Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

F & T SEDIAAN LIKUID SAN SEMISOLID


Preparasi dan Sifat Fisika Kimia Ointmen

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Risti Eka Yuliani


(2443014143)
Baiq Shelsa S.Y
(2443014144)
Christina Martinez G.P
(2443014152)
Hamalatul Qurani
(2443014153)
Asisten
: Bu Sumi
Golongan Praktikum : S
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA


2016
I.

TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan basis salep

II.

LANDASAN TEORI
Pengertian Ointment
Ointment (salep) adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok :
1.
2.
3.
4.

Dasar salep senyawa hidrokarbon


Dasar salep serap
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang larut dalam ait.
Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
(FI V Hal 56)

III.

PEMERIAN BAHAN :
No.
1.

Nama bahan
White wax ( cera alba )

Pemerian
Padatan putih
kekuningan,
sedikit tembus
(Farmakope
Indonesia cahaya dalam
edisi 5 hal 809 dan HPE keadaan lapisan
th
tipis; bau khas
6 p. 779-780)
lemah dan bebas
bau tengik

Sifat Fisika - Kimia


Kelarutan
:Tidak
larut dalam air; agak
sukar larut dalam
etanol dingin. Larut
sempurna
dalam
kloroform,
dalam
eter, dalam minyak
lemak dan minyak
atsiri.
Jarak lebur: 6265C.
Densitas: 0.950.96
3
g/ cm

2.

White
petrolatum Massa
seperti
(vaselin flavum)
lemak,putih atau
kekuningan
(Farmakope
Indonesia pucat,massa
edisi 5 hal 1311-1312)
benninyak
transparan
dalam lapisan
tipis
setelah
didinginkan

Kelarutan:
Tidak
larut dalam air; sukar
larut dalam etanol
dingin atau panas
dan dalam etanol
mutlak
dingin;mudah larut
dalam benzen, dalam
karbon

Fungsi Bahan
untuk
menstabilkan
emulsi A/M,
menjaga
konsistensi salep
(agar tidak cepat
memisah),
sebagai zat
tambahan,
sebagai basis
menjaga agar
bias melekat dan
kontak lebih
lama dengan
kulit.
tambahan
(penambah
volume
sediaan).

pada
00 C .

suhu disulfida,dalam
kioroform;
larut
dalam heksan, dan
dalam
sebagian
besar minyak lemak
dan minyak atsiri.

Densitas:0,815
0,880

g/cm 3

Titik lebur: 38-60C

3.

Cholesterol
th
(HPE 6 p. 178-179 )

4.

Formula
empiris: sebagai
pembantu dasar
C27 H 46 O
salep untuk
Berat
molekul: menyerap air
386,67 gram
atau cairan obat
Densitas: 1,052 g/ dalam air dan
terbentuk krim
cm 3
A/M emulsi dan
dasar salep
sukar
dihilangkan dari
kulit oleh air.
Kelarutan:
larut pembantu
dalam etanol 95%, pengemulsi dan
eter dan minyak, emolien dalam
praktis tidak larut salep.
dalam air
Densitas : 0,884-

Stearyl alcohol
th
(HPE 6 p 700)

3
0,906 g/ cm

Titik leleh : 59,459,8 C

IV.

FORMULA BASIS SALEP


BASIS I. BASIS LEMAK
White wax

5%

5
= 100

x 20 g = 1 g

4
100

x 1 g = 40 mg

= 0,04 g

= 1 g + 0,04 g
= 1,040 g
95
= 100

White petrolatum 95%

4
100

x 20 g = 19 g

x 19 g = 760 mg = 0,76
= 19 g + 0,76 g = 19,76 g

Prosedur :
a. Lelehkan white wax. Suhu lebur tidak boleh lebih dari 70-75C
b. Setelah seluruhnya leleh, tambahkan white petrolatum dan campur hingga homogen.
c. Pindahkan dari water bath, aduk hingga memadat

BASIS II. BASIS ABSORBSI


Cholesterol

3%

3
100

x 20 g = 0,6 g

4
100

x 0,6 g = 24 mg = 0,024 g
= 0,6 g + 0,024 g
= 0,624 g

Stearyl alcohol

3%

3
= 100

x 20 g = 0,6 g

4
100

x 0,6 g = 24 mg = 0,024 g
= 0,6 g + 0,024 g
= 0,624 g

White wax

8%

8
100

x 20 g = 1,6 g

4
100

x 1,6 g = 64 mg = 0,064 g
= 1,6 g + 0,064 g
= 1,664 g

White petrolatum 86% =

86
100

x 20 g = 17,2 g

4
100

x 17,2 g = 688 mg

= 0.688 g

= 17,2 g + 0,688 g
= 17,888 g
Prosedur :
a. Lelehkan berturut turut stearyl alcohol, white wx, white petrolatum, dan cholesterol.
b. Pindahkan dari water bath, aduk hingga memadat.

