at
im
tp
://
j
ht
.g
ps
o.
id
Nomor Publikasi
Katalog BPS
: 35522.1602
: 3101001.35
ht
tp
://
j
at
im
Gambar Kulit
:
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat
Bidang Statistik Sosial
.b
ps
.g
o.
id
Naskah
:
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat
Bidang Statistik Sosial
Diterbitkan Oleh
:
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
KATA PENGANTAR
o.
id
ps
.g
.b
ht
tp
://
j
at
im
Teguh Pramono
iii
DAFTAR ISI
halaman
iii
DAFTAR ISI
.................................................................................................
iv
vi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
METODOLOGI ...........................................................................
o.
id
BAB II
3
6
ps
ULASAN.....................................................................................
.b
BAB III
.g
12
14
18
18
21
26
26
28
3.6 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup ................. ...
31
31
31
PENUTUP ..................................................................................
34
LAMPIRAN ..................................................................................................
36
ht
tp
://
j
at
im
BAB IV
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Kebiasaan
Merokok dalam 1 Bulan Terakhir di Jawa Timur, 2015 ...
15
Tabel 2.
19
ht
tp
://
j
at
im
.b
ps
.g
o.
id
Tabel 1.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
o.
id
Gambar 8.
.g
Gambar 6.
Gambar 7.
ps
Gambar 5.
.b
Gambar 4.
at
im
Gambar 3.
tp
://
j
Gambar 2.
ht
Gambar 1.
vi
7
8
9
10
11
11
13
14
16
16
17
21
22
23
24
25
27
28
29
30
32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
o.
id
.g
Lampiran 6.
ps
Lampiran 5.
.b
Lampiran 4.
at
im
Lampiran 3.
tp
://
j
Lampiran 2.
ht
Lampiran 1.
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
vii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tingkat
kesehatan
masyarakat
merupakan
salah
satu
indikator
untuk melihat tingkat kesejahteraan umum masyarakat pada suatu wilayah. Semakin
baik/tinggi tingkat kesehatan suatu masyarakat, maka dapat dikatakan semakin baik
pula tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut.
Program-program pembangunan dalam bidang kesehatan terus dicanangkan
dan ditingkatkan pemerintah saat ini. Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
o.
id
.g
ps
terhadap
masyarakat
dalam
bidang
tp
://
j
kesehatan.
pelayanannnya
at
im
senantiasa
.b
masyarakat dapat terus meningkat. Meliputi upaya preventif dan kuratif pemerintah
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang
ht
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara ekonomi dan sosial (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992). Derajat atau tingkat kesehatan suatu masyarakat
dipengaruhi oleh perilaku, kesehatan lingkungan, faktor keturunan, dan pelayanan
kesehatan. Setiap tahap pembangunan bidang kesehatan yang dicanangkan oleh
pemerintah tujuan utamanya adalah mendekatkan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Peningkatan pelayanan kesehatan terus dilakukan pemerintah. Salah satu
diantaranya melalui penyediaan berbagai fasilitas kesehatan dilengkapi dengan
peralatan medis yang memadai beserta tenaga medis berkualitas. Tugas dan tanggung
jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bukan semata-mata berada
di pundak pemerintah, melainkan menjadi tugas setiap individu untuk ikut menjaga
kesehatan masyarakat dengan terus berupaya meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat pula.
Derajat kesehatan penduduk Jawa Timur secara umum dapat dilihat melalui
indikator-indikator kesehatan yang dihasilkan dari data Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional) yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Data yang dihasilkan memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk
secara berkesinambungan dan berkelanjutan meliputi keterangan kesehatan penduduk,
cakupan imunisasi, kesehatan balita (anak usia 0-4 tahun), pelayanan kesehatan,
jaminan kesehatan serta fertilitas dan KB.
Indikator yang muncul pada periode sekarang pada dasarnya merupakan
refleksi dari program-program sebelumnya. Dampak dari suatu program tentunya baru
akan dirasakan beberapa periode setelah program dijalankan. Keterangan individu
yang diperoleh dari susenas, khususnya dalam bidang kesehatan dapat memberikan
gambaran mengenai pengaruh program layanan pemerintah terhadap peningkatan
Tujuan Penulisan
.g
1.2
o.
id
kesehatan masyarakat.
ps
.b
taraf kesehatan dan kualitas hidup penduduk melalui data-data kesehatan, yaitu antara
at
im
lain angka kesakitan, cakupan imunisasi, kesehatan balita, prevalensi KB, angka
kematian bayi dan angka harapan hidup. Dari gambaran yang diberikan, diharapkan
tp
://
j
1.3
ht
Bab I Pendahuluan
Bab II Metodologi
Bab IV Penutup
METODOLOGI
2.1
BAB
II
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari hasil Survei Sosial
o.
id
.b
at
im
2.2
ps
.g
tp
://
j
ht
Penyakit Kronis adalah suatu penyakit yang diderita dalam waktu yang sudah
cukup lama, menahun dan belum juga sembuh-sembuh. Kronis biasanya digunakan
untuk sakit yang sudah cukup lama dan menahun. Contoh : penyakit AIDS, Asam
urat, pikun, sakit alzheimer, maag kronis, tulang keropos (osteoporosis), diabetes,
stroke, dan lain-lain.
Penyakit akut digunakan untuk sakit yang datangnya secara tiba-tiba namun
cukup parah dan perlu penanganan medis dengan segera. Penderita penyakit
kronis dicatat mempunyai keluhan (sesuai dengan penyakit yang diderita)
meskipun selamat sebulan terakhir tidak ada keluhan. Contoh : patah tulang akibat
kecelakaan, sinusitis tiba-tiba, serangan jantung, dan lain-lain.
-
Berobat Jalan adalah kegiatan atau upaya anggota rumah tangga yang
mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan
pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau
tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah.
Praktik pengobatan tradisional/alternatif (batra) adalah praktik pelayanan
kesehatan
alternatif
dimana
terdapat
rawat
inap
o.
id
yang
dilakukan
oleh
.g
.b
ps
dan radiestesi.
at
im
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan ketrampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan secara
maupun ramuan.
ht
tp
://
j
malam atau lebih di suatu unit pelayanan kesehatan modern atau tradisiona,
termasuk dalam kejadian ini adalah rawat inap untuk persalinan.
-
Proses Kelahiran adalah proses lahirnya janin usia 5 bulan ke atas dari dalam
kandungan ke dunia luar, dimulai dengan tanda-tanda kelahiran, lahirnya bayi,
pemotongan tali pusat, dan keluarnya plasenta.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)/Menyusui adalah jika puting susu ibu yang
dihisap bayi mengeluarkan air susu yang diminum oleh bayi, walaupun hanya
sedikit, Ibu yang menyusui dapat ibu kandung maupun bukan ibu kandung. Bayi
yang minum ASI melalui botol dikategorikan diberi ASI.
-
Imunisasi
tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau
diminum (diteteskan dalam mulut), dengan maksud agar terjadi kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi antara lain :
a. BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit
TBC, diberikan pada bayi baru lahir atau anak sebanyak satu kali dengan
suntikan pada kulit pangkal lengan atas,
b. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit
Difteri, Pertusis, dan Tetanus, diberikan pada bayi berumur 3 bulan ke atas
dengan suntikan pada paha, Imunisasi DPT lengkap pada balita berjumlah 3
o.
id
kali.
.g
c. Polio merupakan vaksinasi untuk mencegah penyakit polio, diberikan pada bayi
ps
d. Campak/Morbilli
at
im
.b
merah muda atau putih ke dalam mulut anak. Imunisasi polio lengkap pada
merupakan
vaksinasi
untuk
mencegah
penyakit
tp
://
j
ht
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak
lahir yang mungkin akan dicapai oleh sekelompok penduduk.
ULASAN
BAB
III
Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang sehat jasmani dan
rohani merupakan cita-cita semua bangsa. Semakin baik derajat kesehatan suatu
masyarakat, menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut baik.
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan terus dilakukan dengan memberikan
kemudahan akses terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan. Pemerintah terus
melakukan pemerataan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan profesional agar
tidak terfokus di kota-kota besar saja.
Pembangunan di bidang kesehatan juga menekankan pentingnya peningkatan
o.
id
perilaku hidup sehat dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan melindungi
.g
kesehatan diri dan lingkungannya. Usaha promotif dan preventif lebih digiatkan lagi,
ps
.b
at
im
Beberapa indikator yang dicakup dalam Susenas yang dapat digunakan untuk
tp
://
j
menentukan derajat kesehatan penduduk antara lain angka kesakitan (morbidity rate),
cakupan imunisasi, kesehatan balita, persalinan oleh tenaga medis, angka kematian
ht
termasuk akibat kecelakaan ataupun hal lain. Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk
mengukur tingkat/derajat kesehatan masyarakat secara umum yang dapat dilihat dari
adanya keluhan akibat terkena suatu penyakit tertentu.
Adanya keluhan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor
lingkungan, faktor genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan (Teori Blum). Pola hidup
yang kurang sehat, tingkat stress yang tinggi, pola makan yang tidak teratur, kurang
sehatnya lingkungan sekitar tempat tinggal dan lingkungan pergaulan adalah beberapa
faktor yang dapat menimbulkan keluhan kesehatan.
Gambar 1.
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
Sebulan yang Lalu di Jawa Timur,
2013-2015
40
27,37
30,21
mempunyai
keluhan
kesehatan,
33,45
30
20
Mengalami
10
3,24
0
2013
2014
peningkatan
persen
poin
sebesar
dibandingkan
tahun sebelumnya.
2015
Gambar
menunjukkan
o.
id
.g
ps
lalu, dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah tingkat polusi yang tinggi,
.b
pola makan dengan gizi tidak seimbang, tuntutan beban hidup yang semakin berat
at
im
menyebabkan tingkat stres yang tinggi, ditambah dengan pola hidup yang kurang
sebagainya.
tp
://
j
sehat, kurangnya aktifitas fisik, hingga kurangnya durasi untuk berisitirahat dan lain
Keluhan kesehatan yang dialami oleh 33,45 persen penduduk Jawa Timur ini
ht
meliputi keluhan fisik dan psikis. Termasuk didalamnya adalah penyakit kronis dan
penyakit akut, dan keluhan lainnya seperti sakit campak, sakit kuning/liver, lumpuh,
pikun, masuk angin, perut mules, katarak, tuli, sakit gigi, sesak nafas, sakit kepala
berulang dan keluhan fisik akibat menstruasi atau hamil.
3.2
Gambar 2.
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Ada
Tidaknya Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Lalu, 2015
dirasakannya
mengganggu
parah
kegiatan
dan
sehari-hari.
