan ada
diantaranya yang menjalani rawat inap (opname). Metode pengobatan sendiri dipilih
oleh sebagian besar penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sebagai tahap
awal untuk pengobatan, apabila dengan pengobatan sendiri masih belum mampu
menyembuhkan keluhan yang dirasakan, maka pilihan untuk berobat jalan mulai
Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

ditempuh baik ke tenaga kesehatan, pengobatan tradisional, maupun lainnya, bahkan


jika keadaan semakin memburuk maka akan dirujuk dengan rawat inap.
Gambar 3.
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut
Cara Pengobatan yang Dilakukan di Jawa Timur, 2013-2015
80

61,22

58,00

50,75

49,02

60

66,28

59,31

40
20

3,97

2,96

2,59

0
2013
Mengobati Sendiri

2014

2015

Berobat Jalan

Rawat Inap

Hal tersebut dapat dilihat dari persentase penduduk yang mengalami keluhan

o.
id

kesehatan menurut cara pengobatan yang dilakukan di tahun 2015, yaitu persentase

.g

terbesar adalah mengobati sendiri yaitu sebesar 66,28 persen, kemudian diikuti

ps

dengan rawat jalan sebesar 58,00 persen dan persentase terkecil adalah rawat inap

.b

sebesar 3,97 persen.

at
im

Berbagai fasilitas kesehatan menjadi pilihan penduduk yang mempunyai


keluhan kesehatan untuk berobat jalan. Pilihan terbanyak adalah dengan mengunjungi

tp
://
j

praktek dokter/bidan (54,76 persen), hal ini dilakukan karena praktek dokter/bidan
lebih mudah ditemui di berbagai wilayah. Praktek dokter/bidan dianggap lebih praktis

ht

dan dapat menghemat waktu karena dapat dikunjungi pada sore/malam hari ataupun
waktu libur, diluar jam kerja pada umumnya. Hadirnya berbagai fasilitas kesehatan
seperti klinik/praktek dokter bersama, menjadi alternatif untuk berobat jalan. Terbukti
di tahun 2015 sebanyak 8,60 persen penduduk memilih klinik/praktek dokter bersama.
Kendatipun demikian puskesmas/pustu masih menjadi pilihan bagi 22,72 persen
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan di Jawa Timur. Puskesmas dan
puskesmas pembantu masih menjadi pilihan sebagian besar penduduk karena
keberadaannya di setiap kecamatan mudah diakses dengan biaya terjangkau.
Rasio ketersediaan puskesmas menurut WHO adalah 1 puskesmas untuk
melayani 30.000 penduduk. Puskesmas di Jawa Timur secara keseluruhan berjumlah
960 puskesmas (Dinkes, 2015), masih belum memenuhi standar rasio ketersediaan
untuk melayani 38,8 juta penduduk Jawa Timur. Meskipun demikian upaya pemerintah
Jawa Timur untuk meningkatkan mutu pelayanan terus dilakukan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

Gambar 4 menunjukkan

Gambar 4.
Persentase Penduduk di Jawa Timur Menurut
Tempat Berobat Jalan, 2015

persentase

penduduk

yang

berobat jalan menurut tempat


100

berobat jalan. Masih ada 5,32

54,76
50
5,32

5,19

8,60

persen

22,72
3,41

1,70

2,67

penduduk

yang

mempunyai keluhan kesehatan

memilih rumah sakit pemerintah


dan 5,19 persen memilih rumah
sakit swasta untuk berobat jalan.
Rumah sakit menjadi alternatif
lain ketika keluhan kesehatan yang dirasakan berat

dan memerlukan pemeriksaan

lebih lanjut dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pada umumnya pemeriksaan di rumah
sakit harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan (terlebih jika menggunakan

o.
id

rujukan) dan memiliki calon pasien yang lebih banyak sehingga waktu pelayanan

.g

menjadi lebih panjang.

ps

Sebanyak 3,41 persen penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan masih

.b

memanfaatkan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) untuk berobat

at
im

jalan. UKBM ini pada umumnya tersedia di wilayah perdesaan dengan bentuk
pelayanan kesehatan dasar di poskedes, polindes, posyandu, pos obat desa dan balai

tp
://
j

pengobatan. Mengingat UKBM terbentuk hampir diseluruh wilayah perdesaan, maka


pelayanan UKBM lebih mudah diakses sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama.

ht

Disamping itu masih ada penduduk (1,70 persen) yang lebih memilih untuk
memanfaatkan praktek pengobatan tradisonal/alternatif untuk mengatasi keluhan
kesehatannya. Pelayanan kesehatan dengan cara pengobatan tradisonal ini dapat
diberikan dengan menggunakan keterampilan (pijat, akupuntur, bekam, dll) ataupun
ramuan.
Meskipun demikian tidak semua penduduk memilih berobat untuk berobat
jalan. Alasan utama tidak berobat jalan dapat dilihat pada Gambar 5. Penduduk yang
memilih untuk tidak berobat jalan lebih disebabkan karena merasa cukup dengan
mengobati sendiri (66,28 persen), yakni melakukan upaya pengobatan tanpa
saran/resep dari tenaga kesehatan/batra. Disamping itu alasan utama lainnya tidak
berobat jalan adalah merasa tidak perlu (27,82 persen), karena merasa sakit yang
dideritanya akan sembuh dengan sendirinya. Ada pula yang disebabkan karena tidak
punya biaya untuk berobat (2,57 persen) baik untuk biaya administrasi, jasa dokter,

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

10

ataupun menebus obatnya. Hanya sebagian kecil penduduk mempunyai keluhan


kesehatan yang menyatakan alasan utama tidak berobat jalan, disebabkan tidak ada
biaya transportasi (0,14 persen), tidak ada yang mendampingi (0,10 persen), tidak ada
sarana transportasi (0,07 persen), dan waktu tunggu pelayanan yang lama (0,06
persen).
Gambar 5.
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Alasan Utama Tidak Berobat Jalan, 2015
Tidak punya biaya
berobat; 2,57%

Tidak ada biaya


transport; 0,136%

Lainnya; 2,97%

Waktu tunggu
pelayanan lama;
0,056%

Merasa tidak perlu;


27,82%

Tidak ada sarana


transportasi;
0,069%

o.
id

Tidak ada yang


mendampingi;
0,100%

ps

.g

Mengobati sendiri;
66,28%

Sementara itu upaya pengobatan lainnya yang dilakukan oleh penduduk yang

.b

15

at
im

mempunyai keluhan kesehatan adalah dengan melakukan rawat inap. Penduduk Jawa
Timur yang pernah dirawat inap dalam 1 tahun terakhir pada tahun 2015 hanya 3,97

tp
://
j

persen. Upaya pengobatan dengan rawat inap menjadi alternatif terakhir, ketika
keluhan kesehatan yang dirasakan semakin parah, dan memerlukan perawatan

ht

intensif. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kondisi yang lebih buruk lagi.
Gambar 6 menunjukkan persentase penduduk menurut tempat rawat inap di
Gambar 6.
Persentase Penduduk Tempat Rawat Inap di Jawa
Timur, 2015
40

tahun

2015.

Melakukan rawat inap di rumah


sakit,

baik

di

rumah

sakit

swasta, masih merupakan pilihan

21,35

sebagian besar penduduk (masing-

20

Timur

pemerintah maupun di rumah sakit

35,35 35,35

30

10

Jawa

5,66

masing
2,76

0,88

0,14

35,35

mempunyai
Rumah

persen)

keluhan

sakit

yang

kesehatan.

menjadi

tempat

rujukan untuk rawat inap karena


fasilitas dan ketersediaan tenaga

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

11

kesehatan profesionalnya lebih terjamin. Terlebih dewasa ini dari segi biaya, rumah
sakit pemerintah dan swasta tidak terlampau jauh berbeda, dan dapat diatasi dengan
adanya jaminan sosial. Untuk mengatasi keluhan kesehatan dengan tingkat resiko yang
tinggi rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat mengakomodir
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Sebanyak 21,35 persen penduduk dirawat inap di puskesmas/pustu. Selain
lokasinya yang mudah dijangkau karena terdapat di sebagian besar kecamatan di Jawa
Timur, pertimbangan biaya menjadi salah satu alasan mengapa puskesmas/pustu
dimanfaatkan sebagai tempat untuk rawat inap. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
mengupayakan melakukan akreditasi puskesmas di seluruh wilayah Jawa Timur agar
dapat melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
WHO, dengan membekali setiap puskesmas dengan sarana prasarana yang memadai
dan menyediakan tenaga kesehatan yang professional.

o.
id

Hanya sebagian kecil dari penduduk yang memanfaatkan tempat praktek


penduduk

di

Jawa

Timur

yang

memanfaatkan

ps

persen

.g

dokter/poliklinik untuk tempat rawat inap (5,66 persen). Di samping masih ada 0,88
tempat

pengobatan

.b

tradisional/alternatif untuk rawat inap. Hal ini disebabkan umumnya mereka masih

at
im

terpengaruh oleh budaya/kebiasaan setempat, yang sudah dilakukan secara turun


temurun. Tingkat kepercayaan pada tenaga medis yang rendah, pertimbangan lokasi

tp
://
j

fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau, ketakutan akan efek samping pengobatan
modern, dan besaran biaya pelayanan kesehatan merupakan beberapa hal yang juga

ht

melatarbelakangi pemanfaatan pengobatan tradisional.


Rata-rata hari lamanya menginap penduduk Jawa Timur pada saat rawat inap
adalah 5,54 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluhan kesehatan yang diderita
cukup berat.

Lampiran 5 menyajikan rata-rata (hari) lamanya rawat inap menurut

kabupaten/kota di Jawa Timur, tahun 2015.


3.2.2 Jaminan Kesehatan
Salah satu program pemerintah dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah dengan menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional. Setiap
anggota masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan lebih mudah
dan lebih murah.
Adanya jaminan sosial khususnya dalam bidang kesehatan diharapkan, dapat
lebih memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas dan tenaga kesehatan yang
Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

12

profesional, dengan waktu yang lebih cepat dan biaya yang lebih murah. Dimana
seluruh atau sebagian biaya berobat anggota rumah tangga ditanggung oleh penjamin
kesehatan.
Semakin banyak fasilitas-fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan badan
penyelenggara jaminan kesehatan maka kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dapat terpenuhi. Tidak terkecuali bagi penduduk miskin. Bagi warga miskin
iuran

untuk

jaminan

kesehatan

ditanggung

pemerintah,

sementara

untuk

buruh/pegawai ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja. Bagi masyarakat umum


ada kepesertaan mandiri dengan pilihan jumlah iuran yang terjangkau.
Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang menggunakan jaminan
kesehatan baik pada saat berobat jalan maupun rawat inap masih lebih sedikit
dibandingkan dengan penduduk yang berobat jalan maupun rawat inap yang tidak
menggunakan jaminan kesehatan.
penduduk

yang

menggunakan

dan

penduduk

o.
id

Persentase

yang

tidak

.g

menggunakan jaminan kesehatan pada saat rawat inap cukup berimbang (hampir

at
im

.b

Gambar 7.
Persentase Penduduk Jawa Timur yang
Menggunakan Jaminan Kesehatan Untuk
Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015

ps

sebanding). Perawatan intensif dengan rawat inap membutuhkan perhatian, waktu,

40

ht

20,61

tp
://
j

44,05

60

20

dengan

rawat

Rawat Inap

jalan.

