Anda di halaman 1dari 9

MATERI POSTER (HIPERTENSI)

1. DEFINISI
Menurut Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation, and
Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi adalah suatu keadaan seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah
tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda.
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi
harus bersifat spesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah
kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik,
sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik
dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik. Istilah prahipertensi adalah tekanan darah
antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolik (Corwin,
2009: Price, 2005).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi dengan
peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering
pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastole tanpa disertai
peningkatan tekanan sistole lebih sering pada dewasa muda.
2. PENYEBAB
Institut Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami
hipertensi, lebih dari 90% diantaranya menderita hipertensi esensial (primer), dimana
tidak dapat ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer, 2002 & Rubenstein, 2007).
Etiologinya mungkin multifaktorial. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya
bertambahnya usia, obesitas, asupan alkohol berlebihan. Sedangkan hipertensi
sekunder bisa timbul akibat penyakit ginjal, penyakit endokrin (sindrom Cushing,
sindrom Conn, feokromoditoma, akromegali), pil kontrasepsi oral, eklampsia, dan
koaktasio aorta (Rubenstein, 2007).
A. Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu keadaan yang harus mendapat perhatian
khusus. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri).
B. Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan tekanan darah
tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini terutama disebabkan oleh

kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh. Apabila
penderita menjalankan dialisis, penderita masih tetap harus minum obat untuk
menjaga tetap normal.
C. Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar adrenal.
Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk gangguan yang
dapat disembuhkan. Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas tiap-tiap ginjal. Kelenjar
adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang dapat mengeluarkan berbagai
hormon ke dalam aliran darah. Bagian dalam kelenjar disebut medula yang
mengeluarkan adrenalin atau hormon yang dihasilkan sebagai rasa takut, marah,
dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung. Selain itu, medula juga
menghasilkan hormon noradrenalin yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan
meningkatkan tekanan darah. Hipertensi akibat terlalu banyak noradrenalin dapat
dikendalikan dengan obat, tetapi untuk kesembuhannya diperlukan tindakan bedah.
D. Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini sebagai
akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari lapisan luar kelenjar
adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan hormon stres lain yaitu kortisol atau hormon
lain yang disebut aldosteron hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam
(atau sodium) dan melepaskan kalium.
E. Alkohol
Hipertensi dikaitkan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan hipertensi
cenderung turun bila konsumsi alkohol dihentikan atau dibatasi.
F. Stres
Mungkin hanya sedikit orang yang tidak segera menghubungkan hipertensi
dengan stres. Namun, peranan stres sebagai faktor penyebab hipertensi tidak
diragukan lagi. Stres dapat meningkatkan tekanan darah
3. FAKTOR RESIKO
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan
garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol


HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses

aterosklerosis.

penjelasan

adanya

Efek

imunitas

perlindungan
wanita

pada

estrogen
usia

dianggap

sebagai

premenopause.

Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen


yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita
setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara
khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering
terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta,
dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat
badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri.
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

(WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko


terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
6. Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009)
mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
4. TANDA DAN GEJALA
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
5. DIET HIPERTENSI

Bahan makanan
Sumber karbohidrat

Dianjurkan
Tidak dianjurkan
Beras, kentang, singkong, trigu, tapioka, Makanan yang diolah dari sumber

hankwe, gula,makanan yang diolah dari penambahan garam dapur, baking powd

bahan makanan tersebut tanpa garam soda kue seperti roti, biscuit, mi,
Sumber

dapur dan soda.


makaroni, kue kering.
protein Daging, ayam dan ikan maksimal 100 gram Otak, ginjal, lidah, sardin, daging be

hewani

sehari, telur maksimal 1 butir sehari, susu ikan asin, makanan kalengan, telur asin
maksimal 200 gram sehari

Sumber

asap, sosis, ham, bacon, dendeng, abo

kornet, ebi, dan udang kering


protein Semua kacang kacang dan dan hasilnya Keju, kacang tanah, dan semua ka

nabati
Sayuran

diolah dan dimasak tanpa garam dapur


Semua

sayuran

segar,

sayuran

kacangan, yang dimasak dengan gara


bahan natrium lainnya.
yang Sayuran yang dimasak dan diawetkan

diawetkan tanpa garam dapur dan natrium garam dapur dan ikatan natrium
benzoat.
Buah buahan

seperti sayuran dalam kaleng, saw

asinan dan acar.


Semua buah buahan segar, buah yang Buah buahan yang diawetkan dengan

diawetkan tanpa garam dapur dan natrium dapur dengan garam dapur dan lain
Lemak

benzoate
natrium, seperti buah dalam kaleng.
Minyak goring, margarin, dan mentega Margarin dan mentega biasa

Minuman
Bumbu bumbu

tanpa garam/unslated
Teh, jus buah, jus sayuran, air putih.
Minuman ringan, coklat, cafein, alcohol
Semua bumbu bumbu kering yang tidak Garam dapur untuk diet rendah ga

mengandung garam dapur dan sumber baking powder, soda kue, vetsinm dan
natrium lain.

bumbu yang mengandung garam

seperti kecap, terasi, kaldu balok,


bubuk, saus tomat, petis, dan tauco.

Jenis bahan
makanan
Gandum utuh

Sayuran

Frekuensi
penyajian
6 8 kali perhari

4- 5 kali perhari

Ukuran setiap penyajian

Contoh bahan makan

1 lembar roti tawar

Roti

gandum,

1 ons sereal kering

sereal, bubur jagung, o

gelas nasi, pasta, atau sereal

beras

1 gelas sayur dun hijau mentah

garam.
Brokoli, wortel, sawi kacan

gelas sayuran dimasak

kacang polong, oyong,

gelas jus sayur segar

labu

merah,

kuning,

kentang,
Buah buahan

Produk

olahan 2 3 kali perhari

susu,
rendah

4 -5 kali perhari

susu

tanpa

lemak,

unggas dan ikan.

popcorn

ubi

jamur,

jalar,

bunga

mentimun.
Apel, pisang,

gelas buag kering

jeruk, jeruk bali, manga,

gelas buah segar dan beku

peach,

gelas jus buah segar

jeruk keprok, semnagka,

1 gelas susu susu atau yoghurt

bit, pir.
Susu
skim

ons keju

buttermilk (rendah lemak

kurma,

nanas kismis, s

bebas

atau susu bebas


ayam 6 kali per hari

1 buah ukuran medium

lemak,

lemak
Daging

pasta

(bebas

atau

rendah

yoghurt.
1 ons daging dimasak, daging Pilih daging ayam tanpa
ayam atau ikan

ikan, telur
Hilangkan kulit dari ungga

1 butir telur

masak

melalui

pemanggangan,

peng

1/3 gelas atau 1 ons kacang

atau perebusan.
Kacang almond, kacang h

kacangan dan

2 sdm selai kacang

kacang tanah, biji bungu m

biji bijian.

2 sdm atau onsbiji bijian

selai

Kacang,

kacang 4 -5 per minggu

gelas

kacang

kacang,

kacang

kacangan kacang polong, kacang hi

dimasak (kacang hijau dan kacang bunga matahari


Minyak

dan 2

lemak

perminggu

polong)
kali 1 sdt margarin

Mirgarin, minyak sayur (

1 sdt minyak sayur

canola, minyak jagung,

1 sdm mayones

zaitun), mayones rendah


dan dressing salad.

Gula

dan

tambahan

gula

minggu

kali

2 sdm dressing salad


per 1 sdm gula pasir

Permen, jelly, sirup maple,

1 sdm jelly atau selai

gula pasir, gelatin rasa

gelas sorbet atau gelatin

punch buah.

1 gelas lemonade

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Terjemahan
Brahm U. Pendit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Rubenstein, David. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Smeltzer C. Suzanne, dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Prasetyaningrum. Yunit Indah. 2014. Hipertensi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia
Sutomo, Budi. 2008. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta: DeMedia

Anda mungkin juga menyukai