Fix Makalah Field Study Gus
Fix Makalah Field Study Gus
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumah adalah kebutuhan primer bagi setiap individu dan keluarga. Rumah
memberikan manfaat baik fisik dan non-fisik. Dari segi fisik berkaitan pada kesehatan
para penghuni rumah dan segi non fisik terlihat dari segi psikologik. Terdapat beberapa
komponen pada rumah yang dapat mempengaruhi keadaan penghuni rumah tsb. Antara
lain, bangunan berupa atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, pintu, halaman
rumah, luas ruangan, ventilasi dsb. Selain itu terdapat peninjauan tidak langsung berupa
pengamatan terhadap perilaku penghuni rumah,disebut sebagai perilaku hidup bersih
dan sehat.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga hal ini tertera
dalam UU RI No. 4 Tahun 1992. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (WHO). Dalam
penilaian Keputusan Menteri Kesehatan rumah sehat terdapat parameter rumah yang
dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok komponen
rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok perilaku penghuni (Kepmenkes).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Menurut definisi rumah diatas, dikaitkan dengan kesehatan. Kesehatan
merupakan kebutuhan sekaligus pencapaian dalam kehidupan yang berlangsung di
sebuah keluarga . Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014
untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan
1
kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
Pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat
Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator
Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Berdasarkan
profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat secara nasional hanya
sekitar 24,9%. (Riset Kesehatan Dasar)
Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih
jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa
rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) baru mencapai 38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah
mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tahun 2014.
Hal ini membuat penulis untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
program survey di sebuah kampung didaerah Depok, untuk meninjau lebih jauh
terhadap kehidupan masyarakat sekitar yang dipengaruhi status ekonomi, status
keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
Apa yang dimaksud dengan Rumah Sehat dan apa saja komponen sehingga
rumah bisa disebut rumah sehat ?
Apa yang dimaksud dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
Apa saja Kriteria komponen dari rumah sehat meliputi
a. Jendela
b. Ventilasi
c. Dinding
d. Langit-langit
e. Atap
2
4.
5.
6.
f. Luas ruangan
Bagaiamana menentukan keadaan sanitasi rumah terhadap rumah warga ?
Bagaiaman menentukan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap warga ?
Bagaimana menentukan perilaku penghuni terhadap pengetahuan hidup bersih
dan sehat ?
1.3
Tujuan Penelitian
Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga, perilaku keluarga dan kondisi
bangunan rumah terhadap Penilaian Rumah Sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Khusus
1.
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan penilaian karakteristik
keluarga
2.
3.
rumah sehat.
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan penilaian perilaku keluarga terhadap
4.
5.
6.
1.4
Manfaat
1.
Bagi mahasiswa/i
Sebagai Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
rumah yang sehat.
2.
Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rumah
2.1.1
Pengertian Rumah
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang
berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan
kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang
kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan
masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan
sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan
prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah,
transportasi, dan tersedianya pelayanan sosia
Menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 menjelaskan bahwa rumah adalah
struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempa
ttinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO (2004), rumah adalah struktur fisik
atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani
dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu
Menurut Dinas Perumahan dan Pemukiman RI (2008), rumah adalah rumah sebagai
tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi
dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga
memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Menurut WHO (2004),
rumah sehat dapat diartikan rumah berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat,
sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, sosial.
penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi
perlindungan.
b) Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan
memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara dalam
rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada pnggunaan rumah sebagai
tempat bekerja.
c) Stress psikologi dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,
nyaman, memberi rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan
sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi.
2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan terdiri atas :
a) Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan
umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan
kampanye.
b) Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung
penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek fisik,
mental dan sosial.
c) Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan dan hunian harus
didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan publik
dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam manajemn dan
perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah, standar
rumah, disain, dan konstruksi rumah, pengadaan
pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus menerus.
d). Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan
penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana
peningkatan kesehatan.
e). Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kgiatan mandiri
diantara keluarga dan perkampungan.
6
Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah yang
terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan
ruang tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku. Aspek perilaku penghuni
adalah pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan jendela ruang keluarga, pembersihan
rumah dan halaman.
2.1.3
Komponen Rumah
1. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya
digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur
waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan, yang
terdiri dari:
1. Lantai anah stabilitas
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah,pasir, semen, dan kapur, seperti tanah tercampur
kapur dan semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai
dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah.
2. Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemasanan lantai adalah :
a. Sekurang-kurangnya 60 cm diatas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran air
yang baik.
b. Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain,sehingga tidak ada lubanglubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini
dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan
kelembaban yang naik dari dikolong rumah.
c. Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk
konstruksi diatasnya agar digunakan lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.
7
3. Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan
karena : Lantai ubin murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat
mudah dirusak rayap.
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:
a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin, dan
bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya.
b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurangkurangnya
15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah
tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan
lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi
susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas lubang harus
dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
d. Untuk memperkuat berdirinya tembok bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri
dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3. Langit langit
Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit yang
tujuannya antara lain:
a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidak terlihat
dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.
b.
Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air hujan
yang menembus melalui celah-celah atap.
c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas
tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:
a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap.
4. Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti dan
dapat dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tida disyaratkan adanya
perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan ata adalah untuk melindungi
bagian-bagian dalam bangunan serta penghuninya terhada panas dan hujan, oleh karena itu
harus dipilih penutup atap yang memenuh persyaratan sebagai berikut:
a. Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudah bergeser
b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama Bentuk atap yang biasa
digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton bertulang dan bidang atap
miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen gelombang. Pada bidang
atap miring mendaki paling banyak digunakan penutup/atap genteng karena harga
rumah dan cukup awet.
5. Pembagian Ruangan
Adapun syarat-syarat pembagian ruanganyang baik adalah sebagai berikut :
a) Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami istri)
dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama anakanak yang sudah dewasa.
9
b) Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan perhubungan
antara ruangan didalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan kerahasiaan
pribadi masing-masing terpenuhi.
c) Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai
sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kgiatan kehidupan.
d) Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh kurang
dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini harus
dipisah.
A. Dapur
Luas dapur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2. Bila penghuni tersebut lebih dari 2
orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2.
pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air bersih. Didapur harus
tersedia tempat penyimpanan bahan makanan. Atau makanan yang siap disajikan yang dapat
mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-lain dan mencegah sinar matahari
langsung.
B. Kamar Mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang
ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi
mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak
mengotori ruangan lain. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup
jumlahnya. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila jamban
tersebut terpisah dari kamar mandi
6. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus
lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan
manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh
buruk itu ialah
a) Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
b) Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.
10
c) Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
d) Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan manusia.
e) kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit
pernafasan manusia. Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin
adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan
memasukkan
Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;
Kelembaban udara, antara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
Agar dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak
jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-rintangan,
jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai
ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang
angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai.
Diberi lubang hawa atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling)
yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian
lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit bergua sekali untuk mengluarkan udara
panas dibagian atas dalam ruangan tersebut
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang umum dan
untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah
pengunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin dapat
dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai laut dan
daerah rendah yang berhawa panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin
harus diperbesar dan dapat mncapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
Kelembaban
Mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap air) yang ada di udara. Udara
memiliki kapasitas tertentu untuk menahan partikel-partikel air yang sering bervariasi dengan
11
suhu sekitarnya. Saat cuaca berawan, musim panas atau hujan, akan ada kelembaban yang
tinggi di udara. Anda juga mungkin merasa berkeringat dan lebih panas daripada biasanya,
sebagai uap air di udara telah mencapai tingkat kejenuhan. Demikian pula, ketika suhu turun
selama musim dingin, udara menjadi kering. Tingkat kelembaban rendah juga dapat terjadi di
tempat-tempat yang sangat panas dimana tidak ada hujan selama berbulan-bulan.
menyenangkan
selama musim dingin. Seperti udara lembab yang sangat tinggi, udara kering juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang terkait sepertikulit kering, bibir pecah-pecah, dan
lain-lain. Ketika Anda bernafas dalam udara dingin dan sangat kering, anda juga mungkin
mengalami kesulitan bernafas atau mendapatkan sakit tenggorokan selama pagi dan malam
hari di saat musim angin.
12
Tidak seperti tingkat kelembaban tinggi, udara kering tidak berpengaruh begitu banyak
pada alat-alat rumah tangga. Akan tetapi furnitur seperti pintu, jendela biasanya menciut akibat
kekeringan ekstrim udara di sekitarnya.
7. Pencahayaan
Menurut Sanropie, dkk (1989) dalam Mukono (2000) bahwa cahaya yang cukup kuat untuk
penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a) Pencahayaan alam
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak
terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan
standar cahaya alam\
yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur mnurut WHO 60120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik atau tidaknya penerangan alam yang terdapat
dalam rumah, adalah sebagai berikut :
a. Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.
b. Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil.
c. Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.
d. Buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukanoleh letak
dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara
optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling
sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luasjendela melebihi 20 % dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat
menimbulkan suasana gelap dan pengap
b)
Pencahayaan buatan
Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan
13
memenuhi kebutuhan penerangan karena pada penerangan yang relatif rendah mampu
menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar.
Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang
kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt
dengan lampu pijar
2.2
Sarana Sanitasi
Dari sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak perpindahan
maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah dengan
arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat bahwa air yang berada dalam
lingkaran pengaruh sumur mengalir menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah
kontaminasi kimiawi ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran
pengaruh sumur
2.2.1
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari
penyediaan air minum (Dep Kes RI,2002).
Tindakan pencegahan pencemaran sumur gali oleh bakteri coliform, yang harus
diperhatikan adalah jarak sumur dengan cubluk (kakus), lubang galian sampah, lubang galian
untuk air limbah (cesspool; seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak ini
tergantung pada keadaan tanah dan kemiringan tanah. Pada umumnya dapat dikatakan jarak
yang aman tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah
tempat-tempat sumber pengotoran seperti yang disebutkan di atas Sedangkan menurut Chandra
Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran
seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang
Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu
dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11
meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.
14
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni
rumah untuk digunakan bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan
sampah, air limbah) minimal 10 meter.
b. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air,yaitu
dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur
c. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran
atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin. Jumlah air untuk keperluan rumah
tangga per hari per kapita tidaklah sama pada tiap negara. Pada umumnya dapat dikatakan
dinegara-negara yang sudah maju.
Menurut
peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih
didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air
tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air
baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK
Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai
berikut:
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400
2.2.2
Penggunaan Jamban
15
Jarak Aman Lubang Kakus dengan Sumber Air Bersih Jarak aman antara Lubang
Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut
kemiringan tanah.Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain
Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan
berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak
yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.Faktor
Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari
kakus.Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat
disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat
bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering
dapat bertahan selam 1 bulan.Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang
membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.Frekuensi Pemompaan : Akibat makin
banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa
memenuhi persyaratan. Tujuan dilakukannya pembuangan tinja secara saniter adalah untuk
menampung serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat tercegah terjadinya
hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia, dan dapat dicegah
terjadinya penularan faecal borne diseases dari penderita kepada orang yang sehat, maupun
pencemaran lingkungan pada umumnya.
Adapun persyaratan sarana pembuangan tinja yang baik dan memenuhi syarat
kesehatan adalah:
1. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan.
2. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air atau\ sumur.
3. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
4. Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat atau kuman.
5. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat dihindarkan, harus
ditekan seminimal mungkin.
6. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
7. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraannya.
16
17
b.
Jamban air (agua privy) ialah jamban yang terdiri dari sebuah tangki berisi air, di
dalamnya terdapat pipa pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban. Tinja
dan air seni jatuh melalui pipa pemasukan ke dalam tangki dan mengalami
dekomposisi anaerobik.
c.
Jamban leher angsa (angsa trine) atau jamban tuang siram yang menggunakan
sekat air ialah Jamban yang terdiri dari lantai beton yang dilengkapi leher angsa,
dan dapat langsung dipasang diatas lubang galian, lubang hasil\ pengeboran, atau
tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air pada leher angsa, lalat tidak dapat
mencapai bahan yang terdapat pada lubang jamban dan bau tidak dapat keluar dari
lubang itu.
Jamban keranjang (bucket latrine), atau jamban kotak, atau kaleng yaitu tinja
ditampung sementara kemudian dibuang ketempat pembuangan. Penggunaan
jamban keranjang memungkinkan penanganan tinja segar, akibatnya menarik lalat
dalam jumlah besar, selalu ada bahaya terjadinya pencemaran tanah, air permukaan,
air tanah, menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap.
c.
Jamban parit (trench latrine) yaitu Jamban dengan lubang diatas tanah, biasanya
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 30 x 30 cm dan kedalaman40 cm. Tanah
galian ditumpuk disekitar lubang dan dimanfaatkan untukmenutup tinja yang telah
dibuang.
d. Jamban gantung (overhung privy) ialah jamban yang dipasang diatas kedalam air
sedemikian rupa sehingga dasarnya tidak akan pernah kelihatan pada musim kering
atau pasang surut.
2.2.3 Sarana Pembuangan Sampah
18
2.2.4
Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia. sumber air
limbah yang lazim dikenal adalah :
1. Berasal dari rumah tangga misalnya air, dari kamar mandi, dapur.
2. Berasal dari perusahaan misalnya dari hotel, restoran, kolam renang
3. Berasal dari industri seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat
4. berasal dari sumber lainnya seperti air tinja yang tercampur air comberan, danlain
sebagainya.
19
2.3
2.5
Karakteristik Masyarakat
Karakteristik individu adalah keseluruhan dari ciri-ciri yang terdapat pada masyarakat
baik cirri individu seperti umur, dan jenis kelamin maupun ciri sosial seperti pendidikan,
pekerjaan, besar keluarga. Karakteristik masyarakat mempunyai kaitan dengan kepemilikan
rumah sehat.
a. Pendidikan
Menurut Azwar (2007), mengemukakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses atau
kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu
Tingkat
pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga
memungkinkan menyerap informasiinformasi juga dapat berpikir secara rasional dalam
menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.
Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan
kemampuan manusia Indonesia jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup, baik
di dalam maupun di luat sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikanpokok
penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil (Depdikbud,1998).
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan
khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat
pekerjaan juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi
karyawan pada pekerjaan tertentu (Notoatmodjo, 2003).
c. Pendapatan
Pendapatan adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan semakin
tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan, juga
semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat (BPS,
2006). Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk
22
mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA,
Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM.
Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
23
badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, sehingga dapat dirujuk ke
Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk mengetahui kelengkapan
imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
d. Menggunakan Air Bersih
Annda dan rumah tangga anda dikatakan sehat jika di rumah tangga anda menggunakan
air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa,
sumur terlindung dan penampungan air hujan dan memenuhi syarat air bersih yaitu tidak
berasa, tidak berbau dan tidak berwarna
Manfaat anda menggunakan air bersih diantaranya agar kita terhindar dari gangguan
penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau
keracunan. Dan dengan menggunakan air bersih setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan
dirinya.
e. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Manfaat mencuci tangan adalah agar tangan menjadi bersih dan dapat membunuh
kuman yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, dysentri,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi daluran pernafasan akut (ISPA), bahkan flu burung dan
lainnya.
f. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban yang digunakan minimal jamban leher angsa, atau jamban duduk yang banyak
di jual di toko bangunan, tentunya dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran
sebagai pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air (kalau
ada) dapat menggunakan jamban cemplung atau jemban plengsengan. Tujuannya dimaksudkan
agar tidak mengundang datangnya lalat atau serangga lain yang dapat menjadi penular
penyakit.
g. Memberantas Jentik di Rumah
Lakukan pemberantasan jentik nyamuk didalam dan atau diluar rumah seminggu sekali
dengan 3M plus abatisasi/ikanisasi. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan kegiatan
pemberantasan telur, jentik, kepompong nyamuk penular penyakit seperti demam berdarah
dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
PSN dapat dilakukan dengan cara 3M plus yaitu menguras bak air, menutup tempat
25
penampungan air dan mengubur benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk plus
menghindari gigitan nyamuk.
h. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Sederhana, murah dan banyak manfaatnya. Biasakan anda dan anggota keluarga anda
mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari, tidak harus
mahal, yang penting memiliki kecukupan gizi. Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan,
terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun
katuk, kacang panjang, selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua
bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk,
jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya.
i.
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis
aktifitas fisik yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu berjalan kaki,
berkebun, bekerja ditaman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun
tangga dan membawa belanjaan. Aktifitas fisik lainnya bisa berupa olah raga yaitu push up, lari
ringan, bermain bola, berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, dsb.
j. Tidak Merokok di Dalam Rumah
Jika anda bukan perokok, acungan jempol buat anda dan jangan pernah terpengaruh
dengan yang namanya rokok. Tapi jika anda perokok atau memiliki anggota keluarga yang
merokok, itu hak anda, namun kami anjurkan untuk berpikir bahaya merokok dan berusaha
berhenti untuk merokok. Biar adil, bagi perokok, jangan merokok di dalah rumah atau ketika
berada bersama orang lain yang bukan perokok, mereka juga berhak dapat udara segar bukan?
Indikator PHBS di sekolah antara lain:
1.
mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun,
2.
mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah,
3.
menggunakan jamban yang bersih dan sehat,
4.
olah raga yang teratur dan terukur,
5.
memberantas jentik nyamuk,
6.
tidak merokok,
7.
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
8.
membuang sampah pada tempatnya.
Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
26
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian
Pengambilan data dilakukan berdasarkan data di lapangan yakni dengan cara survei
langsung dan peran langsung responden dengan cara pemgisian kuesioner.
Sumber Data
27
Sumber data penelitian berasal dari pada anggota keluarga dengan cara survey
langsung dan peran langsung responden dengan cara pemgisian kuesioner mengenai keadaan
rumah dan konsep Perilaku Hidup bersih dan Sehat pada Desember 2014.
Data
Data dalam penelitian ini berhubungan dengan aspek kebersihan dan kenyamanan
rumah warga yang dijadikan objek penyuluhan, dimana aspek tersebut secara garis besar
adalah komponen rumah yang terdiri dari : kondisi bangunan , pencahayaan rumah, dan aliran
udara rumah, kebersihan rumah dan perilaku anggota keluarga dalam aspek kesehatan
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kunjungan dan wawancara langsung
terhadap pemilik rumah.Selain itu dilakukan juga penyuluhan tentang rumah sehat dan
pengisian angket untuk mengetahui tingkat pemahaman dari subjek penyuluhan.
Penilaian kuesioner dilakukan dengan membandingkan hasil penilaian kuosioner
sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Cara tersebut bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan responden tentang rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. Serta
untuk menilai efektifitas dari penyuluhan yang telah dilakukan.
Hasil dari penilaian kuesioner itu terdiri dari 2 kuesinoer :
1. Mencocokkan jawaban dengan kriteria skor yang telah disediakan . Hal ini berpengaruh
terhadap pengukuran hasil lapangan dengan criteria yang tersedia sesuai dengan ketentuan
yang diberikan dari Departemen Kesehatan.
2. Mencocokkan jawaban dengan variasi pilihan yang teridiri dari a,b,c,d yang berisi
komponen yang sesuai atau tidak, yang hal ini berkaitan dengan penilaian benar- salah
sesuai dengan pengetahuan responden dan kriteria yang berlaku.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
CHOP
29
Pada tanggal 8 Desember 2014 kami mahasiswa mahasiswi FK UPN 2012 mengadakan
pengamatan langsung untuk menilai aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Rumah Sehat
terhadap salah satu keluarga yang beralamatkan Jalan M yusuf 1 , Depok, Jawa Barat.
Identitas Responden :
Nama
: Ny. R
Usia
: 20 tahun
Pendidikan
: SMP
Status pekerjaan
Ny. R tinggal bersama suami nya Tn.D dan mempunyai satu anak berumur satu tahun
serta adiknya yang masih duduk di bangku SD. Ny.R menamatkan pendidikannya di SMP.
Suaminya, Tn.D bekerja sebagai karyawan tetap yakni Office Boy di suatu perusahan di
Kalibata. Pendapatan yang diperoleh per bulan mencapai yakni 2.000.000 atau > 975.000,00.
Dalam pelaksaan tugas ini, kami menganalisis rumah Ibu Rita untuk menilai Rumah
Sehat Berdasarkan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat .
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air
limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan
rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Dengan keterangan sebagai berikut :
I.
Komponen Rumah
1. Langit-langit
Keadaan
nilai : 0
: Langit langit tidak ada
30
Teori
adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus
menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:
penyangga dengan
konstruksi bebas tikus.
Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan
lantai
Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai
tinggi rumah 2,40 m,dan
Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat
air sekurang-sekurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah
sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat
meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari
basah dan lembab dan
nilai : 3
3. Lantai
Keadaan
terbentuk ubin
Teori
Nilai : 2
Nilai : 1
penghuni
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
per penghuni
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
33
Nilai : 1
pernafasan manusia.
berhadapan.
dengan udara dan bebas dari rintangan rintangan, jumlah luas bersih
34
Nilai : 1
bersihnya
sekurang-kurangnya
5% dari luas
lantai yang
per penghuni
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
8. Pencahayaan
Keadaan
: dinilai kurang terang sehingga kurang jelas untuk
digunakan, walaupun di setiap ruangan terdapat lampu , kemungkinan
penggunaan daya terbatas sehingga cahaya tidak terlalu terang.