Menggunakan

jaminan kesehatan dapat meringankan


beban dari si pasien dan keluarga. Atas
dasar

hal

tersebut

kesehatan
demikian

0
Rawat Jalan

biaya yang lebih banyak dibandingkan

maka

digunakan.
penduduk

jaminan
Meskipun

yang

tidak

menggunakan jaminan kesehatan untuk


rawat inap, masih lebih banyak (55,95

persen) dibandingkan penduduk yang menjalani rawat inap dengan menggunakan


jaminan kesehatan (44,05 persen). Sementara itu hanya 20,61 persen penduduk
yang menggunakan jaminan kesehatan untuk berobat jalan.
Penggunaan jaminan kesehatan untuk berobat jalan hanya berlaku pada
fasilitas-fasilitas kesehatan tertentu, dengan ketentuan dan prosedur yang sudah
ditetapkan. Sementara penduduk yang berobat jalan pada umumnya memanfaatkan
fasilitas kesehatan terdekat yang lebih mudah dijangkau, tanpa melihat apakah tempat
tersebut

menerima

jaminan

kesehatan

tertentu

atau

tidak.

Hanya

dengan

pertimbangan efisiensi waktu dan kemudahan untk memperoleh layanan kesehatan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

13

Tempat berobat jalan yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk adalah tempat
praktek dokter/bidan yang pada prakteknya jarang sekali menerima pasien dengan
jaminan kesehatan, kecuali dokter/bidan yang sudah ditunjuk dan melakukan
perjanjian dengan badan penyelenggara jaminan kesehatan.
Persentase penduduk Jawa Timur yang menggunakan jaminan kesehatan
menurut jenis jaminan kesehatan yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Jenis Jaminan Kesehatan yang
Dimiliki untuk Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015

60,63

Tidak Memiliki Jaminan Kesehatan


0,50

Jamkes Perusahaan/Kantor

0,85

Asuransi Swasta

2,18

Jamkesda

19,74

o.
id

Jamkesmas/PBI
5,28

Askes/Asabri/Jamsostek

9,58

ps

BPJS Kesehatan

.g

1,92

BPJS Ketenagakerjaan

20,00

40,00

60,00

80,00

3.3

Perilaku Merokok

at
im

.b

0,00

tp
://
j

Perilaku hidup sehat merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan


masyarakat yang dimulai dengan perilaku hidup sehat/pola hidup sehat setiap

ht

individunya. Kebiasaan atau perilaku hidup tidak sehat yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah merokok.
Merokok merupakan aktivitas membakar tembakau kemudian menghisap
asapnya baik menggunakan rokok maupun pipa. Terdapat 2 (dua) cara merokok yang
umumnya dilakukan, yaitu pertama menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam
paru-paru dan dihembuskan; kedua hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan
melalui mulut atau hidung (Susenas 2015). Termasuk di dalamnya adalah rokok putih,
rokok kretek, cerutu, lisong, pipa cangklong, linting dan kawung.
Tabel 1 menunjukkan terdapat 21,76 persen penduduk yang menyatakan
merokok setiap hari dalam sebulan terakhir. Hanya 2,20 persen penduduk yang
menyatakan merokok meskipun tidak setiap hari. Meskipun secara persentase
penduduk yang menyatakan tidak merokok sama sekali dalam sebulan terakhir adalah
75,60 persen, tetapi bahaya merokok dapat terus meningkat. Sementara penduduk

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

14

yang menyatakan tidak tahu (0,43 persen) adalah penduduk yang mewakili anggota
rumah tangga lainnya dan tidak tahu apakah anggota rumah tangga tersebut merokok
atau tidak.
Tabel 1.
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok
dalam 1 bulan terakhir di Jawa Timur, 2015
Jenis
Kelamin

Apakah merokok tembakau dalam 1 bulan terakhir?


Ya, setiap
hari

Ya, tidak setiap


hari

Tidak

Tidak tahu

(2)

(3)

(4)

(5)

Laki-laki

43,67

4,40

51,63

0,30

Perempuan

0,56

0,07

98,81

0,56

Laki-laki +
Perempuan

21,76

2,20

75,60

0,43

(1)

Kebiasaan merokok pada umumnya di dominasi oleh kaum laki-laki. Tabel 1

o.
id

menunjukkan bahwa persentase penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk


perempuan dalam hal merokok setiap hari selama sebulan terakhir. Penduduk

.g

perempuan pada umumnya merupakan perokok pasif, meskipun ada 0,56 penduduk

ps

perempuan di Jawa Timur menyatakan merokok tembakau setiap hari dalam 1 bulan

.b

terakhir.

at
im

Lingkungan adalah salah faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok.


Seseorang cenderung akan merokok apabila lingkungan sekitarnya dikelilingi oleh

tp
://
j

perokok. Penghargaan sosial akan di terima seseorang yang merokok apabila berada
dalam komunitasnya. Merasa dihargai, dianggap lebih maskulin, ataupun menimbulkan

ht

perasaan senang. Merokok juga dianggap dapat memberikan motivasi untuk lebih
semangat dan meningkatkan konsentrasi dalam bekerja, atau bahkan hanya sekedar
kebiasaan, apabila tidak dilakukan maka ada sesuatu yang dirasakan kurang.
Beberapa tipe perilaku perokok menurut Tomkins (1991) dipengaruhi oleh
perasaan positif, bahwa merokok akan menimbulkan rasa senang. Perasaan negatif
seperti marah, gelisah, depresi akan terbantukan dengan merokok. Perilaku merokok
yang adiktif akan mengakibatkan peningkatan dosis pemakaian rokok, apabila efek
yang dirasakan masih kurang. Sementara mereka yang merokok karena kebiasaan
mengakibatkan mereka menyalakan rokok dan menghisapnya secara otomatis.
Gambar 9 menunjukkan bahwa penduduk yang merokok meski tidak setiap
hari, dalam 1 bulan terakhir sebanyak 40,87 persen menyatakan bahwa sebelumnya
(sebelum 1 bulan terakhir) mereka pernah merokok setiap hari, sementara 57,24
persen lainnya tidak merokok setiap hari, dan 1,89 persen menyatakan tidak merokok.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

15

Salah

Gambar. 9 Persentase Penduduk Jawa Timur


Yang Merokok Tidak Setiap Hari , 2015

satu

perilaku

perokok

adalah merokok karena sudah menjadi


kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu

1,89

Ya Merokok,
setiap hari
Ya Merokok,
tidak setiap hari
Tidak Merokok

40,87
57,24

hal yang telah dikerjakan secara terus


menerus,

hal

ini

berarti

kegiatan

merokok bagi perokok aktif merupakan


kegiatan yang telah dilakukan sejak
lama. Tidak hanya sebulan terakhir,

melainkan juga pada bulan-bulan sebelumnya, meskipun tidak dilakukan setiap hari.
Sehingga seseorang yang pada saat ini merokok, mempunyai kecenderungan merokok
pada waktu-waktu sebelumnya.
Sementara itu dari 75,60 persen penduduk yang menyatakan tidak merokok
dalam 1 bulan terakhir, hanya 1,05 persen yang menyatakan bahwa sebelum sebulan

o.
id

terakhir pernah merokok setiap hari. Sebagian kecil lainnya yaitu 0,68 persen

.g

penduduk menyatakan pernah merokok sebelum sebulan terakhir meski tidak setiap

ps

hari. Sebanyak 98,15 persen penduduk yang menyatakan tidak merokok dalam 1 bulan
menyatakan

bahwa

mereka

.b

terakhir,

at
im

Gambar. 10 Persentase Penduduk Jawa


Timur Yang Tidak Merokok Apakah Dulu
Sebelum Sebulan Terakhir Pernah
Merokok , 2015
0,68

ht

1,05

tp
://
j

0,12

98,15

tidak pernah merokok tembakau pada


waktu sebelum sebulan terakhir. Hal
tersebut berarti, penduduk yang tidak
merokok dalam sebulan terakhir, pada

Ya Merokok, setiap
hari

dasarnya

Ya Merokok, tidak
setiap hari

Persentase Penduduk Jawa Timur yang

Tidak Merokok

tidak merokok, apakah dulu sebelum

Tidak tahu

sebulan terakhir pernah merokok atau

memang

tidak

merokok.

tidak dapat dilihat pada Gambar 10.


Merokok bersifat adiktif, adalah pilihan bijak untuk tidak pernah mencobanya.
Media iklan yang sangat menarik dengan kata-kata yang memikat dapat membuat
seseorang menjadi tertarik untuk mencoba merokok. Kandungan zat kimia dan zat
beracun dalam rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Mulai dari
gangguan pada janin, hingga penyakit-penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh
dan dapat menimbulkan kematian.
Bahaya rokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok saja (perokok
aktif), melainkan juga berbahaya bagi perokok pasif (orang yang hanya ikut menghirup

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

16

asap perokok). Perokok pasif menghirup asap rokok lebih banyak daraipada perokok
pasif, karena dalam rokok yang dihisap perokok aktif terdapat filter yang menyaring zat
kimia meskipun efeknya tidak terlalu signifikan. Sementara perokok pasif menghirup
asap rokok tanpa penghalang, sehingga perokok pasif lebih banyak terpapar zat kimia
berbahaya secara langsung. Perokok pasif berpotensi terkena penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan.
Suatu rumah tangga yang di dalamnya ada perokok aktif, maka dapat
dipastikan terdapat juga perokok pasif didalamnya. Meskipun secara statistik pada
tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak tidak merokok, bukan
berarti penduduk perempuan dapat terhindar dari bahaya rokok. Penduduk perempuan
pada umumnya lebih merupakan perokok pasif dibandingkan menjadi perokok aktif.
Rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin. Itu mengapa sebaiknya
ibu-ibu hamil menghindari dan menjauhi rokok.

o.
id

Gambar 11 menunjukkan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap peduduk

tp
://
j

28,86

at
im

73,11

ht

Merokok Setiap Merokok Tidak Merokok baik


Hari
Setiap Hari yang setiap hari
maupun tidak

rata jumlah batang rokok yang dihisap

ps

.b

77,58
80
70
60
50
40
30
20
10
0

.g

Jawa Timur pada tahun 2015. RataGambar 11. Rata-rata batang rokok per
minggu yang dihisap Penduduk Jawa Timur
dalam 1 bulan terakhir, 2015

penduduk Jawa Timur yang merokok


setiap hari dalam seminggu di tahun
2015 adalah 77,58 batang. Sementara
rata-rata jumlah batang rokok yang
dihisap penduduk Jawa Timur yang
merokok

meski

tidak

setiap

hari

adalah 28,86 batang per minggu.


Secara umum, baik penduduk yang

merokok setiap hari maupun tidak setiap hari, rata- rata batang rokok yang dihisap
adalah 73,11 batang perminggu, atau sekitar 5 bungkus per minggu.
Rokok bersifat adiktif, semakin sering seseorang merokok maka kemungkinan
untuk tetap merokok, akan semakin meningkat, bahkan cenderung menambah jumlah
batang rokok yang dihisap. Beberapa wilayah yang merupakan daerah tapal kuda dan
pulau madura, jumlah rata-rata batang yang dihisap dalam seminggu cukup tinggi.
Terutama untuk kabupaten yang berada di wilayah Madura. Hal ini berhubungan
dengan kebudayaan setempat. Dalam beberapa acara sosial kemasyarakatan, rokok
selalu hadir sebagai sajian untuk menghormati tamu. Rata-rata batang rokok yang
dihisap penduduk Jawa Timur menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 6.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