BASIS III.BASIS EMULSI W/O


White wax

1,0%

12
= 100
4
100

x 20 g = 2,4g

x 2,4 g = 96 mg = 0,096 g
= 2,4 g + 0,096 g
= 2,496 g

Spermaceti

12,5%

12,5
= 100
4
100

x 20 g = 2,5 g

x 2,5 g = 100 mg = 0,1 g


= 2,5 g + 0,1 g
= 2,6 g

Mineral oil

56,0%

56
= 100

x 20 g = 11,2 g

4
100

x 11,2 g = 448 mg = 0,448 g


= 11,2 g + 0,448 g
= 11,648 g

Sodium borat

0,5%

0,5
= 100
4
100

x 20 g = 0,1 g

x 0,1 g = 4 mg = 0,004 g
= 0,1 g + 0,004 g
= 0,104 g

Air

19,0%

19
= 100
4
100

x 20 g = 3,8 g

x 3,8 g = 152 mg = 0,152 g


= 3,8 g + 0,152 g
= 3,952

Prosedur :
a.
b.
c.
d.

Lelehkan white wax dan spermaceti.


Tambahkan mineral oil, panaskan suhu 70C
Larutkan sodium borat dalam air, panaskan suhu 75C
Setelah suhu tercapai, turunkan dari water bath dan campurlah dengan menabahkan fase
air ke dalam fase minyak dan aduk sampai homogen dan memadat.

BASIS IV. BASIS EMULSI O/W


Sodium lauryl sulfat

1
1,0% = 100
4
100

x 20 g = 0,2 g

x 0,2 g = 8 mg = 0,008 g
= 0,2 g + 0,008 g
= 0,208 g

Propilenglikol

12
100

x 20 g = 2,4 g

4
100

x 2,4 g = 96 mg = 0,096 g

12,0% =

= 2,4 g + 0,096 g
= 2,496 g
Stearyl alcohol

25
25,0% = 100

x 20 g = 5 g

4
100

x 5 g = 200 mg = 0,2 g
= 5 g + 0,2 g
= 5,2 g

25
White petrolatum 25,0% = 100

x 20 g = 5 g

4
100

x 5 g = 200 mg = 0,2 g
= 5 g + 0,2 g
= 5,2 g

Air

37,0%

37
100

x 20 g = 7,4 g

4
100

x 7,5 g = 296 mg = 0,296 g

= 7,5 g + 0,296 g = 7,796 g

Prosedur :
a. Lelehkan stearyl alcoholdan white petrolatum. Panaskan suhu 70C
b. Larutkan bahan lain kedalam air, panaskan suhu 75C
c. Tambahkan fase minyak kefase air, aduk dengan kecepatan konstan sampai memadat

BASIS V. BASIS LARUT AIR

PEG 400

60%

60
= 100
4
100

x 20 g = 12 g

x 12 g = 480 mg = 0,48 g
= 12 g + 0,48 g
= 12,48 g

PEG 4000

40%

40
= 100
4
100

x 20 g = 8 g

x 8 g = 320 mg = 0,32 g
= 8 g + 0,32 g
= 8,32 g

Prosedur :
a. Lelehkan PEG 4000, tambahkan PEG 400 aduk homogen hingga memadat
V. EVALUASI SEDIAAN SALEP
a. Uji organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan salep dari bentuk, bau, dan
warna sediaan ( Anief, 1997 ).
b. Uji homogenitas
Sediaan salep pada bagian atas, tengah dan bawah diambil kemudian diletakkan pada
plat kaca lalu di gosok dan di raba.
c. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 g salep diletakkan di atas kaca bulat yang berdiameter 15 cm, kaca lainnya
diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar salep di ukur.
Setelahnya ditambahkan 100 g beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu
diukur diameter yang konstan (Astuti et al., 2010)
VI.

PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Sediaan Salep
Daya Sebar
Tampak Luar

Homogenitas

Diameter sebelum

Diameter sesudah

Tercucikan
air

di + beban 100 g
BASIS I

Warna putih, Tidak


tidak berbau

homogen, ada

3,3+ 4,4
=3,85 cm
2

di + beban 100 g
3,5+ 4,5
4 cm
2

Tidak
tercucikan

gelembung

air

udara
BASIS II

warna

putih Tidak

kekuningan,
bau

Tidak
tercucikan
air

udara

Warna putih, Tidak


bau

3,5+ 3,7
=3,6 cm
2

agak gelembung

tengik
BASIS III

homogen, ada

3,4 +3,5
=3,45 cm
2

agak homogen, ada

tengik

3,5+ 3,0
=3,25 cm
2

3,6+ 3,2
=3,4 cm
2

Tidak
tercucikan

gelembung

air

udara
BASIS IV

Warna putih, Homogen, ada


bau

agak gelembung

mint
BASIS V

3,5+ 3,9
=3,7 cm
2

Tidak
tercucikan

udara

Warna putih, Tidak


tidak berbau

3,5+ 3,7
=3,6 cm
2

homogen, ada

air
2,9+ 2,7
=2,8 cm
2

Tercucikan
2,9+ 2,8
=2,85 cm
2
air

gelembung
udara

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan
melalui tabel 1.1. Dari tabel 1.1 menunjukkan hasil uji organoleptis meliputi warna dan bau
dari masing-masing basis salep yang memiliki perbedaan. Dari 5 basis salep, 4 basis salep
memiliki warna putih tetapi kepekatan warna putih yang dihasilkan tiap basis berbeda-beda
dan 1 basis salep memiliki warna putih kekuningan. Perbedaan warna putih yang di hasilkan
disebabkan karena sifat pemerian dari masing-masing bahan penyusun basis, warna putih
disebabkan karena adanya kandungan vaselin flavum dan warna kuning disebabkan karena
adanya kandungan cera alba didalam basis salep. Selain itu, bau yang dihasilkan oleh masingmasing basis salep juga dipengaruhi oleh bahan penyusun basis salep. Cera alba memiliki bau

khas yang lemah tetapi bebas bau tengik dan vaselin flavum juga memiliki bau khas yang
lemah.
Uji homogenitas dari ke lima basis salep menunjukkan basis salep nomor 1,2,3, dan 5
tidak homogen sedangkan basis salep nomor 4 homogen dan dari kelima basis salep
semuanya memiliki aerasi atau gelembung udara yang terperangkap dalam basis. Aerasi ini
disebabkan karena pengadukan yang tidak konstan baik kecepatan maupun arah pengadukan
pada saat pencampuran bahan di dalam mortir.
Evaluasi basis salep selanjutnya adalah uji daya sebar. Uji daya sebar yang dilakukan
dibedakan menjadi 2 yaitu sebelum penambahan beban 100g dan sesudah penambahan beban
100g. Dari hasil uji sebar terlihat bahwa, basis salep dengan penambahan beban memiliki
daya sebar yang lebih luas daripada sebelum penambahan beban. Daya sebar yang semakin
luas berpengaruh pada penyebaran bahan aktif, dengan penyebaran yang makin luas maka
efek yang ditimbulkan bahan aktif juga semakin efektif dengan jangkauan yang makin luas
dan merata pada daerah yang di oleskan.
Pengujian basis salep yang terakhir adalah menguji apakah basis tersebut bisa
tercucikan air atau tidak. Dari ke lima basis salep tersebut basis salep nomor 1,2,3, dan 4
tidak tercucikan air sedangkan basis nomor 5 tercucikan air. Menurut teori seharusnya basis
salep nomor 4 juga tercucikan air karena basis nomor 4 merupakan basis emulsi minyak
dalam air. Tetapi hasil praktikum yang didapat basis nomor 4 tidak tercucikan air, hal ini
disebabkan karena proses pencampuran yang kurang baik karena fase minyak tidak
seluruhnya terbungkus atau masuk dalam fase air sehingga basis salep menjadi tidak
tercucikan oleh air.

VII.

KESIMPULAN
1. Bahan penyusun basis salep mempengaruhi organoleptis dari basis salep
2. Teknik pembuatan salep harus diperhatikan karena akan mempengaruhi homogenitas
basis salep yang terbentuk
3. Tahapan pencampuran bahan harus diperhatikan agar basis salep terbentuk dengan
baik

VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM ( 2014). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

Johnson, R. dan Steer, R., 2006, Methyl Paraben, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., and Owen, S.
C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Six Edition, 466, Pharmaceutical Press,
UK.
Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan
Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai