03
RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04
PANDUAN
TRANSFER PASIEN
BAB I
DEFENISI
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang perawatan/
ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan
pasien dari saru rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan
peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer.
Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.
Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
-
berdedikasi tinggi
Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaanya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
BAB II
RUANG LINGKUP
operasi
Transfer pasien dari Ruang rawat inap ke ICU, kamar operasi
Transfer pasien dari ICU ke ruang rawat inap, kamar operasi
Transfer pasien dari kamar operasi ke ruang rawat inap, ICU
Transfer pasien dari IGD, rawat inap, ICU ke ruang Radiologi
BAB III
TATALAKSANA
A. Pengaturan Transfer
1. Rumah sakit harus membentuk suatu tim transfer yang mencakup perawat
yang kompeten dalam merawat pasien kritis, petugas medis, dan petugas
ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana
yang akan dipilih.
2. Berikut adalah tiga pilihan metode transfer yang ada.
a. Layanan Antar-Jemput Pasien (Retrieval Service): merupakan layanan /
jasa umum dengan tim transfer sentral yang berlokasi di suatu tempat, di
mana tim tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari rumah sakit
jejaring dan membawa / mentransfernya ke rumah sakit lain yang paling
sesuai untuk pasien.
b. Tim transfer lokal: setiap rumah sakit memiliki tim transfernya sendiri dan
mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain.
3. Semua rumah sakit dengan layanan akut harus mempunyai sistem resusitasi,
stabilisasi, dan transfer untuk pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa
terkecuali.
4. Dokter senior / spesialis (DPJP/ dr ICU) yang bertanggungjawab dalam tim
transfer pasien harus siap sedia 24jam untuk mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat / kritis antar rumah sakit.
B. Keputusan Melakukan Transfer
1. melakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. mengawali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer,
kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman:
edukasi dan persiapan.
4. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan
dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel
rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.
5. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya
lebih besar,sebaiknya jangan melakukan transfer.
6. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,
peralatan dan kendaraan khusus.
7. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/dokter senior (biasanya
seorang konsultan) dan dokter ruangan.
8. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter
yang mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan
waktu diambilnya keputusan,serta alasan yang mendasari.
menunggu
pelaksanaan transfer
5. Rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
6. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
7. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang
tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter senior (dr ICU/ dr. Anestesi), biasanya seorang konsultan, bertugas
untuk membuat keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus
mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan
dengan proses transfer. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak
memerlukan dampingan anestesiologis selama proses transfer antar-rumah
sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah Do Not Resuscitate (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
5. Berikut
adalah
panduan
perlu
atau
tidaknya
dilakukan
transfer
i.
ii.
Petugas
Derajat 0
Pendamping
(minimal)
TPK / Petugas Bantuan Hidup Dasar
Derajat 0,5
(orang
Peralatan Utama
keamanan
TPK/
Petugas Bantuan Hidup Dasar
Keamanan
tua/deliriu
m)
Derajat 1
Perawat/Petugas
yang
berpengalaman
(sesuai
dengan
Perawat
dan
Semua
ditambah
Dua tahun pengalaman dalam
petugas keamanan
/ TPK
Oksigen
Suction
Tiang
infus
portabel
Pompa infus
dengan baterai
Oksimetri
denyut
Semua
suction
kebutuhan pasien)
Derajat 2
keterampilan
perawatan
diatas,
peralatan
diatas,
intensif
(oksigenasi,Sungkup pernafasan,
defribrilator, monitor
Derajat 3
dan
ditambah
Monitor EKG
tekanan
darah
Defibrilator
Monitor
ICU
portabel yang
bulan
pengalaman
perawatan
pasien
lengkap
Ventilator dan
peralatan
transfer
memenuhi
menangani
standar
minimal
yang
pasien
dengan
sakit
berat/kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di ICU
Keterampilan
bantuan
hidup
pasien
berat/kritis
dengan
sakit
(lengkapnya
lihat
lampiran 1)
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Pasien
Petugas
Derajat 0
Pendamping
(minimal)
Petugas ambulan
Kendaraan
High
Dependency Service
Derajat 0,5
(orang
(HDS)/ ambulan
Kendaraan
HDS/
dan paramedis
Ambulan
tua/deliriu
m)
Derajat 1
Petugas ambulan
dan perawat
Kendaraan
HDS/ ambulan
Oksigen
Suction
Tiang
infus
portabel
Infus
pump
dengan baterai
Oksimetri
Ambulan
Semua
Derajat 2
Dokter, perawat,
dan
ambulan
Semua
ditambah;
Penggunaan alat pernapasan
Bantuan hidup lanjut
Penggunaan kantong pernafasan
Petugas
keterampilan
(bag-valve- mask)
diatas,
peralatan
atas
-
di
,
ditambah;
Monitor EKG
Derajat 3
Penggunaan defibrilator
Penggunaan monitor intensif
dan lanut
Keterampilan
menangani
dan
-
darah
Defibrilator bila
diperlukan
Ambulans
lengkap/ AGD
kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di ICU
Ketermapilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan untuk
118
Monitor
lengkap
Ventilator dan
peralatan
transfer
standar
minimal
yang
memenuhi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
ICU
pertabel yang
tekanan
g.
h.
i.
j.
17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat
memperlihatkan
elektrokardiogram
(EKG),
saturasi
oksigen
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
a. Jasa ambulans gawat darurat
i. siap sedia dalam 24 jam
ii. perjalanan darat
iii. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan
iv.
kebutuhan-kebutuhan
untuk
pasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)
4. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera
dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
5. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat
padat penduduknya, tetapi tidak semua kantor kepolisian menyediakan jasa
ini.
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulans di tempat yang aman dan lakukan tindakan
yang diperlukan.
I. DOKUMENTASI DAN PENYERAHAN PASIEN TRANSFER ANTAR RUMAH
SAKIT
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer,
a.
b.
c.
d.
e.
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan
untuk transfer intradan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi
yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
proses transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara
tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan
perawat)
yang
akan
bertanggungjawab
terhadap
perawatan
pasien
selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital,
hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi
klinis selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium,
radiologi,
dan
yang
lainnya
harus