Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Konsep Umum Hipertensi Dan Penatalaksanaan


Hipertensi secara Farmakologis dan Nonfarmakologis
PADA LANSIA NY. A

OLEH :
Lia Dewi Mustika Sari

125070200111010

Lia Amalia Rizka

125070200111010

PSIK Reguler 1/4B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik

konsep umum hipertensi serta penatalaksanaan secara farmakogis


dan nonfarmakogis

Sub Topik

Pengertian

hipertensi,

tanda dan gejala

hipertensi,

komplikasi

hipertensi, penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis


Sasaran

Lansia binaan

Tempat

Rumah Klien (Desa Gading Kuloon)

Hari / Tanggal :

Senin / 20 Juni 2016

Waktu

Pukul 13.00- 13.30 WIB (1 x 30 menit)

Pemberi Materi : Lia Amalia Rizka dan Mareta Deka Paraswati

A. Latar Belakang Masalah


Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dari normal. Prevalensi hipertensi meningkat dalam setiap tahun dan menjadi
perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan prevalensi ini
mencerminkan

bahwa

kematian

penduduk

akan

meningkat

akibat

penyakit

kardiovaskuler di negara berkembang (Maher, 2010).


Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini,
mencakup beberapa metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo, 2001). Dengan bertambah umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan
tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Agoes, dkk 2001)
Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartosuro Sukoharjo. Diperoleh hasil ada perubahan sikap setelah diberikan
pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi dari
petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan lansia itu sendiri sehingga
lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam menjalankan diet hipertensi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tumenggung (2013) mengemukakan bahwa
beberapa pasien hipertensi tidak sepenuhnya mematuhi diet dengan alasan tidak tahu
tentang diet hipertensi dan juga kurang mendapatkan perhatian dari keluarga berupa

perhatian emosional dan informasi dalam mendampingi pasien di saat menghadapi


masalah, mendengarkan keluhan pasien tentang perkembangan penyakitnya,
mengurus keperluan sehari-hari seperti menyiapkan makanan sesuai program diet,
mengingatkan makanan yang bisa memperburuk penyakitnya. Sehingga perlu adanya
pemberian edukasi mengenai pentingnya pengelolaan hipertensi terkait hal-hal di
atas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan Ny Asri dapat
mengetahui pengetian, tanda gejala, komplikasi dan penatalaksaan farmokolgis
dan non farmakologis serta dapat melakukan latihan ROM aktif secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 4 x 30 menit, Ny. Siti
murni mampu :
Memahami pengertian, tanda dan gejala, dan komplikasi hipertensi
- Memami tindakan farmakologis (obat oral yang diterima pasien) dan noon
famakolgis (modifikasi pola hidup, pengaturan diit,
C. Metode
1. Ceramah, diskusi dan tanya jawab
Metode ini digunakan untuk penyampaian materi melalui penjelasan kepada klien
dengan cara tatap muka dan mempertahankan kontak mata.
2. Diskusi
Metode ini digunakan untuk saling tukar pendapat, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana klien mampu memahami tentang materi yang telah
disampaikan.
D. Media
Media yang digunakan adalah leaflet yang berisi pengertian, tanda dan gejala,
komplikasi serta penatalaksaan farmakologi dan nonfarmakologi hipertensi.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian hipertensi (angka yang menunjukkan kekanan darah normal dan
2.
3.
4.
5.

abnormal/tinggi)
Tanda dan gejala hipertensi
Komplikasi hipertensi
Penatalaksaan famakologis
Penatalaksanaan nonfarmakologis

F. Kegiatan
Kegiatan Pengajar

Waktu

Kegiatan Peserta

Metode

Media

3 menit

1. Menjawab salam
2. Mendengarkan

Satu arah

Pembukaan
1. Membuka dengan salam
2. Memperkenalkan
diri

pemateri
3. Mempersiapkan

Tanya

Lisan

diri

kembali
3. Menjelaskan topik materi
4. Menjelaskan tujuan dan
penyuluhan
5. Menyampaikan

kontrak

waktu
Pre Test

3 menit

Bertanya

kepada

mengenai

pengetahuannya

Menjawab

pertanyaan yang jawab

klien

diberikan

terhadap hipertensi (meliputi


pengertian, tanda dan gejala,
komplikasi

dan

penatalaksanaan)
15
Penyajian/Materi

menit

1. Menjelaskan:
- Pengertian hipertensi
- Tanda
dan
gejala

dijelaskan

hipertensi
- Komplikasi hipertensi
- Penatalaksanaan
hipertensi

1. Mendengarkan
Ceramah
2. Menyimak
dan
dan
memperhatikan
diskusi
apa
yang

Leaflet

oleh

pemateri
3. Mengikuti review
materi

(farmakologi

yang

diberikan dengan

dan nonfarmakologi)
2. Mereview kemabali inti

baik

materi yang diberikan


8 menit
Diskusi dan tanya jawab
1. Menstimulus
agar

mau

mengenai

Ny.

bertanya
hal

Diskusi,

1. Menjawab

yang

pertanyaan
2. Aktif

bertanya

Tanya
jawab

Lisan

belum dipahami

kepada pemateri

2. Menggali pemahaman
Ny.

dengan

mengenai

konsep

3. Mendengarkan
dengan baik

umum hipertensi dan


penatalaksanaan
hipertensi (Post test)
3. Mengklarifikasi
jika
ada kesalahan
Evaluasi dan Penutup

1 menit
1. Menjawab salam

Satu arah

1. Memberikan kesimpulan
2. Menutup dengan salam
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Susunan acara berjalan sesuai urutan yang telah direncankan dengan tidak
melebihi batasan waktu yang ditentukan.
b. Adanya koordinasi yang baik dengan klien mengenai penyuluhan
c. Materi penyuluhan sudah dipersiapkan H-2
2. Evaluasi Proses
Kegiatan berjalan dengan lancar dengan dukungan antusias warga mengenai
hipertensi ditunjukkan dengan mendengarkan dengan seksama, keaktifan dalam
bertanya, diskusi, dan evaluasi akhir dari materi yang disampaikan dan warga
mengikuti kegiatan dengan baik sampai berakhirnya acara.
3. Evaluasi Akhir
Klien aktif bertanya saat sesi tanya jawab dan menjawab pertanyaan evaluasi
dengan benar.
H. Materi Pembelajaran
Konsep Umum Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnoormal
tekanan darah dalam arteri secara terus-menerus lebih satu periode. Hal ini terjadi
bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban
kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung
dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefiniskan sebagai tekanan darah sistolik

140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg yang terjadi pada
seorang klien pada tiga kejadian terpisah (Udjianti, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan sistole, yang
tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi
dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur dan tingkat sres yang
dialaminya.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII (2003) dalam KeMenKes RI, 2013
dapat dilihat pada tabel berikut:
Klasifikasi

Tekanan

Sistolik Tekanan

Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Stadium I
Hipertensi Stadium II
Hipertensi Stadium III
Hipertensi
Sistolik

(mmHg)
<120
120-139
140-150
>150
>180
140

(mmHg)
<80
80-89
90-99
>100
>110
<90

Diastolik

Terisolasi
2. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Wajan (2010), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Mual (nausea)
3. Muntah (vomiting)
4. Palpitasi/napas pendek/terengah-engah/
5. Pandangan menjadi kabur
6. Telinga berdengung (tinnitus)
7. Sulit tidur
8. Keringat berlebihan
9. Epistaksis/mimisan (jarang dilaporkan)
10. Ansietas
11. Tremor otot
3. Komplikasi Hipertensi
1. Jantung Korooner yaitu mengerasnya pembuluh darah arteri di seluruh tubuh
terutama

di

bertambahnya

jantung.
usia

Pengerasan

penderita.

arteri

Perlu

ini

diketahui

terjadi

seiring

bahwa

otot

dengan
jantung

memerlukan pasokan (suplai) darah yang dibawa oleh arteri koronaria.


Apabila arteri ini menyempit, pasokan darah ke jantung tidak efisien. Ketika
otot jantung bekerja lebih keras, otot jantung tidak mendapatkan pasokan
darah dan oksigen yang cukup. Keadaan ini menyebabkan rasa sakit di dada
yang biasa disebut angina pectoris/miokard iskemia. Jika artei koroonaria

menyempit

dan

kemudian

darah

menggumpal,

otot

jantung

yang

berhubungan dengan artei ini menjadi mati. Keadaan ini disebut arteri
thrombosis/disebut serangan jantung.
2. Payah jantung atau kegagalan jantung yaitu suatu kondisi di mana jantung
tidak lagi mampu memompa darah yang dibutuhkan tubuh, ketidakmampuan
ini akibat lanjutan dari penyumbatan arteri sehingga menggangggu kerja
jantung. Gagal jantung mengakibatkan terbentuknya cairan dalam paru-paru.
Adanya cairan dalam paru-paru menyebabkan napas menjadi pendek.
3. Stroke merupakan suatu kondisi di mana pembuluh darah yang sudah
menjadi pecah. Pecahnya pembuluh darah ini akibat tekanan darah melebihi
kekuata pembuluh darah itu sendiri sementara pembuluh darah itu sendiri
mengalami penyumbatan. Apabila penyumbatan pembuluh darah di bagian
oootak

pecah

akan

mengakibatkan

pendarahan

otak

sehingga

mengakibatkan kematian. Selain karena pecahnya pembuluh darah, stroke


dpaat terjadi akibat penyumbata arteri dari gumpalan darah.
4. Kerusakan ginjal terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah menuju ginjal.
Kerusakan ginjal ini mengakibatkan fungsi ginjal sebagai penyaring darah
terganggu. Ginjal berfungsi menyaring kotoran yang terbawa aliran darah.
Gangguan ginjal ini mengakibatkan kotoran-kotoran ini tidak tersaring
sehingga darah uang penuh kotoran ini beredar ke seluruh tubuh. Kondisi ini
mengakibatan tubuh keracunan. Itulah sebabnya tes darah untuk memeriksa
fungsi ginjal sangat penting artinya bagi siapa saja yang mengalami
hipertensi. Jika penderita sampai mengalami kerusakan ginjal, harus segera
dilakukan cangkok ginjal atau untuk smeentara dilakukan cuci darah.
5. Kebutaan dapat terjadi pada penderita hipertensi akut. Kebutaan ini terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah di mata. Awalnya penderita hanya
mengalami gangguan di mata berupa pandangan kabur, tetapi pada tahap
berikutnya terjadi kebutaan (Widharto, 2007).
Penatalaksanaan Hipertensi
1. Farmakologi
a. Diuretik
Obat antihipertensi goolongan diuretic berkerja dengan cara membuang
kelebihan air dan natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam darah
mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi ringan.
Pemakai obat jenis ini mengalami banyak buang air (kencing). Ada tiga jenis diuretic,
yaitu thiazide diuretic, loop diuretic dan potassium-sparing diuretic:

1) Thiazide diuretic: Chlorotiazide (Diazil, Hydrochlorotiazide, Klorotiazid, Poythiazide


(Reneze),

Indapamide

(Lozol),

Metolazone

(Mykrox)

(Widharto,

2007).

Mekanisme: menghambat reabsorbsi sodium/natrium dan penurunan volume


plasma yang disebabkan reflex peningkatan sekresi renin dan aldosterone. Efek
samping: dapat menimbulkan reaksi alergi berupa ruam kulit, vaskulitis, nefritis,
intertsisialis pankreatitis, dan trombositopenia. Disfungsi seksual juga pernah
dilaporkan pada pria tetapi efek samping ini tidak lazim. Hypokalemia pada pasien
dengan hiperaldosteronisme primer konsentrasi ion K+ <3mmol/L pada dosis
rendah. Beberapa studi menunjukkan penggunaan diuretic berhubungan dengan
kematian tiba-tiba pada pasien predisposisi aritmia ventrikel (Syamsudin, 2011).
2) Loop diuretic: Bumetanide (Bumex), Furosemide (Lasix), dan Torsemide
(Demadex) (Widharto, 2007). Mekanisme lebih kuat dibandingkan dengan tiazid
tetapi memiliki resiko hipovolemia lebih besar. Penggunaan dosis tinggi
furosemide dapat menyebabkan gangguan pendenganran pada pasien dengan
gangguan ginjal (Syamsudin, 2011).
3) Diuretic hemat kalium: Amiloride (Midamor) dan Dyrenium (Widharto, 2007) dapat
digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain.
Reabsorpsi natrium dan kalium dihambat sehingga volume plasma dan cairan
ekstrasel akan berkurang sehingga curah jantung menurun (Syamsudin, 2011).
b. Golongan Beta Blocker
Di antaranya yaitu: atenolol (tenomin), beraxolol (Kerlone), Bisoporol,
Acebutolol, Pindolol, dan Propanol. Mekanisme: memperlambat kerja jantung melalui
pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah dengan
menghambat kerja noradrenalin dan adrenalin (Widharto, 2007). Efek samping:
letargi

impotensi,

perifer

dingin,

eksaserbasi

diabetes,

dan

hyperlipidemia.

Kontraindikasi: pada pasien asma karena dapat mempersempit saluran udara dalam
paru-paru juga, dan payah jantung karena penghambatan kontraksi jantung.
c. Antagonis Kanal Kalsium (Calsium Channel)
Penghambat saluran kalsium sebagai vasodilator yang menurunkan tekanan
darah. Ada dua jenis penghambat saluran kalsiem yaitu:
1) Penghambat saluran kalsium tanpa dihidropiridin antara lain: Diatizem dan
Verapamil
2) Penghambat saluran kalsium dengan digidropiridin antara lain: Amlodipine,
Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Niefedipine dan Nisoldipine.
Efek samping penggunaan obat ini berakibat melebarnya (membuka) semua
pembuluh darah arteriol, termasuk arteriol di otak yang mengakibatkan sakit kepala,
kulit wajah memerah dan pergelangan kaki membesar. Namun, saat ini efek samping
itu dapat dikurangi. Efek lain penggunaan obat golongan ini dapat mencegah

serangan jantung dan stroke (Widharto, 2007). Dengan terjadinya vasodilatasi,


tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema
perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja
langsung untuk mengurangi edema.Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi
dan menurunnya tekanan darah (Muttaqin, 2009).
d. Penghambat ACE
Diantaranya yaitu: Benazepril, Captopril, Enalapril, Fasinopril, Lisinopril,
Meoxipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, dan Trandolapril. Golongan obat ini
berkerja

dengan

menghambat

kerja

enzim

angiotensin

II

(Angitensin-

convertingsystem=ACE). Angiotensin merupakan salah satu hormone yang berperan


dalam menyempitkan pembuluh darah (Widharto, 2007). Efek samping: di antaranya
batuk kering (sering dijumpai) dan angioedema (Tambayaong, 2000). Penghambat
ACE mungkin bermanfaat pada gagal ginjal kronis tetapi harus digunakan hati-hati
dibawah pengawasan spesialis. Perhatian untuk penghambat ACE dan reseptor
antagonis II pada penyakit vascular perifer karena kemungkinan koeksistensi dengan
penyakit renovaskuler (Leatham, dkk., 2003). Sebenarnya penghambat ACE
mempunyai angka keamanan cukup tinggi, asal pemakaiannya diawasi. Obat ini
dapat memperlambat terjadinya kerusakan retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan pada penderita diabetes. Pemakaian penghambat ACE dalam dosis tinggi
dapat mengakibatkan tekanan darah secara tiba-tiba yang justru menyebabkan
kematian, terutama pada penderita yang telah menggunakan obat golongan diuretic.
Keunggulan lain dari pemnghambat ACE yaitu tidak menyebabkan penurunan
mental. Mengingat obat ini tidak sampai otak, berbeda dengan beta-blocker.
e. Alpha-Blocker
Golongan alpha blocker bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin
pada otot-otot dinding pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah
meningkat. Dengan penghambatan adrenalin menyebabkan pembuluh darah
melebar sehingga tekanan darah menurun. Efek samping: biasanya pemberian
alpha-bolcker menimbulkan mulut kering dan rasa pusing. Obat golongan ini antara
f.

lain: Dexazosin, Prazosin, dan Terazosin (Widharto, 2007).


Obat yang Bekerja Terpusat
Jenis ibat ini bekerja dengan mempengaruhi pusat saraf di otak yang
mengendalikan tekanan darah. Obat jenis ini cenderung menimbulkan efek
kelelahan, kelesuan, dan depresi jika dipakai dalam dosis tinggi. Oleh karena itu,
obat jenis ini jarang diresepkan kepada pasien. Obat ini baru diresepkan jika obat
hipertensi lainnya tidak efektif. Beberapa obat hipertensi yang bekerja terpusat antara
lain: Clonidine, Reserpine, Methyldopa, dan Guanfacine (Widharto, 2007).

g. Antagonis Reseptor Angiotensin


Cara kerja obat ini, mirip dengan AE inhibitor. Jika ACE-inhibitor menghambat
aktivitas angiotensin II, tetepai obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor
angiotensin II. Itulah sebabnya obat ini lebih memberikan efek yang lebih efektif
dalam penurunan tekanan darah. Jika ACE inhibitor menimbulkan efek samping
berupa batuk yang sangat mengganggu, pemberian obat jenis ini tidak menimbulkan
batuk. Golongan Antagonis reseptor Angiotensin meliputi beberapa jenis obat berikut:
Candersatan,

Eprosartan,

Irbesartan,

Valsartan,

Losartan,

Olmesartan,

dan

Telmisartan. Di antara obat golongan antagonis reseptor angiotensin, Candersatan


paling banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi. Berdasarkan penelitian
Candersatan merupakan obat antihipertensi masa kini yang paling efektif (Widharto,
2007).
h. Penghambat neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja di perifer)
Penghambat neuron adrenergik merupakan obat anti hipertensi yang kuat
yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan
norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupaun
tahanan perifer menjadi menurun. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling
kuat) dipekai untuk mengendalikan hipertensi berat. Hipertensi ortostatik merupakan
efek samping yang sering terjadi, klien harus dinasehati untuk bangkit perlahan-lahan
dari posisi duduk. Obat-oabatan dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi
i.

natrium dan air (Muttaqin, 2009).


Parasetamol
Untuk menurunkan panas atau menurunkan rasa sakit/nyeri.
Catatan: jika terjadi demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan yang
sebelumnya

tidak

menjadi

keluhan

makan

dapat

menjadi

reaksi

alergi

parasetamol.
2. Non Farmakologi
Hipertensi tidak akan muncul begitu saja. Naiknya tekanan darah biasanya
merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan sudah berlangsung dalam
kurun waktu yang lama. Semua kebiasaan yang buruk dalam kehidupan dan poola makan
yang tidak sehat akan menambah daftar buruk yang memicu terjadinya hipertensi.
1. Pola Makan Sehat
Inti dari makan sehat adalah makan makanan yang mengandung makanan kalori dan
kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan kita.
Hartono (2006) menjelaskan pola makan sehat pasien hipertensi meliputi:
1. Mempertahankan Berat Badan yang normal atau mengukur lingkar perut kurang dari
80 cm.

2. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram per hari (3/4 sendok kecil).
3. Melakukan pembatasan makanan-makanan sbeagai berikut:
Membatasi makanan Banyak mengandung kolesterol dan minyak/Lemak : ayam
broiler/pedaging, cumi, daging merah (sapi, kambing), jerohan (babat usus), hati,
kelapa, keju, kue kering, mentega, margarin, minyak goroeng, otak, santan, susu

sosis, telur puyuh.