15,10
3,69
66,55
kesehatan
yang
diderita
14,66
15,10
lainnya
menyatakan
.g
persen
ps
o.
id
.b
at
im
sehari-hari. Di sisi lain terdapat 14,66 persen penduduk yang menyatakan bahwa
hari.
tp
://
j
keluhan kesehatan yang diderita tidak menyebabkan terganggunya kegiatan sehariHal tersebut menunjukkan dari penduduk Jawa Timur yang mempunyai keluhan
ht
kesehatan sebulan lalu lebih dari 50 persen menyatakan bahwa keluhan kesehatan
mengganggu kegiatan sehari-hari. Rata-rata lama (hari) penduduk Jawa Timur yang
terganggu kegiatan sehari-harinya karena keluhan kesehatan yang dimilikinya adalah
5,83 hari. Tabel lampiran 4 menyajikan rata-rata lama (hari) penduduk Jawa Timur
terganggu kegiatan sehari-hari akibat keluhan kesehatan menurut Kabupaten/Kota.
3.2.1 Upaya Pengobatan
Berbagai upaya pengobatan dilakukan untuk mengatasi keluhan kesehatan
yang dialami, diantaranya dengan mengobati sendiri, berobat jalan, bahkan ada
diantaranya yang menjalani rawat inap (opname). Metode pengobatan sendiri dipilih
oleh sebagian besar penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sebagai tahap
awal untuk pengobatan, apabila dengan pengobatan sendiri masih belum mampu
menyembuhkan keluhan yang dirasakan, maka pilihan untuk berobat jalan mulai
Laporan Eksekutif Kesehatan Jawa Timur 2015
61,22
58,00
50,75
49,02
60
66,28
59,31
40
20
3,97
2,96
2,59
0
2013
Mengobati Sendiri
2014
2015
Berobat Jalan
Rawat Inap
Hal tersebut dapat dilihat dari persentase penduduk yang mengalami keluhan
o.
id
kesehatan menurut cara pengobatan yang dilakukan di tahun 2015, yaitu persentase
.g
terbesar adalah mengobati sendiri yaitu sebesar 66,28 persen, kemudian diikuti
ps
dengan rawat jalan sebesar 58,00 persen dan persentase terkecil adalah rawat inap
.b
at
im
tp
://
j
praktek dokter/bidan (54,76 persen), hal ini dilakukan karena praktek dokter/bidan
lebih mudah ditemui di berbagai wilayah. Praktek dokter/bidan dianggap lebih praktis
ht
dan dapat menghemat waktu karena dapat dikunjungi pada sore/malam hari ataupun
waktu libur, diluar jam kerja pada umumnya. Hadirnya berbagai fasilitas kesehatan
seperti klinik/praktek dokter bersama, menjadi alternatif untuk berobat jalan. Terbukti
di tahun 2015 sebanyak 8,60 persen penduduk memilih klinik/praktek dokter bersama.
Kendatipun demikian puskesmas/pustu masih menjadi pilihan bagi 22,72 persen
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan di Jawa Timur. Puskesmas dan
puskesmas pembantu masih menjadi pilihan sebagian besar penduduk karena
keberadaannya di setiap kecamatan mudah diakses dengan biaya terjangkau.
Rasio ketersediaan puskesmas menurut WHO adalah 1 puskesmas untuk
melayani 30.000 penduduk. Puskesmas di Jawa Timur secara keseluruhan berjumlah
960 puskesmas (Dinkes, 2015), masih belum memenuhi standar rasio ketersediaan
untuk melayani 38,8 juta penduduk Jawa Timur. Meskipun demikian upaya pemerintah
Jawa Timur untuk meningkatkan mutu pelayanan terus dilakukan.
Gambar 4 menunjukkan
Gambar 4.
Persentase Penduduk di Jawa Timur Menurut
Tempat Berobat Jalan, 2015
persentase
penduduk
yang
54,76
50
5,32
5,19
8,60
persen
22,72
3,41
1,70
2,67
penduduk
yang
lebih lanjut dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pada umumnya pemeriksaan di rumah
sakit harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan (terlebih jika menggunakan
o.
id
rujukan) dan memiliki calon pasien yang lebih banyak sehingga waktu pelayanan
.g
ps
.b
at
im
jalan. UKBM ini pada umumnya tersedia di wilayah perdesaan dengan bentuk
pelayanan kesehatan dasar di poskedes, polindes, posyandu, pos obat desa dan balai
tp
://
j
ht
Disamping itu masih ada penduduk (1,70 persen) yang lebih memilih untuk
memanfaatkan praktek pengobatan tradisonal/alternatif untuk mengatasi keluhan
kesehatannya. Pelayanan kesehatan dengan cara pengobatan tradisonal ini dapat
diberikan dengan menggunakan keterampilan (pijat, akupuntur, bekam, dll) ataupun
ramuan.
Meskipun demikian tidak semua penduduk memilih berobat untuk berobat
jalan. Alasan utama tidak berobat jalan dapat dilihat pada Gambar 5. Penduduk yang
memilih untuk tidak berobat jalan lebih disebabkan karena merasa cukup dengan
mengobati sendiri (66,28 persen), yakni melakukan upaya pengobatan tanpa
saran/resep dari tenaga kesehatan/batra. Disamping itu alasan utama lainnya tidak
berobat jalan adalah merasa tidak perlu (27,82 persen), karena merasa sakit yang
dideritanya akan sembuh dengan sendirinya. Ada pula yang disebabkan karena tidak
punya biaya untuk berobat (2,57 persen) baik untuk biaya administrasi, jasa dokter,
10
Lainnya; 2,97%
Waktu tunggu
pelayanan lama;
0,056%
o.
id
ps
.g
Mengobati sendiri;
66,28%
Sementara itu upaya pengobatan lainnya yang dilakukan oleh penduduk yang
.b
15
at
im
mempunyai keluhan kesehatan adalah dengan melakukan rawat inap. Penduduk Jawa
Timur yang pernah dirawat inap dalam 1 tahun terakhir pada tahun 2015 hanya 3,97
tp
://
j
persen. Upaya pengobatan dengan rawat inap menjadi alternatif terakhir, ketika
keluhan kesehatan yang dirasakan semakin parah, dan memerlukan perawatan
ht
intensif. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kondisi yang lebih buruk lagi.
Gambar 6 menunjukkan persentase penduduk menurut tempat rawat inap di
Gambar 6.
Persentase Penduduk Tempat Rawat Inap di Jawa
Timur, 2015
40
tahun
2015.
baik
di
rumah
sakit
21,35
20
Timur
35,35 35,35
30
10
Jawa
5,66
masing
2,76
0,88
0,14
35,35
mempunyai
Rumah
persen)
keluhan
sakit
yang
kesehatan.
menjadi
tempat
11
kesehatan profesionalnya lebih terjamin. Terlebih dewasa ini dari segi biaya, rumah
sakit pemerintah dan swasta tidak terlampau jauh berbeda, dan dapat diatasi dengan
adanya jaminan sosial. Untuk mengatasi keluhan kesehatan dengan tingkat resiko yang
tinggi rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat mengakomodir
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Sebanyak 21,35 persen penduduk dirawat inap di puskesmas/pustu. Selain
lokasinya yang mudah dijangkau karena terdapat di sebagian besar kecamatan di Jawa
Timur, pertimbangan biaya menjadi salah satu alasan mengapa puskesmas/pustu
dimanfaatkan sebagai tempat untuk rawat inap. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
mengupayakan melakukan akreditasi puskesmas di seluruh wilayah Jawa Timur agar
dapat melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
WHO, dengan membekali setiap puskesmas dengan sarana prasarana yang memadai
dan menyediakan tenaga kesehatan yang professional.
o.
id
di
Jawa
Timur
yang
memanfaatkan
ps
persen
.g
dokter/poliklinik untuk tempat rawat inap (5,66 persen). Di samping masih ada 0,88
tempat
pengobatan
.b
tradisional/alternatif untuk rawat inap. Hal ini disebabkan umumnya mereka masih
at
im
tp
://
j
fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau, ketakutan akan efek samping pengobatan
modern, dan besaran biaya pelayanan kesehatan merupakan beberapa hal yang juga
ht
12
profesional, dengan waktu yang lebih cepat dan biaya yang lebih murah. Dimana
seluruh atau sebagian biaya berobat anggota rumah tangga ditanggung oleh penjamin
kesehatan.
Semakin banyak fasilitas-fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan badan
penyelenggara jaminan kesehatan maka kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dapat terpenuhi. Tidak terkecuali bagi penduduk miskin. Bagi warga miskin
iuran
untuk
jaminan
kesehatan
ditanggung
pemerintah,
sementara
untuk
yang
menggunakan
dan
penduduk
o.
id
Persentase
yang
tidak
.g
menggunakan jaminan kesehatan pada saat rawat inap cukup berimbang (hampir
at
im
.b
Gambar 7.
Persentase Penduduk Jawa Timur yang
Menggunakan Jaminan Kesehatan Untuk
Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015
ps
40
ht
20,61
tp
://
j
44,05
60
20
dengan
rawat
Rawat Inap
jalan.
Menggunakan
hal
tersebut
kesehatan
demikian
0
Rawat Jalan
maka
digunakan.
penduduk
jaminan
Meskipun
yang
tidak
menerima
jaminan
kesehatan
tertentu
atau
tidak.
Hanya
dengan
13
Tempat berobat jalan yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk adalah tempat
praktek dokter/bidan yang pada prakteknya jarang sekali menerima pasien dengan
jaminan kesehatan, kecuali dokter/bidan yang sudah ditunjuk dan melakukan
perjanjian dengan badan penyelenggara jaminan kesehatan.
Persentase penduduk Jawa Timur yang menggunakan jaminan kesehatan
menurut jenis jaminan kesehatan yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.
Persentase Penduduk Jawa Timur Menurut Jenis Jaminan Kesehatan yang
Dimiliki untuk Berobat Jalan dan Rawat Inap, 2015
60,63
Jamkes Perusahaan/Kantor
0,85
Asuransi Swasta
2,18
Jamkesda
19,74
o.
id
Jamkesmas/PBI
5,28
Askes/Asabri/Jamsostek
9,58
ps
BPJS Kesehatan
.g
1,92
BPJS Ketenagakerjaan
20,00
40,00
60,00
80,00
3.3
Perilaku Merokok
at
im
.b
0,00
tp
://
j
ht
individunya. Kebiasaan atau perilaku hidup tidak sehat yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah merokok.
Merokok merupakan aktivitas membakar tembakau kemudian menghisap
asapnya baik menggunakan rokok maupun pipa. Terdapat 2 (dua) cara merokok yang
umumnya dilakukan, yaitu pertama menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam
paru-paru dan dihembuskan; kedua hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan
melalui mulut atau hidung (Susenas 2015). Termasuk di dalamnya adalah rokok putih,
rokok kretek, cerutu, lisong, pipa cangklong, linting dan kawung.