17

3.4

Kesehatan Balita
Begitu pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan maka diperlukan perhatian

untuk mengoptimalkannya sejak dini, yaitu sejak bayi masih dalam kandungan hingga
tua, serta harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena
masalah kesehatan yang terjadi sekarang dapat berpengaruh terhadap keturunan
berikutnya.
Pemberian gizi yang cukup serta perilaku hidup sehat dalam lingkungan yang
sehat pula sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan pada masa balita, karena
pada masa ini anak sangat rentan dalam masalah kesehatan dan kekurangan gizi.
Disisi lain masa balita merupakan masa pertumbuhan anak dan juga sering disebut
sebagai masa keemasan, sehingga jika terjadi gangguan kesehatan akan berpengaruh
terhadap masa tumbuh kembangnya. Beberapa indikator kesehatan balita yang

o.
id

dikumpulkan dalam Susenas antara lain penolong kelahiran serta pemberian ASI dan

ps

.g

imunisasi.
3.4.1 Penolong Kelahiran

at
im

.b

Dalam proses kelahiran faktor penolong persalinan sangat mempengaruhi


keselamatan ibu dan bayi. Kekeliruan penanganan baik pada saat melahirkan maupun

tp
://
j

pasca kelahiran akan berakibat fatal bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.
Penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga berpengalaman

ht

yang sudah dibekali dengan pengetahuan serta kemampuan kebidanan akan


membantu kelancaran proses persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis
seperti dokter, bidan dan tenaga medis lainnya dianggap lebih baik dibandingkan yang
ditolong oleh dukun bayi atau yang lainnya.
Pengukuran penolong proses kelahiran terakhir pada bayi didekati dengan
persentase penolong proses kelahiran bayi pada wanita pernah kawin yang pernah
melahirkan dalam 2 tahun terakhir. Terjadi peningkatan persentase penolong proses
kelahiran balita di Jawa Timur oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga medis
lain) dibandingkan tahun sebelumnya. Persentase penolong kelahiran tahun 2015
sebesar 96,28 persen meningkat 1,98 persen poin dari semula 94,29 persen di tahun
2014.
Terdapat kecenderungan bahwa penolong kelahiran terakhir oleh dokter
semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pilihan untuk memanfaatkan tenaga
dokter atas dasar bahwa dokter dapat menangani ibu melahirkan dengan resiko tinggi
Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

18

dibandingkan dengan tenaga penolong kelahiran lainnya. Di samping itu pengetahuan


dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang semakin baik, dan ketersediaan
tenaga dokter yang mudah ditemui menjadi pertimbangan masyarakat untuk
memanfaatkan tenaga dokter.
Tabel 2.
Persentase Baduta menurut Penolong Kelahiran
di Jawa Timur, 2013 - 2015
Tahun

Dokter

Bidan

Medis Lain

Dukun

Lainnya

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

2013

21,49

72,32

0,14

5,88

0,17

2014

24,27

69,92

0,10

5,52

0,19

2015

30,61

69,94

0,72

3,07

0,05

Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang kesehatan,

o.
id

kasus ibu melahirkan dengan resiko tinggi dapat diminimalkan. Kendatipun demikian
masih ada 3,07 persen wanita yang proses kelahiran terakhirnya ditolong oleh dukun

.g

bayi.

ps

Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, penolong kelahiran oleh tenaga non medis

.b

di Jawa Timur terlihat masih cukup tinggi, terutama oleh dukun bayi. Termasuk di

at
im

dalamnya adalah proses kelahiran oleh penolong kelahiran lainnya dan bahkan tanpa
penolong kelahiran. Kondisi ini cukup rawan, terutama bila penolong persalinan kurang

tp
://
j

mengerti tata cara menolong persalinan yang sehat sehingga dapat menimbulkan
resiko kematian baik pada bayi maupun ibunya.

ht

Pada tahun 2015 Kabupaten Sampang merupakan daerah dengan angka


persentase penolong kelahiran terakhir oleh tenaga non medis tertinggi di Jawa Timur.
Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, meskipun mengalami penurunan yang
cukup signifikan (5,92 persen poin), jika dibandingkan dengan tahun 2013. Diharapkan
dengan melihat kondisi tersebut, penduduk Kabupaten Sampang lebih menyadari
bahwa resiko kematian akan lebih tinggi apabila melakukan persalinan dengan bantuan
tenaga non medis.
Cukup tingginya penolong persalinan oleh tenaga non medis di daerah tersebut
antara lain disebabkan faktor kebiasaan/tradisi serta pertimbangan masalah biaya yang
jauh lebih murah dibandingkan pertolongan oleh tenaga medis. Selain itu faktor
pendidikan yang rendah dan kurangnya pengetahuan tentang persalinan yang sehat
dan aman turut mempengaruhi pemilihan tenaga non medis sebagai penolong

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

19

persalinan, sehingga daerah tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih, baik itu
penyuluhan ataupun ketersediaan dan akses terhadap tenaga kesehatan.
Secara keseluruhan persentase penolong kelahiran oleh non medis mengalami
penurunan, namun pada beberapa wilayah persentasenya masih cukup besar dan perlu
mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah untuk
mengatasinya agar keselamatan ibu dan bayi dapat lebih terjamin.
Keselamatan ibu dan bayi yang dituangkan dalam program penurunan angka
kematian ibu dan bayi merupakan program prioritas pemerintah Provinsi Jawa Timur
dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Berbagai upaya dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi, antara lain dengan melakukan kerjasama antara bidan dan
dukun bayi, dan memberikan pelatihan bagi dukun bayi tentang tata cara persalinan
yang sesuai dengan standar minimal medis. Materi utama pelatihan tersebut adalah

o.
id

pencegahan infeksi pasca kelahiran pada sang ibu yang dapat menyebabkan tingginya

.g

kematian.

ps

Tentunya kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dan diiringi dengan

.b

penambahan tenaga bidan berpengalaman di daerah terpencil dan pelosok. Hal ini

at
im

dapat meningkatkan kredibilitas medis di mata masyarakat dan menggeser peran


dukun yang telah menjadi suatu tradisi. Selain itu, adanya pemberian keringanan biaya

tp
://
j

persalinan bagi penduduk yang tidak mampu juga dapat dilakukan, dengan harapan
untuk menarik minat penduduk agar beralih untuk memilih persalinan dengan bantuan

ht

medis yang tersedia, seperti halnya program Jampersal (Jaminan Persalinan) masih
perlu terus dilanjutkan, dan jika dimungkinkan menambah jumlah penerima manfaat.
Pemeriksaan kehamilan juga hal yang penting untuk diperhatikan, karena
dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh tenaga kesehatan akan sangat
mendukung lancarnya proses persalinan. Adanya informasi apabila terjadi kelainan
pada masa kehamilan dapat segera diketahui sehingga bisa segera ditangani dengan
tepat. Hal tersebut dapat mengurangi resiko kematian ibu ataupun bayi yang
dilahirkan. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya rutin dilakukan mulai awal masa
kehamilan hingga tiba saatnya proses kelahiran.
Meskipun demikian, beberapa wilayah perkotaan di Jawa Timur telah mencapai
angka 100 persen, yang penolong kelahiran terakhirnya dengan tenaga medis. Artinya
tidak ada lagi kelahiran yang di tolong oleh tenaga non medis. Hal ini berarti tingkat

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

20

pemahaman akan pentingnya keselamatan ibu dan bayi saat kelahiran semakin baik.
Penolong kelahiran baduta menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 7.
3.4.2 Pemberian ASI dan Imunisasi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang mudah diserap oleh bayi
dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi. Adanya faktor nutrien
dan protektif pada ASI menjamin status gizi bayi baik. Nutrisi yang terkandung pada
ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Selain itu pemberian ASI juga merupakan
sarana pendekat hubungan ibu dan bayi yang paling efektif.
Asupan gizi dan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan, turut berpengaruh
pada kondisi bayi ketika dilahirkan. Kekurangan nutrisi pada ibu hamil dapat

o.
id

menyebabkan kurangnya berat bayi lahir. Sementara asupan makanan yang terlalu
berlebihan dapat menyebabkan kelainan pada kesehatan ibu yang mempengaruhi

.g

kesehatan janin. Ibu hamil dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan berat badan

ps

bayi menjadi besar. Sementara ibu hamil yang mempunyai tekanan darah tinggi

.b

beresiko melahirkan dengan resiko yang tinggi pula, karena dapat menyebabkan

at
im

pendarahan yang dapat menimbulkan kematian.


Sebanyak 86,04 persen perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun di Jawa

tp
://
j

Timur yang melahirkan anak lahir hidup 2 tahun yang lalu atau kurang, pada kelahiran
terakhirnya, melahirkan bayi dengan berat badan di atas 2,5 kg. Kondisi ini

ht

menunjukkan tingkat kesehatan ibu dan anak yang dilahirkan di Jawa Timur cukup
baik karena berat badan anak berada dalam batas normal. Sebuah indikasi bahwa
Gambar 12. Persentase Perempuan Pernah
Kawin Usia 15-49 Tahun di Jawa Timur
Menurut Berat Badan Anak dari Kelahiran
Terakhir, 2015
2,62 11,34
< 2,5 kg
>= 2,5 kg
86,04

Tidak tahu

wanita-wanita
memperhatikan
kesehatan

diri

tersebut
dan
dan

selalu
menjaga

bayi

yang

dikandungnya hingga bayi dilahirkan.


Pemberian ASI adalah salah
satu upaya untuk menjaga kesehatan
bayi setelah dilahirkan. Zat kekebalan
yang terdapat dalam ASI antara lain

akan melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi , misalnya diare, otitis media, dan
infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Untuk pemberian ASI terbaik adalah
pemberian ASI ekslusif yaitu hanya memberi ASI tanpa makanan/minuman tambahan

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

21

bahkan tanpa air putih sekalipun hingga bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif
juga menguntungkan bagi ibu, yaitu dapat mengurangi resiko perdarahan setelah
melahirkan, membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat, menunda
kehamilan, dan mengurangi resiko terkena kanker payudara. Dengan memberikan ASI
eksklusif berarti menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di
masa depan.
Pemerintah Indonesia mendukung program pemberian ASI dengan memberikan
payung hukum dalam hal pemberian ASI. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan menyatakan bahwa dalam masa pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan
ASI ekslusif kepada bayi yang dilahirkan, tertuang dalam PP RI Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI ekslusif. Kemenkes RI
pemberian

ASI

secara

Ekslusif

menyatakan

o.
id

tentang

nomor 450/Kemenkes/SK/VI/2004
tenaga

kesehatan

agar

.g

menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI

ps

eklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui.

.b

Sesaat setelah melahirkan, sangat dianjurkan bayi yang baru dilahirkan diberi

at
im

ASI oleh ibunya atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), karena ASI
pertama yang keluar atau disebut dengan Kolostrum tersebut banyak mengandung

tp
://
j

zat-zat kekebalan yang 10-17 kali lebih banyak daripada susu matang (infodatin
kemenkes RI, 2010).
untuk

ht

Gerakan IMD dewasa ini terus digalakan dalam rangka memenuhi hak bayi
memperoleh

ASI,

akan

tetapi

pada

prosesnya

banyak

hal

yang

mempengaruhinya. Untuk mengetahui berapa lama proses IMD dapat dilaksanakan


pada kelahiran bayi wanita usia 15-49 tahun yang pernah kawin pada kelahiran kurang
Gambar 13.
Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia
15-49 Tahun di Jawa Timur Berdasarkan
Lamanya IMD dari Kelahiran Terakhir, 2015

dari 2 tahun lalu dari kelahiran yang


terakhir dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar tersebut menunjukkan
hampir

24,43
< 1 jam
1-23 jam

23,70

(44,24

persen)

perempuan pernah kawin usia 15-49


44,24

7,63

separuh

tahun (yang pernah melahirkan kurang

>= 1 hari

dari 2 tahun lalu) yang pada kelahiran

Tidak tahu

terakhirnya melakukan IMD kurang dari


1 jam, dan hanya 7,63 persen yang

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

22

menyatakan proses IMD lebih dari 1 hari (diatas 24 jam). Artinya kesadaran untuk
melakukan IMD sesaat setelah melahirkan (dibawah 24 jam) semakin banyak dimiliki
oleh ibu melahirkan.
ASI dianjurkan diberikan kepada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya,
karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak
pada umur-umur tersebut, oleh karena itu, maka perlu diperhatikan juga kualitas dan
kuantitasnya.
Pemberian ASI secara teratur merupakan cara terbaik untuk memelihara
kelancaran pengeluaran ASI dalam kuantitas/volume yang cukup. Selain itu, makanan
dengan gizi seimbang baik pada masa kehamilan maupun sesudah melahirkan (masa
menyusui) bagi seorang ibu sangat diperlukan untuk menjamin kualitas ASI. Selain
memberikan perlindungan terhadap penyakit, ASI juga dapat menghindarkan bayi dari
anemia dan kekurangan zat besi.

o.
id

Pemberian ASI ekslusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir hingga bayi

.g

berumur 6 (enam) bulan, dan dianjurkan dilanjutkan hingga anak berusia 2 (dua)

ps

tahun dengam pemberian makan tambahan yang sesuai. Mengacu pada hal tersebut

.b

maka pertanyaan mengenai pemberian ASI dalam susenas 2015 ditujukan pada baduta

at
im

(ART umur 0-23 bulan).

Rata-rata lama bayi usia 0-1 tahun yang mendapatkan ASI saja di Jawa Timur

tp
://
j

pada tahun 2015 adalah 3,95 bulan, lebih lama 0,38 bulan dibandingkan dengan tahun
2014. Gambar 14 menunjukkan bahwa dalam 3 tahun terakhir rata-rata lama bayi usia
0-1 tahun di Jawa Timur untuk

ht

Gambar 14.
Rata-rata Lama Bayi Usia 0-1 Tahun Mendapatkan
ASI Saja (Bulan) di Jawa Timur, 2013-2015
4,00
3,90
3,80
3,70
3,60
3,50
3,40
3,30
3,20
3,10

mendapatkan

ASI

saja

terus

bertambah, artinya kesadaran ibu

3,95

untuk memberikan ASI saja tanpa


makanan pendamping lebih lama

3,57

kepada

3,40

2013

bayinya

semakin

meningkat.
2014

2015

Data

Susenas

2015

menunjukkan bahwa baduta (usia


0-23 bulan) yang pernah diberi ASI sebesar 94,07 persen. Ini berarti bahwa masih ada
5,93 persen baduta di Jawa Timur yang tidak pernah mendapatkan ASI. Kondisi ini
tentunya menjadi perhatian semua pihak agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap
pentingnya ASI bagi anak baduta terutama para ibu-ibu yang baru melahirkan ataupun

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

23

yang mempunyai anak baduta. Dari 94,07 persen baduta yang pernah mendapatkan
ASI tersebut, sebanyak 8,47 persen diantaranya pernah mendapatkan ASI saja dengan
rata-rata menerima ASI saja selama 10,25 bulan (Persentase baduta yang pernah
mendapatkan ASI saja menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 9).
Gambar 15 menunjukkan sebanyak 27,47 persen baduta diberikan ASI selama 0 5
bulan. Kondisi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lamanya pemberian
ASI 6 -12 bulan yaitu 36,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa baduta yang
menerima ASI hingga 1 tahun lamanya
Gambar 15. Persentase Baduta Menurut
Lamanya Diberi ASI di Jawa Timur, 2015

dibandingkan

36,51

40,00
30,00

mempunyai proporsi yang terbesar


kelompok

lamanya

pemberian ASI lainnya. Artinya ibu-ibu

27,47
23,05

20,00

semakin sadar untuk memberikan ASI


12,97

tidak hanya sebatas 6 bulan pertama

10,00

o.
id

usia bayinya.

0,00
13-18
bulan

19-23
bulan

Hingga bayi berumur 1 tahun,

.g

6-12
bulan

produksi

ps

0-5
bulan

bayi,

masih

mencukupi

meskipun

harus

.b

kebutuhan

ASI

at
im

diiringi dengan makanan pendamping. Pada umumnya dalam periode ini semangat ibu
menyusui masih tinggi. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, dengan diikuti oleh

tp
://
j

bertambahnya kebutuhan jumlah dan jenis nutrisi yang berasal dari makanan di luar
ASI, baduta yang menerima ASI semakin berkurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan

ht

proporsi baduta pada kelompok lamanya pemberian ASI 13-18 bulan yang lebih kecil
(23,05 persen) dan semakin menurun pada kelompok lamanya pemberian ASI 19-23
bulan (12,97 persen).
Dukungan bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI lebih lama, ditunjukkan
dengan tersedianya fasilitas menyusui bagi para ibu baik ditempat-tempat umum
maupun di kantor-kantor, sehingga ibu-ibu yang aktif bekerja masih dapat menyusui
bayi mereka dengan metode ASI perah, dengan demikian kebutuhan bayi terhadap ASI
dapat terpenuhi.
Memasuki usia balita, umumnya mulai diberikan imunisasi agar tubuh menjadi
kebal terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi dasar yang diberikan pada balita
adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 0-11 bulan, sama halnya dengan
pemberian imunisasi Polio dan Hepatitis B. Sementara imunisasi DPT diberikan pada

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

24

bayi berumur 2 -11 bulan. Sekarang ini pemberian imunisasi Hepatitis B untuk yang
pertama kali diberikan pada bayi baru lahir, baru beberapa hari kemudian diberikan
imunisasi polio dan BCG pada bayi berumur 1 bulan. Terdapat pula istilah DPT combo
(DPT-HB), yaitu pemberian imunisasi kombinasi antara DPT dan Hepatitis B, yang
diberikan pada satu waktu yang sama.
Pada tahun 2015, persentase balita di Jawa Timur yang pernah mendapatkan
imunisasi dalam berbagai jenis sebesar 95,05 persen, ini berarti masih ada 4,95 persen
balita

Gambar 16.
Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut jenis
Imunisasi di Jawa Timur, 2015
100,00

92,10

97,61

99,17

tidak

mendapatkan
Sementara

96,32
74,79

80,00

yang

pernah
imunisasi.

itu,

jika

dilihat

persentase anak usia 1-4 tahun

73,72

yang

60,00

mendapatkan

imunisasi

lengkap (satu kali untuk BCG dan

20,00

campak, serta tiga kali untuk

o.
id

40,00

DPT,

0,00
Polio2)

Campak1)

Hepatitis
B2)

Lengkap 3)

Ket.:

.b

1) Imunisasi BCG dan Campak sebanyak satu kali


2) Imunisasi DPT, Polio, dan Hepatitis B sebanyak tiga kali
3) Imunisasi Lengkap : satu kali BCG dan Campak, serta tiga kali DPT, Polio,
dan Hepatitis B

at
im

Polio,

dan

Hepatitis

B)

.g

DPT2)

ps

BCG1)

sudah menunjukkan angka yang


cukup tinggi yaitu sebesar 73,72
persen. Hal ini berarti tingkat
pelayanan

imunisasi

lengkap

tp
://
j

terhadap anak usia 1-4 tahun sudah cukup baik.


Jika dilihat dari jenis imunisasinya, balita yang diberikan imunisai Polio

ht

menempati urutan tertinggi (99,17 persen, kemudian DPT (97,61 persen), Hepatitis B
(96,32 persen), BCG (92,10 persen),

dan yang terendah adalah Campak (74,79

persen). Persentase balita yang mendapatkan imunisasi Polio, DPT, dan Hepatitis
menunjukkan angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan persentase jenis
imunisasi lainnya, karena saat ini pemerintah menyelenggarakan pemberian imunisasi
tersebut secara gratis. Sedangkan rendahnya persentase balita yang pernah
mendapatkan imunisasi campak dimungkinkan karena kurangnya perhatian sang ibu
pada jadwal pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9-12 bulan, sehingga
sering terlewat.
Cakupan imunisasi di Jawa Timur menurut kabupaten/kota dapat dilhat pada
lampiran 10.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

25

3.5

Fertilitas
Angka

kelahiran/fertilitas

sangat

dipengaruhi

oleh

masalah

reproduksi

perempuan dan angka prevalensi KB. Masalah kesehatan reproduksi menyangkut


keseluruhan proses dan fungsi dari reproduksi manusia, mental dan kehidupan sosial
manusia. Sedangkan angka prevalensi KB (Keluarga Berencana) dapat ditunjukkan
melalui keikutsertaan WUS (wanita usia subur usia 15 49 tahun) dalam program KB.
3.5.1 Reproduksi Perempuan
Masa reproduksi perempuan dimulai sejak masa remaja ketika secara biologis
kehidupan seksualnya mulai aktif dan mengalami haid pertama kali sampai dengan
masa menopause. Perempuan mempunyai beban berat dan perlu perhatian khususnya
dalam menjaga kesehatan reproduksinya. Perempuan pada masa sekarang juga

o.
id

memiliki peran ganda yaitu sebagai pencari nafkah tambahan atau bahkan sebagian

.g

perempuan yang karena dihadapkan pada kondisi tertentu justru mengambil alih peran

ps

laki-laki sebagai pencari nafkah utama disamping sebagai ibu rumah tangga

.b

Di sisi lain, nilai-nilai sosial budaya seringkali masih menomorduakan anak

at
im

perempuan, misalnya dalam mendapatkan asupan gizi dan atau mengenyam


pendidikan. Anak perempuan terpaksa atau dipaksa untuk menikah di usia dini karena

tp
://
j

tekanan ekonomi, atau agar orang tuanya terlepas dari beban ekonomi. Selain itu,
sebagai dampak negatif dari pergaulan bebas pada masa remaja, banyak terjadi

ht

kehamilan pada usia muda, dimana pada usia tersebut perempuan cenderung belum
memiliki kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu yang menjalani kehamilan dan
kemudian
Gambar 17.
Persentase Perempuan Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Usia Kawin Pertama dan Singulate Mean Age at
Married (SMAM) di Jawa Timur, 2015

70
60
50
40
30
20
10
0

melahirkan.

dikatakan

bahwa

usia

perkawinan

pertama

bagi

perempuan
terhadap

61,15

Dapat

berpengaruh
masalah

kesehatan

reproduksi perempuan tersebut.


21,75
8,99

19,77
8,11

21,87

Semakin muda usia perkawinan


pertama, maka semakin besar
resiko
masa

yang

dihadapi

kehamilan

melahirkan,

selama
hingga

baik

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

bagi

26

keselamatan ibu maupun anak, karena selain belum siapnya mental, juga disebabkan
belum matangnya rahim untuk proses berkembangnya janin.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2015, persentase perempuan usia 10 tahun
keatas yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada usia yang masih sangat
muda (usia 16 tahun atau kurang) sebesar 8,99 persen. Meskipun tidak banyak, akan
tetapi kondisi ini tetap memerlukan perhatian bagi semua pihak.
Usia perkawinan yang ideal dengan memperhatikan kematangan fisik dan
psikologis perempuan. Perkawinan di bawah umur 17 tahun akan banyak membawa
resiko, baik kesehatan, sosial maupun ekonomi. Masih banyak pula perempuan usia 10
tahun ke atas yang melaksanakan perkawinan pada umur 17-18 tahun (21,75 persen)
padahal kelompok usia ini, merupakan masa-masa mengenyam pendidikan menengah
atas. Hanya sebagian kecil (8,11 persen) perempuan 10 tahun ke atas yang
melaksanakan perkawinan pertamanya pada usia 25 tahun ke atas. Meski pada usia ini

o.
id

dinilai cukup matang untuk melakukan pernikahan.

.g

Dengan adanya undang-undang perkawinan yang memberikan batasan minimal

ps

seorang perempuan untuk menikah, maka diharapkan perempuan lebih siap secara

.b

fisik dan psikis untuk melakukan pernikahan. Hal ini ditunjukkan dengan paling

at
im

besarnya proporsi perempuan di atas 10 tahun yang usia perkawinan pertamanya


diantara 19 hingga 24 tahun, yaitu 61,15 persen. Rata-rata usia kawin pertama bagi

tp
://
j

perempuan usia 10 tahun ke atas di Jawa Timur pada tahun 2015 adalah 19,77 tahun.
Usia yang masih relatif muda. Sedangkan perkiraan rata-rata umur seorang lajang

ht

memutuskan kapan untuk melakukan perkawinan (Singulate Mean Age at Mariage) di


Jawa Timur adalah 21,87 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah
menyadari bahwa pada usia inilah wanita aman untuk melahirkan anak, karena
struktur dan fungsi organ reproduksinya sudah cukup matang.