Membatasi makanan sumber natrium
Karbohidrat untuk penghasil energy: Biskuit, kraker, roti
Protein dari hewan: Daging kornet, keju, sosis
Protein dari tumbuhan: kecap
Lain-lain: Garam dapur, mentega, saus tomat, soda kue, micin, susu bubuk asam,
coklat bubuk.

Membatasi makanan kaleng, minuman kaleng

4. Makanan yang Boleh dikonsumsi:

Mencukupi Kebutuhan Kalsium: Sayuran hijau, udang kering,es krim susu, keju,

susu bubuk, teri, wader, yoghurt, bayam, jagung.


Mencukupi kebutuhan kalium
Karbohidrat untuk penghasil energy: Singkong, ubi kuning, kentang, terigu
Protein dari Hewan: Daging ayam, daging bebek, daging sapi, saging kambing,
ikan tongkol
Protein dari Tumbuhan: Kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,

Buah-Buahan: Apukat, apel, duku, mangga, papaya, pisang


Sayuran: bayam, bawang putih, daun papaya muda, kol, seledri batang, seledri

daun, Susu coklat


Teh (rendah gula) (Hartono, Andry, 2006)
Ada beberapa panduan pola makan sehat yang dapat dijadikan pedoman dari

penderita hipertensi. Berikut ini urutannya.


a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari. Jika sudah menderita tekanan
darah tinggi sebaiknya kita menghindari makanan yang mengandung garam.
b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, kalsium, dan magnesium. Kalium,
kalsium dan magnesium ini mammpu mengurangi hipertensi.
c. Kurangi minuman beralkohol. Untuk laki-laki yang menderita hipertensi, jumlah
alkohol yang diinginkan maksimal 30 ml/hari dan untuk perempuan 15 ml/hari.
d. Makan sayur dan buah-buahan berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat,
wortel melon dan jeruk.

e. Kendalikan kadar kolesterol. Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh.


Tingginya kolesterol dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya plak-plak yang
menyumbat aliran darah sehingga tekanan darah semakin tinggi.
f.

Kendalikan diabetes jika ternyata menderita diabetes. Konsumsi makanan yang


sehat. Jangan menggunakan obat-obatn diabetes yang memicu komplikasi penyakit
lainnya. Kalau menggunakan obatan tertentu, haruslah dengan pengawasan dokter.

g. Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke


dokter jika menerima pengobatan untuk penyakit tertentu. Mintalah resep obat yang
tidak menaikkan tekanan darah.
h. Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari. Kondisi tubuh yang kurang
istirahat akan menyebabkan tekanan darah naik dan memicu terjadinya hipertensi.
i.

Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi yang


mengandung asam lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

j.

Puasa sangat rutin juga baik untuk mengendalikan tekanan darah


Saat berpuasa terjadi penurunan tekanan darah, berat badan, dan denyut jantung.
Begitu juga dengan beberapa jenis hormon seperti hoormon tiroid (T3, T4), kadar
insulin turun, tetapi kerja insulin yang ada lebih efektif. Selain itu respon tubuh juga
lebih baik terhadap insulin sehingga kadar gula turun selama puasa. Terdapat
beberapa peningkatan jenis hormon, seperti Human Growth Hormon (HGH) yang
dikenal sebagai hormon awet muda. Hormon ini akan meningkatkan regenerasi sel,
peremajaan sel-sel tubuh sehingga seseorang akan lebih muda.

2. Pola Hidup Sehat


Ini sangat penting karena pola hidup sehat akan membuat kita sehat secara
keseluruhan, termasuk penyakit hipertensi.
a. Melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan dara. Bila sudah
dinyatakan menderita tekanan darah tinggi maka pilih olahraga ringan seperti
berjalan kaki, bersepeda, lari santai dan berenang. Lakukan selama 30-40 menit.
Berdasarkan penelitian oleh clinical dan public heatth advisory from nation high blood
pressure program amerika serikat bahwa penurunan BB sebesar 4,4 Kg dapat
menurunkan tekanan darah sampai dengan 7,0 mmHg dan aerobik selama 30 menit
setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4,0 mmHg.
b. Jalankan terapi antistres agar mengurangi stres dan mampu untuk mengendalikan
emosi secara stabil.

c. Berhenti merokok juga berperan penting untuk mengurangi hipertensi. Rokok


mengandung banyak nikotin. Selain buruk bagi tekanan darah, nikotin sangat buruk
bagi kesehatan secara umu. Jika msih sulit menemukan cara untuk berhenti
merokok, konsultasikan dengan dokter.
d. Mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga tiap ada persoalan besar tidak langsung
emosi tinggi dan stres yang memicu naiknya tekanan darah.
e. Mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar
kolesterol, diabetes, BB dan pemicu-pemicu penyakit lainnya.
f.

Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan (Dalimartha Sedawan,


dkk. 2008)
Waspada terhadap berat badan dari hari ke hari semakin meningkat. Ingat, pada
kenaikan BB sekitar 0,5 Kg meningkatkan sekitar tekanan sistolik 1 mmHg dan
diastoolik 0,5 mmHg. Selain itu, kelebihan lemak tubuh akibat BB naik diduga akan
emningkatkan volume plasma, menyempitkan pembuluh darah, dan memacu jantung
untuk bekerja lebih berat (Julianti, dkk., 2005)

IMT = BB dalam Kg
TB dalam m2
Batas Ambang IMT di Indonesia
IMT (Kg/cm2
>17
17-18,5
18,5-25
>25,0 - >27,0
>27,0

Kategori
Keadaan
Kekurangan BB tingkat berat
Kurus
Kekurangan BB tingkat sedang
Kurus
Sesuai
Normal
Kelebihan BB tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan BB tingkat berat
Gemuk
Sumber: DepKes, 2006 dalam Kartikawati, 2009

g. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Cara pengobatan itu akan lebih baik jika
digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis (Dalimartha Sedawan,
dkk. 2008). Dianjurkan bagi orang dewasa untuk membatasi konsumsi sodium, yaitu
tidak lebih dari 2.400 mg sehari atau setara dengan 5 gram (1 sendok teh) garam
dapur. Untuk pasien hipertensi 3 gram (Julianti, dkk., 2005)
h. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau
hipnosis dapat dilakukan untuk mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
i.

Melakukan olahraga, seperti aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.

j.

Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol yang berlebihan (Dalimartha


Sedawan, dkk. 2008).

Kebiasaan merokok dapat menambah beban kerja jantung sehingga mendorong


naiknya tekanan darah. Konsumsi alkohol >250 ml sehari dapat meningkatkan
tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan
arterosklerosis. Akibatnya mempercepat timbulnya penyakit jantung yang lebih parah.
Oleh karena itu, hindari alkohl sama sekali (Julianti, dkk., 2005)
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria,
perokok) atau bila tekanan diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya di atas 130-139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan (Smeltzer dan
Bare, 2002).

3. Sumber Materi
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.

Dalimartha, Sedawan, dkk. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+
Hartonoo, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Julianti, E.D., Nurjana, dan Sooetrisno. 2005. Bebas Hipertensi dengan Terapi
Jus. Jakarta: Puspa Swara.
Kartikawati, Anggi. 2008. Prevalensi dan Determinasi Hipertensi. Skripsi. FKM UI.
Potter & perry, 2006, Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4, EGC, Jakarta.

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Susuilo, Yekti dan Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi.
Yogyakarta: Image Press.
Triyanto, E. 2006. Range of motion. Modul skill lab keperawatan edisi 3 univ. Jenderal
Soedirman NANDA, 2005, Nursing diagnoses; Definitions & Classification, Nanda
Internasional, Philadelphia.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardivaskular. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai