Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI POLI ANAK dr. SOEBANDI
KABUPATEN JEMBER

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Maternitas dan Anak

oleh
Sufyan Stauri, S.Kep.
NIM 142311101152

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Poli Anak RSD. dr Soebandi Jember yang telah disetujui
dan disahkan pada:
tanggal :
Juli 2016
tempat : Poli Anak
Jember,
Pembimbing Ruangan

Juli 2016

Pembimbing Akademik

NIP.

NIP.
Mengetahui,
Kepala Ruangan

NIP.

KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan
mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR dapat disebabkan oleh
kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri. Kelahiran prematur
adalah kelahiran bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu. Retardasi
pertumbuhan intrauterine (yang kadang-kadang disebut small for dates)
didiagnosis kalau berat lahir bayidibawah persentil 10 sampai untuk usia
gestasional (kehamilannya) (Farrer, 2009).
Triana, dkk (2015) menyatakan bahwa BBLR adalah bayi lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram tanpa memandadang masa ehamilan, yang ditimbang
1 jam setelah lahir atau 24 jam pertama untuk keperluan lain.

Gambar 1. Gambar bayi kurang bulan

Gambar 2. bayi kecil walaupun cukup bulan

1.2 Penyebab
1.2.1

Faktor Predisposisi Kelahiran Prematur


Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematur
a. Faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/ penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu
dekat, infeksi, trauma, dan lain-lain.
b. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban
pecah dini.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
d. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
e. Tidak diketahui (Sarwono, 2005).

1.2.2

Faktor Predisposisi Kelahiran Dismatur


Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran dismatur
a. Proportionate IUGR : janin yang menderita distress yang lama di
masa gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan
lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
Bayi ini tidak menunjukkan adanya wastedoleh karena retardasi
pada janin ini terjadi sebelum terjadi sebelum terbentuknya
adipose tissue.
b. Disproportionate IUGR: terjadi akibat distress subakut. Gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir.
Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi
berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasteddengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering

keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih


panjang (Sarwono, 2005).
1.2.3

Etiologi BBLR
A. Faktor Janin
1. Hidramnion
2. Kelainan Kromosom
B. Faktor Ibu
1. Penyakit:
a. Toksemia gravidarum
b. Perdarahan antepartum
c. Trauma fisik dan psikologis
d. Nefritisakut
e. Diabetes melitus
2. Keadaan social
3. Sebab lain
a. Ibu perokok
b. Ibu peminum alkohol
c. Ibu pecandu narkotik (Amru, 2011; Pantiawati, 2010).

2.3Klasifikasi
Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500
gram desiebut dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram
c. Bayi berat lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 15012500 gram. (Saifuddin, dkk, 2009)
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas.
a. Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat badan
terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90 pada intrauterine growth

curve Lubchenko, disebut juga neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematic pada derajat
prematuritas, maka Usher (1975) menggolongkan bayin tersebut dalam tiga
kelompok, yaitu :
1) Bayi sangat premature (extremely premature): 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup,
terutama di Negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan
masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan
perawatan yang sangat intensif (perawat yang sangat terlatih dan
menggunakan alat-alat yang lengkap) agar dicapai hasil yang optimal.
2) Bayi dengan derajat premature sedang (moderately premature): 31-36
minggu.Pada golongan ini, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik
daripada golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian
hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul
intensif.
3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini memiliki
sifat-sifat premature dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan
dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic seperti
yang dialami bayi premature, akan tetapi sering timbul problematic
seperti yang dialami bayi premature, misalnya sindroma gangguan
pernapasan, hiperbilirubinemia, daya hisap yang lemah dan sebagainya,
sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
b. Dismaturitas
Yaitu suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan, atau bayi yang lahir dengan
berat badan tidak sesuai dengan masa kehamilan. (Amru, 2011).

