Disusun Oleh :
Rahmi Fitri Azizah
20100340113
Pembimbing :
drg. Fahmi Yunisa, Sp. Prost
PENDIDIKAN PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang tidak dapat dilepas dengan mudah,
baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen
pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi
tersebut (Stephen, 1998 & Cowell,1979).
Apabila gigi dicabut dan tidak segera diganti, dapat membawa berbagai macam
akibat, misalnya setelah pencabutan gigi Molar pertama kanan bawah (Prajitno, 1991).
1. Gigi M2 condong ke mesial
2. Gigi antagonis (M1 atas) ekstrusi ke arah edentulous
3. Premolar kedua sering condong ke distal
4. Dapat terjadi kantong gusi (pocketing) pada sisi edentulous
5. Titik kontak antara P1 dan P2 dapat hilang
6. Dapat terjadi karies karena akumulasi plak pada gigi
7. Ganguan estetika terjadi apabila gigi depan terlihat
8. Gangguan fonetik (bicara) pada kehilangan gigi depan
9. Kelainan persendian mandibula
Tujuan pembuatan GTC :
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah
2. Mencegah terjadinya ecclusal disharmony
3. Mencegah terjadinya migrasi gigi
4. Mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
6. Memulihkan fungsi fonetik
7. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium
Keuntungan GTC dibanding dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) adalah
1. Karena diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau tertelan
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya frame/plat.
3. Tidak mempunyai clasp (pendekap) yang dapat menyebabkan keausan pada enamel
gigi.
4. Dapat mempunyai efek spint (efek belat) yang melindungi gigi terhadap stress.
5. Mendistribusikan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi,sehingga menguntungkan
jaringan pendukungnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat
dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini
dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang
merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Stephen, 1998 & Cowell,
1979).
2. Indikasi GTC
a. Pasien berusia 20-50 tahun, diutamakanpembuatannya untuk pasien dewasa
b. Kesehatan struktur gigi baik
c. Kebersihan mulut pasien baik (diamati melalui deposit saliva)
d. Tulang alveolar gigi normal (tidak resorbsi)
e. Pendukungan alveolar baik (bentuk akar baik, padat, besar, divergen dsb.)
f. Tidak melanggar aturan ratio akar dan mahkotasebesar 50 %
g. Bentuk gigi bagus dan normal
h. Sesuai dengan hukum Ante (untuk pemilihangigi penyangga)
i. Hubungan oklusi yang baik (tidak adanyacrossbite dsb.)
j. Jaringan periodontal gigi penyangga baik,gigi yang tidak kokoh kadang
memerlukan dukungan tambahan dengan perlekatan ganda.
k. Gigi yang jarang berfungsi secara fungsional memiliki membran periodontal
yang tipis, begitusebaliknya.
l. Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi, pedagang).
m. Penyanyi dan pembicara yang tidak menginginkan penampilan buruk karena
kehilangan gigi atau pemasangan protesayang kurang estetis
n. Sebagai perencanaan perawatan pada kasus periodontal
o. Pasien tidak memiliki bad habit yangberpengaruh terhadap stabilitas dan
keawetanGTC (misal: kebiasaan bruxism)
p. Kesehatan umum pasien baik (misal : tidak menderita Diabetes Mellitus,
osteoporosis, dsb.). Paling tidak mendekati normal, tapi lebih baik jika
sempurna
q. Pertimbangan pasca perawatan ortodonsi (sisa ruang yang terlalu sempit apabila
dilakukan pemasangan GTS tidak memungkinkan)
r. Pada kasus rehabilitasi mulut, dimana semua faktor memenuhi syarat (tingkah
laku pasien, kooperatif, umur dsb.)
s. Poros gigi (inklinasi) gigi penyangga harustegak, dan sejajar satu sama lain,
apabila miring tidak boleh melebihi 25 derajat
t. Tidak terdapat kegoyahan gigi pada gigi penyangga
u. Gigi yang masih vital dengan reaksi yang normal (gigi tidak hipersensitivitas)
v. Operator sanggup untuk melakukan perawatan GTC
Bridge yang connectornya yang satu rigit dan yang satunya non rigit/movable
(bisa bergerak).Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai individual
movement
c. Spring Bridge
Bridge yang mempunyai pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar. Indikasi : pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema (kasus
yang mengutamakan estetis)
d. Cantilever bridge
Satu ujung bridge melekat secara rigid/kaku pada retainer sedang ujung yang
lain bebas/menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki
sedikit jaringan gigi asli yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria
retensi dan stabilitasi.
e. Compound bridge
Kombinasi dari 2 tipe bridge.
f. Complex Bridge
Jembatan bilateral meliputi dua sisi rahang yang menggantikan sejumlah gigi
dengan kegiatan fungsi yang berbeda.
