Menurut definisi Waskman, antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi
mikroba jenis lain. Definisi ini harus diperluas, karena zat yang bersifat antibiotik
ini dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi. Macammacam antibiotik yaitu: antibiotik -laktam, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida
(kelompok eritromisin), linkomisin, aminoglikosida, polipeptida dan fosfomisin.
Karakteristik Dasar
Farmakodinamik
Maka dari itu, penggunaan antibiotik -laktam dengan dosis normal atau lebih
tinggi tetapi belum bertahan dalam waktu yang cukup lama, tidak akan
menghasilkan efek terapi yang diinginkan. Pada umumnya dosis obat
berbanding lurus dengan konsentrasi obat dalam plasma, dan konsentrasi dalam
plasma berbanding lurus juga dengan efek yang dihasilkan. Sedangkan untuk
obat golongan -laktam hal ini tidak berlaku, karena walaupun dosis obat
berbanding lurus dengan konsentrasi obat dalam plasma, tetapi efek yang
dihasilkan obat golongan -laktam tidak berbanding lurus dengan konsentasi di
dalam plasma. Hal ini dikarenakan obat-obat golongan -laktam baru akan
menghasilkan efek yang diinginkan ketika kita menggunakan obat tersebut
dengan dosis normal (tertentu) dengan waktu (durasi) penggunaan yang cukup
lama (tertentu).
Farmakokinetik
Sebagian besar golongan -laktam tidak tahan terhadap asam dan terurai oleh
asam lambung. Absorbsi -laktam pada saluran pencernaan terbatas. Sebagian
besar sediaan -laktam adalah sediaan parenteral. Esterifikasi dari obat asli
terkadang diperlukan untuk memfasilitasi absorbsi. -laktam yang teresterifikasi
sebaiknya diberikan bersama makanan.
Waktu paruh golongan -laktam lebih singkat yaitu berkisar antara 22,5 jam.
Ceftriaxon memiliki waktu paruh yang lebih panjang yaitu sekitar 8 jam dalam
sekali pemberian.
Terima Kasih,
http://yosefw.wordpress.com/2008/03/26/antibiotik-%CE%B2-laktam/
Suplemen Antibiotika 1
Posted: Juli 6, 2010 in Antibiotika dalam Kedokteran Gigi
0
Mekanisme bakterisidal penisilin berdasarkan kemampuannya melekat pada
penicillin-binding proteins (PBP-1 and PBP-3) di membran sitoplasmik bakteri,
dan menyebabkan hambatan sintesis dinding sel bakteri. Pada beberapa
penisilin lain mekanismenya berupa mencegah ikatan silang antar rantai
peptidoglikan yang fungsinya untuk memperkuat dan mengkokohkan dinding sel
bakteri.
Fluoroquinolones secara bervariasi melawan aksi DNA gyrase bakteri yaitu enzim
esensial untuk sintesis DNA. Obat ini mempunyai aktivitas melawan kebanyakan
bakteri gram negative dan beberapa gram positif. Penelitian ditujukan pada
resistensi Fluoroquinolones pada staphylococcus. Resistensi ini dilaporkan pada
kasus infeksi mata dan selain mata pada isolasi. Obat ini juga terbatas melawan
streptococci, enterococci, non-aeruginosa Pseudomonas, and anaerobes. 2
penelitian yang membandingkan efikasi solusio ciprofloxacin 0.3% dan ofloxacin
0.3% dengan kombinasi cefazolin dan tobramycin memperlihatkan efikasi yang
lebih baik dengan monoterapi menggunakan Fluoroquinolones. Obat ini juga
mempunyai toksisitas lebih rendah, penetrasi yang baik di permukaan mata dan
penetrasi lebih lama pada air mata. Monoterapi keratitis bakteri dengan obat ini
terbukti efektif pada percobaan yang lebih luas meski sudah ada laporan
resistensi Fluoroquinolones.
dapat diterima secara ilmiah begitu saja. Tujuan pemakaian kombinasi antibiotika
mencakup hal-hal sebagai berikut :
Memperluas spektrum anti kuman pada pasien dengan kondisi kritis atau infeksi
berat, tetapi jenis infeksinya belum dapat dipastikan. Misalnya pada septikemia
sering diberikan kombinasi antibiotika antistafilokokus (misalnya nafsilin) dan
antibiotika terhadap basil Gram negatif aerob (misalnya gentamisin).
Untuk mengatasi adanya kuman yang resisten. Misalnya kombinasi amoksisilin
dengan asam klavulanat atau sulbaktam untuk mengatasi resistensi karena
produksi enzim penisilinase.
Pemakaian kombinasi antibiotika juga mengandung risiko misalnya adanya
akumulasi toksisitas yang serupa, misalnya nefrotoksisitas aminoglikosida dan
nefrotoksisitas dari beberapa jenis sefalosporin. Kemungkinan juga dapat terjadi
antagonisme, kalau prinsip-prinsip kombinasi di atas tidak ditaati, misalnya
kombinasi penisilin dan tetrasiklin. Walaupun pemakaian beberapa kombinasi
dapat diterima secara ilmiah, tetap diragukan perlunya kombinasi tetap oleh
karena kemungkinan negatif yang dapat terjadi. Sebagai contoh kombinasi tetap
penisilin dan streptomisin justru akan meyebabkan inaktivasi dari masing-masing
antibiotika oleh karena terjadinya kerusakan secara kimiawi.
Kuman Gram positif dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kuman aerob dan
kuman anaerob.
utama adalah penisilin spektrum sempit (asalkan tidak ada resistensi karena
produksi enzim penilisinase). Penisilin spektrum luas, eritromisin, sefalosporin,
mempunyai aktifitas antikuman terhadap golongan Gram positif aerob, tetapi
tidak sekuat penisilin spektrum sempit di atas. Contoh yang gampang adalah
infeksi saluran nafas oleh streptokokus maupun infeksi-infeksi piogenik dengan
pernanahan.
Kuman Gram positif anaerob: yang paling penting di sini kemungkinan adalah
kuman-kuman batang positif, yakni klostridia, misalnya C. tetani, C. botulinum,
C. gas gangren dan lain-lain. Untuk kuman-kuman ini penisilin dengan spektrum
sempit tetap merupakan obat pilihan utama, juga metronidazol.
Kuman gram negatif juga terbagi menjadi kuman yang bersifat aerob dan
anaerob.
Gram negatif anaerob: yang termasuk di sini yang penting adalah golongan
bakteroides dan fusobakterium. Linkomisin dan klindamisin, beberapa
sefalosporin, metronidazol, kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat.
Pembagian kuman penyebab infeksi ini sangat disederhanakan, oleh karena
spektrum kuman penyebab infeksi pada masing-masing organ tubuh atau lokasi
tubuh masih sangat bervariasi. Sehingga dalam prakteknya jenis infeksi, kuman
spesifik penyebabnya harus dicari dan dipertimbangkan termasuk spektrum
kepekaan kuman pada umumnya yang menentukan antibiotika pilihan untuk
infeksi yang bersangkutan.
8
Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan
adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni
antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat
primer bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan
mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian
kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang
bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid
dan lain-lain.
Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat
kerja antibiotika tersebut pada
kuman, yakni :
Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di
sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.
Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport
aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan
polimiksin.
Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni
kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.
Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni
asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan
trimetoprim.
Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling
tidak akan mencakup jenis-jenis berikut ini :
Golongan penisilin.
Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman
terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil
penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan
penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh
asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V
dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini
masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta
hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus
viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase),
Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum,
Leptospirae dan Actinomycetes sp.
Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah
kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga
hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.
Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif,
tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan
amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim
penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum
terhadap kuman-kuman penghasil enzim penisilinase.
Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk
karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk
kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.
Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta
laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif,
tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam,
terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:
Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro.
Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi
pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.
Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif
terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan
sefaklor.
Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah
sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.
Golongan amfenikol
Golongan tetrasiklin
Golongan aminoglikosida
Golongan makrolida
Golongan linkosamid.
Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram
positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap
kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin
antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal.
Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam
bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
Golongan polipeptida.
Golongan antimikobakterium
Golongan kuinolon
Golongan lain-lain
Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup
dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin,
spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai
pemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku.
Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S.
epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus
yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin
hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.