PENDAHULUAN
1.1.
Skenario Kasus
Seorang anak berumur 8 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo Klinik
KGA bersama ibunya, mengeluhkan benjolan di bibir bawah berwarna
serupa warna bibir. Benjolan tersebut baru disadari sekitar 4 hari lalu. Pasien
mengeluhkan benjolan itu semakin mengganggu proses makan dan bicara.
Awalnya, sang ibu mengira itu hanya sariawan saja sehingga hanya
dibiarkan saja selama 3 hari terakhir, namun ternyata benjolan semakin
membesar berukuran sampai kira-kira 1 cm sehingga dibawa ke RSGM.
Dari anamnesis diketahui gigi anak terawat baik namun suka menggigit bibir
Riwayat keluarga meliputi kondisi kesehatan kerabat dan orangorang yang memiliki hubungan darah dengan pasien
-
(Kolar,
2013).
Riwayat Sosial dan Pekerjaan
Pertama-tama, dilakukan wawancara dimana pasien diminta untuk
mendeskripsikan tuntutan pekerjaan mereka dan kondisi mereka
saat bekerja. Penting untuk mengetahui kebiasaan pasien saat
bekerja, misalnya kebanyakan dari waktu kerjanya ia habiskan
dengan posisi berdiri atau duduk dan gerakan-gerakan apa yang
sering pasien lakukan saat bekerja, seperti mengangkat barang, dan
sebagainya. Ditanyakan juga kondisi lingkungan kerja pasien,
seperti pencahayaan dan suhu area kerja. Bisa juga ditanyakan
apakah mereka puas dengan pekerjaan mereka atau ingin berganti
pekerjaan. Bila ingin berganti, bisa ditanyakan alasannya.
Informasi mengenai hubungan antar anggota keluarga juga penting.
Informasi yang dikumpulkan meliputi hubungan dengan keluarga
dan pasangan, jumlah anak, kondisi keuangan, dan keluarga secara
keseluruhan.Selain itu, bisa juga ditanyakan olah raga apa yang
senang ia lakukan karena selama berolah
raga, sangat
7
8
9
ibunya
Suka makan apa? Kemarin waktu makan sakit ga? *mengangguk
Kalau di rumah main apa aja? Waktu main, sakit ga? Nggak
Kalau sikat gigi berapa kali sehari? *anak menggigit bibir* habis
mandi
10 Kalau sebelum tidur apa saja yang Cherry lakukan? *tidak
menyebutkan sikat gigi
Anamnesis pada orang tua (ibu anak)
Selamat siang ibu, gimana bu? Ada yang bisa saya bantu? Gini dok, anak saya
ngeluh ada benjolan di bibir bawahnya, setelah saya cek, benjolan kecil bening
dok.
1
2
3
4
5
bibir, mengganggu
Sejak kapan keluhannya muncul? 4 hari yang lalu dok
Sudah pernah diobati dengan apa saja? Belum dok, saya piker hanya
6
7
sariawan
Cherry sudah pernah ke dokter gigi atau belum? Belum dok
Kondisi saat tidur bagaimana? Nyenyak atau terganggu? Nyenyak
Gejala-Gejala Subjektif
Benjolan yang sulit membuat sulit bicara dan makan, meski
rasa nyeri yang dirasakan belum ada
Riwayat Pasien
Nama
Cherry Berry
Kebiasaan
Menggigit bibir bagian bawah
Pekerjaan ibu
Dosen
Pekerjaan ayah
Pengusaha
Keluhan
Belum ada rasa nyeri yang
Riwayat
Riwayat kesehatan gigi
dirasakan
Gigi dalam keadaan baik
Belum pernah ke dokter gigi
sebelumnya
Agak cemas
setiap perawatan
Sikap orang tua terhadap
Cukup kooperatif
Riwayat Gigi
Riwayat Alergi
Riwayat sosial dan
lingkungan tempat
perawatan gigi
Tidak ada riwayat alergi
Air minum belum terfluoridasi
tinggal
1.1.2 Pemeriksaan Klinis/Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran Umum
Penilaian gambaran umum harus dimulai sebelum anak duduk di kursi
gigi. Jika dokter gigi secara personal mejemput anak di ruang tunggu
menuju klinik, merupakan kesempatan yang sangat baik untuk
mengobservasi tinggi anak, proporsi, postur, kepala, mulut, pernapasan,
dan gaya berjalan anak. Penilaian ini kengindikasikan ada atau tidaknya
gangguan
pertumbuhan,
kelainan
sistem
saraf
pusat,
kelainan
Jumlah dan tipe erupsi gigi, iregularitas dan asimetri diperhatikan (Koch
dan Poulsen, 2009).
g. Pemeriksaan Penunjang
Kasus ini perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes alergi
dikarenakan pada proses perawatanya itu frenektomi diperlukan anastesi.
