Tugas Mandiri MK - Epidemiologi
Tugas Mandiri MK - Epidemiologi
NPM : 13119145
MATERI KELOMPOK 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI
A. PENGERTIAN EPIDEMIOLGI
Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang suatu penyebaran penyakit pada
seseorang, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada seseorang dan cara
penanggulangannya.
B. MANFAAT EPIDEMIOLOGI
1. membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Yaitu membantu pekerjaan dalam perencanaan (planning) dari pelayanan kesehatan,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluation) suatu upaya kesehatan
2. dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkahlangkah penanggulangan selanjutnya,baik yang bersifat pebcegahan ataupun yang bersifat
pengobatan
3. dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit
4. dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
Karena epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan,
maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah kesehatan tersebut. Keadaan yang
dimaksud disini merupakan perpaduan dari keterangan menurut cirri-ciri manusia, tempat dan
waktu
Perpaduan cirri ini pada akhirnya menghasilkan 4 (empat) keadaan masalah kesehatan yaitu :
a. EPIDEMI
adalah : keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umunya penyakit) yang ditemukan pada
suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
b. PANDEMI
adalah : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumya penyakit) yang ditemukan
pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat
tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
c. ENDEMI
adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umunya penyakit) yang frekunsinya
pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu lama
d. SPORADIK
Adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umunya penyakit) yang ada disuatu
wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu
C. TUJUAN EPIDEMIOLOGI
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang bhendak dicapai dalam epidemiologi
adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan
makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan
penyebabnya.
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paruparu dengan asbes, rokok dengan penyakit jantung dan hubungan-hubungan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya
3. Menentukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan heawan konsisten dengan
data epidemiologis
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun perencanaan, penanggualangan masalah kesehatan, serta menentuka prioritas
masalah keseahatan masyarakat
Sedangkan tujuan epidemiologi menurut Risser (2000), Gordis (2000), Gerstman (1998),
Kleinbaum (1982) dapat di simpulkan sebagai berikut :
Mendeskripsikan Distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah suatu penyakit atau
keadaan kesehatan populasi.
Menjelaskan etiologi penyakit.
Meramalkan kejadian penyakit.
Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi.
MODEL SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI
HOST
AGENT
ENVIRONMENT
Gambar 1.
Keadaan Seimbang
HOST
AGENT
ENVIRONMENT
Jumlah bertambah
Gambar 2.
Pada gambar di atas tampak bahwa ketidakseimbangan antara agen, penjamu, dan
lingkungan dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Sedangkan pada gambar di
bawah ini (2)
AGENT
HOST
ENVIROMENT
Manusia rentan
Gambar 3.
HOST
AGENT
AGENT
HOST
ENVIRONMENT
Environment/Lingkungan berubah
Gambar 5.
Berikut ini adalah contoh interaksi yang terjadi antara agen, penjamu dan lingkungan:
1. Agen Lingkungan
Agen dipengaruhi Lingkungan. Misalnya ; ketahanan bakteri terhadap sinar matahari
2. Penjamu Lingkungan
Host dipengaruhi lingkungan. Misalnya ; ketersediaan fasilitas kesehatan
3. Penjamu Agen
Agen berada dalam diri Penjamu. Timbul gejala-gejala klinis dan kekebalan. Dapat
sembuh, kematian, atau carrier
4. Interaksi Agen Penjamu Lingkungan
Saling mempegaruhi dan menginisiasi timbulnya suatu proses penyakit
PEJAMU (HOST)
Host adalah manusia yg ditumpangi penyakit. Yang dimaksud faktor pejamu adalah semua
faktor yg terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan
suatu penyakit. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dimana
bergantung pada karakteristik yg dimiliki masing-masing individu.
Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain
1. Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga
2. Bentuk anatomis tubuh
3. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
4. Status kesehatan, termasuk status gizi
5. Keadaan kuantitas dan respon monitors
6. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial
7. Pekerjaan, dll. (2)
Penjelasan:
a. Usia
Usia menyebabkan perbedaan penyakit yang diderita. Misalnya penyakit smallpox pada usia
anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.
b. Jenis kelamin
Frekuensi penyakit pada lelaki lebih tinggi dibandingkan frekuensi pada perempuan.
Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada
perempuan; sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
c. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada adat dan kebudayaan
d. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti mongolisme, fenilketonuria,
buta warna, hemofilia dll
e. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan, seperti
keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dll.
f. Nutrisi
Gizi buruk mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan
gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lain-lain.
g. Status kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya
seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
h. Adat
Ada beberapa adat yang dapat menimbulkan penyakit. Misalnya kebiasaan makan ikan
mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
i. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan.
j. Psikis
Faktor kejiwaan seperti stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus
peptikum, depresi insomnia dll. (2,5)
1. Cumulative Insidence
Cumulative insidens adalah proporsi individu yang pada awal periode pengamatan
berada dalam kategori tidak sakit, yang berpindah ke kategori sakit selama periode
pengamatan.
2. Insidence Rate atau Insidence Density
Insidens rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status penyakit per
satuan waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu.
STATISTIK VITAL
Secara etimologis kata "statistik" berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat (bahasa
Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi negara
Informasi kependudukan (demografi) dan data statistic vital memang berguna untuk
bidang epidemiologi, kesehatan masyarakat dan layanan kesehatan masyarakat yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber. Dari sekian banyak sumber data, beberapa diantaranya
memiliki kegunaan yang lebih dibandingkan sumber lainnya bagi epidemiologi
Data Statistik Vital
Data statistik vital disebut juga kejadian vital yang mengacu pada proses
pengumpulan data dan penerapan metode statistik dasar pada data tersebut guna
mengidentifikasi fakta-fakta kesehatan yang vital di dalam sutau masyarakat, populasi
atau wilayah tertentu. Data morbiditas, mortalitas, pernikahan, perceraian, kelahiran
semuanya merupakan data statistik vital.
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika, dan kondisi fisiologis. Contoh penyakit yang
hanya menyerang wanita : karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista
ovarii, dan adneksitis. Contoh penyakit yang hanya menyerang pria : karsinoma penis, orsitis,
hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
Faktor golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki
kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan etnik dibedakan atas
ras, dan etnik atau suku bangsa. Pengelompokan menurut ras lebih didasarkan pada warna
kulit dan bentuk tubuh. Dikenal 3 ras utama, yakni caucasoid, negroid, dan mongoloid.
Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan dengan ras yaitu sicle cell
anemia. Sedangkan pengelompokan dalam suku bangsa (etnik) didasarkan pada tempat
tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi, maupun susunan
makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan
oleh hal-hal tersebut. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit malaria ataupun
filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.
2. Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis hubungan antar
fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar efek,
terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan terhadap
fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa intervensi peneliti.
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan
sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
Pada penelitian kohort dilakukan perbandingan antara kelompok terpapar dengan kelompok
tidak terpapar kemudian dilihat akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau period time approach. Karena faktor
risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang ingin dilihat adalah efeknya, maka penelitian ini
desebut penelitian prospektif, yaitu melihat kedepan kejadian yang berhubungan dengan
kesakitan.
Penelitian diawali dengan kelompok yang terpapar faktor resiko dan kelompok yang tak
terpapar faktor resiko selanjutnya diikuti dalam jangka waktu yang ditentukan kemudian
dievaluasi timbulnya penyakit atau tidak timbul penyakit pada kedua kelompok. Penelitian ini
disebut juga incidence study karena dengan penelitian ini diperoleh insiden suatu penyakit
(Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort, juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari sejumlah
kelompok orang (kohort) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup
berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian potensial penyakit atau outcome. Kelompokkelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari
penyakit) tetapi memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan
insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohort. Ciri-ciri lainnya
dari studi kohort adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi dari masing-masing
kelompok studi (Kuntoro, H. 2006.).
Ada beberapa kelebihan dalam studi kohort. Pertama, studi kohort dilakukan sesuai dengan
logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan
menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti
dapat menghitung laju insidensi. Ketiga, studi kohort sesuai untuk meneliti paparan yang
langka (misalnya faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohort memungkinkan peneliti
mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi kohort
prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status
paparan adalah kecil, sebab penyakit yang diteliti belum terjadi. Keenam, karena bersifat
observasional, maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan
terapi yang bermanfaat (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan studi kohort
prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol
atau studi kohort retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari
penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar atau prevalensi penyakit pada kelompok
terpapar cukup tinggi. Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat,
karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi
kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk
penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung (Kuntoro, H. 2006.).
2) Studi kasus control / case control study / studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor
penyebab penyakit.
Pada penelitian kasus kontrol dilakukan perbandingan antara kelompok populasi yang
menderita penyakit dengan yang tidak menderita penyakit kemudian dicari faktor
penyebabnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau
period time approach. Karena yang diketahui adalah efek dan yang ingin dilihat adalah
faktor risiko maka sifat penelitian ini disebut penelitian retrospektif yaitu melihat kembali
kebelakang kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.
Penelitian diawali dengan penentuan kelompok disease dan kelompok non disease.
Selanjutnya di lacak kemungkinan adanya faktor resiko di masa lampau yang ada kaitannya
dengan timbulnya disease yang dipelajari. Dalam melacak adanya faktor resiko tentunya
ada kelemahannya yaitu bias karena individu diminta untuk mengingat tentang apa yang
pernah dialaminya dalam terpapar faktor resiko di masa lampau. Bias tersebut dikenal dengan
recall bias. Peluang bias lebih besar pada kelompok non disease dibandingkan kelompok
disease (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam
studi kasus kontrol, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk
dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan
kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan
menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang
dipelajari (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular
belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kelebihan studi kasus kontrol anatara lain,
relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak
menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun
penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah studi kasus
kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan logika eksperimen klasik.
Logika normal penelitian hubungan kausal paparan dan penyakit lazimnya diawali dengan
identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode tertentu untuk
melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang
sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahankelemahan yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparanpaparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik populasi
yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih berdasarkan status
penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit
(Kuntoro, H. 2006.).
3) Studi Cross Sectional Study / studi potong lintang / studi prevalensi atau survey yaitu
merupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek
dengan pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu waktu tertentu. Disebut juga
penelitian transversal karena model yang digunakan adalah Point time Approach.
Pendekatan suatu saat bukan dimaksudkan semua subyek diamati pada saat yang sama
melainkan tiap subyek hanya diamati satu kali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu
karakter atau variabel pada saat pemeriksaan.
Penelitian ini disebut juga prevalence study karena dari penelitian ini diperoleh prevalensi
suatu penyakit. Penelitian ini disebut juga correlational study karena bisa digunakan untuk
mengukur kuatnya hubungan antara faktor resiko dengan penyakit. Dikatakan crosssectional study karena faktor resiko dan penyakit diamati pada waktu yang bersamaan.
Penelitian ini tidak bisa digunakan untuk membuktikan hubungan sebab akibat (Kuntoro, H.
2006.).
Cross-sectional studi ini adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan
studi ini adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya
pada populasi sasaran (Kuntoro, H. 2006.).
Kelebihan studi belah lintang ialah mudah untuk dilakukan dan murah, sebab tidak
memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian sekadar mendeskripsikan distribusi penyakit
dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi potong lintang adalah rancangan
studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, studi belah-lintang
tak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan
faktor resiko (Kuntoro, H. 2006.).
Kelemahan studi belah-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas penilaian hubungan kausal
yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus
mendahului penyakit) sulit untuk dipenuhi pada studi ini (Kuntoro, H. 2006.).
2.
3.
Pertimbangan Program
4.
1.Opportunistik screening
Adalah penjaringan yang dilakukan pada pasien yang datang untuk memeriksakan
kesehatannya
2.Mass Screening
Adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan populasi secara keseluruhan)
3.Selectiv Screening
Adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
4.Singgle Disease Screening
Adalah screening yang dilakukan padasatu jenis penyakit saja
5.Multiphasic Screening
Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode tertentu
6.Chase Finding Screning
Adalah screening yang dilakukan karenapenemuan kasus baru
7.Penyaringan Yang Ditargetkan
Penyaringan yang dilakukan pada kelompok-kelompok yang terkena paparan yang spesifik.
3. Cara Melakukan Screening Dalam Epidemiologi.
Dapat dilakukan secara massal pada suatu penduduk tertentu. Berat dari segi operasional di
lapangan, biaya
Dilakukan seacar selectif maupun random terutama mereka dengan risiko yang lebih besar.
Misalnya : pemeriksaan HIV (PSK, Waria)