Anda di halaman 1dari 12

ADVOKASI DAN KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

OLEH:
USWATUN KHASANAH
14011103004

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015/2016

ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN


Advokasi secara harfiah berarti pembelaan , sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan . Istilah advokasi mula mula digunakan dibidang hokum atau
pengadilan . Advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan ,
bantuan , atau dukungan terhadap program kesehatan .
Menurut Wobster Encyclopedia advokasi adalah act of pleading for supporting or
recommending active espousal atau tindakan pembelaan , dukungan , atau rekomendasi :
dukungan aktif menurut ahli retorika ( foss and foss , et al : 1980 ) Advokasi diartikan sebagai
upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran , rasionalisasi , argumentasi dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu hal .
Menurut Johns Hopkins ( 1990 ) Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kabijakan publik
melalui bermacam macam bentuk komunikasi persuasip . Dari beberapa catatan tersebut ,
dapat disimpulkan secara ringkas , bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen , yang dilakukan secara persuasip dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat sehingga advokasi dapat diilustrasikan sebagai berikut
PROSES DAN ARAH ADVOKASI
Istilah Advocacy / Advokasi dibidang kesehaan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
pendidikan atau promosi kesehatan . WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif menggunakan strategi pokok , yaitu :
1. Advocacy ( advokasi ) ,
2. Sosial support ( dukungan social ) ,
3. Empowermen ( pemberdayaan masyarakat ) .
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan . Oleh karena itu
yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan ( policy
makers ) atau pembuat keputusan (decision makers ) baik di institusi pemerintah maupun
swasta .
ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut
efektif . Kiat kiat agar komunikasi advokasi efektif antara lain sebagai berikut :
1. Jelas ( clear ) : pesan yang akan disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian
rupa sehingga jelas , baik isinya maupun bahasa yang digunakan .
2. Benar ( correct ) : apa yang disampaikan ( pesan ) harus didasarkan kepada kebenaran .

3. Konkret ( concrete ) : apabila petugas kesehatan dalam advokasinya mengajukan usulan


program yang dimintakan dukungan dari pejabat terkait , maka harus dirumuskan dalam
bentuk yang kongkrit ( bukan kira kira ) atau dalam bentuk oprasional .
4. Lengkap ( complete ) : timbulnya kesalah pahaman atau mis komunikasi adalah karena
belum atau tidak lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain .
5. Ringkas ( concise ) : pesan komunikasi harus lengkap , tetapi padat , tidak bertele tele.
6. Meyakinkan ( convince ) : Agar komunikasi advokasi kita diterima oleh para pejabat ,
maka harus meyakinkan .
7. Kontekstual ( contextual ) : advokasi kesehatan hendaknya bersipat kontekstual , artinya
pesan atau program yang akan di apokasikan harus diletakkan atau dikaitkan dengan
masalah pembangunan daerah yang bersangkutan .
8. Berani ( courage ) : seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada
para pejabat , harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para
pejabat yang bersangkutan .
9. Hati hati ( coutious ) : meskipun berani , tetapi harus berhati hati dan tidak boleh
keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat , hindari sikap menggurui para
pejabat yang bersangkutan .
10. Sopan ( courtous ) : disamping hati hati , advokator harus bersikap sopan , baik sopan
dalam tutur kata maupyn penampilan pisik , termasuk cara berpakaian .
PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik , tetapi mencakup kegiatan persuasip ,
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para
pemimpin institusi .
Tujuan advokasi yaitu :
1. Komitmen politik ( political commicment ) Komitmen para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan
peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat , misalnya untuk pembahasan
kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencanangan indonesia sehat 2010 oleh
presiden . Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik .
2. Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah
memperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat berupa undang
undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan pimpinan institusi
baik pemerintah maupun suasta .

3. Penerimaan sosial ( socil acceptance ) : penerimaan sosial artinya diterimanya suatu


program oleh masyarakat . Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen
dan dukungan kebijakan , maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut untuk memperoleh dukungan .
4. Dukungan sistem ( sistem suport ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka
perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung .
METODE DAN TEKHNIK ADVOKASI
Metode atau cara dan tehknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam macam :
1. Lobi politik ( political lobiying ) Lobi adalah berbincang bincang secara informal
dengan para pejabat untuk mengimpormasikan dan membahas masalah dan program
kesehatan yang akan dilaksanakan .
2. Seminar / presentasi : Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas
program dan lintas sektoral .
3. Media Advokasi media ( media adpocasy ) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan
menggunakan media , khususnya media masa .
4. Perkumpulan ( asosiasi ) peminat Asosiasi atau perkumpulan orang orang yang
mempunyai minat atau interes terhadap permasalahan tertentu atau perkumpulan propesi ,
juga merupakan bentuk advokasi .
ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah , memerlukan
argumentasi yang kuat . Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam
melakukan kegiatan aplikasi antara lain :
1. Creadible : Credibilatas ( creadible ) adalah suatu sipat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya .
2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tekhnik , politik ,
maupun ekonomi dimungkinkan atau layak .
3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2
kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan benar benar memecahkan
masalah yang dirasakan masyarakat .
4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus mempunyai
urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan
menimbulkan masalah yang lebih besar lagi .

5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut harus
mempunyai prioritas yang tinggi
LANGKAH LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap persiapan adalah Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan /
materi atau bukti informasi instrumen advokasi . Bahan advokasi adalah : data yang
dikemas dalam bentuk tabel , grapik atau diagram yang menjelaskan besarnya masalah
kesehatan , akibat atau dampak masalah ,dampak ekonomi , program yang diusulkan
/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan adalah Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara
advokasi.
3. Tahap penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikaror
sebagai berikut :

a. Softwer,misalnya : dikeluarkannya UU,PP,Perda,KepMen,SK Bupati,MOU,dsb

b. Hardwer,misalnya : meningkatkannya anggaran kesehatan,adanya

UNSUR DASAR ADVOKASI


1. Penetapan tujuan advokasi, Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat
kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil
tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik.
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, Adanya data dan riset untuk pendukung
sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar.
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, Bila isu dan tujuan telah disusun,upaya advokasi
telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat membuat
keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam pembuatan
keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media masa dan
masyarakat.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, Khalayak sasaran berbeda bereaksi
tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia
mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah
tertentu.
5. Membangun koalisi, Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah
orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana
situasi dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi
merupakan suatu hal yang relatif baru.

6. Membuat persentasi yang persuasif, Kesempatan untuk mempengaruhu khalayak sasaran


kunci sering sekali terbatas waktunya.
7. Penggalangan dana untuk advokasi, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi
memerlukan dana.
8. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 4 pendekatan dalam advokasi :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media masa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa.

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


Indonesia sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh departemen kesehatan, mempunyai
visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam
lingkunganan prilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yang harus
dilaksanakan beriringan :
1. Mengerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.

Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada sektor
kesehatan saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan dai semua semua faktor
pembangunan, oleh karena itu semua sektor harus saling bahu membahu mewujududkan misi
indonesia sehat 2010. memang departemen kesehatan yang paling bertanggung jawab namun
dalam mengiplementasi kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor
lain baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan pemrakarsa
dalam menjalin kerjasama atau kemitraan ( partnership ) dengan sektor terkait
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.dengan demikian untuk
membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling
percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada
kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama,
kesediaan untuk berkorban
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya
(3M) tersedia ( input ), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama,seminat
( proses ), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (
output ), membaiknya indikator derajat kesehatan ( outcome )
A. Pengertian Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
B.
1.
2.
3.
4.

Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,


b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
C. Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian
terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya
informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus
mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan
sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
D. Prinsip Prinsip Kemitraan
1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari
kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan.
Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif
dan kapasitas operasional yang konkrit
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota
yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan
konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk
transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan
rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para
peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain
serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling

menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran


pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh
tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat.
Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap
sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk
mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang
dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihankelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas
lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset
lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa
harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan
1. Policy-makers (pengambil kebijakan)
2. Health managers
3. Health professionals
4. Academic institutions
5. Communities institutions
E.

RuangLingkupKemitraan
Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan.

F.

Tahap tahap Kemitraan


Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu:
Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas
organisasi, yang mencakup:
Unsur pemerintah
Unsur swasta atau dunnia usaha
Unsur LSM da organisasi massa
Unsur organisasi profesi

1.
2.
3.
a)
b)
c)
d)

G. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

1.
2.

3.
4.

5.
6.

Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban
bagi semua pihak.
Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti
masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan,
dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.

H. Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
1. Meningkatkan saling pengertian
2. Meningkatkan saling percaya
3. Meningkatkan saling memerlukan
4. Meningkatkan rasa kedekatan
5. Membuka peluang untuk saling membantu
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
7. Meningkatkan rasa saling menghargai
Hasil yang diharapkan :
Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.
I.

Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.

J.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

6 langkah pengembangan kemitraan :


penjajagan/persiapan,
penyamaan persepsi,
pengaturan peran,
komunikasi intensif,
melakukan kegiatan, dan
melakukan pemantauan & penilaian.

K. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
1.
Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3.
Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi
yang ada.
L.
1.
2.

3.

Indikator keberhasilan dalam kemitraan


Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan
yang dijalankan.
Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas
dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

DAFTAR PUSTAKA
https://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/advokasi-dalam-promkes/
https://www.scribd.com/doc/76634404/MAKALAH-ADVOKASI
https://www.scribd.com/doc/54173398/Kemitraan-Dalam-Pembangunan-Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai