Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Obesitas merupakan kondisi patologis yang ditandai dengan penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Berbeda dengan istilah overweight, yang
merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal akibat
bertambahnya massa tubuh seperti otot dengan ataupun tanpa akumulasi lemak.1
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan
WHO menyatakan bahwaobesitas sudah merupakan suatu epidemi global,
sehingga obesitas sudah merupakan suatuproblem kesehatan yang harus segera
ditangani.Di

Indonesia,

terutama

dikota-kota

besar,

dengan

adanya

perubahan gaya hidup yangmenjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat


pada perubahan pola makan / konsumsimasyarakat yang merujuk padapola
makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol,terutama terhadap penawaran
makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas.2
Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa
dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif
dikemudian hari.Profillipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada
penyakit kardiovaskuler dananakyang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih
besar.Penelitian Syarif menemukan hipertensipada 20 30% anak yang obesitas,
terutama

obesitas

tipeabdominal.Dengan

demikian

obesitas

pada

anak

memerlukan perhatian yang serius dan penanganan yangsedini mungkin,dengan


melibatkan peran serta orang tua.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Obesitas
Obesitas di definisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang
ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.1Untuk
menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran
antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik,pada umumnya digunakan:
Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal.
A. Berat badan lebih besar dari 140% di definisikan sebagai superobesitas.
Dengan pengukuran ini, mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak
mencerminkan massa lemak tubuh.
b. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram
dibagi kuadrat tinggi dalam meter, bila nilai IMT pada anak adalah lebih besar
sama dengan persentil 95 maka termasuk kedalam obeistas. WHO mengeluarkan
kurva klasifikasi IMT terbaru yang berdasarkan z-score, digunakan untuk usia 0-5
tahun. Usia >5- 18 tahn menggunakan kurva CDC.
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) diatas
persentil 85 merupakan indikator obesitas. Tebal lipatan kulit dapat biseps, triceps,
subskapular, dan suprailiaka

2.2. Indeks masa tubuh


Perawatan kesehatan profesional mendefinisikan obesitas atau kelebihan

berat badan dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan
metode yang sangat baik untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = berat
badan dalam kg / (tinggi dalam meter) 2. Orang dewasa dengan BMI 30
memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara 25-30
mengalami kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak, tingkat perubahan
lemak tubuh dimulai dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi selama
masa kanak-kanak. Kadar lemak tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai
periode yang disebut "adiposity rebound", ketika lemak tubuh biasanya berada
pada tingkat terendah. Adipositas kemudian meningkat sampai awal masa dewasa
Akibatnya, obesitas dan kelebihan berat badan didefinisikan menggunakan
persentil BMI, anak usia diatas 2 tahun dengan persentil BMI 95 memenuhi
kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara persentil ke-85 dan
ke-95 mengalami kelebihan berat badan.

2.3 Patofisiologi Obesitas


Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme
obesitas. Telah disebutkan sebelumnya, faktor lingkungan merupakan faktor
utama dalam obesitas, dan faktor lain yang berperan adalah kelainan dan mutasi
genetik.1
Menurut Andrew J Walley, patofisiologi obesitas dapat terjadi karena gangguan
pada keseimbangan energi, adiposit, dan neurobehavior.3

a. Obesitas dan keseimbangan energi

Obesitas telah lama dipandang sebagai penyakit dari keseimbangan energi.