Tabel 1 menunjukkan terdapat 21,76 persen penduduk yang menyatakan
merokok setiap hari dalam sebulan terakhir. Hanya 2,20 persen penduduk yang
menyatakan merokok meskipun tidak setiap hari. Meskipun secara persentase
penduduk yang menyatakan tidak merokok sama sekali dalam sebulan terakhir adalah
75,60 persen, tetapi bahaya merokok dapat terus meningkat. Sementara penduduk
14
yang menyatakan tidak tahu (0,43 persen) adalah penduduk yang mewakili anggota
rumah tangga lainnya dan tidak tahu apakah anggota rumah tangga tersebut merokok
atau tidak.
Tabel 1.
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok
dalam 1 bulan terakhir di Jawa Timur, 2015
Jenis
Kelamin
Tidak
Tidak tahu
(2)
(3)
(4)
(5)
Laki-laki
43,67
4,40
51,63
0,30
Perempuan
0,56
0,07
98,81
0,56
Laki-laki +
Perempuan
21,76
2,20
75,60
0,43
(1)
o.
id
.g
perempuan pada umumnya merupakan perokok pasif, meskipun ada 0,56 penduduk
ps
perempuan di Jawa Timur menyatakan merokok tembakau setiap hari dalam 1 bulan
.b
terakhir.
at
im
tp
://
j
perokok. Penghargaan sosial akan di terima seseorang yang merokok apabila berada
dalam komunitasnya. Merasa dihargai, dianggap lebih maskulin, ataupun menimbulkan
ht
perasaan senang. Merokok juga dianggap dapat memberikan motivasi untuk lebih
semangat dan meningkatkan konsentrasi dalam bekerja, atau bahkan hanya sekedar
kebiasaan, apabila tidak dilakukan maka ada sesuatu yang dirasakan kurang.
Beberapa tipe perilaku perokok menurut Tomkins (1991) dipengaruhi oleh
perasaan positif, bahwa merokok akan menimbulkan rasa senang. Perasaan negatif
seperti marah, gelisah, depresi akan terbantukan dengan merokok. Perilaku merokok
yang adiktif akan mengakibatkan peningkatan dosis pemakaian rokok, apabila efek
yang dirasakan masih kurang. Sementara mereka yang merokok karena kebiasaan
mengakibatkan mereka menyalakan rokok dan menghisapnya secara otomatis.
Gambar 9 menunjukkan bahwa penduduk yang merokok meski tidak setiap
hari, dalam 1 bulan terakhir sebanyak 40,87 persen menyatakan bahwa sebelumnya
(sebelum 1 bulan terakhir) mereka pernah merokok setiap hari, sementara 57,24
persen lainnya tidak merokok setiap hari, dan 1,89 persen menyatakan tidak merokok.
15
Salah
satu
perilaku
perokok
1,89
Ya Merokok,
setiap hari
Ya Merokok,
tidak setiap hari
Tidak Merokok
40,87
57,24
hal
ini
berarti
kegiatan
melainkan juga pada bulan-bulan sebelumnya, meskipun tidak dilakukan setiap hari.
Sehingga seseorang yang pada saat ini merokok, mempunyai kecenderungan merokok
pada waktu-waktu sebelumnya.
Sementara itu dari 75,60 persen penduduk yang menyatakan tidak merokok
dalam 1 bulan terakhir, hanya 1,05 persen yang menyatakan bahwa sebelum sebulan
o.
id
terakhir pernah merokok setiap hari. Sebagian kecil lainnya yaitu 0,68 persen
.g
penduduk menyatakan pernah merokok sebelum sebulan terakhir meski tidak setiap
ps
hari. Sebanyak 98,15 persen penduduk yang menyatakan tidak merokok dalam 1 bulan
menyatakan
bahwa
mereka
.b
terakhir,
at
im
ht
1,05
tp
://
j
0,12
98,15
Ya Merokok, setiap
hari
dasarnya
Ya Merokok, tidak
setiap hari
Tidak Merokok
Tidak tahu
memang
tidak
merokok.
16
asap perokok). Perokok pasif menghirup asap rokok lebih banyak daraipada perokok
pasif, karena dalam rokok yang dihisap perokok aktif terdapat filter yang menyaring zat
kimia meskipun efeknya tidak terlalu signifikan. Sementara perokok pasif menghirup
asap rokok tanpa penghalang, sehingga perokok pasif lebih banyak terpapar zat kimia
berbahaya secara langsung. Perokok pasif berpotensi terkena penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan.
Suatu rumah tangga yang di dalamnya ada perokok aktif, maka dapat
dipastikan terdapat juga perokok pasif didalamnya. Meskipun secara statistik pada
tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak tidak merokok, bukan
berarti penduduk perempuan dapat terhindar dari bahaya rokok. Penduduk perempuan
pada umumnya lebih merupakan perokok pasif dibandingkan menjadi perokok aktif.
Rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin. Itu mengapa sebaiknya
ibu-ibu hamil menghindari dan menjauhi rokok.
o.
id
tp
://
j
28,86
at
im
73,11
ht
ps
.b
77,58
80
70
60
50
40
30
20
10
0
.g
Jawa Timur pada tahun 2015. RataGambar 11. Rata-rata batang rokok per
minggu yang dihisap Penduduk Jawa Timur
dalam 1 bulan terakhir, 2015
meski
tidak
setiap
hari
merokok setiap hari maupun tidak setiap hari, rata- rata batang rokok yang dihisap
adalah 73,11 batang perminggu, atau sekitar 5 bungkus per minggu.
Rokok bersifat adiktif, semakin sering seseorang merokok maka kemungkinan
untuk tetap merokok, akan semakin meningkat, bahkan cenderung menambah jumlah
batang rokok yang dihisap. Beberapa wilayah yang merupakan daerah tapal kuda dan
pulau madura, jumlah rata-rata batang yang dihisap dalam seminggu cukup tinggi.
Terutama untuk kabupaten yang berada di wilayah Madura. Hal ini berhubungan
dengan kebudayaan setempat. Dalam beberapa acara sosial kemasyarakatan, rokok
selalu hadir sebagai sajian untuk menghormati tamu. Rata-rata batang rokok yang
dihisap penduduk Jawa Timur menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 6.
17
3.4
Kesehatan Balita
Begitu pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan maka diperlukan perhatian
untuk mengoptimalkannya sejak dini, yaitu sejak bayi masih dalam kandungan hingga
tua, serta harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena
masalah kesehatan yang terjadi sekarang dapat berpengaruh terhadap keturunan
berikutnya.
Pemberian gizi yang cukup serta perilaku hidup sehat dalam lingkungan yang
sehat pula sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan pada masa balita, karena
pada masa ini anak sangat rentan dalam masalah kesehatan dan kekurangan gizi.
Disisi lain masa balita merupakan masa pertumbuhan anak dan juga sering disebut
sebagai masa keemasan, sehingga jika terjadi gangguan kesehatan akan berpengaruh
terhadap masa tumbuh kembangnya. Beberapa indikator kesehatan balita yang
o.
id
dikumpulkan dalam Susenas antara lain penolong kelahiran serta pemberian ASI dan
ps
.g
imunisasi.
3.4.1 Penolong Kelahiran
at
im
.b
tp
://
j
pasca kelahiran akan berakibat fatal bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.
Penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga berpengalaman
ht
18
Dokter
Bidan
Medis Lain
Dukun
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2013
21,49
72,32
0,14
5,88
0,17
2014
24,27
69,92
0,10
5,52
0,19
2015
30,61
69,94
0,72
3,07
0,05
o.
id
kasus ibu melahirkan dengan resiko tinggi dapat diminimalkan. Kendatipun demikian
masih ada 3,07 persen wanita yang proses kelahiran terakhirnya ditolong oleh dukun
.g
bayi.
ps
Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, penolong kelahiran oleh tenaga non medis
.b
di Jawa Timur terlihat masih cukup tinggi, terutama oleh dukun bayi. Termasuk di
at
im
dalamnya adalah proses kelahiran oleh penolong kelahiran lainnya dan bahkan tanpa
penolong kelahiran. Kondisi ini cukup rawan, terutama bila penolong persalinan kurang
tp
://
j
mengerti tata cara menolong persalinan yang sehat sehingga dapat menimbulkan
resiko kematian baik pada bayi maupun ibunya.
ht
19
persalinan, sehingga daerah tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih, baik itu
penyuluhan ataupun ketersediaan dan akses terhadap tenaga kesehatan.
Secara keseluruhan persentase penolong kelahiran oleh non medis mengalami
penurunan, namun pada beberapa wilayah persentasenya masih cukup besar dan perlu
mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah untuk
mengatasinya agar keselamatan ibu dan bayi dapat lebih terjamin.
Keselamatan ibu dan bayi yang dituangkan dalam program penurunan angka
kematian ibu dan bayi merupakan program prioritas pemerintah Provinsi Jawa Timur
dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Berbagai upaya dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi, antara lain dengan melakukan kerjasama antara bidan dan
dukun bayi, dan memberikan pelatihan bagi dukun bayi tentang tata cara persalinan
yang sesuai dengan standar minimal medis. Materi utama pelatihan tersebut adalah
o.
id
pencegahan infeksi pasca kelahiran pada sang ibu yang dapat menyebabkan tingginya
.g
kematian.
ps
.b
penambahan tenaga bidan berpengalaman di daerah terpencil dan pelosok. Hal ini
at
im
tp
://
j
persalinan bagi penduduk yang tidak mampu juga dapat dilakukan, dengan harapan
untuk menarik minat penduduk agar beralih untuk memilih persalinan dengan bantuan
ht
medis yang tersedia, seperti halnya program Jampersal (Jaminan Persalinan) masih
perlu terus dilanjutkan, dan jika dimungkinkan menambah jumlah penerima manfaat.
Pemeriksaan kehamilan juga hal yang penting untuk diperhatikan, karena
dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh tenaga kesehatan akan sangat
mendukung lancarnya proses persalinan. Adanya informasi apabila terjadi kelainan
pada masa kehamilan dapat segera diketahui sehingga bisa segera ditangani dengan
tepat. Hal tersebut dapat mengurangi resiko kematian ibu ataupun bayi yang
dilahirkan. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya rutin dilakukan mulai awal masa
kehamilan hingga tiba saatnya proses kelahiran.
Meskipun demikian, beberapa wilayah perkotaan di Jawa Timur telah mencapai
angka 100 persen, yang penolong kelahiran terakhirnya dengan tenaga medis. Artinya
tidak ada lagi kelahiran yang di tolong oleh tenaga non medis. Hal ini berarti tingkat
20
pemahaman akan pentingnya keselamatan ibu dan bayi saat kelahiran semakin baik.