2.4Tanda dan gejala


Tanda dan gejala bayi prematur, yaitu :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram


c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin pada bayi laki laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labi minora belum tertutup oleh lania mayora
m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tangisnnya lemah
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Pantiawati, 2010).
2.7 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan

plasenta,

infeksi,

hipertensi,

dan

keadaan-keadaan

lain

yang

menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan

seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan
selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas
dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebihbesar.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada
bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan
bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat

dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar
laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar
kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi Primary gasping yang kemudianakan berlanjut dengan pernafasan. Bila
terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai

dengan

penurunan

frekuensi

jantung

selanjutnya

bayi

akanmemperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh


pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea).Pada
tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya
perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidoris respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa

keadaan

diantaranya

hilangnya

sumber

glikogen

dalam

jantung

akan

mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan


menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan
jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan
akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya.
2.8Komplikasi
Komplikasi BBLR yang dapat terjadi sebagai berikut.
1. Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36 sampai dengan 37C. Segera setelah lahir, bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermia
dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas yang sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
tubuh relative lebih besar disbanding dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas.Tanda klinis hipotermia :
a. Suhu tubuh di bawah normal
b. Kulit dingin
c. Akral dingin
d. Sianosis
2. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa
merupakan sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya

hubungan plasenta dari janin, menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.


Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal
ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila
kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.Tanda klinis
hipoglikemia :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Gemetar atau tremor


Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitan minum
Terdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-

sama)
3. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal
epidermal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan
terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.Tanda klinis
perdarahan intracranial :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Kegagalan umum untuk bergerak normal


Refleks Moro menurun atau tidak ada
Tonus otot menurun
Letargi
Pucat dan sianosis
Apnea
Kegagalan menetek dengan baik
Muntah yang kuat
Tangisan bernada tinggi dan tajam
Kejang
Kelumpuhan
Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan menifestasi
klinik satupun (Pantiawati, 2010).

2.9 Penatalaksanaan
a. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
b. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
c. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan/bngkus
BBLSR dengan kain hangat
d. Beri lampu 60 Watt, dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
e. Kepala bayi ditutup topi
f. Berik oksigen
g. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Tetesi ASI bila dapat menelan, bila tidak dapat menelan langsung rujuk ke
rumah sakit
i. Beri munim dengan sonde/ tetesi ASI
j. Bila tidak mungkin, infuse Dekstrose 10% + Bicarbonat Natrium 1,5% = 4:1.
Hari pertama 60 cc/kg/hari, hari kedua 70cckg/hari
k. Terapi Antibiotika
l. Bila

tidak

dapat

menghisap

putting

susutidak

dapat

menelan

langsung/sesakbiru/tanda-tanda hipotermia berat, terangkan kemungkinan


akan meninggalkepada keluarga (Saifuddin, dkk, 2009).
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa
a. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
b. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 70 mmHg dan kadar
PaCO2 35 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 94 %.
c. Kimia darah sesuai kebutuhan
1) Hb (Hemoglobin). Hb darah lengkap bayi 1-3 hari adalah 14,5-22,5 gr/dl
2) Ht (Hematokrit). Ht normal berkisar 45% - 53%.
3) LED darah lengkap untuk anak anak. Menurut : Westerfreen : 0 10
mm/jam, Wintrobe : 0 13 mm/jam.
4) Leukosit (SDP)

Normalnya 10.000/ mm, pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari
6.000 225.000/ mm.
5) Trombosit. Rentang normalnya antara 60.000 100.000/ mm.
6) Kadar serum / plasma pada bayi prematur (1 minggu) adalah 14 27 mEq/
L
7) Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 3 hari) adalah 4,0 6,6
juta/mm.
8) MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM. MCH darah
lengkap : 31 37 pg/ sel. MCV darah lengkap : 95 121 m.
9) Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 7,5
d. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
e. Penyimpangan darah tali pusat
f. Penilaian Kriteria Neurologis menurut Dubowitz
Menggabungkan hasil penilaian fisik external dan neurologis.Kriteria
neurologis diberikan skor, demikian pula kriteria fisik external.Jumlah skor
fisik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik linier
dicari masa gestasinya (Pantiawati, 2010).

Tabel 3. Karakteristik Eksternal menurut Dubowist


KRITERIA

SKOR
0

Edema

- edema jelas pada Edema tidak jelas Tanpa edema


tangan dan kaki
pada tangan dan
-Pretibia: 'Piting'
kaki
Pretibia: piting

Jaringan kulit

Tipis sekali seperti Tipis dan licin


gelatin

Warna kulit

Merah

Dibawah kulit

Terlihat banyak vena, Terlihat vena dan Beberapa


pembuluh Beberapa
pembuluh Tidak
terlihat
besar-kecil, terutama cabang-cabangnya besar jelas terlihat pada darah
besar
samar pembuluh darah
didinding perut
dinding abdomen
terlihat pada dinding
abdomen

Lanugo (dipunggung) Tidak ada

Garisan telapak kaki

Merah
menyeluruh

4
-

Licin, sedikit menebal -Penebalan sedang


-Tebal dan kering
terdapat erupsi kecil -Pecah-pecah supefisial -Terdapat
pecahan
atau mengelupasan
-Pengelupasan terutama superfisial dan dalam
tangan + kaki
muda Merah muda pucat, Pucat, hanya merah bervariasi pada seluruh muda pada telinga,
tubuh
bibir, telapak tangan dan
kaki

Banyak:panjang
Rambut
menipis Terdapat sedikit lanugo Kira-kira
setengah
dan tebal diseluruh terutama
pada dan
daerah
tak dari punggung tidak
punggung
punggung bawah
berambut
ada lanugo

Tidak terdapat garisan Pada anterior


telapak kaki ada
garis merah yang
samar-samar

Garis merah yg jelas Indentasi pada lebih 1/3 Indentasi jelas dalam
pada lebih anterior anterior
pada > 1/3 anterior
indentasi
pd
1/3
anterior

Perkembangan puting Puting baru terlihat Puting


berbatas Areola
bertitik-titik Areola
bertitik-titik, susu
samar-samar
tanpa tegas, areola licin pinggir datar, diameter pinggir tinggi. Diameter
areola
dan datar, diameter < 0,75cm
< 0,75cm
< 0,75cm
Besarnya mammae

Tidak teraba jaringan Teraba


jaringan Jaringan mammae pada
mammae
mammae pada satu dua sisi, diameter 0,5atau
dua
sisi, 1,0cm
diameter < 0,5cm

Jaringan mammae pada kedua


sisi,
diameter1cm.
Lipatan pada pinggiran

Bentuk telinga

Pinna datar, tidak Terdapat


lipatan Pelipatan tak sempurna Pelipatan yang jelas berbentuk. Tidak ada pada sebagian tepi pada
semua
pinna pada
semua
pinna
lipatan atau sangat pinna
bagian atas
bagian atas
sedikit

Elastisitas telinga

Pinna lembek, mudah Pinna


lembek, Terdapat tulang rawan Pinna keras, tulang dilipat, rekoil (-)
mudah
dilipat, pada pinggir pinna. rawan pada pinggiran,
rekoil-pelan
Bagian lain lembek. rekoil-cepat
Rekoil-baik

Genetalia pria

Desensus testis (-)

SekurangSekurang-kurangnya
kurangnya
satu satu testis turun dengan
testis masih tinggi baik
pada scrotum

Genetalia wanita

Labia mayora terbuka Labia


mayora Labia mayora menutupi lebar, labia minora hampir menutupi seluruh labia minora
menonjol
labia minora