Dikarenakan pasien belum mengetahui apakah ia memiliki alergi terhadap
larutan anastesi tertentu maka sebaiknya dilakukan tes alergi sebelum
dilakukan pembedahan (Koch dan Poulsen, 2009).
Gambaran Umum
Pemeriksaan
Massa atau
pembengkakan lunak
Intraoral
yang berfluktuasi
-
berukuran 1 cm
Warna benjolan serupa
warna bibir
Pemeriksaan Jaringan
Periodontal
periodontal
Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan Penunjang
1.4. Prognosis
Prognosis untuk perawatan mucocele pada bibir adalah excellent selama
prosedur eksisi bedah dilaksanakan dengan baik atau tidak ada duktusduktus lain yang terpotong, maka pasien tidak perlu khawatir akan terjadi
kekambuhan. Akan tetapi jika mucocele tersebut muncul pada lidah maka
besar kemungkinan terjadi kekambuhan dikarenakan lokasi glandula
salivarius yang letaknya dalam dan berhubungan dengan otot-otot lidah,
sehingga prosedur pembedahan dapat membahayakan struktur-struktur
tersebut. Jika prosedur perawatan yang dilakukan hanyalah insisi mucocele
atau marsupialisasi maka ada kemungkinan mucocele tersebut rekuren
dikarenakan pada saat regenerasi epitelium dapat menghasilkan reakumulasi
sekresi cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
Ada dua etiologi krusial dari mucocele, yaitu trauma dan obstruksi glandula
salivarius (Ata-Ali, 2010).
a. Trauma. Seringkali mucocele disebabkan oleh trauma lokal, seperti bibir
yang sering tergigit pada saat sedang makan (www.cs.unsyiah.ac.id).
b. Obstruksi Duktus Glandula Salivarius. Mucocele bisa timbul karena
mekanisme ekstravasasi maupu retensi. Mucocele akibat ekstravasasi
timbul karena adanya kebocoran cairan dari duktus di sekitar jaringan atau
acini. Mucocele tipe ini biasanya terjadi pada glandula salivarius minor.
Trauma juga bisa menyebabkan kebocoran sekresi saliva ke jaringan
submukosa. Mucocele akibat retensi terbentuk akibat dilatasi dari duktus
sekunder dari duktus yang mengalami obstruksi atau akibat sialolith
ataupun mukosa yang padat (Ata-Ali, 2010) atau dengan kata lain akibat
sumbatan pada saluran kelenjar liur (Sudiono, 2001).
Dari kasus yang terjadi pada anak berumur 8 tahun di atas, berarti mucocele yang
timbul kemungkinan merupakan mucocele akibat trauma karena anak tersebut
memiliki kebiasaan untuk menggigit bibirnya.
2.2 Perawatan
Perawatan mucocele dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan
massa. Perawatan mucocele dapat dilaksanakan dengan tindakan bedah ataupun
sekedar aspirasi. Aspirasi mucus pada mucocele tidak memiliki efek
menguntungkan yang lama karena mucoocele akan segera terisi kembali. Dapat
pula dilakukan cryotherapy, tetapi memiliki risiko rekurensi yang besar. Mucocele
tertentu dapat hilang dengan sendirinya tetapi jika didiamkan tanpa perawatan
10
dapat menimbulkan luka jaringan parut. (Jordan, 2013). Pada kasus yang dibahas
dalam makalah ini, perawatan yang dilaksanakan adalah pembedahan eksisi.
Sebelum memulai bedah, dilakukan anestesi terlebih dahulu. Anestesi
lokal biasanya dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien dengan mucocele kecil
pada rongga mulut. Setelah informed consent disetujui, anestesi dilakukan dengan
1% lidokain dengan epinefrin untuk menginfiltrasi daerah di sekitar mucocele.
Dianjurkan untuk menggambarkan batas-batas dari mucocele karena hidrodiseksi
dari infiltrasi local dapat merusak anatomisnya (Myers, 2007).
Setelah dilakukan anastesi lokal, dibuat insisi berbentuk elips di mukosa
sekitar untuk memfasilitasi diseksi pada lesi. Dinding superior kista digenggam
bersama dengan mukosa di atasnya dan dipisahkan dari jaringan sekitarnya
menggunakan gunting.. Selama pembedahan kista harus diambil dengan hati-hati,
karena kista bisa dengan mudah pecah dan mengerut, yang akan mepersulit
pengangkatan lesi. Pengambilan glandula saliva asesoris yang berada di dekat
dasae
eksisi
dapat
mengurangu
kemungkinan
kekammbuhan.
Setelah
pengangkatan lesi, mukosa pada jaringan yang diinsisi dijahit dengan jahitan
terputus (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada kelenjar ludah
(Pedersen, 1996). Hemostasis saat pembedahan dilakukan dengan alat
electrocautery dan luka ditutup dengan benang yang dapat diserap (absorbable),
(Myers, 2007).
11
Pengangkatan mukokel
12
13
trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi
terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika
kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera
disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul
kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah (Sari, 2010)
Untuk menghentikan kebiasaan buruk anak menggigit jari, ada beberapa
hal yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menggigit yang cukup pada
masa
bayi.
Berikan
alternatif
dot
untuk
memenuhi
kebutuhan
menggigitnya
2. Untuk anak di atas dua tahun, diperbanyak aktivitas yang menggunakan
tangannya, seperti motorik halus dalam menggunting, mewarnai, melipat,
bermain puzzle, kreasi lazzy, atau lego sehingga anak tidak akan sering
melarikan jarinya ke mulut
3. Menciptakan perasaan aman dalam diri anak, yaitu rasa bahwa dicintai,
dipahami, dan diterima apa adanya sehingga anak merasa bahagia dengan
keadaannya
4. Membantu anak mengatasi masalahnya. Jika anak terlihat stres, telusuri
apa yang menyebabkannya, keadaan apa yang membuat anak tertekan,
atau siapa yang membuat ia tertekan dan membantu untuk mengatasi
konflik ini
5. Menjaga suasana yang menyenangkan di dalam keluarga sangat mutlak
dilakukan
6. Untuk menangani semua masalah, tingkatkan terus keharmonisan keluarga
dengan menjalin komunikasi dua arah yang menyenangkan dan
melibatkan semua anggota keluarga. Dari hal ini anak merasa tidak
tertekan karena pendapat-pendapatnya juga didengarkan oleh orang tuanya
(Aziz, 2006)
14
nyeri sakit dapat diresepkan obat analgetika seperti aspirin 5-10 mg atau
acetaminophen (Tylenol) 300 mg diminum tiap 4 jam bile diperlukan. . Bagi
pasien dengan komplikasi sistemik berupa demam diberi antibiotic. Antibiotic
untuk kasus tersebut adalah penisilin. Bagi pasien yang alergi terhdap penisilin
dapat diberikan antibiotic lainnya seperti ampisilin dan eritromisin 250 mg
pada awal mula kemudian 125 mg tiap 6 jam untuk 3-4 hari (Grossman,
1995).
Intruksikan kepada pasien untuk kontrol kunjungan pertama setelah
dilakukan perawatan eksisi setelah 24 jam, dressing diganti dan bagian yang
didrainase diperiksa. Akan lebih baik kalau dilakukan kultur ulang terhadap
bahan drainase, karena flora sangat cepat berubah, khususnya dengan adanya
perubahan lingkungan jaringan lokal (dari anaerob menjadi aerob). Evaluasi
klinis pasca bedah meliputi adanya pemeriksaan subjekif dan objektif.
pemeriksaan objektif dilakukan untuk memperoleh data tentang komplikasi
pasca bedah yang memerlukan pemeriksaan fisik antara lain : kontrol
pendarahan, kontrol rasa sakit, evaluasi keadan ekstraoral dan intraoral.
Keadaan ekstraoral dilihat apakah terjadi pembengkakan. (Padersen, 1996).
