D25 WNT Indonesia-Finalreport
D25 WNT Indonesia-Finalreport
Laporan D-25
TIM CASINDO NUSA TENGGARA BARAT
Agustus 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ijin dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penyusunan dokumen
Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penyusunan
dokumen ini merupakan kerjasama antara Fakultas Teknik Universitas Mataram
dengan Energy research Center of the Netherlands yang bernaung dibawah Proyek
CASINDO. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan bagi instansi pemerintah dan swasta
dalam pengembangan energi terbarukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tidak hanya
pengembangan energi terbarukan untuk pembangkitan listrik, melainkan juga untuk
kebutuhan lainnya seperti industri dan bahan bakar memasak skala rumah tangga.
Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan tindak
lanjut dari diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional, dimana Pemerintah Pusat telah menetapkan target
pemanfaatan energi terbarukan pada tahun 2025 sebesar 17 %.
Lebih lanjut, dokumen ini memuat data dan informasi mengenai pemanfaatan
energi terbarukan saat ini, potensi energi terbarukan dan peluang pengembangannya,
target pengembangan energi terbarukan serta rencana aksi yang diperlukan untuk
mencapai target yang telah ditentukan.
Tersusunnya dokumen ini tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama semua
stakeholder terkait, untuk itu tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaiannya, dan semoga kerja sama yang baik
dapat lebih ditingkatkan lagi di masa yang akan datang. Akhir kata semoga dokumen
ini dapat bermanfaat bagai pengembangan energi nasional, dan lebih khususnya bagi
pengembangan energi daerah Nusa Tenggara Barat.
Mataram, Agustus 2011
Tim Casindo Provinsi NTB
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iv
vi
PENDAHULUAN ........................................
11
12
13
15
20
20
21
21
22
ii
22
22
23
23
24
25
25
30
31
31
31
35
35
37
39
39
43
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
10
12
13
14
15
16
iv
17
18
10
20
11
21
12
21
13
22
14
23
15
23
16
24
17
24
18
25
19
27
20
27
21
Peluang
Pengembangan
...............................................................
Geothermal
28
22
Peluang
Pengembangan
...................................................
Pagar
28
23
29
24
29
25
30
26
31
27
32
28
32
29
33
30
33
31
34
32
34
33
35
34
35
35
37
36
38
Biofuel/Jarak
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
PLTMH Lantan di Desa Lantan, Kec. Batukliang Utara, Kab. Lombok Tengah (on
grid) .......................................................................................................
12
14
Biogas Skala Rumah Tangga di Desa Gapura, Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah
......................................................................................................
15
18
19
vi
vii
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat
penting untuk mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi. Mengingat peran
strategis sumberdaya energi, pengelolaan energi yang meliputi penyediaan,
pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilakukan secara berkeadilan,
berkelanjutan, dan optimal agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar
besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
Sebagai acuan pengelolaan energi, Pemerintah pusat menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Dalam
KEN, dicantumkan target energy mix yang menjadi acuan pengembangan energi
nasional. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah daerah perlu menetapkan rencana aksi
dalam rangka mencapai target energy mix nasional. Rencana aksi tersebut menjadi
pedoman baik bagi institusi pemerintah dan swasta di daerah untuk
mengembangkan energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan ikhtiar Pemerintah
pusat dan daerah yang ingin mengurangi peran energi konvensional dan
menggantinya dengan energi terbarukan yang tersedia lokal serta lebih ramah
lingkungan.
Dalam penyusunan rencana aksi, dilakukan kajian mengenai status pemanfaatan
energi terbarukan saat ini, pemetaan peluang pengembangan potensi energi
terbarukan yang tersedia kemudian penentuan target pengembangan selanjutnya.
Sebagai langkah pendukung, dibentuk tim yang beranggotakan stakeholder terkait,
yang melaksanakan tugasnya berdasarkan rencana detail implementasi
pengembangan energi terbarukan.
