PENDAHULUAN
Obesitas merupakan kondisi patologis yang ditandai dengan penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Berbeda dengan istilah overweight, yang
merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal akibat
bertambahnya massa tubuh seperti otot dengan ataupun tanpa akumulasi lemak.1
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan
WHO menyatakan bahwaobesitas sudah merupakan suatu epidemi global,
sehingga obesitas sudah merupakan suatuproblem kesehatan yang harus segera
ditangani.Di
Indonesia,
terutama
dikota-kota
besar,
dengan
adanya
obesitas
tipeabdominal.Dengan
demikian
obesitas
pada
anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Obesitas
Obesitas di definisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang
ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.1Untuk
menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran
antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik,pada umumnya digunakan:
Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal.
A. Berat badan lebih besar dari 140% di definisikan sebagai superobesitas.
Dengan pengukuran ini, mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak
mencerminkan massa lemak tubuh.
b. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram
dibagi kuadrat tinggi dalam meter, bila nilai IMT pada anak adalah lebih besar
sama dengan persentil 95 maka termasuk kedalam obeistas. WHO mengeluarkan
kurva klasifikasi IMT terbaru yang berdasarkan z-score, digunakan untuk usia 0-5
tahun. Usia >5- 18 tahn menggunakan kurva CDC.
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) diatas
persentil 85 merupakan indikator obesitas. Tebal lipatan kulit dapat biseps, triceps,
subskapular, dan suprailiaka
berat badan dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan
metode yang sangat baik untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = berat
badan dalam kg / (tinggi dalam meter) 2. Orang dewasa dengan BMI 30
memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara 25-30
mengalami kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak, tingkat perubahan
lemak tubuh dimulai dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi selama
masa kanak-kanak. Kadar lemak tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai
periode yang disebut "adiposity rebound", ketika lemak tubuh biasanya berada
pada tingkat terendah. Adipositas kemudian meningkat sampai awal masa dewasa
Akibatnya, obesitas dan kelebihan berat badan didefinisikan menggunakan
persentil BMI, anak usia diatas 2 tahun dengan persentil BMI 95 memenuhi
kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara persentil ke-85 dan
ke-95 mengalami kelebihan berat badan.
inilah yang menyebabkan 75% anak yang mengalami obesitas akan berlanjut
hingga dewasa.8
Obesitas dan kelainan neurobehavior
Defek neurologis pada kontrol rasa lapar dan asupan makanan, menjadi
bagian penting dari patogenesis obesitas. Beberapa penelitan mendapatkan bahwa
mutasi gen yang berperan dalam obesitas monogenik ialah gen-gen yang termasuk
dalam kontrol rasa lapar pada jalur leptin-melanocortin.
2.4. Manifestasi Klinis Obesitas
Obesitas secara klinis jelas pada setiap umur, namun paling sering pada
usia 1 tahun, 5-6 tahun dan masa remaja. Tanda dan gejala yang khas dari obesitas
adalah wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada membusung, payudara membesar akibat jaringan lemak, perut
membuncit dengan dinding perut berlipat, dapat tampak striae berwarna putih atau
merah lembayung, ekstremitas biasanya besar dikedua paha atau lengan atas, jari
tangan relatif kecil, kedua tungkai umumnya berbentuk X, kedua pangkal paha
bagian dalam menempel dan bergesekan, menyebabkan laserasi dan ulserasi yang
menimbulkan bau tidak enak. Pada anak lelaki, penis tampak kecil karena
tersembunyi dalam jaringan lemak suprapubic.1,2
Bentuk fisik obesitas menurut distribusi lemak dibedakan dalam apple
shape body atau android bila lebih banyak lemak di bagian atas tubuh dan pear
shape body atau gynoid bila lebih banyak lemak terdistribusi di bagian bawah
tubuh (pinggul dan paha). Bentuk yang pertengahan adalah intermediate. Apple
shape body cenderung lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi
dan diabetes.1
Anak dengan obesitas dapat mengalami stress dan kesukaran sosial dan
psikologis. Stigmatisasi sosial anak obesitas di lingkungan dan sekolah sering kali
terjadi. Anak sekolah sering kali digoda, diintimidasi, dan dikeluarkan dari
aktivitas lain.2
Selain menilai dari tanda dan gejala klinis, tetap dibutuhkan pengukuran
yang lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis. Pengukuran obyektif dapat
dilakukan dengan antropometri dan laboratorik.1
2.5. Dampak obesitas
1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan:kadar insulin, trigliserida,LDLkolesteroldan tekanan darah sistolik serta penurunan kadarHDL-kolesterol.
Risiko penyakit Kardiovaskuler diusia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,72,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar insulin. Anak dengan
IMT>persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi,
15%mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendahdan 33% dengan kadar
trigliserida tinggi.15
mengantuk dan
termodifikasi dengan baik. Terapi kognitif untuk motivasi penurunan berat badan
serta kombinasi gizi, aktivitas jasmani serta kemauan akan menjadi hal terbaik.
Hal ini penting untuk memulai langkah-langkah yang direkomendasikan
mengenai asupan kalori yang tepat bagi anak yang obesitas. Makanan harus
didasarkan pada buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, ikan, dan
unggas. Makanan siap saji harus dipilih sesuai dengan nilai gizi mereka, dengan
mengatur kalori dan lemak. Makanan yang memberikan kalori berlebihan dan
nilai gizi yang rendah diberikan sesekali. Karena anak obesitas menkonsumsi
banyak kalori diluar kebutuhan mereka. Pendekatan bertahap dianjurkan, seperti
seorang anak usia 10 tahun
mengkonsumsi 3500 kkal / hari dapat mengurangi asupan sebanyak 280 kkal
dengan menghindari 2 kaleng minuman soda dan menggantinya dengan air
minum. Meskipun perubahan diet tidak akan mengakibatkan penurunan berat
badan, mungkin akan menghasilkan pertambahan berat badan sedikit lebih
lambat. Setelah perubahan ini telah berhasil dilakukan, anak bisa membuat
perubahan lain seperti mengurangi camilan, sehingga menghilangkan sebuah kkal
300 tambahan.
3. Menurunkan masukan lemak (<30% energi total), lemak tak jenuh (10% energi
total), serta kolesterol <300 mg/hari.
4. Meningkatkan makanan tinggi serat.
5. Makanan dengan kandungan garam cukup (5 gram/hari).
6. Meningkatkan masukan besi, kalsium dan fluor.
10
2.7 Pencegahan
11
12
13
BAB 3
KESIMPULAN
14
terpenting adalah dukungan dan keterlibatan keluarga dalam proses terapi yang
dilakukan. Terapi intensif hanya dilakukan bila modifikasi gaya hidup gagal
menurunkan berat badan, dipilihi bila efek signifikan menurunkan co-morbiditas..
Komplikasi yang ditimbulkan obesitas mencakup berbagai penyakit
metabolik, cardiovaskular dan degeneratif. Angka kekambuhan obesitas memiliki
prognosis yang kurang baik. Sehingga sejak dini perlu diupayakan usaha
pencegahannya, dengan strategi pendekatan populasi lewat promosi maupun
pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi dengan edukasi cara hidup sehat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16