Penolong kelahiran baduta menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 7.
3.4.2 Pemberian ASI dan Imunisasi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang mudah diserap oleh bayi
dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi. Adanya faktor nutrien
dan protektif pada ASI menjamin status gizi bayi baik. Nutrisi yang terkandung pada
ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Selain itu pemberian ASI juga merupakan
sarana pendekat hubungan ibu dan bayi yang paling efektif.
Asupan gizi dan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan, turut berpengaruh
pada kondisi bayi ketika dilahirkan. Kekurangan nutrisi pada ibu hamil dapat
o.
id
menyebabkan kurangnya berat bayi lahir. Sementara asupan makanan yang terlalu
berlebihan dapat menyebabkan kelainan pada kesehatan ibu yang mempengaruhi
.g
kesehatan janin. Ibu hamil dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan berat badan
ps
bayi menjadi besar. Sementara ibu hamil yang mempunyai tekanan darah tinggi
.b
beresiko melahirkan dengan resiko yang tinggi pula, karena dapat menyebabkan
at
im
tp
://
j
Timur yang melahirkan anak lahir hidup 2 tahun yang lalu atau kurang, pada kelahiran
terakhirnya, melahirkan bayi dengan berat badan di atas 2,5 kg. Kondisi ini
ht
menunjukkan tingkat kesehatan ibu dan anak yang dilahirkan di Jawa Timur cukup
baik karena berat badan anak berada dalam batas normal. Sebuah indikasi bahwa
Gambar 12. Persentase Perempuan Pernah
Kawin Usia 15-49 Tahun di Jawa Timur
Menurut Berat Badan Anak dari Kelahiran
Terakhir, 2015
2,62 11,34
< 2,5 kg
>= 2,5 kg
86,04
Tidak tahu
wanita-wanita
memperhatikan
kesehatan
diri
tersebut
dan
dan
selalu
menjaga
bayi
yang
akan melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi , misalnya diare, otitis media, dan
infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Untuk pemberian ASI terbaik adalah
pemberian ASI ekslusif yaitu hanya memberi ASI tanpa makanan/minuman tambahan
21
bahkan tanpa air putih sekalipun hingga bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif
juga menguntungkan bagi ibu, yaitu dapat mengurangi resiko perdarahan setelah
melahirkan, membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat, menunda
kehamilan, dan mengurangi resiko terkena kanker payudara. Dengan memberikan ASI
eksklusif berarti menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di
masa depan.
Pemerintah Indonesia mendukung program pemberian ASI dengan memberikan
payung hukum dalam hal pemberian ASI. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan menyatakan bahwa dalam masa pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan
ASI ekslusif kepada bayi yang dilahirkan, tertuang dalam PP RI Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI ekslusif. Kemenkes RI
pemberian
ASI
secara
Ekslusif
menyatakan
o.
id
tentang
nomor 450/Kemenkes/SK/VI/2004
tenaga
kesehatan
agar
.g
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
ps
.b
Sesaat setelah melahirkan, sangat dianjurkan bayi yang baru dilahirkan diberi
at
im
ASI oleh ibunya atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), karena ASI
pertama yang keluar atau disebut dengan Kolostrum tersebut banyak mengandung
tp
://
j
zat-zat kekebalan yang 10-17 kali lebih banyak daripada susu matang (infodatin
kemenkes RI, 2010).
untuk
ht
Gerakan IMD dewasa ini terus digalakan dalam rangka memenuhi hak bayi
memperoleh
ASI,
akan
tetapi
pada
prosesnya
banyak
hal
yang
24,43
< 1 jam
1-23 jam
23,70
(44,24
persen)
7,63
separuh
>= 1 hari
Tidak tahu
22
menyatakan proses IMD lebih dari 1 hari (diatas 24 jam). Artinya kesadaran untuk
melakukan IMD sesaat setelah melahirkan (dibawah 24 jam) semakin banyak dimiliki
oleh ibu melahirkan.
ASI dianjurkan diberikan kepada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya,
karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak
pada umur-umur tersebut, oleh karena itu, maka perlu diperhatikan juga kualitas dan
kuantitasnya.
Pemberian ASI secara teratur merupakan cara terbaik untuk memelihara
kelancaran pengeluaran ASI dalam kuantitas/volume yang cukup. Selain itu, makanan
dengan gizi seimbang baik pada masa kehamilan maupun sesudah melahirkan (masa
menyusui) bagi seorang ibu sangat diperlukan untuk menjamin kualitas ASI. Selain
memberikan perlindungan terhadap penyakit, ASI juga dapat menghindarkan bayi dari
anemia dan kekurangan zat besi.
o.
id
Pemberian ASI ekslusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir hingga bayi
.g
berumur 6 (enam) bulan, dan dianjurkan dilanjutkan hingga anak berusia 2 (dua)
ps
tahun dengam pemberian makan tambahan yang sesuai. Mengacu pada hal tersebut
.b
maka pertanyaan mengenai pemberian ASI dalam susenas 2015 ditujukan pada baduta
at
im
Rata-rata lama bayi usia 0-1 tahun yang mendapatkan ASI saja di Jawa Timur
tp
://
j
pada tahun 2015 adalah 3,95 bulan, lebih lama 0,38 bulan dibandingkan dengan tahun
2014. Gambar 14 menunjukkan bahwa dalam 3 tahun terakhir rata-rata lama bayi usia
0-1 tahun di Jawa Timur untuk
ht
Gambar 14.
Rata-rata Lama Bayi Usia 0-1 Tahun Mendapatkan
ASI Saja (Bulan) di Jawa Timur, 2013-2015
4,00
3,90
3,80
3,70
3,60
3,50
3,40
3,30
3,20
3,10
mendapatkan
ASI
saja
terus
3,95
3,57
kepada
3,40
2013
bayinya
semakin
meningkat.
2014
2015
Data
Susenas
2015
23
yang mempunyai anak baduta. Dari 94,07 persen baduta yang pernah mendapatkan
ASI tersebut, sebanyak 8,47 persen diantaranya pernah mendapatkan ASI saja dengan
rata-rata menerima ASI saja selama 10,25 bulan (Persentase baduta yang pernah
mendapatkan ASI saja menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 9).
Gambar 15 menunjukkan sebanyak 27,47 persen baduta diberikan ASI selama 0 5
bulan. Kondisi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lamanya pemberian
ASI 6 -12 bulan yaitu 36,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa baduta yang
menerima ASI hingga 1 tahun lamanya
Gambar 15. Persentase Baduta Menurut
Lamanya Diberi ASI di Jawa Timur, 2015
dibandingkan
36,51
40,00
30,00
lamanya
27,47
23,05
20,00
10,00
o.
id
usia bayinya.
0,00
13-18
bulan
19-23
bulan
.g
6-12
bulan
produksi
ps
0-5
bulan
bayi,
masih
mencukupi
meskipun
harus
.b
kebutuhan
ASI
at
im
diiringi dengan makanan pendamping. Pada umumnya dalam periode ini semangat ibu
menyusui masih tinggi. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, dengan diikuti oleh
tp
://
j
bertambahnya kebutuhan jumlah dan jenis nutrisi yang berasal dari makanan di luar
ASI, baduta yang menerima ASI semakin berkurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan
ht
proporsi baduta pada kelompok lamanya pemberian ASI 13-18 bulan yang lebih kecil
(23,05 persen) dan semakin menurun pada kelompok lamanya pemberian ASI 19-23
bulan (12,97 persen).
Dukungan bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI lebih lama, ditunjukkan
dengan tersedianya fasilitas menyusui bagi para ibu baik ditempat-tempat umum
maupun di kantor-kantor, sehingga ibu-ibu yang aktif bekerja masih dapat menyusui
bayi mereka dengan metode ASI perah, dengan demikian kebutuhan bayi terhadap ASI
dapat terpenuhi.
Memasuki usia balita, umumnya mulai diberikan imunisasi agar tubuh menjadi
kebal terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi dasar yang diberikan pada balita
adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 0-11 bulan, sama halnya dengan
pemberian imunisasi Polio dan Hepatitis B. Sementara imunisasi DPT diberikan pada
24
bayi berumur 2 -11 bulan. Sekarang ini pemberian imunisasi Hepatitis B untuk yang
pertama kali diberikan pada bayi baru lahir, baru beberapa hari kemudian diberikan
imunisasi polio dan BCG pada bayi berumur 1 bulan. Terdapat pula istilah DPT combo
(DPT-HB), yaitu pemberian imunisasi kombinasi antara DPT dan Hepatitis B, yang
diberikan pada satu waktu yang sama.
Pada tahun 2015, persentase balita di Jawa Timur yang pernah mendapatkan
imunisasi dalam berbagai jenis sebesar 95,05 persen, ini berarti masih ada 4,95 persen
balita
Gambar 16.
Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut jenis
Imunisasi di Jawa Timur, 2015
100,00
92,10
97,61
99,17
tidak
mendapatkan
Sementara
96,32
74,79
80,00
yang
pernah
imunisasi.
itu,
jika
dilihat
73,72
yang
60,00
mendapatkan
imunisasi
20,00
o.
id
40,00
DPT,
0,00
Polio2)
Campak1)
Hepatitis
B2)
Lengkap 3)
Ket.:
.b
at
im
Polio,
dan
Hepatitis
B)
.g
DPT2)
ps
BCG1)
imunisasi
lengkap
tp
://
j
ht
menempati urutan tertinggi (99,17 persen, kemudian DPT (97,61 persen), Hepatitis B
(96,32 persen), BCG (92,10 persen),
persen). Persentase balita yang mendapatkan imunisasi Polio, DPT, dan Hepatitis
menunjukkan angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan persentase jenis
imunisasi lainnya, karena saat ini pemerintah menyelenggarakan pemberian imunisasi
tersebut secara gratis. Sedangkan rendahnya persentase balita yang pernah
mendapatkan imunisasi campak dimungkinkan karena kurangnya perhatian sang ibu
pada jadwal pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9-12 bulan, sehingga
sering terlewat.
Cakupan imunisasi di Jawa Timur menurut kabupaten/kota dapat dilhat pada
lampiran 10.
25
3.5
Fertilitas
Angka
kelahiran/fertilitas
sangat
dipengaruhi
oleh
masalah
reproduksi
o.
id
memiliki peran ganda yaitu sebagai pencari nafkah tambahan atau bahkan sebagian
.g
perempuan yang karena dihadapkan pada kondisi tertentu justru mengambil alih peran
ps
laki-laki sebagai pencari nafkah utama disamping sebagai ibu rumah tangga
.b
at
im
tp
://
j
tekanan ekonomi, atau agar orang tuanya terlepas dari beban ekonomi. Selain itu,
sebagai dampak negatif dari pergaulan bebas pada masa remaja, banyak terjadi
ht
kehamilan pada usia muda, dimana pada usia tersebut perempuan cenderung belum
memiliki kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu yang menjalani kehamilan dan
kemudian
Gambar 17.
Persentase Perempuan Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Usia Kawin Pertama dan Singulate Mean Age at
Married (SMAM) di Jawa Timur, 2015
70
60
50
40
30
20
10
0
melahirkan.
dikatakan
bahwa
usia
perkawinan
pertama
bagi
perempuan
terhadap
61,15
Dapat
berpengaruh
masalah
kesehatan
19,77
8,11
21,87
yang
dihadapi
kehamilan
melahirkan,
selama
hingga
baik
bagi
26
keselamatan ibu maupun anak, karena selain belum siapnya mental, juga disebabkan
belum matangnya rahim untuk proses berkembangnya janin.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2015, persentase perempuan usia 10 tahun
keatas yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada usia yang masih sangat
muda (usia 16 tahun atau kurang) sebesar 8,99 persen. Meskipun tidak banyak, akan
tetapi kondisi ini tetap memerlukan perhatian bagi semua pihak.
Usia perkawinan yang ideal dengan memperhatikan kematangan fisik dan
psikologis perempuan. Perkawinan di bawah umur 17 tahun akan banyak membawa
resiko, baik kesehatan, sosial maupun ekonomi. Masih banyak pula perempuan usia 10
tahun ke atas yang melaksanakan perkawinan pada umur 17-18 tahun (21,75 persen)
padahal kelompok usia ini, merupakan masa-masa mengenyam pendidikan menengah
atas. Hanya sebagian kecil (8,11 persen) perempuan 10 tahun ke atas yang
melaksanakan perkawinan pertamanya pada usia 25 tahun ke atas. Meski pada usia ini
o.
id
.g
ps
seorang perempuan untuk menikah, maka diharapkan perempuan lebih siap secara
.b
fisik dan psikis untuk melakukan pernikahan. Hal ini ditunjukkan dengan paling
at
im
tp
://
j
perempuan usia 10 tahun ke atas di Jawa Timur pada tahun 2015 adalah 19,77 tahun.
Usia yang masih relatif muda. Sedangkan perkiraan rata-rata umur seorang lajang
ht
kesadaran perempuan terhadap kondisi kesiapan mental yang lebih matang pada usia
ini, terlebih semakin banyaknya bagi perempuan yang masih ingin melanjutkan
pendidikan hingga perguruan tinggi dan mereka memilih untuk berkarir di dunia kerja.
Apabila dilihat menurut kabupaten/kota di Jawa Timur ada beberapa wilayah
yang masih tinggi persentase perempuan yang kawin muda (di bawah 17 tahun)
diantaranya adalah Kabupaten Bondowoso (23,62 persen), Kabupaten Situbondo
(23,44 persen)dan Kabupaten Probolinggo (21,02 persen). Persentase perempuan
yang menikah dibawah umur menurut kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dilihat
pada lampiran 12.
27
o.
id
.g
angka
kelahiran.
Melalui
program
KB
diharapkan
akan
.b
upaya
ps
at
im
tp
://
j
Gambar 18.
Keikutsertaan PUS Dalam Program KB di
Jawa Timur, 2011 - 2015
100
90
82,74
ht
Pernah
83,54
84,1
50
PUS
menggunakan
83,66
75,44
adanya
yang
KB
pernah
menunjukkan
penurunan
apabila
70
60
Sedang
80
64,89
65,68
66,48
65,33
63,79
2011
2012
2013
2014
2015
dari
83,66
persen
menjadi
75,44
40
KB juga mengalami penurunan dari 65,33 persen di tahun 2014 menjadi 63,79 persen
pada tahun 2015. Meskipun pemerintah terus mengupayakan untuk meningkatkan PUS
yang mengikuti program KB dengan berbagai programnya dan segala kemudahan
untuk mengakses baik alat ataupun tenaga kesehatannya, masih terdapat PUS yang
belum ikut serta dalam program KB. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan PUS
28
untuk ikut program KB diantaranya adalah faktor agama, faktor budaya, faktor
ekonomi, faktor kesehatan, faktor usia serta faktor pendidikan.
Beberapa daerah di Jawa Timur menunjukkan angka prevalensi KB yang
rendah, diantaranya adalah Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. PUS yang
sedang menggunakan KB pada daerah tersebut masing-masing adalah 41,75 persen
dan 51,78 persen. Dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Jawa Timur kedua
kabupaten ini memiliki angka prevalensi paling rendah sebagaimana terlihat pada
lampiran 12.
Berdasarkan alat/cara KB yang digunakan, suntikan KB merupakan cara yang
Gambar 19.
Persentase PUS yang Sedang ber KB Menurut Alat/Cara KB
di Jawa Timur, 2015
Susuk KB;
5,22
persen),
IUD/spiral
(7,59
o.
id
Suntik KB;
58,83
Selaras
dengan
tahun-tahun
.g
PIL; 21,30
ps
Kondom
/Intravag;
0,76
at
im
MOW/
MOP; 4,08
Cara
Tradisional
; 1,66
KB
.b
IUD/Spiral;
7,59
suntik
dimungkinkan
karena
tp
://
j
Disamping itu biaya KB suntik relatif lebih murah dan banyak pilihan masa efektif nya.
Alat KB yang tidak banyak digunakan meliputi sterilisasi wanita, sterilisasi pria,
ht
kondom wanita dan cara tradisional. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi
salah satu pertimbangan dan penyebab rendahnya persentase pengguna keempat
alat/cara KB
29
3.6
ditandai oleh semakin menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan semakin
meningkatnya angka harapan hidup (AHH) penduduk. Penurunan angka kematian bayi
secara tidak langsung berhubungan dengan angka kemiskinan di suatu daerah. Pada
daerah yang angka kemiskinannya tinggi biasanya angka kematian bayinya juga tinggi.
Hal ini antara lain disebabkan pola konsumsi penduduk miskin yang belum
mempertimbangkan kecukupan asupan gizi pada ibu-ibu yang hamil. Selanjutnya
peningkatan umur harapan hidup memberikan gambaran tentang adanya perbaikan
kualitas hidup dan kesehatan penduduk.
3.6.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
di
suatu
wilayah
adalah
o.
id
mortalitas
(kematian)
bayi,
karena
dapat
.g
ps
.b
pada wilayah tersebut. Angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif dari
at
im
tp
://
j
persalinan, perawatan bayi baru lahir, tingkat gizi yang diberikan pada bayi dan
ht
Gambar 20.
Angka Kematian Bayi (AKB)
per 1000 Kelahiran Hidup di Jawa Timur, 2011 - 2015
(lima)
tahun
selama
terakhir
30
29
Perkembangan
di
29,24
27,23
27
26
26,66 25,82
25
24
2011
2012
Timur
cenderung
28,31
28
Jawa
2013
2014
2015
hingga
25,82
per
1000
kelahiran
hidup
pada
tahun
2015.
Bisa
juga
30
pendidikan perempuan secara umum, khususnya para ibu dengan pendidikan yang
lebih tinggi. Meskipun tidak cukup signifikan secara nilai absolut, akan tetapi tingkat
penurunan ini menunjukkan bahwa upaya keras semua pihak, khususnya pemerintah
untuk menekan angka kematian bayi membuahkan hasil. Hal tersebut terkait dengan
adanya peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kesehatan yang telah
dilakukan oleh pemerintah, keberhasilan program KB, serta semakin baiknya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Secara perlahan namun pasti AKB
mengalami penurunan, artinya kesehatan bayi menjadi prioritas dalam pembangunan
bidang kesehatan.
Terdapat sebanyak 6 daerah dengan AKB diatas 50, antara lain Kabupaten
Probolinggo (60,51), Kabupaten Jember (54,01), Kabupaten Situbondo (52,30), dan
Kabupaten Bangkalan (53,21). Tingginya AKB pada beberapa daerah tersebut, sejalan
dengan tingginya persentase penolong kelahiran oleh tenaga non medis.
o.
id
.g
intensif baik dari faktor eksternal maupun internal, antara lain melalui keberadaan
ps
.b
kesehatan serta peningkatan perawatan bayi seperti pemberian asupan makanan yang
tp
://
j
at
im
ht
Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan sebagai indikator untuk menilai
derajat kesehatan penduduk, AHH sangat berkaitan erat dengan pembangunan sosial
ekonomi suatu wilayah. Semakin tinggi AHH di suatu wilayah mengindikasikan
pembangunan sosial ekonomi di wilayah tersebut semakin maju. Keberhasilan program
kesehatan dan program sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan
usia harapan hidup penduduk di suatu wilayah. Bila pembangunan sosial ekonomi
semakin baik, maka kecenderungannya AHH akan semakin tinggi, atau sebaliknya bila
AHH lebih rendah mengindikasikan terjadinya degradasi pada beberapa sektor
pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah.
Rendahnya AHH di suatu wilayah harus diatasi dengan program pembangunan
kesehatan dan program sosial lainnya, termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan
gizi, dan program pemberantasan kemiskinan.
31
Gambar 21.
Angka Harapan Hidup (AHH)
di Jawa Timur, 2011 -2015
71
70,45
70,5
70
70,09
Timur
70,68
mengalami
70,19
69,81
ini
69,5
secara
memberikan
69
2011
peningkatan
2012
2013
2014
2015
tidak
langsung
gambaran
tentang
derajat
kesehatan
masyarakat. AHH diatas memberikan gambaran bahwa bayi-bayi yang lahir pada tahun
2015 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 70,68 tahun, dibandingkan
dengan bayi-bayi yang lahir disekitar tahun 2011 yang mempunyai usia harapan hidup
hanya hingga 69,81 tahun. AHH sangat bergantung pada kesehatan bayi, balita dan
o.
id
jumlah anak lahir hidup dan kondisi mortalitas yang berlaku di lingkungan
.g
masyarakatnya.
ps
.b
ada beberapa daerah yang memiliki AHH dibawah 70 tahun, diantaranya adalah
at
im
65,73 tahun
tp
://
j
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Kota Probolinggo. AKB dan AHH masing-masing
ht
32
PENUTUP
BAB
IV
Penduduk Jawa Timur yang mempunyai keluhan kesehatan pada tahun 2015
adalah 33,45 persen dengan rincian sebanyak 18,79 persen keluhan kesehatan
tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari (menderita sakit) dan 14,66 persen
tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
2.
Penduduk Jawa Timur yang berobat jalan pada tahun 2015 sebanyak 58 persen.
Sebagian besar (54,76 persen), memanfaatkan jasa praktek dokter/bidan dan
o.
id
Alasan utama penduduk Jawa Timur tidak berobat jalan, adalah karena merasa
.g
3.
ps
mampu mengobati sendiri (66,28 persen) , merasa tidak perlu (27,82 persen).
4.
at
im
.b
Rata-rata lamanya (hari) yang terganggu akibat keluhan kesehatan yang diderita
Rumah sakit pemerintah dan swasta adalah fasilitas kesehatan yang dipilih oleh
inap.
Penduduk Jawa Timur di tahun 2015, yang memiliki perilaku merokok mencapai
ht
5.
tp
://
j
sebagian besar penduduk Jawa Timur (35,35 persen) untuk menjalani rawat
23,96 persen, (21,76 persen diantaranya merokok setiap hari), dan 75,60 persen
lainnya menyatakan tidak merokok.
6.
Perilaku merokok setiap hari penduduk Jawa Timur didominasi oleh kaum lakilaki (43,67 persen), sementara penduduk perempuan hanya 0,56 persen. Ratarata batang rokok yang dihisap per minggu apabila merokok setiap hari adalah
77,58 batang, setara dengan 5 bungkus dalam seminggu
7.
Persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis di Jawa Timur tahun 2015
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yang semula 94,29
persen menjadi 96,28 persen. Masih terdapat 3,72 persen yang penolong proses
kelahiran anak hidupnya yang terakhir oleh tenaga non medis. Kondisi ini terus
menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Artinya kesadaran untuk
33
Baduta (usia 0-23 bulan) di Jawa Timur pada tahun 2105 yang pernah diberi ASI
sebesar 94,07 persen.
9.
Prevalensi cakupan imunisasi lengkap pada balita di Jawa Timur tahun 2015
adalah 73,72 persen.
10. Persentase perempuan di Jawa Timur yang menikah di usia kurang dari 17 tahun
adalah 8,99 persen. Rata-rata usia perkawinan pertama perempuan di Jawa
Timur sekitar 19,77 tahun. Dari sisi partisipasi dalam program KB, sekitar 75,44
persen perempuan berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin (PUS) pernah
menggunakan alat/cara KB dan angka prevalensi KB menunjukkan capaian
sebesar 63,79 persen.
11. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar 25,82 bayi per 1000
o.
id
.g
(AHH) penduduk sebesar 70,68 tahun jika dibandingkan dengan AHH pada tahun
ht
tp
://
j
at
im
.b
ps
34
ht
tp
://
j
at
im
.b
ps
.g
o.
id
TABEL LAMPIRAN
35
Lampiran
1.
Kabupaten/Kota
2015
(4)
30,00
26,02
25,05
27,23
34,31
27,51
28,17
19,07
23,51
34,70
34,38
26,19
25,39
30,59
23,34
33,74
39,92
25,16
27,79
24,39
28,61
20,31
25,89
28,54
21,08
19,11
32,39
20,87
23,70
30,69
30,40
27,75
28,76
33,10
27,28
29,18
21,12
27,08
38,15
39,63
31,56
34,13
36,45
22,31
33,97
38,91
32,54
29,40
28,39
38,12
22,51
29,49
30,01
22,58
23,84
37,61
29,30
29,12
37,96
36,98
31,49
38,93
39,05
35,95
31,38
24,85
28,20
37,00
44,02
31,55
26,56
37,39
28,74
42,41
37,90
37,20
27,04
29,05
33,81
36,56
32,43
34,47
24,74
26,41
36,20
36,00
31,28
31,36
23,90
31,68
33,44
25,93
44,50
33,98
27,79
19,73
35,27
30,78
37,24
35,78
37,82
30,92
28,59
34,49
30,69
41,70
45,59
40,69
36,82
34,68
38,79
37,57
30,38
38,56
27,37
30,21
33,45
.b
ps
.g
o.
id
2014
(3)
(7)
tp
://
j
ht
Jawa Timur
2013
(2)
at
im
(1)
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
Keluhan
36
Kabupaten/Kota
2013
(2)
(1)
Jawa Timur
2014
(3)
(7)
2015
(4)
12,51
10,63
15,01
14,98
15,49
13,77
15,73
13,24
14,66
21,87
23,22
17,84
16,83
20,25
10,91
15,78
20,66
14,11
11,43
15,12
14,03
11,61
13,82
16,80
12,18
9,94
25,46
19,38
17,11
21,90
19,26
17,70
19,84
18,18
19,02
18,40
14,30
19,53
20,62
27,72
18,62
16,84
22,43
14,98
22,18
21,94
17,81
14,73
16,22
16,41
15,78
21,27
18,00
13,21
16,45
24,91
20,50
19,50
13,02
10,29
13,07
16,08
13,67
15,44
11,70
13,20
8,76
13,80
13,13
17,14
14,89
12,43
12,12
13,46
15,28
12,51
21,50
23,14
20,92
21,19
17,89
15,77
15,70
17,56
20,90
13,92
15,37
18,79
tp
://
j
.g
at
im
14,73
15,71
12,08
15,33
12,79
12,58
19,97
20,65
12,56
12,68
15,28
10,03
17,39
20,11
11,94
10,97
13,81
12,00
11,48
11,57
17,30
11,95
7,54
22,47
12,88
14,66
o.
id
10,28
11,60
28
12,71
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
Keluhan
Menurut
ps
2.
.b
Lampiran
37
Lampiran 3.
Praktek
RS
RS
Praktek
Dokter Puskesmas
Kabupaten/Kota
Pemerintah Swasta Dokter/Bidan Bersama/
/Pustu
Poliklinik
Lainnya
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
6,56
3,28
4,70
5,82
5,19
3,36
3,92
2,82
3,87
2,18
1,61
5,12
4,37
3,30
10,00
5,57
4,26
5,67
5,72
5,93
3,79
4,25
7,68
4,91
5,41
4,36
7,65
6,19
3,97
1,85
3,75
2,67
9,48
5,91
7,01
7,46
3,33
2,81
5,30
1,44
2,18
1,23
1,83
9,16
4,41
7,13
2,10
1,67
5,07
1,44
3,56
3,72
8,10
14,09
0,68
0,75
0,72
2,24
56,03
57,97
62,43
48,79
67,70
58,75
51,77
62,26
64,17
69,21
75,98
52,41
65,21
50,50
35,67
63,66
49,69
57,97
48,56
55,28
66,33
63,84
69,75
57,69
48,17
66,84
71,44
55,30
58,35
7,15
3,00
5,56
6,59
6,07
9,61
9,22
4,75
6,68
6,29
3,15
5,38
3,63
8,54
20,63
7,34
6,49
7,03
8,29
8,01
5,53
3,45
4,09
10,38
9,56
2,90
2,49
1,91
7,82
24,73
23,17
21,47
23,20
17,05
19,16
19,07
24,01
17,81
19,57
16,28
29,46
18,04
28,09
24,85
17,96
26,49
23,96
26,73
26,36
16,13
13,79
13,50
15,90
23,29
20,42
18,26
24,99
20,33
4,02
9,55
1,75
7,28
0,39
2,34
7,43
1,17
1,71
1,32
2,56
1,99
3,92
4,51
1,58
1,52
3,31
2,18
4,48
3,68
5,11
3,74
3,64
5,55
3,27
5,41
3,03
13,97
5,45
1,63
2,35
1,59
1,46
2,12
2,14
1,26
1,48
3,07
2,56
1,56
3,34
2,47
2,11
0,93
1,67
0,74
1,35
0,69
3,71
1,02
0,69
2,13
1,05
1,45
0,26
3,31
2,41
1,73
4,18
1,67
3,10
1,99
4,09
1,75
2,54
3,06
4,68
0,47
0,68
1,62
4,05
6,88
0,98
0,37
6,44
2,28
6,49
2,25
3,55
8,46
1,71
0,82
0,71
0,06
0,34
1,49
1,98
Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
7,47
7,35
7,73
3,00
5,08
4,88
14,26
10,01
6,27
4,26
4,29
6,05
2,30
2,68
7,58
3,23
10,98
11,16
32,99
45,79
35,94
38,94
46,20
27,32
34,77
25,17
49,93
16,38
5,58
14,17
7,54
7,17
12,49
9,05
22,22
7,79
38,24
41,93
37,38
50,70
40,33
47,64
39,39
32,21
15,70
0,87
0,56
0,18
1,22
0,32
1,56
0,48
0,17
5,26
1,15
0,97
1,67
2,28
0,96
0,72
0,76
0,67
2,79
0,06
1,60
2,18
0,54
2,00
0,58
0,57
2,11
2,43
Jawa Timur
5,32
5,19
57,76
8,60
22,72
3,41
1,70
2,67
tp
://
j
at
im
.b
ps
.g
o.
id
(3)
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Pengobatan
Tradisional
(2)
ht
(1)
UKBM
38
Lampiran 4.
Kabupaten/Kota
2015
(4)
Jawa Timur
Sumber
5,75
5,98
7,08
5,79
6,19
6,05
7,07
5,81
5,52
6,10
6,56
6,14
6,28
5,81
4,84
5,29
5,73
6,07
6,41
5,93
6,74
5,40
5,69
6,60
4,64
5,46
6,40
6,31
5,63
.g
ps
.b
at
im
ht
tp
://
j
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
o.
id
(1)
6,08
5,39
5,72
4,96
5,83
4,71
5,52
4,31
6,07
5,83
39
Lampiran 5.
Kabupaten/Kota
2015
(4)
Jawa Timur
Sumber
5,12
5,61
4,89
5,19
5,94
6,50
5,77
3,94
4,49
4,43
4,56
6,71
4,67
5,82
5,52
5,87
5,66
4,81
6,22
5,79
5,01
5,34
8,48
5,56
5,74
5,70
3,31
5,95
6,09
.g
ps
.b
at
im
ht
tp
://
j
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
o.
id
(1)
5,80
6,02
6,68
4,53
5,40
6,27
6,99
6,24
5,92
5,54
40
Rata-rata batang rokok per minggu yang dihisap Penduduk Jawa Timur
dalam 1 bulan terakhir berdasarkan merokok setiap hari atau tidak
Menurut Kabupaten/kota , 2015
26,65
15,12
23,74
23,19
21,88
25,53
29,71
28,28
27,06
25,87
33,03
53,57
23,18
46,33
24,47
26,66
20,59
27,17
28,32
23,11
28,91
28,82
29,32
40,56
22,49
53,64
31,94
40,47
60,01
55,23
50,58
62,84
63,93
72,41
59,09
76,40
61,55
66,51
69,84
74,68
82,63
79,55
82,04
66,15
69,22
71,84
72,52
66,09
59,85
67,75
68,85
73,74
82,21
77,93
95,29
104,32
104,93
95,13
69,88
72,88
76,85
72,20
94,81
68,38
69,31
76,31
83,63
21,94
17,83
25,75
19,93
39,67
15,18
36,88
27,41
35,74
64,37
67,43
69,79
68,11
90,74
59,23
65,35
68,75
80,88
ht
Jawa Timur
77,58
28,86
73,11
Sumber
.g
o.
id
59,38
54,53
68,27
69,36
81,03
61,86
80,58
63,63
70,20
73,76
78,90
84,18
82,04
85,70
72,23
72,61
76,60
77,63
68,92
63,75
71,42
73,14
80,40
85,43
82,12
98,03
108,16
108,65
97,45
tp
://
j
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
Merokok Tidak
Setiap Hari
(3)
ps
(1)
Merokok Setiap
Hari
(2)
.b
Kabupaten/Kota
at
im
Lampiran 6.
Merokok
(4)
41
Jawa Timur
2013
(5)
Non Medis
2014
(6)
2015
(7)
97,77
96,60
96,91
96,11
99,18
97,87
95,09
99,12
86,84
94,24
80,77
92,17
91,00
90,52
99,60
98,85
100,00
98,73
98,62
99,18
98,72
93,93
99,12
97,62
99,56
78,36
63,21
84,34
70,51
98,86
96,31
97,58
98,65
97,02
98,29
93,69
98,43
91,20
94,04
78,94
91,74
83,31
95,22
100,00
99,26
99,33
98,87
99,43
100,00
100,00
95,34
98,42
99,60
98,53
74,55
69,63
89,74
77,31
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
98,72
95,64
91,30
95,34
88,33
95,00
93,02
98,17
100,00
98,83
99,08
100,00
100,00
100,00
100,00
98,64
98,76
100,00
100,00
77,64
69,13
85,57
86,83
2,23
3,40
3,09
3,89
0,82
2,13
4,91
0,88
13,16
5,76
19,23
7,83
9,00
9,48
0,40
1,15
0,00
1,27
1,38
0,82
1,28
6,07
0,88
2,38
0,44
21,64
36,79
15,66
29,49
1,14
3,69
2,42
1,35
2,98
1,71
6,31
1,57
8,80
5,96
21,06
8,26
16,69
4,78
0,00
0,74
0,67
1,13
0,57
0,00
0,00
4,66
1,58
0,40
1,47
25,45
30,37
10,26
22,69
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,28
4,36
8,70
4,66
11,67
5,00
6,98
1,83
0,00
1,17
0,92
0,00
0,00
0,00
0,00
1,36
1,24
0,00
0,00
22,36
30,87
14,43
13,17
100,00
98,05
98,93
100,00
99,20
100,00
100,00
98,69
100,00
0,00
0,00
0,00
7,49
0,00
0,00
0,00
1,28
0,00
2,37
0,00
2,24
0,58
0,00
0,52
3,69
0,00
1,14
0,00
1,95
1,07
0,00
0,80
0,00
0,00
1,31
0,00
5,71
3,73
at
im
.b
ps
.g
o.
id
2015
(4)
tp
://
j
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
Medis
2014
(3)
ht
(1)
2013
(2)
100,00
100,00
100,00
92,51
100,00
100,00
100,00
98,72
100,00
100,00
97,63
100,00
97,76
99,42
100,00
99,48
96,31
100,00
93,96
94,29
96,28
6,04
2014
Sumber
: Susenas Jawa Timur 20132015
Keterangan : - Medis : Dokter, bidan, dan tenaga paramedis lain
- Non Medis : Dukun, famili/keluarga, dan lainnya
42
20
Lampiran 8. Rata-rata Lamanya Bayi Usia 0-1 Tahun Diberi ASI Tanpa Makanan/
Minuman Pendamping Menurut Kabupaten/Kota, 2013 - 2015
Kabupaten/Kota
Jawa Timur
2015
(4)
3,70
4,46
4,33
3,68
2,81
4,77
4,39
4,37
4,51
3,67
3,18
4,94
3,63
3,81
4,25
2,95
3,10
3,70
3,36
4,25
5,00
4,75
5,01
3,46
3,58
2,68
2,59
3,25
3,44
3,82
4,42
4,09
3,44
2,95
4,87
4,36
4,09
4,32
3,52
3,17
4,61
3,38
3,76
4,16
3,05
2,82
3,84
3,56
3,73
4,82
4,71
4,96
3,49
3,55
2,63
2,46
2,96
3,58
4,18
3,00
3,77
1,90
2,84
4,42
4,10
3,64
2,21
3,38
3,91
4,00
3,86
4,29
3,21
3,62
4,65
3,78
2,84
3,50
3,82
3,31
3,83
3,12
3,78
4,25
3,75
3,40
3,57
3,95
.g
ps
.b
at
im
3,54
3,27
3,43
4,06
3,72
3,33
3,55
2,97
3,31
3,60
3,10
2,95
3,73
2,99
4,81
4,15
3,18
3,40
4,08
3,38
4,32
3,97
2,87
2,91
3,78
2,05
1,14
1,58
3,83
tp
://
j
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
2014
(3)
(7)
o.
id
2013
(2)
(5)
(1)
43
Lampiran 9. Persentase Baduta (Usia 0-23 Bulan) Menurut Pemberian ASI Menurut
Kabupaten/Kota, 2015
Rata rata Lama
Pemberian ASI
(Bulan)
(4)
ASI Saja
(1)
(2)
(5)
(3)
(7)
100,00
93,69
100,00
92,30
94,02
91,52
91,90
96,93
98,78
94,61
98,26
95,53
85,35
90,12
92,01
88,23
95,94
95,36
97,28
97,49
90,64
96,62
90,41
95,97
95,32
97,80
95,35
95,30
98,37
18,85
11,32
15,74
7,16
3,44
6,82
4,54
13,97
9,63
8,18
4,16
2,99
13,75
10,92
14,08
3,28
2,49
12,36
2,51
14,65
8,38
18,61
8,25
9,38
12,88
1,09
2,79
1,04
3,19
10,87
11,16
10,56
9,45
9,36
12,83
11,24
10,38
11,15
10,98
10,91
11,81
9,13
11,08
8,90
10,27
10,71
8,72
9,48
11,01
10,69
10,58
11,13
10,07
8,98
10,62
9,44
10,55
9,82
92,07
91,55
96,70
83,36
95,66
91,62
95,46
93,23
95,13
5,82
9,86
17,47
7,71
5,22
12,69
7,41
5,98
3,00
8,73
9,17
8,50
8,66
9,85
7,35
9,94
9,17
9,19
94,07
8,47
10,25
.g
ps
.b
at
im
tp
://
j
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
o.
id
Kabupaten/Kota
Jawa Timur
Sumber : Susenas Jawa Timur 2015
44
Lampiran 10. Persentase Baduta (0-23 Bulan) Jawa Timur Menurut Lamanya
Pemberian ASI dan Kabupaten/Kota, 2015
Lamanya Pemberian ASI
Kabupaten/Kota
13-18 bulan
(4)
19-23 bulan
(5)
25,53
23,89
25,39
33,41
31,85
14,92
17,63
23,09
18,03
21,80
25,36
24,81
36,55
27,57
35,19
28,49
27,69
32,54
30,99
23,58
21,28
26,74
17,58
35,04
33,83
29,09
26,33
34,91
22,13
35,79
35,64
41,57
35,68
36,99
27,17
42,26
40,14
45,41
34,08
36,42
26,92
32,42
31,01
38,95
32,40
26,60
42,81
36,55
38,53
46,72
33,07
46,13
27,85
40,55
40,13
52,28
17,66
51,73
26,44
26,83
20,47
18,04
23,26
37,34
30,22
23,09
23,36
36,42
15,84
26,70
17,01
21,88
20,41
22,10
26,51
14,16
25,14
21,15
19,43
23,15
24,23
20,48
16,83
19,02
16,64
33,94
21,89
12,24
13,64
12,57
12,88
7,91
20,57
9,89
13,68
13,20
7,70
22,38
21,57
14,02
19,54
5,45
17,02
19,19
10,49
7,32
16,74
12,57
17,04
12,06
16,63
8,79
11,75
4,75
13,48
4,25
38,72
35,03
42,87
38,66
28,34
52,15
25,43
34,94
30,23
34,16
28,89
31,80
40,87
34,68
24,28
42,29
34,14
38,29
19,47
26,14
16,18
7,74
29,41
15,49
14,49
21,68
21,01
7,66
9,94
9,15
12,72
7,58
8,09
17,79
9,25
10,46
27,54
36,89
23,24
12,34
tp
://
j
at
im
.b
ps
.g
o.
id
6-12 bulan
(3)
(7)
ht
(1)
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
0-5 bulan
(2)
(5)
Jawa Timur
Sumber : Susenas Jawa Timur 2015
45
Lampiran 11.
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis
Lengkap
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
94,71
96,82
95,57
96,94
96,36
94,74
95,41
95,20
94,27
92,26
89,47
89,46
87,80
88,35
97,15
93,99
94,87
95,46
97,46
97,69
98,26
93,94
94,36
93,83
95,51
62,32
66,90
74,45
85,85
98,53
98,72
94,99
95,74
100,00
98,16
99,16
97,06
97,87
99,19
96,60
98,37
99,54
94,50
98,27
99,25
98,46
96,99
97,70
100,00
98,70
93,30
97,70
95,83
99,34
91,47
91,67
86,35
97,97
100,00
98,79
98,16
98,85
100,00
98,89
99,17
100,00
98,59
99,37
100,00
98,26
98,45
99,57
100,00
100,00
98,34
97,72
97,77
100,00
100,00
99,11
100,00
99,20
99,25
98,12
97,40
97,11
98,61
86,73
79,50
78,95
81,27
78,51
79,08
82,53
68,23
78,36
78,15
74,15
76,60
62,02
66,08
78,62
77,40
81,47
79,78
78,28
82,74
84,03
73,39
77,73
75,63
79,10
46,44
40,06
53,72
67,75
98,72
98,09
93,96
95,00
99,24
97,06
98,09
91,71
95,59
95,92
94,38
91,69
100,00
91,88
98,43
99,25
98,13
95,90
96,40
100,00
95,96
94,35
95,97
95,26
98,82
92,41
88,24
79,95
94,85
85,10
85,24
86,70
86,28
84,96
78,87
83,43
74,33
70,62
76,61
67,70
68,66
58,55
62,16
78,95
81,38
82,85
84,19
82,72
93,12
86,86
70,56
71,84
68,15
89,85
27,07
33,37
41,11
51,57
93,64
92,98
96,08
91,80
92,58
96,86
100,00
92,77
92,07
99,46
97,97
98,93
99,28
97,76
100,00
100,00
99,36
100,00
99,47
97,21
100,00
99,30
98,51
100,00
100,00
100,00
100,00
79,53
77,64
76,15
73,40
77,70
78,02
83,76
76,11
76,81
99,46
95,46
97,48
96,70
97,26
100,00
100,00
97,59
100,00
85,38
87,37
75,05
79,16
76,96
91,70
93,68
72,70
71,56
92,10
97,61
99,17
74,79
96,22
73,72
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
Jawa Timur
.g
ps
.b
at
im
tp
://
j
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
o.