Bab 2
Pemanfaatan Energi Terbarukan Saat Ini
Dalam Kebijakan Energi Nasional, salah satu kebijakan utama pengembangan
energi nasional adalah meningkatkan diversifikasi energi melalui upaya
pemanfaatan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, energi surya,
energi angin dan biomassa minimal sebesar 17 % dari total energy mix pada tahun
2025. Dengan memanfaatkan energi terbarukan ketergantungan penggunaan
bahan bakar fosil pada sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain
itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan konsumsi bahan bakar fosil
menjadi salah satu alasan untuk mengurangi tingkat penggunaan bahan bakar
fosil. Mengingat peran energi terbarukan yang sangat penting dalam sistem
penyediaan energi nasional, diperlukan kebijakan yang mendukung keberlanjutan
pelaksanaannya.
Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu pada tahun 2025.
Terwujudnya target energy mix pada tahun 2025, sebagaimana
ditunjukkan gambar 1.
3.
lokal dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi optimal
sesuai dengan daya dukung wilayah sehingga peternakan sapi di NTB dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat
pedesaan, memenuhi kebutuhan daging nasional, memenuhi permintaan
bibit sapi bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi kebutuhan konsumsi
daging dalam daerah. Dengan demikian, secara tidak langsung peternakan
sapi diharapkan dapat menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor
ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan perekonomian, kesehatan,
kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat.
Target pertumbuhan populasi sapi program Bumi Sejuta Sapi disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Target Pertumbuhan Populasi Sapi
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
546.114
587.247
631.511
679.111
730.299
785.346
546.114
602.333
683.347
780.724
897.832
1.032.507
Kabupaten
1.
Lombok Barat
2.
Lombok Utara
3.
Lombok Tengah
Kecamatan
Sekotong
Narmada
Bayan
Buwun Mas
Sedau
Akar-Akar
Mumbul Sari
Praya Timur
Mujur
Praya Barat Daya Kabul
Pujut
Batukliang Utara
Pringgarata
Sakra Timur
Jerowaru
Suela
Aikmel
4.
Lombok Timur
5.
Sumbawa
Maronge
Batulanteh
Sumbawa Barat
Sekongkang
6.
Desa
Dme Berbasis
PLTS
PLTMH
PLTS
PLTS
PLTS
Jarak Pagar
Pemanfaatan
Awal
PLTS
Jarak Pagar
PLTMH dan
Biogas
Pemepek
PLTMH
Lepak
PLTS
Pemongkong
PLTS
Perigi
PLTS
Kalijaga Selatan Biogas
Kalijaga Timur
PLTMH dan
Jarak Pagar
Maronge
PLTS
Tepal
PLTS dan PLTMH
Baturotok
PLTS dan PLTMH
Talonang
PLTS
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
dan Memasak
Penerangan
Penerangan
Penerangan
dan Memasak
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Memasak
Penerangan
dan Memasak
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Aik Kangkung
Penerangan
Batu Jangkih
Prabu
Lantan
PLTS
10
No
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Dme Berbasis
7.
Dompu
Kilo
Manggelewa
Taropo
Soriutu
PLTS
Jarak Pagar
8.
Bima
Langgudu
Kerampi
Dumu
Oi Marai
Bumi Pajo
PLTS
PLTS
PLTMH
PLTS
Tambora
Donggo
Pemanfaatan
Awal
Penerangan
Penerangan
dan Memasak
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Penerangan
Selain itu,
4 (empat)
dihasilkan
melainkan
berikut.
11
Kabupaten/Kota
Kota Mataram
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
407
1206
948
1241
609
1014
908
934
9.476
1
1
2
1
9
45
12
2
4
9
2
84
1
1
2
2.2.1 PLTMH
Pembangunan PLTMH off grid untuk daerah-daerah terpencil yang belum
terjangkau listrik PLN dilakukan oleh Pemerintah, dengan sumber
pembiayaan baik dari anggaran daerah ataupun anggaran Pemerintah
Pusat.
Setiap tahun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas
Pertambangan dan Energi melakukan studi pendahuluan yang jika dinilai
layak ditingkatkan menjadi Detail Design Engineering. Setelah masa
konstruksi selesai, pengelolaan PLTMH diserahkan kepada swadaya
masyarakat setempat atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) atau koperasi
di level desa. Penetapan tarif dan susunan pengurus kelembagaan dibina
oleh Dinas Energi dan Sumber daya Mineral di tingkat kabupaten bersamasama dengan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
PLTMH Yang
Beroperasi
Kapasitas
(kW)
30
40
25
50
25
22
22
100
30
30
200
400
924
2.2.2 PLTS
PLTS tersebar adalah jenis PLTS yang paling banyak digunakan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan skala kebutuhan untuk
rumah tangga (Solar Home System/PLTS). Sistem PLTS dirancang
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dirakit dan dioperasikan
oleh masyarakat desa yang awam. Namun kemudahan dalam hal
ini sekaligus menjadi titik lemah PLTS dalam program listrik
13
No
Kabupaten
1
2
3
4
5
6
7
8
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Total
Setara
PLTS Komunal
405
1203
944
1235
608
1013
908
934
7.250
2
3
4
6
1
1
17
Produksi Energi
(kWh)
50.341
155.227
160.016
173.682
82.694
129.998
106.054
109.091
967.104 kWh
592,83 SBM
14
2.2.3 Biogas
Pemanfaatan biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih
terbatas pada pemenuhan kebutuhan bahan bakar memasak
untuk rumah tangga. Pembangunan biogas antara lain
dilaksanakan melalui skema percontohan oleh Pemerintah Daerah
dan program BIRU (Program Biogas Rumah) yang dikelola oleh
HIVOS (Institut Humanis untuk Kerjasama Pembangunan) dengan
dukungan teknis dari SNV (Organisasi Pembangunan Belanda).
Program ini didanai sepenuhnya oleh Kedutaan Besar Kerajaan
Belanda di Jakarta dan didukung oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
10
12
Biaya Konstruksi
Subsidi
Biaya yang Ditanggung
Konsumen
Rp. 6 Juta
Rp. 2 Juta
Rp. 4 Juta
15
Kabupaten
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Total
Setara
1
9
61
19
1
7
98
292
23.652
1.086.532
105.412
292
14,308
1.230.488 M3
1.300,60 SBM
16
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
6.331,00
131.866,00
176.172,00
8.324,00
138.777,00
164.506,00
8.002,00
148.470,00
177.810,00
10.995,00
169.912,10
134.930,00
10.420,00
181.710,43
130.181,87
12.069,10
193.394,29
120.253,10
12.934,48
209.195,27
104.696,01
14.165,83
224.016,24
85.302,73
14.773,73
236.353,60
77.650,62
16.113,88
250.906,45
61.613,01
87.698,41
89.732,90
91.851,50
98.575,68
131.092,56
128.479,54
142.966,74
158.233,50
171.226,55
179.406,36
102.448,00
102.957,00
98.764,00
103.301,40
92.932,23
94.474,38
91.646,70
89.305,26
85.548,65
84.800,56
491.412,83
493.874,81
1.839,10
496.349,12
2.980,13
498.835,83
2.767,32
501.363,71
3.457,07
503.826,09
3.921,18
506.325,06
4.385,29
508.822,61
4.691,45
511.315,13
5.277,41
513.800,33
17
Data konsumsi energi per jenis bahan bakar tahun 2010 hasil ekstrapolasi kemudian
diseragamkan satuannya dalam SBM (setara barel minyak), untuk selanjutnya
dibandingkan dengan data konsumsi energi yang berasal dari energi terbarukan
PLTMH, PLTS dan biogas.
Tabel 9. Konsumsi Energi dalam SBM Tahun 2010
Konsumsi Energi
dalam SBM
Jenis Energi
Avtur
Premium
Minyak Tanah
Solar untuk Listrik
Solar untuk
Transportasi
LPG
Batubara
Energi Terbarukan
(PLTMH, PLTS dan
biogas)
94.922,06
1.462.157,36
365.204,95
1.163.826,98
550.109,73
44.987,79
2.563.503,97
5.832,58
19
Bab 3
Peluang Pengembangan Energi Terbarukan
3.1 Potensi Energi Terbarukan
Potensi energi terbarukan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Energi setempat (local energy/isolated), yaitu potensi energi yang hanya
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat (lokal);
b. Energi yang diperjualbelikan (tradable energy/on grid), yaitu potensi energi yang
pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dan apabila ada
kelebihan energi (excess power) dapat dijual ke pihak lain melalui interkoneksi.
Pengelompokan tersebut dapat berubah dengan terjadinya perubahan kondisi.
Misalkan PLTMH yang tadinya hanya dapat dimanfaatkan untuk melistriki
perkampungan di sekitarnya (energi setempat) berubah menjadi energi yang
diperjualbelikan setelah adanya jaringan transmisi listrik.
Berdasarkan informasi dan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, potensi energi terbarukan yang ada dapat
dikelompokkan menjadi energi setempat (local energy) dan energi yang
diperjualbelikan (tradable energy). Pengelompokkan ini ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 10. Potensi Energi Terbarukan dan Pemanfaatannya Saat Ini
Jenis Energi
Minihydro
Microhydro
Geothermal
Biofuel
- Crude Jatropha Oil
- Cake
Biomass
Biogas
Angin
Surya
Arus laut
Potensi
Kapasitas
Terpasang
Pemanfaatan
198,75 MW
13,73 MW
145 MWe
0,979 MW
-
1.274,02 SBM/Tahun
-
115.186 SBM
125.424 SBM
667.479 SBM
Listrik
61.198.712
m3/Tahun
-
98 m3
1.300,60 SBM/Tahun
0,448 MW
-
640,81 SBM/Tahun
-
20
Peluang Pengembangan
PLTM
PLTMH
PLTP
Biofuel
- Crude Jatropha Oil
- Cake
PLT Biomassa
Biogas
SKEA
PLTS
PLT Arus laut
Kapasitas Maksimum
198,75 MW
12,57 MW
145 MWe
115.186 SBM
125.424 SBM
667.479 SBM Listrik
10.220.185 m3/Tahun
-
No
Kab/Kota
Peluang Pengembangan
Local
Tradable
(MW)
(MW)
1
2
3
4
Lombok
Lombok
Lombok
Lombok
Utara
Barat
Tengah
Timur
1,99
1,19
1,08
0,42
12,50
1,40
25,36
5
6
7
8
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Total
0,30
4,82
0,61
3,33
13,73
40,00
119,50
198,75
21
3.2.3 Biogas
Potensi sumberdaya ternak sapi dapat dilihat dari perkembangan populasinya di
seluruh kabupaten/kota se-NTB seperti tercantum pada tabel 13.
Tabel 13. Populasi Ternak Sapi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No
Kab/Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Jumlah
2004
2005
2006
2007
2008
938
102.460
72.159
60.896
15.449
68.690
43.164
57.087
5.191
426.034
952
106.695
72.519
60.135
17.941
75.650
49.947
59.012
8.314
451.165
996
112.648
73.891
60.677
20.224
88.964
52.339
61.874
9.763
481.376
1.292
110.462
74.843
64.947
21.737
102.095
58.897
62.398
11.165
507.836
714
121.582
75.744
64.414
29.337
114.595
61.120
65.988
12.616
546.114
r (%)
- 2,69
4,46
1,22
1,47
17,83
13,68
9,20
3,71
26,24
6,41
22
No
Kab/Kota
Lokasi
1
2
3
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Total
Sembalun
Maronge
Hu'u
Potensi
Geothermal
(MWe)
Local
Tradable
70
6
69
0
145
3.2.5 Biofuel
Penanaman jarak pagar (Jatropha curcas) di Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebagian besar diusahakan oleh swasta dan sebagian kecil adalah perkebunan
percontohan milik instansi pemerintah. Luas penanamannya adalah sebagai
berikut .
Tabel 15. Luas Penanaman Jarak Pagar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kabupaten/Kota
Luas Penanaman
(Ha)
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
21,50
245,50
1.769,18
1.699,70
873,00
992,50
612,89
1.213,00
8,00
7.435,27
3.2.6 Biomassa
Biomassa dapat berupa kayu dan berbagai jenis limbah pertanian seperti sekam,
sabut dan tempurung kelapa. Penggunaan biomassa untuk energi dapat
dikelompokkan menjadi: gasifikasi, pirolisa, dan pembakaran langsung.
Gasifikasi menghasilkan gas metan untuk pembakaran, pembangkitan listrik,
dan menggerakkan turbin. Pirolisa menghasilkan arang untuk pembakaran,
misalkan untuk memasak. Pembakaran langsung adalah seperti yang banyak
23
dilakukan di pedesaan untuk memasak, atau dapat juga untuk pemanasan boiler
untuk pembangkitan listrik (banyak dilakukan di perkebunan).