6. Syarat gigi Penyangga
a. Panjang gigi normal (panjang akar yang tertanam dalam soket gigi sedikitnya 1
panjang mahkota anatomisnya)
b. Mahkota berbentuk persegi (untuk mendapatkan bentuk retainer dengan retensi
dan stabilisasi yang baik)
c. Tidak memiliki kelainan di sekitar ujung akar gigi
d. Tidak memiliki karies, jika ada karies sudah dilakukan penumpatanAkar tidak
boleh bengkok dan berbentuk kerucut (mengurangi retensi)
e. Tidak goyah
f. Kedudukan yang normal pada lengkung gigi sudah erupsi sempurna
g. Memiliki poros gigi (inklinasi) yang tegak, kemiringannya tidak lebih dari 25
(akan membahayakan pulpa pada preparasi)
h. Gigi penyangga tidak malposisi (misal : gigi linguoversi atau bukoversi dapat
mempersulit pada saat dilakukan path of insertion, juga dapat memperbesar
tekanan karenapengunyahan sehingga dapat menggangustabilitas dan keawetan
GTC)
i. Jika gigi penyangga non vital, harus dilakukan perawatan endodontik serta
tidakterjadi resorbsi.
7. Bentuk/desain pontik
a. Saddle pontic :
Bentuk menyerupai gigi asli
Bagian servikal pontik menempel semua tanggul alveolar
Estetis bagus, tetapi tingkat kebersihan jelek.
daerah palatinal / lingual. Maksud bentuk ini untuk memberi ketebalan pada
bagian bukal / labial yang akan ditempati oleh resin akrilik / porselain sebagai
facing. Kasus yang sering terjadi yaitu pada gigi premolar 1 & 2 atas / bawah
dengan retainer full metal crown with porcelain / acrylic resin veneer.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama
Alamat
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
: Nurul Laili
: Peleman, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
: 21 tahun
: Perempuan
: Mahasiswa
: Islam
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan utama : pasien merasa tidak nyaman saat mengunyah karena gigi
geraham rahang atas kanan ada yang sudah hilang dan terlihat ompong ketika
berbicara.
Riwayat perjalanan penyakit : Gigi tersebut dulu berlubang besar dan dilakukan
pencabutan 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan giginya ompong pada rahang
atas kanan dan ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas pasang
sendiri.
Riwayat kesehatan oral : Pasien pernah ke dokter gigi, terakhir 2 tahun yang lalu
untuk menambalkan gigi epannya.
Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah
: sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu
: sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Riwayat kehidupan sosial : Pasien adalah seorang mahasiswa semester 5 jurusan
B. Arab di UMY. Pasien tinggal di rumah kost bersama temann-temannya.
Riwayat kesehatan utama : Pasien tidak pernah di rumah sakit sebelumnya,
terakhir 1 tahun yang lalu karena penyakit maag.. Pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat tertentu yang dapat mempengaruhi kondisi giginya
tersebut.
Torus mandibula
Palatum
Mukosa
Gingiva
Bentuk lengkung
RA
RB
: Tidak ada
: Sedang
: Normal
: Normal
:
: Parabola
: Parabola
Neuromuskula
r
K.Luda
h
K.Limf
e
Tl.Rahan
g
TMJ
Deformita
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
s
Nyeri
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Tumor
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Gangguan
AD
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Fungsi
A
Gangguan fungsi TMJ : terdapat bunyi klik pada sendi temporomandibula sebelah kiri
pada saat membuka mulut terlalu lebar dan menutupnya kembali.
Dx : kliking
4. Pemeriksaan klinis gigi geligi
Gigi 17 = karies superficial di oklusal
Gigi 16 = karies superficial di oklusal
Gigi 14 = karies superficial di oklusal
Gigi 12 = karies media di mesial
Gigi 11 = Tumpatan sewarna gigi di mesial dan distal
Gigi 21 = Tumpatan sewarna gigi di mesial dan distal
Gigi 22 = karies media di mesial
Gigi 24 = karies superficial di oklusal
Gigi 26 = karies superficial di oklusal
Gigi 27 = karies superficial di oklusal
Gigi 37 = karies media di oklusal
Gigi 36 = karies media di oklusal dan bukal
Gigi 35 = karies superficial di oklusal
Gigi 46 = karies media di oklusal dan bukal
Gigi 47 = karies media di oklusal
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN
Bahan cetak
: alginat
b.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu diboxing.
2. Kunjungan II (Preparasi Gigi Abutment)
1) Preparasi abutment dengan full cast crown pada gigi 15
a. Incisal reduction : Bagian Incisal dikurangi dengan menggunakan round
edge wheel bur sebesar 1-2 mm, sesuai dengan bentuk anatominya. Periksa
gigi antagonisnya.
b. Labial/palatal reduction : Bagian labial dikurangi dengan silindris fissure
bur atau bur torpedo kemudian dibuat chamfer finish line pada daerah
cemento-enamel junction.
c. Proximal reduction : Menggunakan flat disc wheel bur makan sebelah atau
bur tapered yang tipis dan kecil dengan pemotongan sejajar antar dinding
proksimal sedikit menutup kearah incisal sebesar 5o.
d. Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur
terutama daerah gingival margin. Untuk sudut aksial yang mudah dijangkau
bisa menggunakan sylindris fissure bur.
e. Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan sand paper disc untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercutundercut untuk memperoleh hasil preparasi yang halus.
2) Pembuatan mahkota sementara dan pontik sementara dengan acrilic putih Self
Cured, guna mempertahankan agar posisi gigi tidak berubah
3) Pencetakan work model
4) Penyesuaian warna
3. Kunjungan III (Insersi GTC)
1) Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (Luting agent) / bisa menggunakan
semen resin
2) Retainer menggunakan PFM (Porcelain Fused Metal)
4. Kunjungan IV (Kontrol)
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTC, dengan cara:
1) Pemeriksaan subyektif
apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTC ?
apakah fungsi bicara terganggu ?
2) Pemeriksaan obyektif
Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara
padabagian oklusal
Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil
Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang
Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas artikulating
paper
Saliva berlebihan : adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi
tiruan, namun dapat hilang setelah beradaptasi.
UE
UE
UE
UE
18: Un Erupted
28: Un Erupted
15 [55]: -
25 [65]:
14 [54]: -
13 [53]: -
23 [63]: -
11 [51]: -
21 [61]: -
41 [81]: -
31 [71]: -
42 [82]: -
32 [72]: -
43 [83]: -
33 [73]: -
44 [84]: -
34 [74]: -
48: Un Erupted
38: Un Erupted
B. Desain GTC
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Retainer
Pontic
Abutment
Connector
Unit
BAB IV
DISKUSI
Pemakaian GTC pada pasien di atas yang berusia 21 tahun dengan pertimbangan
untuk mengganti gigi geraham 1 kecil kanan rahang atas yang sudah hilang, diharapkan dapat
mengembalikan fungsi pengunyahan dan fonektik. Kondisi tulang alveolar dan jaringan
pendukung menjadi pertimbangan dimana pencabutan gigi sudah dilakukan 1 bulan yang
lalu. Jenis GTC yang akan digunakan pada kasus ini adalah 3 unit bridge. Gigi yang hilang
adalah gigi 14 dan membutuhkan pontic yang bersifat kuat karena pasien memiliki kebiasaan
buruk mengerot (bruxism). Jenis pontik yang digunakan adalah ridge lap pontic. Bagian
serviko bukal menempel pada ridge gingiva dan pada bagian palatal menggantung mengingat
bahawa estetis pada gigi 14 sangat penting. Gigi abutment yang akan digunakan adalah gigi
13 dan 15, sehingga akan dilakukan preparasi full crown pada gigi 15 dan 13. Retainer yang
akan digunakan menggunakan crown dengan bahan porcelein fused to metal, dengan diberi
jarak 2 mm pada saat preparasi untuk penempatan bahan. Sementasi retainer menggunakan
SIK tipe I (luting agent). Conector pada kasus ini menggunakan rigid connector.
Prognosa
Diperkirakan hasil perawatan baik karena :
BAB V
KESIMPULAN
Missing teeth pada gigi posterior maksila (14) di pasang GTC 3 unit bridge disertai
dengan ridge lap pontic dan rigid connector. Retainer menggunakan PFM (porcelain fused
to metal).
Yogyakarta,
Operator
Januari 2015
Pembimbing