35
Teori
:
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah
Nilai : 2
ditentukan oleh
jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela
kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit
mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi
20 % dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya
kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap
36
B. Sarana Sanitasi
= 0 + ( 3 x 31 ) + ( 2 X 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 2 x 31 ) + ( 1 x 31 )
= 0 + 93 + 62 + 31 + 31 + 31 + 62 + 31
= 341
37
Nilai : 3
nilai : 4
pabrik cat.
d. Berasal dari sumber lain, seperti air tinja yang tercampur air
comberan, dan lain-lain.
Beberapa usaha untuk meminimalisir produksi limbah :
a. Tidak membuang air limbah ke permukaan tanah, untuk
menghindari tanah becek atau jadi comberan, dan berbau.
b. Tidak menimbulkan sarang nyamuk.
c. Jarak minimal pembuangan limbah dan tinja dengan sumber air
nilai : 1
sementara
sebelum
sampah
dikumpulkan
untuk
dimusnahkan.
Kriteria tempat sampah yang memenuhi syarat sanitasi :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kedap air, dan kuat
sehingga tidak mudah bocor.
b. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang
lain, seperti tikus, kucing, dan sebagainya.
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan
metode tertentu dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu
kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Pembuangan sampah pada tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan :
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak menjadi
tempat bersarangnya tikus, lalat, dan binatang pengganggu lain,
serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu tempat sampah harus
memenuhi kriteria diatas.
b. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah
atau pengelola daerah setempat sangat diperlukan untuk membawa
40
nilai : 1
41
C. Perilaku Penghuni
Yang dinilai adalah :
nilai : 1
Kadang-kadang.
2.Membuka jendela ruang keluarga
nilai : 2
nilai : 2
Tidak pernah.
4.Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
nilai : 2
= 396
nilai : 2
: Anggota rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa dengan tangki
septictank atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir dan terpelihara
kebersihannya. Untuk di daerah yang sulit air dapat menggunakan jamban cemplung,
jamban plengsengan
7. Memberantas jentik di rumah
43
Keadaan
karena faktor rumahnya tidak ada pekarangan tumah, beliau mengatakan pernah melakukan
voging DBD, penggunaan kelambu hanya dilakukan untuk anaknya. Untuk kegiatan
menguras, dinilai tempat air kotor, karena terbuat dari bahan yang sulit dibersihkan, , tidak
terdapat tempat untuk mengubur.
Teori
: Dilakukan sekali seminggu, Tujuannya melakukan pemberantasan jentik
nyamuk di dalam dan atau diluar rumah seminggu sekali dengan cara 3M plus yakni :
menguras, menutup, mengubur, dan menjauhi gigitan nyamuk.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Keadaan
: Keluarga ibu Rita tidak rutin makan sayur dan buah-buahan tiap hari,
sehingga dapat menjadi risiko tergganggu produktivitas kegiatan sehari-hari.
Teori
: Kesediaan pangan berupa makanan sayur dan buahan adalah untuk
mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Serta menghasilkan tenaga untuk aktivitas
keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Keadaaan
: Aktivitas yang dilakukan Ibu Rita sehari-hari adalah sebagai Ibu Rumah
tangga yang menghabiskan banyak kegiatanyya di rumah mengurus anak, Suaminy Bapak
Dimas bekerja sebagai Office boy yang menghabiskan banyak waktu di sebuah perusahaan
dan baru pulang malam hari dengan kegiatan isttirahat, sedangkan adiknya bersekolah,
menghabiskan banyak waktu disekolah namun pulang pada siang hari. Kegiatan olahraga
yang dilakukan jarang karena pekerjaan membawa rasa letih sehingga kurang
memperthatikan kegiatan lain di luar rutinitas. Kegiatan sudah terbilang padat sehingga
terbilang aktif dalam aktivitas.
Teori
: Anggota keluarga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik minimal
30 menit setiap hari. Menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting mempertahankan
kualitas dan kebugaran agar tetap sehat. Keuntungannnya, berat badan terkendali, lebih
bertenaga dan bugar dan keadaan sehat menjadi lebih baik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Keadaan
: Ny.R mengatakan suaminya adalah perokok aktif, sehingga bisa
mempengaruhi kesehatan anggota keluarga lainnya di rumah . Menjadikan anggota
keluarga yang lain menjadi perokok
sirkulasi udara akan mempengaruhi asap rokok yang berada di rumah Ny.R
Teori
: Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah .
penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama
ketika berada bersama anggota keluarga. Akibat merokok, dapat menyalurkan kandungan
44
zat yang berbahaya mengganggu kerusakan fungsional tubuh, risiko kesehatan pada paruparu, jantung, kanker dan keutuhan sel-sel hidup.
4.2
CRP
Pengetahuan Responden
45
Pembahasan :
Pada
penilaian
pengetahuan,
responden
diberikan
15
dan
setelah
penyuluhan.
Kemudian
dicocokkan
II.
Sikap Responden
Post test
43
Pembahasan :
Dalam
penilaian
sikap
responden,
kami
memberikan
15
:
: 3 poin
: 2 poin
: 1 poin
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pengamatan langusng mengenai Aspek Perilkaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan Rumah Sehat dilakukan berdasarkan data di lapangan yaitu dengan cara
pengisian kuesioner terhadap seorang responden yang merupakan anggota keluarga dari
rumah warga yang kita kunjungi. Responden tersebut adalah seorang
ibu muda
lebih besar dari pre test dalam angka 8 dan 12 bermakna bahwa terdapat
peningkatan nilai skoring pada hasil post test, ini mencerminkan bahwa
responden
memahami atas apa yang kami sampaikan tentang PHBS walaupun belum
menunjukkan hasil yang maksimal.
2. Sikap Responden memberikan hasil scoring yang menunjukan angka post test lebih
besar dibandingkan post test dalam angka 41 dan 43, selain itu responden memberi
47
respon terhadap pilihan setuju, kurang setuju, dan tidak setuju menunjukkan bahwa
responden awalnya sudah memiliki sikap yang baik untuk hidup sehat hanya saja kami
masih harus meluruskan yang keliru dan pada post test kami berhasil membuat
perubahan pada sikap responden. Maka dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan dan
dan sikap responden mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah baik.
Hasil dari pengematan mengenai kriteria rumah sehat yang dilakukan di rumah
responden tersebut yaitu :
1. Komponen Rumah
Hasil penilaian yang didapat adalah sebesar 341 yang diperoleh dari nilai masingmasing kriteria : langit-langit , dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang
keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, pencahayaan dikalikan dengan nilai bobot
sebesar 31
2. Sarana Sanitasi
Hasil penilaian yang didapat adalah sebesar 225 yang diperoleh dari Nilai masingmasing kriteria antara lain : Sarana air bersih (SGL/SPT/PP/KU/PAH), Jamban (sarana
pembuangan kotoran), Sarana pembuangan air limbah (SPAL), Sarana pembuangan
sampah (tempat sampah) dikalikan dengan nilai bobot sebesar 25
3. Perilaku Penghuni
Hasil penilaian yang didapat adalah sebesar 396 yang diperoleh dari Nilai masingmasing kriteria antara lain : Membuka jendela kamar, jendela ruang keluarga,
membersihkan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban , dan membuang
sampah ke tempat sampah
Kesimpulan dari hasil penjumalah komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku
penghuni memberi hasil sejumlah 962 yang artinya < 1,068. Artinya bahwa rumah
Ny.R tergolong sebagai rumah yang tidak sehat karena nilainya kurang dari <1,068.
2. Saran
1. Untuk meningkatkan pengetahuan responden mengenai Kriteria Rumah Sehat dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka responden dapat mengikuti
penyuluhan yang dilaksnaakan oleh berbagai pihak sperti kader-kader Puskesama di
daerah tersebut.
2. Untuk atap yang tidak terdapat langit-langit hendaknya rajin untuk dibersihkan
untuk menghindari debu yang terlihat dan risiko menggangu pernafasan
3. Membuka jendela kamar agar sirkulasi udara dan pencahayaan cukup
4. Tidakn merokok di dalam lingkungan rumah karena dapat mencemari udara di
lingkungan dalam rumah dan berbahaya bagi kesehatan anaknya
48
5. Konsumsi makanan yang bergizi dan sehat speerti sayuran yang memiliki harga
yang lebih ekonomis
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Swarjana, Ketut.( 2012 ). Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Penerbitan
ANDI Offset
Maulana, heri. (2007). Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC
Jurnal
Repository unhas ac.id jurnal : Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Internet
www.pnpm-perkotaan.org
www.promkes.depkes.go.id
LAMPIRAN
49
BHP
keadaan di depan rumah (tampak depan)
50
52
53
54
Keadaan di ruang tengah sebagai tempat belajar, tidur dan bermain anak
55
56