Tabel 2. Kriteria Neurologi Menurut Dubowist

3. Pohon Masalah
Etiologi

Faktor Ibu

Faktor Plasenta

Faktor Janin

BBLR

Permukaan
tubuh relatif
lebih luas

Penguapan
berlebih
Kehilangan
cairan
Dehidrasi
Risiko
Kekurangan
Volume
Cairan

Jaringan
lemak
subkutan
lebih tipis

Pemaparan
dengan suhu
luar

Premaruritas

Penurunan daya
tahan

Risiko Infeksi

Kehilan
gan
panas
melalui
kulit

Fungsi organ-organ belum baik

Hati

Mata

Kulit

Imaturitas
lensa mata

Tipis,
Halus
mudah
lecet, tidak
ada lemak
subkutan

Paru

Konjugasi
bilirubin
belum baik

Cairan
surfakt
an

Hiperbilirubin
Ikterus

Tek O2
berkurang/h
ipoksia

Retrolentral
fibroplasia
Retinopaty

Hipotermia
Ketidakefektifan Pola Napas

Risiko
Kerusakan
Integritas
Kulit

Sist.pen
cernaan
Reflek
menelan
lemah

Ketidakseimbang
an Nutrisi
Kurang Dr
Keb.Tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapatkan data,
baik objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan terdahulu
a. Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya,
seperti infeksi atau perdarahan antepartum, imaturitas, dan sebagainya
c. Apakah ibu adalah seorang perokok
d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
2. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskular
4. Pengkajian Fisik
a. Sirkulasi
1) Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal
(120-160 kali per mrnit)
2) Murmur jantung yang dapat didengar dapat menendakan duktus
arteriosus (PDA)
b. Pernapasan
1) Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60 kali per menit)
2) Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga
derajat sianosis yang mungkin ada
3) Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distress
pernapasan (RDS)
c. Neurosensori
1) Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat
2) Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju
3) Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah
dan atas serta keterbatasan gerak
4) Pelebaran tampilan mata

d. Makanan dan Cairan


1) Disproprorsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala
2) Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan
3) Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
4) Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia
e. Keamanan
1) Suhu berfluktuasi dengan mudah
2) Tidak dapat garis alur pada telapak tangan
3) Warna meconium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali
pusat dengan warna kehijauan
4) Menangis mungkin lemah
f. Seksualitas
1) Labia minora wanita mungkin lebih besar dari pada labia mayora
dengan klitoris menonjol
2) Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak
pada skrotum
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan
dengan anemia atau kehilangan darah
b. Destrosik : menyatakan hipoglikemia
c. Analisis Gas Darah (AGD) : menentukan derajat keparahan distress
d.
e.
f.
g.
h.

pernapasan bila ada


Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
Bilirubin : mungkin meningkat pada polisetemia
Urinalisis : mengkaji homeostasis
Jumlah trombosit : trombositopienia mungkin menyertai sepsis
EKG. EEG, USG, angiografi : defek kongenital atau komplikasi

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan imaturitas
neurologis
2. Hipotermiaberhubungan denganberat badan ekstrem
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

yang

berhubungan dengan faktor biologis, ketidakmampuan mengabsobrsi


nutrient, ketidakmampuan mencerna makanan

4. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia ekstrem ,


berat ekstrem
5. Risiko infeksi
6. Risiko kerusakan integritas kulit

C. Perencanaan
No
1

Diagnosa
Keperawatan/
Tujuan & Kriteria Hasil
Masalah Kolaboratif
Ketidakefektifan pola NOC:
napas yang
a. Respiratory status:
berhubungan dengan
Ventilation
imaturitas neurologis b. Respiratory status: Airway
patency
c. Vital sign Status
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif.
Kriteria Hasil:
- Jalan nafas bersih
- Frekuensi jantung 100-140
x/menit
- Pernapasan 40-60 x/menit
- Takipneu atau apneu tidak
ada
- Sianosis tidak ada

Rencana Tindakan
NIC:
Airway Management
1. Kaji status pernapasan pasien
2. Observasi tanda-tanda vital pasien
3. Observasi tanda-tanda distress
pernapasan (mengorok, cuping
hidung, retraksi dada)
4. Bersihkan jalan napas dan pastikan
airway paten
5. Atur posisi pasien terlentang
dengan leher sedikit ekstensi
6. Berikan terapi O2 sesuai dengan
kebutuhan
7. Kolaborasi pemberian terapi
medikamentosa
Natrium bikarbonat
Antibiotik
Kalsium glikonat
Aminoflin