2.4. Dental Health Education
Edukasi pencegahan mucocele
Salah satu cara untuk mencegah mucocele adalah dengan edukasi yaitu
dengan memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan gigi dan mulut tentang
penyebab-penyebab mucocele, yang umumnya berkaitan dengan kebiasaan
buruk menggigit bibir. Penyuluhan pada anak harus dibuat semenarik
mungkin, atraktif, tanpa mengurangi isinya dan dilakukan berulang-ulang
(Riyanti dan Saptarini, 2009).
Cara lain yang dapat dilakukan oleh dokter gigi anak untuk mencegah
timbulnya mucocele antara lain merekondisi pasien untuk menghindari
kebiasaan yang buruk dengan konseling, teknik relaksasi, dan pemberian
sedatif, serta aplikasi alat perlindungan yang removable agar kebiasaan buruk
menggigit bibir tersebut tidak menimbulkan mucocele pada mukosa bibir
(Bhatia, dkk., 2013).
Selain itu peran orang tua sebagai primary social force untuk
perkembangan anak-anak sejak dari usia dini juga tidak dapat ditinggalkan.
Peran orang tua sangat berpengaruh terutama sebagai role model untuk
15
1.5.
Follow Up
Pasien diperiksa kembali setelah satu minggu pembedahan untuk
menghilangkan jahitan dan diperiksa kembali setelah satu bulan, jika tidak
kambuh atau muncul kembali, selanjutnya pasien hanya melakukan
pemeriksaan rutin saja. (Marathe, 2014)
Gambar pada pemeriksaan satu minggu setelah operasi:
16
(Marathe, 2014)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ata-Ali J, Carrillo C, Bonet C, Balaguer J, Penarrocha M, dan Penarrocha, M.,
2010, Oral Mucocele: Review of the Literature, J Clin Exp Dent, 2(1);e10-13.
Aziz, R.,U., 2006, Jangan Biarkan Anak Kita Tumbuh Dengan Kebiasaan Buruk,
Tiga Serangkai, Solo
Bhatia, S. K., Goyal, A., Kapur, A., 2013, Habitual Biting of Oral Mucosa:
A
Conservation
Treatment
Approach,
Contemporary
Clinical
Dentistry, 4(3):386-389.
Bozorgmehr, E., Hajizamani, A., Mohammadi, T. M., 2013, Oral Health Behavior
of Parents as a Predictor of Oral Health Status of Their Children, ISRN
Dentistry.
Gocke, M.T., 2012, Virginia oral, facial and implant surgery
www.virginiaoralimplantsurgery.com/procedures/pediatric-oral-surgery/newpage-3/
Grossman, L.I., Oliet, S., dan Rio, C.E.D., 1995 , Ilmu Endodontik dalam Praktek,
ed 11, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
18
Hanafiah, J. 2007. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Jordan, R.C.K & Lewis M.A.O, 2013, Oral Medicine, Manson Publishing, Boca
Raton
Koch, Goran dan Sven Poulsen, 2009, Pediatric Dentistry A Clinical Approach
2nd ed., UK, Blackwell Publishing
Ligtenberg, Anton dkk., 2014, Saliva Secretion and Function, Basel : Karger
Marathe,S., Heballe, M., Nisa, S.U.,Harchaman, N. 2014, Oral Mucocele:
Presentation at a Rare Dite with Review, International Journal of Advanced
Health Sciens
Mucocele , diakses dari
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/FilePdf/mucocele.pdf pada 16 November 2015 pukul 22.57.
Myers,
Heidelberg
Pedersen, G.W., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta
Riyanti, E., Saptarini, R., 2009, Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut
Melalui Perubahan Perilaku Anak, Majalah Ilmu Kedokteran Gigi, XI(1).
Sari, E., 2010, Mukokel dan Ranula pada Anak (Laporan Kasus), Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan
Sari, E,, 2010, Oral Mucocele,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/3/Chapter%20II.pdf,
diunduh pada tanggal 18 November 2015 pukul 14.56
Sudiono, J., Kurniadhi, B., Hendrawan, A., dan Djimantoro, B., 2001, Penuntun
Praktikum Patologi Anatomi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Warnakulasuriya, saman dkk., 2014, Oral Medicine and Pathology : a Guide to
Diagnosis and Management, New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher
19
20