Dapat terjadi karena masukan energi yang berlebihan ataupun kurangnya energi
yang dikeluarkan.5
Leptin merupakan adipokin yang dibebaskan dari jaringan adiposa, berfungsi
menekan nafsu makan dan sebagai regulator utama keseimbangan energi dan
berat badan. Leptin selain bekerja di sinyal kenyang, juga bekerja dalam
pengeluaran energi. Kadar leptin yang tinggi akan menyebabkan penurunan kadar
uncoupling protein (UCP1). Protein ini berfungsi sebagai termogenesis dan
penentuan basal metabolic rate dengan cara meningkatkan kerja simpatis pada
jaringan lemak coklat.4,6
b. Obesitas dan kelainan adiposit
Abnormalitas penyimpanan dan mobilisasi lemak adalah mekanisme lain
yang juga berpotensi dalam patofisiologi obesitas. Ketika kelebihan makronutrient
terutama glukosa dalam darah, akan terjadi perubahan glukosa menjadi glikogen.
Bila simpanan dalam hati dan otot telah memenuhi kapasitas, makan glukosa akan
dirubah menjadi asam lemak dan selanjutnya disimpan dalam adiposit.4,7
Penyimpanan lemak yang terus menerus akan membuat hipertrofi atau
pembesaran adiposit. Pada orang dewasa, adiposit akan mengalami pembesaran
namun tidak bertambah jumlahnya. Berbeda dengan obesitas yang terjadi pada
anak-anak, adiposit tidak hanya mengalami hipertrofi namun juga hiperplasia. Hal

inilah yang menyebabkan 75% anak yang mengalami obesitas akan berlanjut
hingga dewasa.8
Obesitas dan kelainan neurobehavior
Defek neurologis pada kontrol rasa lapar dan asupan makanan, menjadi
bagian penting dari patogenesis obesitas. Beberapa penelitan mendapatkan bahwa
mutasi gen yang berperan dalam obesitas monogenik ialah gen-gen yang termasuk
dalam kontrol rasa lapar pada jalur leptin-melanocortin.
2.4. Manifestasi Klinis Obesitas
Obesitas secara klinis jelas pada setiap umur, namun paling sering pada
usia 1 tahun, 5-6 tahun dan masa remaja. Tanda dan gejala yang khas dari obesitas
adalah wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada membusung, payudara membesar akibat jaringan lemak, perut
membuncit dengan dinding perut berlipat, dapat tampak striae berwarna putih atau
merah lembayung, ekstremitas biasanya besar dikedua paha atau lengan atas, jari
tangan relatif kecil, kedua tungkai umumnya berbentuk X, kedua pangkal paha
bagian dalam menempel dan bergesekan, menyebabkan laserasi dan ulserasi yang
menimbulkan bau tidak enak. Pada anak lelaki, penis tampak kecil karena
tersembunyi dalam jaringan lemak suprapubic.1,2
Bentuk fisik obesitas menurut distribusi lemak dibedakan dalam apple
shape body atau android bila lebih banyak lemak di bagian atas tubuh dan pear
shape body atau gynoid bila lebih banyak lemak terdistribusi di bagian bawah
tubuh (pinggul dan paha). Bentuk yang pertengahan adalah intermediate. Apple
shape body cenderung lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi
dan diabetes.1

Anak dengan obesitas dapat mengalami stress dan kesukaran sosial dan
psikologis. Stigmatisasi sosial anak obesitas di lingkungan dan sekolah sering kali
terjadi. Anak sekolah sering kali digoda, diintimidasi, dan dikeluarkan dari
aktivitas lain.2
Selain menilai dari tanda dan gejala klinis, tetap dibutuhkan pengukuran
yang lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis. Pengukuran obyektif dapat
dilakukan dengan antropometri dan laboratorik.1
2.5. Dampak obesitas
1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan:kadar insulin, trigliserida,LDLkolesteroldan tekanan darah sistolik serta penurunan kadarHDL-kolesterol.
Risiko penyakit Kardiovaskuler diusia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,72,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar insulin. Anak dengan
IMT>persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi,
15%mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendahdan 33% dengan kadar
trigliserida tinggi.15

Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan

tekanandarah dan denyut jantung,sekitar20-30% menderita hipertensi.5


2. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetesmellitustipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Prevalensi
penurunan glukosa tolerantest pada anako besitasa dalah25% sedang diabetes
mellitustipe-2 hanya4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes
mellitustipe 2 mempunyai IMT>+ 3SD atau> persentile ke 99.
6