Rasional

1. Menentukan status keparahan napas


dan menentukan terapi yang
diperlukan
2. Memantau keadaan umum pasien
3. Mencegah terjadinya kegawatan
gagal napas
4. menghilangkan mucus yang
menghalangi jalan napas
5. Mencegah penyempitan jalan napas
dan membuka jalan napas
6. Memenuhi kebutuhan oksigen
pasien
7. Mendapatkan manfaat dari terapi
medikamentosa sesuai indikasi
Memperbaiki asidosis
Mengatasi infeksi pernapasan atau
sepsis
Hipokalsemia mempredisposisikan
bayi pada apnea
Dapat meningkatkan aktivitas pusat
pernafasan dan menurunkan
sensitifitas terhadap karbondiosida,
menurunkan frekuensi apnea.
Mengakibatkan relaksasi otot rangka

Pankuronium bromida (pavulon)

yang mungkin perlu bila bayi secara


mekanis terventilasi.
Mencegah hipoglikemia

Larutan glukosa
NIC Label : Temperature
Regulation
1. Kaji dan observasi perubahan
1.Memonitor perkembangan dan
suhu pasien
perubahan suhu bayi
2. Atur lingkungan yang nyaman 2.Menciptakan lingkungan yang nyaman
bagi bayi
untuk bayi
3. Tempatkan bayi pada tempat
3.Mencegah memburuknya penurunan
yang hangat (incubator, extra
suhu bayi
lamp)
4.Menjaga kestabilan suhu tubuh bayi
4. Ganti bedong atau pakaian bayi 5.Menghindari kehilangan panas bayi
jika basah
melalui perpindahan panas
5. Kolaborasi pemberian terapi
6.Mengobati penyebab dan mengurangi
medikamentosa sesuai indikasi
gejala
Ketidakseimbangan
NOC :
NIC: Nutrition Management
nutrisi kurang dari
Nutritional Status : food and
1. Kaji maturitas reflek berkenaan 1. Mengetahui metode dan rute yang
kebutuhan tubuh yang Fluid Intake
dengan pemberian makanan
tepat dalam pemberian nutrisi ASI
berhubungan dengan
Tujuan:
(menghisap dan menelan)
2. Bila terjadi disstres pernapasan
faktor biologis,
Setelah diberikan asuhan
2. Auskultasi bising usus, kaji
pemberian per oral dihentikan
ketidakmampuan
keperawatan selama 3 x 24 jam
status aktivitas fisik dan status 3. Mengkai ketercapaian dan
mengabsobrsi
kebutuhan nutrisi bayi seimbang.
pernapasan
keberhasilan pemberian terapi
nutrient,
Kriteria Hasil:
3. Kaji perubahan berat bada tiap 4. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
ketidakmampuan
- Terjadi peningkatan BB
hari
dengan ASI
mencerna makanan
- Konjungtiva dan mukosa
4. Berikan ASI sesuai dengan
5. Glukosa adalah sumber utama dari
lembab
kebutuhan bayi dan melalui
bahan bakar untuk otak,
- Bising usus normal 5-15
rute pemberian yang sesuai
kekurangan glukosa dapat
x/menit
dengan kemampuan bayi
menyebabkan kerusakan SSP
- Reflek menelan dan
5. Kaji tanda-tanda hipoglikemi:
Hipotermia
berhubungan dengan
berat badan ekstrem

NOC :
Vital Signs
Thermoregulation
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 8 jam
diharapkan suhu tubuh tetap
normal (36,5-37,5 C).
Kriteria Hasil :
- Suhu 36,5-37,5 C
- Bayi tampak tidak kedinginan
- Akral hangat

menghisap bayi kuat


4.

Risiko kekurangan
volume cairan

NOC:Fluid Balance
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
Bebas dari tanda dehidrasi
Menunjukkan penambahan berat
badan 20-30 gram/hari

takipnea, apnea, letargi,


fluktuasi suhu
NIC
1. Bandingkan masukan dan
1.
pengeluaran urin setiap shift
dan keseimbangan kumulatif
setiap periodic 24 jam.
Pertahankan catatan ukuran
mengenai jumlah darah yang
diambil untuk tes laboraturium
2. Pantau berat jenis urin setiap
selesai berkemih atau setiap 2-4 2.
jam dengan menginspirasi urin
dari popok bayi bila bayi tidak
tahan dengan kantong
penampung urin
3. Evaluasi turgor kulit, membrane
mukosa, dan keadaan fontanel
anterior
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan
tekanan arterial rata-rata (TAR)

pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,


sementara kebutuhan terapi cairan
kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada
hari pertama, meningkat sampai
120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga
postpartum. Pengambilan darah
untuk tes menyebabkan penurunan
kadar Hb/Ht.
Meskipun imaturitas ginjal dan
ketidakmampuan untuk
mengonsentrasikan urin biasanya
mengakibatkan berat jenis yang
rendah pada bayi preterm (rentang
normal 1,006-1,013). Kadar yang
rendah menandakan volume cairan
berlebihan dan kadar lebih besar
dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan
dan dehidrasi
3. kehilangan atau perpindahan cairan
yang minimal dapat dengan cepat
menimbulkan dehidrasi, terlihat
oleh turgor kulit yang buruk,
membrane mukosa kering, dan
fontanel cekung
4. kehilangan 25% volume darah
mengakibatkan syok dengan TAR
kurang dari 25 mmHg menandakan

5.

Risiko infeksi

NOC: Infection Control


Self Care: Hygiene
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Bebas dari tanda infeksi
memenuhi perawatan tali pusat
memenuhi hhygiene bayi

hipotensi
5. Kolaborasi
5. dehidrasi meningkatkan kadar Ht di
Pantau pemeriksaan
atas nilai normal 45-53% kalium
laboraturium sesuai dengan
serum
indikasi Ht
6. penggantian cairan darah
Berikan infus parenteral dalam
menambah volume darah,
jumlah besar dari 180 ml/kg,
membantu mengembalikan
khususnya pada PDA, dysplasia
vasokonstriksi akibat dengan
bronkopulmonal (BPD), atau
hipoksia, asidosis, dan pirau kanan
enterokolitis nekrotisan (NEC)
ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan
dan dysplasia bronkopulmonal
NIC: Self Care: Bathing
1. Monitoring vital sign
1. Mengetahui bayi mengalami
sebelm/sesudah memandikan
hipotermiatau tidak
2. Mandikan bayi secara rutin
2. Menjaga kebersihan badan bayi
3. Ganti line/popok secara rutin
3. Menjaga kebersihan badan bayi
4. Bersihkan lingkungan sekitar
4. Menjaga kebersihan lingkungan
bayi
sekitar bayi
5. Lakukan perawatan tali pusat
5. Menjaga kebersihan tali pusat
secara rutin
6. Menjaga kebersihan tali pusat
6. Jaga kebersihan tali pusat

DAFTAR PUSTAKA
Amru, S. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Osbtetri Fisiologi, Obstetric
Patologi. Jakarta: EGC.
Bulechek, GM., Butcher, HK dan Dochterman, JM. 2008. Nursing Interventions
Classifications (NIC). Michigan University: Mosby elsevier.
Farrer, Helen. 2009. Perawatan Maternitas edisi 2. Jakarta : EGC
Moorhead, S., Maas, ML. dan Johnson, M. 2008. Nursing Outcome Classification
(NOC). Mosby Elsevier.
NANDA. 2009. Nursing Diagnosis NANDA: Definition and Classification 20092011.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, AB. Dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Sarwono. E., dkk. 2005.Bayi Berat Lahir Rendah, dalam : Continuing Education
Ilmu Kesehatan Anak, Editor : Sarwono. E., Dr., dkk, No 6, FK Unair/ R. S.
U. D Dr., Soetomo, Surabaya, Desember 1982 : 65 78.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sop Rom
    Sop Rom
    Dokumen9 halaman
    Sop Rom
    Sufyan Stauri
    Belum ada peringkat
  • Sop Rom
    Sop Rom
    Dokumen9 halaman
    Sop Rom
    Sufyan Stauri
    Belum ada peringkat
  • Sop Rom
    Sop Rom
    Dokumen9 halaman
    Sop Rom
    Sufyan Stauri
    Belum ada peringkat
  • LP HHF
    LP HHF
    Dokumen49 halaman
    LP HHF
    Sufyan Stauri
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Galeazzi
    LP Fraktur Galeazzi
    Dokumen37 halaman
    LP Fraktur Galeazzi
    Sufyan Stauri
    Belum ada peringkat