id
Kabupaten/Kota
46
Kabupaten/Kota
Jawa Timur
2015
(4)
13,37
20,45
23,83
21,66
20,66
16,48
27,11
30,09
38,13
28,15
53,26
51,54
48,09
30,25
8,72
21,34
18,62
21,60
21,88
23,94
24,40
33,27
29,51
32,16
19,06
27,14
43,33
28,85
45,08
16,06
20,81
23,63
23,37
20,24
18,46
28,20
30,32
39,52
30,85
56,71
50,08
53,07
28,45
8,23
23,06
20,05
21,60
21,96
21,11
25,13
31,23
27,08
33,68
20,28
29,37
43,47
35,77
43,98
5,57
4,42
7,59
5,26
4,92
4,20
9,46
10,91
14,11
11,36
23,62
23,44
21,02
11,50
2,55
7,20
6,66
5,39
3,87
3,02
4,30
8,41
6,55
9,58
5,13
8,42
18,59
12,81
17,24
11,20
16,80
9,36
26,92
21,19
8,81
9,67
12,26
25,79
3,84
3,36
2,88
9,49
7,29
3,54
1,60
5,46
6,30
ps
.g
o.
id
2014
(3)
(7)
tp
://
j
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
71 Kediri
72 Blitar
73 Malang
74 Probolinggo
75 Pasuruan
76 Mojokerto
77 Madiun
78 Surabaya
79 Batu
2013
(2)
(5)
at
im
(1)
.b
Lampiran 12.
8,17
14,35
11,42
20,88
16,18
10,85
10,03
11,87
19,04
26,33
27,11
8,99
47
2013
2014
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
85,42
83,51
84,63
84,77
88,73
82,32
88,12
87,23
84,26
89,77
90,07
83,36
90,83
85,00
83,54
88,23
87,58
85,31
87,35
87,15
88,58
84,28
88,21
87,36
85,41
62,71
80,16
81,65
65,98
88,52
80,35
86,64
83,63
83,67
84,31
86,64
85,62
87,02
88,70
89,02
85,61
87,98
85,23
83,05
84,68
85,84
85,94
87,82
84,25
87,15
87,01
87,47
86,23
88,11
63,84
80,74
78,01
66,44
83,59
70,33
78,69
74,93
76,60
72,95
77,95
79,73
76,19
76,72
83,43
79,36
82,13
75,09
69,69
83,28
77,56
78,56
74,84
77,13
81,33
78,91
80,74
79,88
76,83
58,18
72,17
75,99
68,91
69,24
66,05
63,25
59,05
64,23
62,52
73,14
71,64
69,89
68,03
73,14
70,73
74,31
70,90
66,29
75,75
73,99
69,86
63,08
69,24
73,65
70,89
69,07
67,31
71,90
44,30
52,99
59,35
45,55
68,41
60,49
66,96
57,52
62,69
65,60
69,92
68,07
69,27
68,86
71,11
72,55
69,48
71,87
64,64
72,66
71,18
69,89
64,50
66,83
72,71
70,92
70,74
62,16
72,21
46,42
53,05
54,64
46,11
71,41
52,60
67,42
56,97
60,25
65,55
68,55
69,91
67,34
65,62
72,23
68,72
70,91
63,82
61,83
67,94
64,96
65,70
65,32
66,86
73,92
69,89
69,57
67,47
66,64
41,75
53,02
53,12
51,78
71
72
73
74
75
76
77
78
79
ps
.g
o.
id
2015
ht
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
Sedang KB
2014
.b
(1)
Pernah KB
2013
at
im
Kabupaten/Kota
tp
://
j
Lampiran 13.
Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
79,83
76,06
79,68
88,92
90,85
87,58
76,50
77,26
85,09
81,23
78,56
81,46
84,07
86,18
85,76
82,84
75,09
86,88
70,39
77,10
63,74
75,86
73,04
75,31
62,73
68,25
68,73
60,27
53,26
60,63
73,93
76,24
77,32
55,35
59,98
62,53
60,53
56,85
64,03
64,32
67,97
72,35
56,80
56,42
70,77
61,22
62,81
54,03
69,44
58,82
64,12
56,34
57,59
61,12
Jawa Timur
84,10
83,66
75,44
66,48
65,33
63,79
48
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
4,86
7,35
9,48
4,81
6,11
8,38
4,27
3,10
1,62
2,26
2,64
2,56
4,21
1,94
8,66
5,64
9,56
3,99
6,00
7,90
3,37
2,18
1,48
2,62
3,22
3,34
2,64
2,88
1,34
11,26
29,43
9,45
3,15
14,78
9,75
9,71
9,64
4,97
4,87
8,64
0,94
1,18
2,97
8,45
4,95
3,89
12,12
10,03
13,84
13,42
4,80
5,49
2,76
4,43
0,50
0,64
1,35
0,42
57,41
45,44
50,78
49,79
44,73
49,08
58,10
59,33
52,89
56,56
57,22
61,15
59,79
62,29
54,18
59,14
59,77
52,20
62,62
59,36
64,05
68,68
79,81
66,02
64,55
71,36
83,84
79,77
77,53
6,47
5,29
8,69
7,67
5,32
6,00
5,53
9,40
6,73
9,04
3,83
15,08
9,57
3,59
2,41
3,29
3,31
8,23
3,08
3,45
3,30
6,35
3,65
7,89
1,41
3,06
0,46
2,60
2,42
18,07
9,20
17,92
31,09
22,40
24,07
20,57
16,16
32,32
26,05
26,53
19,08
25,09
27,01
22,29
21,96
20,63
22,18
16,56
13,87
14,66
17,40
9,27
19,65
24,52
21,35
12,00
13,38
17,97
0,58
1,00
0,50
1,94
0,43
0,92
0,68
0,47
0,22
0,27
0,00
0,71
0,16
1,25
0,91
1,78
1,22
0,65
0,68
0,75
0,85
0,45
0,00
0,71
0,32
0,00
0,00
0,00
0,00
1,35
2,29
3,18
1,54
6,24
1,79
1,14
1,90
1,25
0,95
1,14
0,49
0,00
0,93
3,10
3,25
1,63
0,65
1,04
0,84
0,34
0,13
0,30
0,34
1,56
0,40
0,41
0,00
0,31
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
ht
71
72
73
74
75
76
77
78
79
PIL
ps
.g
o.
id
Suntik KB Susuk KB
.b
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
IUD/
Spiral
at
im
(1)
MOW/
MOP
tp
://
j
Lampiran 14.
Kondom
Cara
/Intravag Tradisional
Total
Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
7,32
5,27
12,24
4,42
8,93
15,31
14,68
6,61
2,83
9,51
26,52
25,22
6,99
13,79
14,49
20,67
11,04
18,73
41,52
27,45
33,59
47,65
47,21
26,15
42,35
55,41
52,50
3,92
6,85
3,82
9,99
8,79
1,79
1,86
1,71
3,36
25,36
18,39
15,61
26,13
19,27
25,67
13,06
21,29
19,53
4,22
5,09
3,58
2,57
1,26
1,67
4,49
0,95
1,90
8,15
10,44
5,95
2,25
0,75
14,92
2,89
3,00
1,15
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jawa Timur
4,67
7,59
58,83
5,22
21,30
0,76
1,66
100
49
Lampiran 15. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk
Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2013 - 2015
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Batu
Jawa Timur
2015
2013
2014
2015
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
22,12
25,83
20,80
21,40
23,12
26,83
29,46
36,92
55,42
32,56
52,28
53,82
62,45
49,74
23,36
23,99
27,05
30,46
30,64
22,29
25,83
38,24
32,86
33,25
22,65
53,69
51,72
49,00
47,48
21,66
24,86
20,23
20,87
22,68
25,79
28,63
36,03
54,72
30,82
50,93
53,06
61,48
48,61
22,78
22,82
26,80
29,88
30,20
21,77
24,81
37,87
31,59
32,82
22,13
53,12
49,50
47,48
46,77
21,21
23,89
19,66
20,35
22,23
24,75
27,81
35,13
54,01
29,07
45,59
52,30
60,51
47,47
22,19
21,64
26,56
29,30
29,75
21,26
23,79
37,50
30,31
32,39
21,62
52,56
47,28
45,97
46,06
71,90
70,49
72,30
72,09
71,46
70,34
69,69
67,93
63,39
68,66
64,13
63,65
61,87
64,80
71,27
70,82
70,38
69,48
69,39
71,81
70,81
67,53
68,37
68,68
71,70
63,81
64,39
65,05
65,25
70,50
71,88
42,51
72,88
72,50
72,04
71,78
69,07
67,80
69,93
65,43
68,08
65,75
69,83
73,43
71,76
71,37
70,87
69,76
71,91
71,33
70,11
70,25
71,47
72,20
69,62
67,48
66,56
70,02
71,05
72,08
72,91
73,28
72,80
72,14
71,98
69,27
68,20
70,03
65,73
68,28
66,15
69,83
73,63
71,96
71,67
70,97
70,36
72,01
71,53
70,51
70,55
71,67
72,30
69,72
67,58
66,86
70,42
71,08
72,99
71,21
71,01
66,50
72,13
71,55
71,72
70,18
73,52
72,70
72,30
68,52
70,54
72,39
72,41
73,85
72,06
73,62
73,00
72,60
69,72
70,84
72,69
72,41
73,85
72,16
70,19
70,45
70,68
23,30
18,71
22,84
23,13
38,38
21,38
22,62
22,48
27,91
27,50
.b
ps
.g
o.
id
2014
(2)
at
im
Kabupaten
1 Pacitan
2 Ponorogo
3 Trenggalek
4 Tulungagung
5 Blitar
6 Kediri
7 Malang
8 Lumajang
9 Jember
10 Banyuwangi
11 Bondowoso
12 Situbondo
13 Probolinggo
14 Pasuruan
15 Sidoarjo
16 Mojokerto
17 Jombang
18 Nganjuk
19 Madiun
20 Magetan
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Tuban
24 Lamongan
25 Gresik
26 Bangkalan
27 Sampang
28 Pamekasan
29 Sumenep
Kota
AHH
2013
ht
(1)
AKB
tp
://
j
Kabupaten/Kota
22,08
17,99
21,28
21,52
37,12
20,92
22,11
21,91
27,08
20,86
17,27
19,72
19,91
35,85
20,47
21,59
21,34
26,26
26,66
25,82
50
.b
at
im
tp
://
j
ht
.g
ps
o.
id