3. Obstruktive sleep apnea


Sering di jumpai pada anak obesitas dengan kejadian1/100 dengan gejala
mengorok.5 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding
dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma,
sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta
meningkatkan beban kerja otot pernafasan.Pada saat tidur terjadi penurunan
tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan
peningkatankadar CO2,serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan
lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang
mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur
gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung

mengantuk dan

hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunanberat badan.5,8


4. Gangguanortopedik
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik
yang disebabkan kelebihan berat badan,yaitu tergelincirnya epifisiskaput femoris
yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan
panggul.5
2.6. Penatalaksanaan
Kesuksesan dalam pengendalian obesitas paling baik dilakukan melalui
pendekatan multi dimensional untuk mencapai perubahan gaya hidup yang

termodifikasi dengan baik. Terapi kognitif untuk motivasi penurunan berat badan
serta kombinasi gizi, aktivitas jasmani serta kemauan akan menjadi hal terbaik.
Hal ini penting untuk memulai langkah-langkah yang direkomendasikan
mengenai asupan kalori yang tepat bagi anak yang obesitas. Makanan harus
didasarkan pada buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, ikan, dan
unggas. Makanan siap saji harus dipilih sesuai dengan nilai gizi mereka, dengan
mengatur kalori dan lemak. Makanan yang memberikan kalori berlebihan dan
nilai gizi yang rendah diberikan sesekali. Karena anak obesitas menkonsumsi
banyak kalori diluar kebutuhan mereka. Pendekatan bertahap dianjurkan, seperti
seorang anak usia 10 tahun

yang membutuhkan 2000 kkal / hari dan

mengkonsumsi 3500 kkal / hari dapat mengurangi asupan sebanyak 280 kkal
dengan menghindari 2 kaleng minuman soda dan menggantinya dengan air
minum. Meskipun perubahan diet tidak akan mengakibatkan penurunan berat
badan, mungkin akan menghasilkan pertambahan berat badan sedikit lebih
lambat. Setelah perubahan ini telah berhasil dilakukan, anak bisa membuat
perubahan lain seperti mengurangi camilan, sehingga menghilangkan sebuah kkal
300 tambahan.

Tabel 1. Rekomendasi Intake Kalori Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin


(Nelson, 2011)
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor,maka penatalaksanaan
obesitas seharusnya dilaksanakan secara multi disiplin dengan mengikut sertakan
keluarga dalam proses terapi obesitas.Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah
mengurangi asupan energies erta meningkatkan keluaran energi,dengan cara
pengaturan diet,peningkatan aktifitas fisik,dan mengubah/modifikasi pola hidup.
a. Pengaturan diet
Mengingat anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan,
prinsip pengaturan diet adalah diet seimbang sesuai dengan RDA. Diet seimbang
dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein 15-20% cukup
untuk tumbuh kembang yang normal. Diet tinggi serat dapat membantu
pengaturan berat badan melalui efek serat yang dapat mengurangi rasa lapar,
mengenyangkan dan menurunkan penyimpanan lemak. Perlu diperhatikan, bentuk
dan jenis makanan harus sesuai sehingga dapat diterima anak.1,6
Kesulitan dalam pengaturan diet adalah membuat anak mengerti dan
menerima pembatasan makanan, larangan bahan makanan dan sebagainya.
Dibutuhkan pendekatan yang lebih baik untuk membuat anak menyepakati dan
menjalankan program.
Secara garis besar prinsip pengaturan diet adalah :
1. Menghindari obesitas serta mempertahankan pertumbuhan normal.
2. Masukan makanan berkarbohidrat rendah (48% energi total).

3. Menurunkan masukan lemak (<30% energi total), lemak tak jenuh (10% energi
total), serta kolesterol <300 mg/hari.
4. Meningkatkan makanan tinggi serat.
5. Makanan dengan kandungan garam cukup (5 gram/hari).
6. Meningkatkan masukan besi, kalsium dan fluor.

b. Pengaturan aktivitas fisik


Latihan fisik dibutuhkan untuk memaintan penurunan berat badan dan
meredistribusi lemak tubuh menjadi masa otot. Latihan yang diberikan harus
berskala kecil kemudian perlahan ditingkatkan, untuk menghindari ketakutan dan
penolakan anak. Pencapaian yang paling baik adalah 20-30 menit aktivitas sedang
per hari, diluar aktivitas fisik anak disekolah.8
c. Modifikasi perilaku
Tatalaksana diet dan aktifitas fisik merupakan kunci utama terapi obesiats.
Untuk keduanya dapat maksimal maka diperlukan intervensi lain yang mendorong
perubahan peilaku anak, yaitu intervensi dari orangtua. Beberapa cara perubahan
perilaku dapat diraih antara lain:8
1. Pengawasan sendiri asupan, berat badan, aktivitas fisik serta perkembangannya.
2. Kontrol stimulus, seperti menghindarkan smeua makanan saat anak menonton
telivisi.
3. Mengubah perilaku makan, seperti makan cepat menjadi makan lebih lambat,
kontrol porsi, kontrol asupan camilan.

10

4. Penghargaan, pujian dan dorongan saat anak berhasil, dan seballiknya


memberikan motivasi serta peringatan bila tidak.
5. Pengendalian diri

d. Peran serta keterlibatan orang tua

Penting sekali mengikutsertakan orangtua, keluarga, guru dan sekolah


dalam program terapi obesitas. Hal ini terbukti efektif dalam penurunan berat
badan.
Telah disebutkan sebelumnya, selain modifikasi gaya hidup, tatalaksana obesitas
yang lain adalah terapi intensif meliputi diet berkalori sangat rendah,
farmakoterapi dan pembedahan. Terapi ini dapat dilakukan hanya bila modifikasi
gaya hidup yang intensif gagal menurunkan berat badan, atau bila terapi dilakukan
untuk memperbaiki co-morbiditas pada anak dengan obesitas. Anak overweight
tidak boleh diberikan terapi ini kecuali bila benar-benar signifikan.1,7
Terapi diet berkalori sangat rendah bila berat badan >140% berat badan
ideal. Farmakoterapi dilakukan dengan bila modifikasi gaya hidup telah gagal
dalam menurunkan berat badan, serta dilakukan oleh klinisi yang telah
bepengalam. Farmakoterapi dibagi atas penenkan nafsu makan seperti sibutramin,
penghambat absorpsi zat gizi seperti orlistat, dan kelompok jenis lain seperti
leptin, metfrormin dan sebagainya. Sampai saat ini belum ada yang disetujui Food
and Drugs Administration (FDA) sebagai terapi untuk obesitas anak.

2.7 Pencegahan

11

Pencegahan obesitas anak dan remaja sangat penting bagi kesehatan


masyarakat di Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara lain National
Institutes of Health (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
(CDC) merekomendasikan berbagai inisiatif untuk memerangi lingkungan
obesigenic saat ini, termasuk promosi menyusui, akses ke buah dan sayuran, dan
60 menit / hari aktivitas untuk anak-anak. USDA mensponsori program 5,5
cangkir buah-buahan dan sayuran per hari. Insentif bagi industri makanan untuk
mempromosikan konsumsi makanan sehat harus dipertimbangkan. Pemasaran
makanan sehat kepada anak-anak sudah mulai diatur
Panduan Antisipatif: Membangun Kebiasaan Makan Sehat Pada Anak
(Diadaptasi dari Benton D: Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan
anak-anak dan perkembangan obesitas, Int J OBEs Relat Metab Disord 28:858869, 2004)

Jangan menghukum anak selama waktu makan dan berkaitan dengan


makan. Suasana emosional makan sangat penting. Interaksi saat makan

harus menyenangkan dan bahagia.


Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah.
Orang tua, saudara, dan rekan-rekan harus memodelkan makan yang

sehat, mencicipi makanan baru, dan makan makanan yang seimbang.


Anak-anak harus terkena berbagai makanan, selera, dan tekstur.
Makanan harus ditawarkan beberapa kali. Paparan berulang untuk

awalnya tidak menyukai makanan akan memecah resistensi.


Menawarkan berbagai makanan dengan kepadatan energi yang rendah

membantu anak asupan keseimbangan energi.


Membatasi akses ke makanan akan meningkat ketimbang menurunkan
preferensi anak untuk makanan itu.

12

Memaksa anak untuk makan makanan tertentu akan menurunkan


preferensi nya untuk makanan itu. Kewaspadaan anak-anak makanan baru

adalah normal dan harus diharapkan.


Anak-anak cenderung lebih sadar kenyang dibandingkan orang dewasa,
sehingga memungkinkan anak-anak untuk merespon kenyang, dan
membiarkan yang mendikte porsi. Jangan memaksa anak-anak untuk
"membersihkan piring mereka."

13

BAB 3

KESIMPULAN

Definis obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan


rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.
Obesitas pada anak umumnya didefinisikan dengan kriteria obesitas menurut
antropometri.
Obesitas dapat terjadi karena status keseimbangan energi seseorang secara
terus menerus mengarah ke positif, yaitu dimana jumlah masukan lebih besar dari
keluaran energi. Gangguan homeostatis energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik
dan faktor endogen yang disebakan kelainan hormonal atau sindrom tertentu.
Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Secara umum fakorfaktor tesebut dikelompokkan dalam faktor genetik (mutasi gen sentral/perifer
dalam kontrol keseimbangan energi) dan faktor lingkungan (nutrisional, aktivitas
fisik, medikasi dan sosial ekonomi).
Dalam mendiagnosis obesitas, selain menilai dari tanda dan gejala klinis,
dibutuhkan pengukuran yang lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis, yaitu
antropometri dan laboratorik. Setelah kriteria obesitas terpenuhi, selanjutnya
ditelusuri faktor resiko obesitas serta dampak yang ada.
Terapi obesitas anak berbeda dengan dewasa. Terapi obesitas anak dibagi atas
modifikasi gaya hidup dan terapi intensif. Modifikasi gaya hidup mencakup
pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, perubahan perilaku serta yang

14

terpenting adalah dukungan dan keterlibatan keluarga dalam proses terapi yang
dilakukan. Terapi intensif hanya dilakukan bila modifikasi gaya hidup gagal
menurunkan berat badan, dipilihi bila efek signifikan menurunkan co-morbiditas..
Komplikasi yang ditimbulkan obesitas mencakup berbagai penyakit
metabolik, cardiovaskular dan degeneratif. Angka kekambuhan obesitas memiliki
prognosis yang kurang baik. Sehingga sejak dini perlu diupayakan usaha
pencegahannya, dengan strategi pendekatan populasi lewat promosi maupun
pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi dengan edukasi cara hidup sehat.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Andrew J Walley, Julian E. Asher, Philippe Froguel. The genetic


Contribution To Non-Syndromic Human Obesity. Nature Reviews |
Genetics Volume 10 |July 2009.
2.

Arthur C. Guyton. John E. Hall. Textbook of Medical Physiology,


eleventh edition. Philadelphia: Elsevier. 2006. p. 865-870

3. Damayanti Rusli, Endang DL, Maria Mexitaha, Sri Sudaryati N. Buku


Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Badan Penerbit IDAI. 2011. Hal 230-241.
4. Heird,W.C.Parental Feeding Behavior and Childrens Fat Mass. AmJ
ClinNutr ,2002
5. Lewis A. Barness, John S. Curran. Nutrisi. Dalam: Nelson WE, Behrman
RE, Kliegman RM, Arvin AM, editor. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15,
volume 1. Jakarta: EGC. 2000.
6. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada
Anak Sekolah. Kemenkes 2012
7. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6.
Jakarta: EGC. 2009. Hal 701-109, 776-780
8. WHO.Obesity:PreventingandManagingTheGlobalEpidemic,WHOTechni
calReportSeries2000;894,Geneva

16

Anda mungkin juga menyukai