Bladder Training
Bladder Training
PENDAHULUAN
inkontinensia urin dan retensi urin. Selain itu, latihan kandung kemih harus dimulai dahulu
untuk mengembangkan tonus kandung kemih saat mempersiapkan pelepasan kateter yang
sudah terpasang dalam waktu lama, dengan tindakan ini bisa mencegah retensi. Hal ini
dilakukan dengan melatih kandung kemih supaya dapat menampung lebih banyak urine,
tanpa merembes atau ada dorongan mendesak untuk berkemih, agar dapat bisa ke kamar
kecil tepat waktunya.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini :
1. Untuk mengetahui defininsi dan tujuan bladder training,
2. Untuk mengetahui indikasi dari intervensi bladder training, serta
3. Untuk memahami prosedur dari bladder training
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Tujuan
Pelaksanaan
-
Membuat daftar catatan untuk jumlah pemasukan cairan. Berikan cairan sekitar 30 menit
sebelum waktu BAK sesuai pola tersebut sebanyak 600-800 cc. Intake cairan ini untuk
membantu proses produksi urine yang adekuat, sehingga merangsang reflek miksi.
Membuat jadwal teratur pengosongan kandung kemih (sesuai waktu kebiasaan miksi
klien, usahakan agar klien mempertahankannya saat klien merasa ingin berkemih baik
urgen atau tidak). Kontraksi dan relaksasi secara teratur akan meningkatkan tonus otot
bladder dan meningkatkan kontrol volunter. Bila rata-rata berkemih lebih dari 60 menit,
maka interval berkemih dijadwalkan setiap jam.
Klien harus berkemih pada waktu yang telah ditetapkan, baik ada keinginan maupun
tidak.
Klien berusaha menahan keinginan berkemih di antara rentang waktu yang dijadwalkan
dengan menggunakan teknik relaksaasi dan distraksi.
4
Lakukan pencatatan dan evaluasi secara teratur. Latihan ini dihentikan apabila tidak ada
kemajuan selama tiga minggu.
Atur posisi senyaman mungkin untuk berkemih dan jaga privasi klien.
Bila jadwal dipenuhi, keberhasilan lebih dari 75%, dan angka kejadian berkemih di luar
kontrol menurun, maka rentang berkemih ditambahkan 30 menit. Bila inkontinensia
masih terjadi ( keberhasilan kurang dari 75%), maka rentang berkemih diturunkan.
Lakukan program latihan untuk meningkatkan tonus otot abdomen dan pelvis melalui latihan
Kegels. Caranya:
1) Posisi klien duduk atau berdiri dengan kaki diregangkan.
2) Kontraksikan rektum, uretra, dan vagina (pada wanita) ke arah atas dalam. Lalu tahan
selama 5 detik. Kontraksi seharusnya dirasakan pada panggul.
3) Ulangi latihan tersebut 5-6 kali pada tahap awal dengan interval waktu. Setelah otot
semakin kuat tingkatkan jumlah latihan sampai akhirnya dapat melakukan sampai 200
kali tiap hari.
Cobakan klien untuk memulai dan menghentikan aliran urine. (Maryam, R. Siti, dkk., 2008 dan
Asmadi, 2008)
Hanya dapat dilakukan pada klien yang fungsi kognitifnya masih baik.
5
Pelaksanaan
-
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal (Japardi, 2002 dalam
Widiatuti, 2012). Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing
(menunda untuk berkemih). (Hariyati, 2000). Terdapat tiga macam metode bladder training :
1. kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul),
2. Delay urination (menunda berkemih), dan
3. Scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008)
Bladder training dapat dilakukan pada pasien anak yang mengalami retensi urin,
inkontinensia urin, dan pada pasien anak yang terpasang kateter dalam waktu yang lama
sehingga fungsi spingter kandung kemih terganggu (Suharyanto, 2008).
Pada waktu latihan kandung kemih perhatikan juga intake cairan yang adekuat
membantu mengurangi kemungkinan infeksi.
pengosongan kandung kemih sesuai waktu kebiasaan miksi klien. Klien harus berkemih pada
waktu yang telah ditetapkan, baik ada keinginan maupun tidak. Maka, klien harus berusaha
menahan keinginan berkemih di antara rentang waktu yang tidak dijadwalkan dengan
menggunakan teknik relaksasi dan distraksi. Sebelum kateterisasi di hentikan bantu pasien
untuk mengosongkan kandung kemih, kateter urin dapat ditutup selama 1-2 jam kemudian
dibuka selama 15 menit. Upayakan untuk memperpanjang interval secara bertahap
ditingkatkan sampai 4 jam karena pasien perlu mengosongkan kandung kemih minimal tiap 4
jam (Swearingen 2000 dalam Widiastuti, 2012).
3.2 Saran
Dengan perkembangan keilmuan sesuai seiring waktu, maka perlu untuk membahas
mengenai ilmu kesehatan khususnya untuk bladder training ini mengingat masalah pada sistem
urinary dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien terlebih karena penulis tidak melakukan
penerapan langsung. Maka perlu dilakukan secara aktual sehingga dapat mengetahui keefektifan dari
intervensi bladder training ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Lutfie, Syarief Hasan. (2008). Penatalaksanaan rehabilitasi neurogenic bladder. Cermin
Dunia kedokteran 165. Volume 35. No. 6
Asmadi. 2008. Teknik Prosedular Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.
(2006).
Asuhan
Keperawatan
pada
Pasien
dengan
Gangguan
inkontinensia
urin
pada
pasien
stoke.Diakses
dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76387&lokasi=lokal
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Widiatuti, Anita. 2002. Perbedaan Kejadian Inkontinensia Urin pada Pasien Post
Kateterisasi yang Dilakukan Bladder training Setiap Hari dengan Bladder training Sehari
Sebelum Kateter Dibuka di BPK RSU Tidar Magelang. Jurnal Kebidanan Poltekkes Semarang.
Padang, John T. 2011. Inovasi Teknologi Keperawatan Dalam Penilaian Kondisi
Kandung Kemih. FIK Universitas Indonesia, Jakarta.
The Joanna Briggs Institute. (2000). Management of short term indwelling urethral
catheters to prevent urinary tract infections. Diakses dari www.joannabriggs.edu.au
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.