Selain itu adanya

kesadaran perempuan terhadap kondisi kesiapan mental yang lebih matang pada usia
ini, terlebih semakin banyaknya bagi perempuan yang masih ingin melanjutkan
pendidikan hingga perguruan tinggi dan mereka memilih untuk berkarir di dunia kerja.
Apabila dilihat menurut kabupaten/kota di Jawa Timur ada beberapa wilayah
yang masih tinggi persentase perempuan yang kawin muda (di bawah 17 tahun)
diantaranya adalah Kabupaten Bondowoso (23,62 persen), Kabupaten Situbondo
(23,44 persen)dan Kabupaten Probolinggo (21,02 persen). Persentase perempuan
yang menikah dibawah umur menurut kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dilihat
pada lampiran 12.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

27

3.5.2 Keluarga Berencana (KB)


Program KB merupakan wujud dari upaya pemerintah dalam mengatasi
masalah demografi yaitu dengan menekan laju pertambahan penduduk. Selama ini
program KB dinilai cukup efektif untuk diterapkan di masyarakat. Pemerintah berusaha
menekan jumlah kelahiran terutama pada Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu wanita
usia 15-49 tahun yang terikat perkawinan. Salah satu langkah yang diambil adalah
dengan memberikan wawasan bagi PUS akan pentingnya perencanaan sebuah
keluarga, penggunaan alat kontrasepsi yang sesuai, penentuan jarak kelahiran, serta
berapa jumlah ideal anak dalam sebuah keluarga.
Komitmen pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk cukup
bagus. Fakta itu dapat dilihat dari upaya pemerintah melakukan revitalisasi program KB
dan posyandu. Keberhasilan program KB dapat diukur dengan beberapa indikator,

o.
id

diantaranya persentase cakupan peserta KB aktif terhadap PUS serta persentase

.g

peserta KB menurut metode kontrasepsi yang digunakan. Jumlah PUS dan


pengendalian

angka

kelahiran.

Melalui

program

KB

diharapkan

akan

.b

upaya

ps

partisipasinya dalam program KB memegang peranan yang sangat penting dalam

at
im

meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pendewasaan usia


perkawinan dan pengaturan kelahiran.

tp
://
j

Gambar 18.
Keikutsertaan PUS Dalam Program KB di
Jawa Timur, 2011 - 2015
100
90

82,74

ht

Pernah
83,54

84,1

50

PUS

menggunakan

83,66
75,44

adanya

yang
KB

pernah

menunjukkan

penurunan

apabila

dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu

70
60

dalam program KB, pada tahun 2015


jumlah

Sedang

80

Dilihat dari keikutsertaan PUS

64,89

65,68

66,48

65,33

63,79

2011

2012

2013

2014

2015

dari

83,66

persen

menjadi

75,44

persen, sedangkan PUS yang masih

40

aktif/sedang menggunakan alat/cara

KB juga mengalami penurunan dari 65,33 persen di tahun 2014 menjadi 63,79 persen
pada tahun 2015. Meskipun pemerintah terus mengupayakan untuk meningkatkan PUS
yang mengikuti program KB dengan berbagai programnya dan segala kemudahan
untuk mengakses baik alat ataupun tenaga kesehatannya, masih terdapat PUS yang
belum ikut serta dalam program KB. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan PUS

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

28

untuk ikut program KB diantaranya adalah faktor agama, faktor budaya, faktor
ekonomi, faktor kesehatan, faktor usia serta faktor pendidikan.
Beberapa daerah di Jawa Timur menunjukkan angka prevalensi KB yang
rendah, diantaranya adalah Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. PUS yang
sedang menggunakan KB pada daerah tersebut masing-masing adalah 41,75 persen
dan 51,78 persen. Dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Jawa Timur kedua
kabupaten ini memiliki angka prevalensi paling rendah sebagaimana terlihat pada
lampiran 12.
Berdasarkan alat/cara KB yang digunakan, suntikan KB merupakan cara yang
Gambar 19.
Persentase PUS yang Sedang ber KB Menurut Alat/Cara KB
di Jawa Timur, 2015
Susuk KB;
5,22

persen, kemudian diikuti dengan pil


(21,30

persen),

IUD/spiral

(7,59

persen), dan susuk (5,22 persen).

o.
id

Suntik KB;
58,83

paling sering digunakan PUS (58,83

Selaras

dengan

tahun-tahun

.g

sebelumnya, banyaknya peminat alat

PIL; 21,30

ps

Kondom
/Intravag;
0,76

at
im

MOW/
MOP; 4,08

Cara
Tradisional
; 1,66

KB

.b

IUD/Spiral;
7,59

suntik

dimungkinkan

karena

penggunaannya yang lebih mudah


dibandingkan IUD, susuk ataupun pil
yang harus diminum secara rutin.

tp
://
j

Disamping itu biaya KB suntik relatif lebih murah dan banyak pilihan masa efektif nya.
Alat KB yang tidak banyak digunakan meliputi sterilisasi wanita, sterilisasi pria,

ht

kondom wanita dan cara tradisional. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi
salah satu pertimbangan dan penyebab rendahnya persentase pengguna keempat
alat/cara KB

tersebut, (khususnya sterilisasi wanita, sterilisasi pria), disamping

kurangnya informasi yang sampai ke masyarakat tentang penggunaannya baik tentang


cara maupun efek samping yang mungkin akan muncul nantinya, sehingga perlu
adanya sosialisasi terutama bagi penduduk di daerah pedesaan.
Dalam pandangan masyarakat partisipasi pria dalam ber-KB belum begitu
dianggap penting untuk dilakukan, sehingga peran pria hanya sebagai pendukung
penggunaan alat kontrasepsi bagi perempuan saja. Padahal pemerintah juga
menyediakan alat KB yang bisa digunakan untuk pria sebagai pendukung program
pengendalian jumlah penduduk, misalnya vasektomi/sterilisasi pria dan kondom.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

29

3.6

Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup


Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan di Jawa Timur antara lain

ditandai oleh semakin menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan semakin
meningkatnya angka harapan hidup (AHH) penduduk. Penurunan angka kematian bayi
secara tidak langsung berhubungan dengan angka kemiskinan di suatu daerah. Pada
daerah yang angka kemiskinannya tinggi biasanya angka kematian bayinya juga tinggi.
Hal ini antara lain disebabkan pola konsumsi penduduk miskin yang belum
mempertimbangkan kecukupan asupan gizi pada ibu-ibu yang hamil. Selanjutnya
peningkatan umur harapan hidup memberikan gambaran tentang adanya perbaikan
kualitas hidup dan kesehatan penduduk.
3.6.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

di

suatu

wilayah

adalah

o.
id

Salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat


tingkat

mortalitas

(kematian)

bayi,

karena

dapat

.g

menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya disamping untuk

ps

menilai keberhasilan pelayanan kesehatan serta

program pembangunan kesehatan

.b

pada wilayah tersebut. Angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif dari

at
im

semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang


kesehatan. Kematian bayi sangat dipengaruhi oleh kondisi kehamilan ibu, penolong

tp
://
j

persalinan, perawatan bayi baru lahir, tingkat gizi yang diberikan pada bayi dan

ht

kualitas tempat tinggal.

Gambar 20.
Angka Kematian Bayi (AKB)
per 1000 Kelahiran Hidup di Jawa Timur, 2011 - 2015

(lima)

tahun

selama
terakhir

menunjukkan bahwa tren AKB

30
29

Perkembangan

di

29,24
27,23

27
26

26,66 25,82

25
24
2011

2012

Timur

cenderung

menurun yaitu 29,24 per 1000

28,31

28

Jawa

2013

2014

2015

kelahiran hidup di tahun 2011


menurun

hingga

25,82

per

1000

kelahiran

hidup

pada

tahun

2015.

Bisa

juga

dikatakan bahwa sejak lima


tahun yang lalu, jumlah bayi meninggal pada setiap 1000 kelahiran hidup sekitar 29
sampai 25 bayi. Terjadinya penurunan AKB merupakan dampak positif dari naiknya
angka persalinan dengan bantuan tenaga medis dan meningkatnya proporsi tingkat
Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

30

pendidikan perempuan secara umum, khususnya para ibu dengan pendidikan yang
lebih tinggi. Meskipun tidak cukup signifikan secara nilai absolut, akan tetapi tingkat
penurunan ini menunjukkan bahwa upaya keras semua pihak, khususnya pemerintah
untuk menekan angka kematian bayi membuahkan hasil. Hal tersebut terkait dengan
adanya peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kesehatan yang telah
dilakukan oleh pemerintah, keberhasilan program KB, serta semakin baiknya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Secara perlahan namun pasti AKB
mengalami penurunan, artinya kesehatan bayi menjadi prioritas dalam pembangunan
bidang kesehatan.
Terdapat sebanyak 6 daerah dengan AKB diatas 50, antara lain Kabupaten
Probolinggo (60,51), Kabupaten Jember (54,01), Kabupaten Situbondo (52,30), dan
Kabupaten Bangkalan (53,21). Tingginya AKB pada beberapa daerah tersebut, sejalan
dengan tingginya persentase penolong kelahiran oleh tenaga non medis.

o.
id

Dalam usaha meminimalkan Angka Kematian Bayi diperlukan penanganan yang

.g

intensif baik dari faktor eksternal maupun internal, antara lain melalui keberadaan

ps

penolong persalinan yang mumpuni dan kemudahan akses ke tempat pelayanan

.b

kesehatan serta peningkatan perawatan bayi seperti pemberian asupan makanan yang

tp
://
j

at
im

cukup serta pemberian ASI dan imunisasi.

3.6.2 Angka Harapan Hidup (AHH)

ht

Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan sebagai indikator untuk menilai
derajat kesehatan penduduk, AHH sangat berkaitan erat dengan pembangunan sosial
ekonomi suatu wilayah. Semakin tinggi AHH di suatu wilayah mengindikasikan
pembangunan sosial ekonomi di wilayah tersebut semakin maju. Keberhasilan program
kesehatan dan program sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan
usia harapan hidup penduduk di suatu wilayah. Bila pembangunan sosial ekonomi
semakin baik, maka kecenderungannya AHH akan semakin tinggi, atau sebaliknya bila
AHH lebih rendah mengindikasikan terjadinya degradasi pada beberapa sektor
pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah.
Rendahnya AHH di suatu wilayah harus diatasi dengan program pembangunan
kesehatan dan program sosial lainnya, termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan
gizi, dan program pemberantasan kemiskinan.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

31

Sejak tahun 2011 angka

Gambar 21.
Angka Harapan Hidup (AHH)
di Jawa Timur, 2011 -2015

harapan hidup penduduk Jawa

71

70,45
70,5
70

70,09

Timur

70,68

mengalami

yaitu dari 69,81 tahun menjadi

70,19

70,68 tahun pada tahun 2015. Hal

69,81

ini

69,5

secara

memberikan

69
2011

peningkatan

2012

2013

2014

2015

tidak

langsung

gambaran

tentang

adanya perbaikan kualitas hidup


dan

derajat

kesehatan

masyarakat. AHH diatas memberikan gambaran bahwa bayi-bayi yang lahir pada tahun
2015 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 70,68 tahun, dibandingkan
dengan bayi-bayi yang lahir disekitar tahun 2011 yang mempunyai usia harapan hidup
hanya hingga 69,81 tahun. AHH sangat bergantung pada kesehatan bayi, balita dan

o.
id

jumlah anak lahir hidup dan kondisi mortalitas yang berlaku di lingkungan

.g

masyarakatnya.

ps

Secara keseluruhan AHH di Jawa Timur mengalami peningkatan, namun masih

.b

ada beberapa daerah yang memiliki AHH dibawah 70 tahun, diantaranya adalah

at
im

Kabupaten Bondowoso dengan AHH terendah yaitu hanya mencapai

65,73 tahun

kemudian diikuti Kabupaten Lumajang, Jember, Situbondo, Pasuruan, , Bondowoso,

tp
://
j

Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Kota Probolinggo. AKB dan AHH masing-masing

ht

kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dilihat pada lampiran 13.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

32

PENUTUP

BAB
IV

Berdasarkan data-data dan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1.

Penduduk Jawa Timur yang mempunyai keluhan kesehatan pada tahun 2015
adalah 33,45 persen dengan rincian sebanyak 18,79 persen keluhan kesehatan
tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari (menderita sakit) dan 14,66 persen
tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.

2.

Penduduk Jawa Timur yang berobat jalan pada tahun 2015 sebanyak 58 persen.
Sebagian besar (54,76 persen), memanfaatkan jasa praktek dokter/bidan dan

o.
id

sebanyak 22,74 persen memanfaatkan puskesmas/pustu, sisanya memanfaat


fasilitas kesehatan lainnya.

Alasan utama penduduk Jawa Timur tidak berobat jalan, adalah karena merasa

.g

3.

ps

mampu mengobati sendiri (66,28 persen) , merasa tidak perlu (27,82 persen).

4.

at
im

adalah 5,83 hari.

.b

Rata-rata lamanya (hari) yang terganggu akibat keluhan kesehatan yang diderita
Rumah sakit pemerintah dan swasta adalah fasilitas kesehatan yang dipilih oleh
inap.

Penduduk Jawa Timur di tahun 2015, yang memiliki perilaku merokok mencapai

ht

5.

tp
://
j

sebagian besar penduduk Jawa Timur (35,35 persen) untuk menjalani rawat

23,96 persen, (21,76 persen diantaranya merokok setiap hari), dan 75,60 persen
lainnya menyatakan tidak merokok.
6.

Perilaku merokok setiap hari penduduk Jawa Timur didominasi oleh kaum lakilaki (43,67 persen), sementara penduduk perempuan hanya 0,56 persen. Ratarata batang rokok yang dihisap per minggu apabila merokok setiap hari adalah
77,58 batang, setara dengan 5 bungkus dalam seminggu

7.

Persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis di Jawa Timur tahun 2015
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yang semula 94,29
persen menjadi 96,28 persen. Masih terdapat 3,72 persen yang penolong proses
kelahiran anak hidupnya yang terakhir oleh tenaga non medis. Kondisi ini terus
menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Artinya kesadaran untuk

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

33

memanfaatkan penolong kelahiran dengan tenaga medis demi terjaminnya


kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi semakin baik.
8.

Baduta (usia 0-23 bulan) di Jawa Timur pada tahun 2105 yang pernah diberi ASI
sebesar 94,07 persen.

9.

Prevalensi cakupan imunisasi lengkap pada balita di Jawa Timur tahun 2015
adalah 73,72 persen.

10. Persentase perempuan di Jawa Timur yang menikah di usia kurang dari 17 tahun
adalah 8,99 persen. Rata-rata usia perkawinan pertama perempuan di Jawa
Timur sekitar 19,77 tahun. Dari sisi partisipasi dalam program KB, sekitar 75,44
persen perempuan berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin (PUS) pernah
menggunakan alat/cara KB dan angka prevalensi KB menunjukkan capaian
sebesar 63,79 persen.
11. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar 25,82 bayi per 1000

o.
id

kelahiran hidup dan diimbangi dengan meningkatnya Angka Harapan Hidup

.g

(AHH) penduduk sebesar 70,68 tahun jika dibandingkan dengan AHH pada tahun

ht

tp
://
j

at
im

.b

ps

2014 yaitu 70,45 tahun.

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

34

ht

tp
://
j

at
im

.b

ps

.g

o.
id

TABEL LAMPIRAN

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

35

Lampiran

1.

Persentase Penduduk Jawa Timur


yang Mempunyai
Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota, 2013 - 2015
Ada Keluhan Kesehatan

Kabupaten/Kota

2015
(4)

30,00
26,02
25,05
27,23
34,31
27,51
28,17
19,07
23,51
34,70
34,38
26,19
25,39
30,59
23,34
33,74
39,92
25,16
27,79
24,39
28,61
20,31
25,89
28,54
21,08
19,11
32,39
20,87
23,70

30,69
30,40
27,75
28,76
33,10
27,28
29,18
21,12
27,08
38,15
39,63
31,56
34,13
36,45
22,31
33,97
38,91
32,54
29,40
28,39
38,12
22,51
29,49
30,01
22,58
23,84
37,61
29,30
29,12

37,96
36,98
31,49
38,93
39,05
35,95
31,38
24,85
28,20
37,00
44,02
31,55
26,56
37,39
28,74
42,41
37,90
37,20
27,04
29,05
33,81
36,56
32,43
34,47
24,74
26,41
36,20
36,00
31,28

31,36
23,90
31,68
33,44
25,93
44,50
33,98
27,79
19,73

35,27
30,78
37,24
35,78
37,82
30,92
28,59
34,49
30,69

41,70
45,59
40,69
36,82
34,68
38,79
37,57
30,38
38,56

27,37

30,21

33,45

.b

ps

.g

o.
id

2014
(3)
(7)

tp
://
j

ht

Jawa Timur

2013
(2)

at
im

(1)
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

Keluhan

Sumber : Susenas Jawa Timur 2013 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

36

Persentase Penduduk Jawa Timur yang Mempunyai


Kesehatan dan Terganggu kegiatan Sehari-harinya
Kabupaten/Kota, 2013 - 2015

Kabupaten/Kota

2013
(2)

(1)

Jawa Timur

2014
(3)
(7)

2015
(4)

12,51
10,63
15,01
14,98
15,49
13,77
15,73
13,24
14,66
21,87
23,22
17,84
16,83
20,25
10,91
15,78
20,66
14,11
11,43
15,12
14,03
11,61
13,82
16,80
12,18
9,94
25,46
19,38
17,11

21,90
19,26
17,70
19,84
18,18
19,02
18,40
14,30
19,53
20,62
27,72
18,62
16,84
22,43
14,98
22,18
21,94
17,81
14,73
16,22
16,41
15,78
21,27
18,00
13,21
16,45
24,91
20,50
19,50

13,02
10,29
13,07
16,08
13,67
15,44
11,70
13,20
8,76

13,80
13,13
17,14
14,89
12,43
12,12
13,46
15,28
12,51

21,50
23,14
20,92
21,19
17,89
15,77
15,70
17,56
20,90

13,92

15,37

18,79

tp
://
j

.g

at
im

14,73
15,71
12,08
15,33
12,79
12,58
19,97
20,65
12,56
12,68
15,28
10,03
17,39
20,11
11,94
10,97
13,81
12,00
11,48
11,57
17,30
11,95
7,54
22,47
12,88
14,66

o.
id

10,28
11,60
28
12,71

ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

Keluhan
Menurut

Ada Keluhan Kesehatan dan Terganggu kegiatan Sehari-harinya

ps

2.

.b

Lampiran

Sumber : Susenas Jawa Timur 2013 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

37

Lampiran 3.

Persentase Penduduk Jawa Timur yang Mempunyai Keluhan Kesehatan


dan Terganggu Kegiatan Sehari-harinya Menurut Tempat Berobat Jalan
per Kabupaten/Kota, 2015

Praktek
RS
RS
Praktek
Dokter Puskesmas
Kabupaten/Kota
Pemerintah Swasta Dokter/Bidan Bersama/
/Pustu
Poliklinik

Lainnya

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

6,56
3,28
4,70
5,82
5,19
3,36
3,92
2,82
3,87
2,18
1,61
5,12
4,37
3,30
10,00
5,57
4,26
5,67
5,72
5,93
3,79
4,25
7,68
4,91
5,41
4,36
7,65
6,19
3,97

1,85
3,75
2,67
9,48
5,91
7,01
7,46
3,33
2,81
5,30
1,44
2,18
1,23
1,83
9,16
4,41
7,13
2,10
1,67
5,07
1,44
3,56
3,72
8,10
14,09
0,68
0,75
0,72
2,24

56,03
57,97
62,43
48,79
67,70
58,75
51,77
62,26
64,17
69,21
75,98
52,41
65,21
50,50
35,67
63,66
49,69
57,97
48,56
55,28
66,33
63,84
69,75
57,69
48,17
66,84
71,44
55,30
58,35

7,15
3,00
5,56
6,59
6,07
9,61
9,22
4,75
6,68
6,29
3,15
5,38
3,63
8,54
20,63
7,34
6,49
7,03
8,29
8,01
5,53
3,45
4,09
10,38
9,56
2,90
2,49
1,91
7,82

24,73
23,17
21,47
23,20
17,05
19,16
19,07
24,01
17,81
19,57
16,28
29,46
18,04
28,09
24,85
17,96
26,49
23,96
26,73
26,36
16,13
13,79
13,50
15,90
23,29
20,42
18,26
24,99
20,33

4,02
9,55
1,75
7,28
0,39
2,34
7,43
1,17
1,71
1,32
2,56
1,99
3,92
4,51
1,58
1,52
3,31
2,18
4,48
3,68
5,11
3,74
3,64
5,55
3,27
5,41
3,03
13,97
5,45

1,63
2,35
1,59
1,46
2,12
2,14
1,26
1,48
3,07
2,56
1,56
3,34
2,47
2,11
0,93
1,67
0,74
1,35
0,69
3,71
1,02
0,69
2,13
1,05
1,45
0,26
3,31
2,41
1,73

4,18
1,67
3,10
1,99
4,09
1,75
2,54
3,06
4,68
0,47
0,68
1,62
4,05
6,88
0,98
0,37
6,44
2,28
6,49
2,25
3,55
8,46
1,71
0,82
0,71
0,06
0,34
1,49
1,98

Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu

7,47
7,35
7,73
3,00
5,08
4,88
14,26
10,01
6,27

4,26
4,29
6,05
2,30
2,68
7,58
3,23
10,98
11,16

32,99
45,79
35,94
38,94
46,20
27,32
34,77
25,17
49,93

16,38
5,58
14,17
7,54
7,17
12,49
9,05
22,22
7,79

38,24
41,93
37,38
50,70
40,33
47,64
39,39
32,21
15,70

0,87
0,56
0,18
1,22
0,32
1,56
0,48
0,17
5,26

1,15
0,97
1,67
2,28
0,96
0,72
0,76
0,67
2,79

0,06
1,60
2,18
0,54
2,00
0,58
0,57
2,11
2,43

Jawa Timur

5,32

5,19

57,76

8,60

22,72

3,41

1,70

2,67

tp
://
j

at
im

.b

ps

.g

o.
id

(3)

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71
72
73
74
75
76
77
78
79

Pengobatan
Tradisional

(2)

ht

(1)

UKBM

Sumber : Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

38

Lampiran 4.

Rata-rata lama sakit (hari) Penduduk yang mempunyai keluhan


kesehatan dan terganggu kegiatan Sehari-hari per Kabupaten/Kota,
2015
Lamanya Terganggu (Hari)

Kabupaten/Kota

2015
(4)

Jawa Timur
Sumber

5,75
5,98
7,08
5,79
6,19
6,05
7,07
5,81
5,52
6,10
6,56
6,14
6,28
5,81
4,84
5,29
5,73
6,07
6,41
5,93
6,74
5,40
5,69
6,60
4,64
5,46
6,40
6,31
5,63

.g
ps
.b
at
im

ht

tp
://
j

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

o.
id

(1)

6,08
5,39
5,72
4,96
5,83
4,71
5,52
4,31
6,07
5,83

: Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

39

Lampiran 5.

Rata-rata Lamanya (hari) Penduduk Jawa Timur yang Rawat Inap


Menurut Kabupaten/Kota, 2015
Rata-rata Lamanya Rawat Inap (Hari)

Kabupaten/Kota

2015
(4)

Jawa Timur
Sumber

5,12
5,61
4,89
5,19
5,94
6,50
5,77
3,94
4,49
4,43
4,56
6,71
4,67
5,82
5,52
5,87
5,66
4,81
6,22
5,79
5,01
5,34
8,48
5,56
5,74
5,70
3,31
5,95
6,09

.g
ps
.b
at
im

ht

tp
://
j

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

o.
id

(1)

5,80
6,02
6,68
4,53
5,40
6,27
6,99
6,24
5,92
5,54

: Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

40

Rata-rata batang rokok per minggu yang dihisap Penduduk Jawa Timur
dalam 1 bulan terakhir berdasarkan merokok setiap hari atau tidak
Menurut Kabupaten/kota , 2015

26,65
15,12
23,74
23,19
21,88
25,53
29,71
28,28
27,06
25,87
33,03
53,57
23,18
46,33
24,47
26,66
20,59
27,17
28,32
23,11
28,91
28,82
29,32
40,56
22,49
53,64
31,94
40,47
60,01

55,23
50,58
62,84
63,93
72,41
59,09
76,40
61,55
66,51
69,84
74,68
82,63
79,55
82,04
66,15
69,22
71,84
72,52
66,09
59,85
67,75
68,85
73,74
82,21
77,93
95,29
104,32
104,93
95,13

69,88
72,88
76,85
72,20
94,81
68,38
69,31
76,31
83,63

21,94
17,83
25,75
19,93
39,67
15,18
36,88
27,41
35,74

64,37
67,43
69,79
68,11
90,74
59,23
65,35
68,75
80,88

ht

Jawa Timur

77,58

28,86

73,11

Sumber

.g

o.
id

59,38
54,53
68,27
69,36
81,03
61,86
80,58
63,63
70,20
73,76
78,90
84,18
82,04
85,70
72,23
72,61
76,60
77,63
68,92
63,75
71,42
73,14
80,40
85,43
82,12
98,03
108,16
108,65
97,45

tp
://
j

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

Merokok Tidak
Setiap Hari
(3)

ps

(1)

Merokok Setiap
Hari
(2)

.b

Kabupaten/Kota

Rata-rata batang rokok per minggu yang dihisap


Penduduk Jawa Timur, 2015

at
im

Lampiran 6.

Merokok
(4)

: Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

41

Lampiran 7. Persentase Balita Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota Dan


Penolong Terakhir Kelahiran, 2013 - 2015
Penolong Terakhir Kelahiran
Kabupaten/Kota

Jawa Timur

2013
(5)

Non Medis
2014
(6)

2015
(7)

97,77
96,60
96,91
96,11
99,18
97,87
95,09
99,12
86,84
94,24
80,77
92,17
91,00
90,52
99,60
98,85
100,00
98,73
98,62
99,18
98,72
93,93
99,12
97,62
99,56
78,36
63,21
84,34
70,51

98,86
96,31
97,58
98,65
97,02
98,29
93,69
98,43
91,20
94,04
78,94
91,74
83,31
95,22
100,00
99,26
99,33
98,87
99,43
100,00
100,00
95,34
98,42
99,60
98,53
74,55
69,63
89,74
77,31

100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
98,72
95,64
91,30
95,34
88,33
95,00
93,02
98,17
100,00
98,83
99,08
100,00
100,00
100,00
100,00
98,64
98,76
100,00
100,00
77,64
69,13
85,57
86,83

2,23
3,40
3,09
3,89
0,82
2,13
4,91
0,88
13,16
5,76
19,23
7,83
9,00
9,48
0,40
1,15
0,00
1,27
1,38
0,82
1,28
6,07
0,88
2,38
0,44
21,64
36,79
15,66
29,49

1,14
3,69
2,42
1,35
2,98
1,71
6,31
1,57
8,80
5,96
21,06
8,26
16,69
4,78
0,00
0,74
0,67
1,13
0,57
0,00
0,00
4,66
1,58
0,40
1,47
25,45
30,37
10,26
22,69

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,28
4,36
8,70
4,66
11,67
5,00
6,98
1,83
0,00
1,17
0,92
0,00
0,00
0,00
0,00
1,36
1,24
0,00
0,00
22,36
30,87
14,43
13,17

100,00
98,05
98,93
100,00
99,20
100,00
100,00
98,69
100,00

0,00
0,00
0,00
7,49
0,00
0,00
0,00
1,28
0,00

2,37
0,00
2,24
0,58
0,00
0,52
3,69
0,00
1,14

0,00
1,95
1,07
0,00
0,80
0,00
0,00
1,31
0,00

5,71

3,73

at
im

.b

ps

.g

o.
id

2015
(4)

tp
://
j

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

Medis
2014
(3)

ht

(1)

2013
(2)

100,00
100,00
100,00
92,51
100,00
100,00
100,00
98,72
100,00

100,00
97,63
100,00
97,76
99,42
100,00
99,48
96,31
100,00

93,96

94,29

96,28

6,04

2014

Sumber
: Susenas Jawa Timur 20132015
Keterangan : - Medis : Dokter, bidan, dan tenaga paramedis lain
- Non Medis : Dukun, famili/keluarga, dan lainnya

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

42

20

Lampiran 8. Rata-rata Lamanya Bayi Usia 0-1 Tahun Diberi ASI Tanpa Makanan/
Minuman Pendamping Menurut Kabupaten/Kota, 2013 - 2015

Kabupaten/Kota

Lamanya Diberi ASI Tanpa Makanan/Minuman Pendamping (Bulan)

Jawa Timur

2015
(4)

3,70
4,46
4,33
3,68
2,81
4,77
4,39
4,37
4,51
3,67
3,18
4,94
3,63
3,81
4,25
2,95
3,10
3,70
3,36
4,25
5,00
4,75
5,01
3,46
3,58
2,68
2,59
3,25
3,44

3,82
4,42
4,09
3,44
2,95
4,87
4,36
4,09
4,32
3,52
3,17
4,61
3,38
3,76
4,16
3,05
2,82
3,84
3,56
3,73
4,82
4,71
4,96
3,49
3,55
2,63
2,46
2,96
3,58

4,18
3,00
3,77
1,90
2,84
4,42
4,10
3,64
2,21

3,38
3,91
4,00
3,86
4,29
3,21
3,62
4,65
3,78

2,84
3,50
3,82
3,31
3,83
3,12
3,78
4,25
3,75

3,40

3,57

3,95

.g
ps
.b

at
im

3,54
3,27
3,43
4,06
3,72
3,33
3,55
2,97
3,31
3,60
3,10
2,95
3,73
2,99
4,81
4,15
3,18
3,40
4,08
3,38
4,32
3,97
2,87
2,91
3,78
2,05
1,14
1,58
3,83

tp
://
j
ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

2014
(3)
(7)

o.
id

2013
(2)
(5)

(1)

Sumber : Susenas Jawa Timur 2013 - 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

43

Lampiran 9. Persentase Baduta (Usia 0-23 Bulan) Menurut Pemberian ASI Menurut
Kabupaten/Kota, 2015
Rata rata Lama
Pemberian ASI
(Bulan)
(4)

Pernah Diberi ASI

ASI Saja

(1)

(2)
(5)

(3)
(7)

100,00
93,69
100,00
92,30
94,02
91,52
91,90
96,93
98,78
94,61
98,26
95,53
85,35
90,12
92,01
88,23
95,94
95,36
97,28
97,49
90,64
96,62
90,41
95,97
95,32
97,80
95,35
95,30
98,37

18,85
11,32
15,74
7,16
3,44
6,82
4,54
13,97
9,63
8,18
4,16
2,99
13,75
10,92
14,08
3,28
2,49
12,36
2,51
14,65
8,38
18,61
8,25
9,38
12,88
1,09
2,79
1,04
3,19

10,87
11,16
10,56
9,45
9,36
12,83
11,24
10,38
11,15
10,98
10,91
11,81
9,13
11,08
8,90
10,27
10,71
8,72
9,48
11,01
10,69
10,58
11,13
10,07
8,98
10,62
9,44
10,55
9,82

92,07
91,55
96,70
83,36
95,66
91,62
95,46
93,23
95,13

5,82
9,86
17,47
7,71
5,22
12,69
7,41
5,98
3,00

8,73
9,17
8,50
8,66
9,85
7,35
9,94
9,17
9,19

94,07

8,47

10,25

.g
ps
.b

at
im

tp
://
j
ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

o.
id

Kabupaten/Kota

Jawa Timur
Sumber : Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

44

Lampiran 10. Persentase Baduta (0-23 Bulan) Jawa Timur Menurut Lamanya
Pemberian ASI dan Kabupaten/Kota, 2015
Lamanya Pemberian ASI

Kabupaten/Kota

13-18 bulan
(4)

19-23 bulan
(5)

25,53
23,89
25,39
33,41
31,85
14,92
17,63
23,09
18,03
21,80
25,36
24,81
36,55
27,57
35,19
28,49
27,69
32,54
30,99
23,58
21,28
26,74
17,58
35,04
33,83
29,09
26,33
34,91
22,13

35,79
35,64
41,57
35,68
36,99
27,17
42,26
40,14
45,41
34,08
36,42
26,92
32,42
31,01
38,95
32,40
26,60
42,81
36,55
38,53
46,72
33,07
46,13
27,85
40,55
40,13
52,28
17,66
51,73

26,44
26,83
20,47
18,04
23,26
37,34
30,22
23,09
23,36
36,42
15,84
26,70
17,01
21,88
20,41
22,10
26,51
14,16
25,14
21,15
19,43
23,15
24,23
20,48
16,83
19,02
16,64
33,94
21,89

12,24
13,64
12,57
12,88
7,91
20,57
9,89
13,68
13,20
7,70
22,38
21,57
14,02
19,54
5,45
17,02
19,19
10,49
7,32
16,74
12,57
17,04
12,06
16,63
8,79
11,75
4,75
13,48
4,25

38,72
35,03
42,87
38,66
28,34
52,15
25,43
34,94
30,23

34,16
28,89
31,80
40,87
34,68
24,28
42,29
34,14
38,29

19,47
26,14
16,18
7,74
29,41
15,49
14,49
21,68
21,01

7,66
9,94
9,15
12,72
7,58
8,09
17,79
9,25
10,46

27,54

36,89

23,24

12,34

tp
://
j

at
im

.b

ps

.g

o.
id

6-12 bulan
(3)
(7)

ht

(1)
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

0-5 bulan
(2)
(5)

Jawa Timur
Sumber : Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

45

Lampiran 11.

Persentase Balita (0-4 Tahun) yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis


Imunisasi Di Jawa TimurMenurut Tempat Berobat Jalan per
Kabupaten/Kota, 2015

BCG

DPT

Polio

Campak

Hepatitis

Lengkap

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

94,71
96,82
95,57
96,94
96,36
94,74
95,41
95,20
94,27
92,26
89,47
89,46
87,80
88,35
97,15
93,99
94,87
95,46
97,46
97,69
98,26
93,94
94,36
93,83
95,51
62,32
66,90
74,45
85,85

98,53
98,72
94,99
95,74
100,00
98,16
99,16
97,06
97,87
99,19
96,60
98,37
99,54
94,50
98,27
99,25
98,46
96,99
97,70
100,00
98,70
93,30
97,70
95,83
99,34
91,47
91,67
86,35
97,97

100,00
98,79
98,16
98,85
100,00
98,89
99,17
100,00
98,59
99,37
100,00
98,26
98,45
99,57
100,00
100,00
98,34
97,72
97,77
100,00
100,00
99,11
100,00
99,20
99,25
98,12
97,40
97,11
98,61

86,73
79,50
78,95
81,27
78,51
79,08
82,53
68,23
78,36
78,15
74,15
76,60
62,02
66,08
78,62
77,40
81,47
79,78
78,28
82,74
84,03
73,39
77,73
75,63
79,10
46,44
40,06
53,72
67,75

98,72
98,09
93,96
95,00
99,24
97,06
98,09
91,71
95,59
95,92
94,38
91,69
100,00
91,88
98,43
99,25
98,13
95,90
96,40
100,00
95,96
94,35
95,97
95,26
98,82
92,41
88,24
79,95
94,85

85,10
85,24
86,70
86,28
84,96
78,87
83,43
74,33
70,62
76,61
67,70
68,66
58,55
62,16
78,95
81,38
82,85
84,19
82,72
93,12
86,86
70,56
71,84
68,15
89,85
27,07
33,37
41,11
51,57

93,64
92,98
96,08
91,80
92,58
96,86
100,00
92,77
92,07

99,46
97,97
98,93
99,28
97,76
100,00
100,00
99,36
100,00

99,47
97,21
100,00
99,30
98,51
100,00
100,00
100,00
100,00

79,53
77,64
76,15
73,40
77,70
78,02
83,76
76,11
76,81

99,46
95,46
97,48
96,70
97,26
100,00
100,00
97,59
100,00

85,38
87,37
75,05
79,16
76,96
91,70
93,68
72,70
71,56

92,10

97,61

99,17

74,79

96,22

73,72

71
72
73
74
75
76
77
78
79

Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
Jawa Timur

.g

ps

.b

at
im

tp
://
j

ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota

o.
id

Kabupaten/Kota

Sumber : Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

46

Persentase Perempuan Jawa Timur Usia 10 Tahun Ke Atas yang Kawin


di Bawah Umur (Kurang dari 17 Tahun), 2013 - 2015
Usia perkawinan pertama kurang dari 17 tahun

Kabupaten/Kota

Jawa Timur

2015
(4)

13,37
20,45
23,83
21,66
20,66
16,48
27,11
30,09
38,13
28,15
53,26
51,54
48,09
30,25
8,72
21,34
18,62
21,60
21,88
23,94
24,40
33,27
29,51
32,16
19,06
27,14
43,33
28,85
45,08

16,06
20,81
23,63
23,37
20,24
18,46
28,20
30,32
39,52
30,85
56,71
50,08
53,07
28,45
8,23
23,06
20,05
21,60
21,96
21,11
25,13
31,23
27,08
33,68
20,28
29,37
43,47
35,77
43,98

5,57
4,42
7,59
5,26
4,92
4,20
9,46
10,91
14,11
11,36
23,62
23,44
21,02
11,50
2,55
7,20
6,66
5,39
3,87
3,02
4,30
8,41
6,55
9,58
5,13
8,42
18,59
12,81
17,24

11,20
16,80
9,36
26,92
21,19
8,81
9,67
12,26
25,79

3,84
3,36
2,88
9,49
7,29
3,54
1,60
5,46
6,30

ps

.g

o.
id

2014
(3)
(7)

tp
://
j
ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu

2013
(2)
(5)

at
im

(1)

.b

Lampiran 12.

8,17
14,35
11,42
20,88
16,18
10,85
10,03
11,87
19,04
26,33

27,11

8,99

Sumber : Susenas Jawa Timur 2013 - 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

47

Persentase Penduduk Perempuan Jawa Timur Usia 15-49 Tahun Yang


Berstatus
Kawin
Menurut Kabupaten/Kota Dan Pernah/Sedang
Menggunakan Alat KB, 2013 - 2015

2013

2014

2015

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

85,42
83,51
84,63
84,77
88,73
82,32
88,12
87,23
84,26
89,77
90,07
83,36
90,83
85,00
83,54
88,23
87,58
85,31
87,35
87,15
88,58
84,28
88,21
87,36
85,41
62,71
80,16
81,65
65,98

88,52
80,35
86,64
83,63
83,67
84,31
86,64
85,62
87,02
88,70
89,02
85,61
87,98
85,23
83,05
84,68
85,84
85,94
87,82
84,25
87,15
87,01
87,47
86,23
88,11
63,84
80,74
78,01
66,44

83,59
70,33
78,69
74,93
76,60
72,95
77,95
79,73
76,19
76,72
83,43
79,36
82,13
75,09
69,69
83,28
77,56
78,56
74,84
77,13
81,33
78,91
80,74
79,88
76,83
58,18
72,17
75,99
68,91

69,24
66,05
63,25
59,05
64,23
62,52
73,14
71,64
69,89
68,03
73,14
70,73
74,31
70,90
66,29
75,75
73,99
69,86
63,08
69,24
73,65
70,89
69,07
67,31
71,90
44,30
52,99
59,35
45,55

68,41
60,49
66,96
57,52
62,69
65,60
69,92
68,07
69,27
68,86
71,11
72,55
69,48
71,87
64,64
72,66
71,18
69,89
64,50
66,83
72,71
70,92
70,74
62,16
72,21
46,42
53,05
54,64
46,11

71,41
52,60
67,42
56,97
60,25
65,55
68,55
69,91
67,34
65,62
72,23
68,72
70,91
63,82
61,83
67,94
64,96
65,70
65,32
66,86
73,92
69,89
69,57
67,47
66,64
41,75
53,02
53,12
51,78

71
72
73
74
75
76
77
78
79

ps

.g

o.
id

2015

ht

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota

Sedang KB

2014

.b

(1)

Pernah KB
2013

at
im

Kabupaten/Kota

tp
://
j

Lampiran 13.

Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu

79,83
76,06
79,68
88,92
90,85
87,58
76,50
77,26
85,09

81,23
78,56
81,46
84,07
86,18
85,76
82,84
75,09
86,88

70,39
77,10
63,74
75,86
73,04
75,31
62,73
68,25
68,73

60,27
53,26
60,63
73,93
76,24
77,32
55,35
59,98
62,53

60,53
56,85
64,03
64,32
67,97
72,35
56,80
56,42
70,77

61,22
62,81
54,03
69,44
58,82
64,12
56,34
57,59
61,12

Jawa Timur

84,10

83,66

75,44

66,48

65,33

63,79

Sumber : Susenas Jawa Timur 2013 - 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

48

Persentase Penduduk Perempuan Jawa Timur Usia 15-49 Tahun Yang


Berstatus Kawin (PUS) Menurut Kabupaten/Kota Dan Alat/Cara KB
Yang Sedang Digunakan, 2015

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

4,86
7,35
9,48
4,81
6,11
8,38
4,27
3,10
1,62
2,26
2,64
2,56
4,21
1,94
8,66
5,64
9,56
3,99
6,00
7,90
3,37
2,18
1,48
2,62
3,22
3,34
2,64
2,88
1,34

11,26
29,43
9,45
3,15
14,78
9,75
9,71
9,64
4,97
4,87
8,64
0,94
1,18
2,97
8,45
4,95
3,89
12,12
10,03
13,84
13,42
4,80
5,49
2,76
4,43
0,50
0,64
1,35
0,42

57,41
45,44
50,78
49,79
44,73
49,08
58,10
59,33
52,89
56,56
57,22
61,15
59,79
62,29
54,18
59,14
59,77
52,20
62,62
59,36
64,05
68,68
79,81
66,02
64,55
71,36
83,84
79,77
77,53

6,47
5,29
8,69
7,67
5,32
6,00
5,53
9,40
6,73
9,04
3,83
15,08
9,57
3,59
2,41
3,29
3,31
8,23
3,08
3,45
3,30
6,35
3,65
7,89
1,41
3,06
0,46
2,60
2,42

18,07
9,20
17,92
31,09
22,40
24,07
20,57
16,16
32,32
26,05
26,53
19,08
25,09
27,01
22,29
21,96
20,63
22,18
16,56
13,87
14,66
17,40
9,27
19,65
24,52
21,35
12,00
13,38
17,97

0,58
1,00
0,50
1,94
0,43
0,92
0,68
0,47
0,22
0,27
0,00
0,71
0,16
1,25
0,91
1,78
1,22
0,65
0,68
0,75
0,85
0,45
0,00
0,71
0,32
0,00
0,00
0,00
0,00

1,35
2,29
3,18
1,54
6,24
1,79
1,14
1,90
1,25
0,95
1,14
0,49
0,00
0,93
3,10
3,25
1,63
0,65
1,04
0,84
0,34
0,13
0,30
0,34
1,56
0,40
0,41
0,00
0,31

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

ht

71
72
73
74
75
76
77
78
79

PIL

ps

.g

o.
id

Suntik KB Susuk KB

.b

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota

IUD/
Spiral

at
im

(1)

MOW/
MOP

tp
://
j

Lampiran 14.

Kondom
Cara
/Intravag Tradisional

Total

Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu

7,32
5,27
12,24
4,42
8,93
15,31
14,68
6,61
2,83

9,51
26,52
25,22
6,99
13,79
14,49
20,67
11,04
18,73

41,52
27,45
33,59
47,65
47,21
26,15
42,35
55,41
52,50

3,92
6,85
3,82
9,99
8,79
1,79
1,86
1,71
3,36

25,36
18,39
15,61
26,13
19,27
25,67
13,06
21,29
19,53

4,22
5,09
3,58
2,57
1,26
1,67
4,49
0,95
1,90

8,15
10,44
5,95
2,25
0,75
14,92
2,89
3,00
1,15

100
100
100
100
100
100
100
100
100

Jawa Timur

4,67

7,59

58,83

5,22

21,30

0,76

1,66

100

Sumber : Susenas Jawa Timur 2015

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

49

Lampiran 15. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk
Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2013 - 2015

71
72
73
74
75
76
77
78
79

Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
Jawa Timur

2015

2013

2014

2015

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

22,12
25,83
20,80
21,40
23,12
26,83
29,46
36,92
55,42
32,56
52,28
53,82
62,45
49,74
23,36
23,99
27,05
30,46
30,64
22,29
25,83
38,24
32,86
33,25
22,65
53,69
51,72
49,00
47,48

21,66
24,86
20,23
20,87
22,68
25,79
28,63
36,03
54,72
30,82
50,93
53,06
61,48
48,61
22,78
22,82
26,80
29,88
30,20
21,77
24,81
37,87
31,59
32,82
22,13
53,12
49,50
47,48
46,77

21,21
23,89
19,66
20,35
22,23
24,75
27,81
35,13
54,01
29,07
45,59
52,30
60,51
47,47
22,19
21,64
26,56
29,30
29,75
21,26
23,79
37,50
30,31
32,39
21,62
52,56
47,28
45,97
46,06

71,90
70,49
72,30
72,09
71,46
70,34
69,69
67,93
63,39
68,66
64,13
63,65
61,87
64,80
71,27
70,82
70,38
69,48
69,39
71,81
70,81
67,53
68,37
68,68
71,70
63,81
64,39
65,05
65,25

70,50
71,88
42,51
72,88
72,50
72,04
71,78
69,07
67,80
69,93
65,43
68,08
65,75
69,83
73,43
71,76
71,37
70,87
69,76
71,91
71,33
70,11
70,25
71,47
72,20
69,62
67,48
66,56
70,02

71,05
72,08
72,91
73,28
72,80
72,14
71,98
69,27
68,20
70,03
65,73
68,28
66,15
69,83
73,63
71,96
71,67
70,97
70,36
72,01
71,53
70,51
70,55
71,67
72,30
69,72
67,58
66,86
70,42

71,08
72,99
71,21
71,01
66,50
72,13
71,55
71,72
70,18

73,52
72,70
72,30
68,52
70,54
72,39
72,41
73,85
72,06

73,62
73,00
72,60
69,72
70,84
72,69
72,41
73,85
72,16

70,19

70,45

70,68

23,30
18,71
22,84
23,13
38,38
21,38
22,62
22,48
27,91
27,50

.b

ps

.g

o.
id

2014

(2)

at
im

Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota

AHH

2013

ht

(1)

AKB

tp
://
j

Kabupaten/Kota

22,08
17,99
21,28
21,52
37,12
20,92
22,11
21,91
27,08

20,86
17,27
19,72
19,91
35,85
20,47
21,59
21,34
26,26

26,66

25,82

Sumber : BPS Jawa Timur 2013 2015,

Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015

50

.b

at
im

tp
://
j

ht

.g

ps
o.
id

Anda mungkin juga menyukai