Tabel 16. Potensi Limbah Perkebunan untuk Biomassa
No Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lombok Utara
Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
Bonggol
Jagung
(Ton)
Sekam
(Ton)
6.401
55.901
107.852
87.324
17.106
107.422
45.179
86.360
10.272
523.817
8
18.983
6.656
48.776
6.414
60.504
14.638
27.158
2.181
185.318
Kulit
Kacang
(Ton)
Tempurung
Kelapa
(Ton)
3
2.176
1.112
263
46
342
64
1.625
162
5.792
7.868
15
6.429
5.961
4.820
527
1.481
241
633
116
28.090
Sabut
Kelapa
(Ton)
5.193
10
4.243
3.934
3.181
348
978
159
418
76
18.539
Batang
Ketela
(Ton)
Tebu
(Ton)
23.938
11.422
11.571
94
4.653
1.420
6.254
8.696
68.049
No
Lokasi
Kab. Lobar
Giligede
Kab. Loteng
Kute
Kab. Lotim
Dusun Selayar , Desa
Gelanggang
Sambelia
Tembere
Sajang
Kab. Dompu
Doropeti
Soriutu, Manggelewa
2
3
Nangadoro
Kecepatan
Rata-rata
(m/s)
Ket
4,1
Data Lapan
5,3
Data Lapan
3,4
4,1
4,0
4,0
3,6
3,5
-
Data Lapan
Survey Pendahuluan
Distamben NTB
Data Lapan
24
1
9
101
9
120
No
5
Kecepatan
Rata-rata
(m/s)
Lokasi
Kab. Bima
Bajopulau
Pai, Sape
3,9
3,3
Ket
Data Lapan
Data Lapan
No
Lokasi
KK
Jumlah
Listrik/KK
Berlistrik
KK
(W)
PLTMH
Total
Supply
(MW)
Total
Pemanfaatan
Potensi
(%)
(MW)
1.494
298
100
0,030
0,030
99,33
1.669
850
100
0,085
0,100
85,00
1.531
297
100
0,030
0,030
99,00
25
No
Lokasi
KK
Jumlah
Listrik/KK
Berlistrik
KK
(W)
PLTMH
Total
Supply
(MW)
Total
Pemanfaatan
Potensi
(%)
(MW)
450
290
100
0,029
0,035
82,86
535
200
100
0,020
0,200
10,00
Dari contoh kasus di atas, diketahui bahwa pemanfaatan potensi energi air di 4
(empat) contoh kasus yaitu PLTMH Teres Genit, PLTMH Lantan, PLTMH Bunut
Jambul dan PLTMH Tepal rata-rata sebesar 91,55 % dari daya yang
dibangkitkan. Sedangkan PLTMH Oi Marai karena dibangun di dekat lokasi
pemukiman transmigrasi dengan jumlah penduduk kecil sehingga
pemanfaatannya masih rendah sebesar 10% dari daya yang dibangkitkan.
Di samping jumlah penduduk, faktor lain yang mempengaruhi adalah pola
pemanfaatan listrik oleh masyarakat. Di PLTMH Teres Genit, PLTMH Lantan
dan PLTMH Tepal selain digunakan untuk penerangan, listrik PLTMH digunakan
untuk menggerakkan kegiatan produktif. Misalnya cottage/pariwisata di
PLTMH Teres Genit, pengolahan pakan ternak di PLTMH Lantan dan
pengolahan kopi di PLTMH Tepal. Sedangkan PLTMH Oi Marai, listrik yang
dihasilkan murni digunakan untuk kebutuhan penerangan sehingga persentase
daya yang termanfaatkan dari seluruh daya terbangkit kecil.
Karena pembangunan PLTMH diarahkan pada pengembangan usaha produktif,
nilai 91,55% digunakan untuk mengeneralisasi pemanfaatan potensi energi air
setempat (local) di lokasi lain, dengan catatan pemanfaatan potensi tetap
mempertimbangkan ketersediaan dana. Potensi energi air yang
diperjualbelikan (tradable) pemanfaatannya maksimal atau 100%.
b. PLTS
Pengembangan PLTS baik tersebar dan komunal disesuaikan dengan
kebutuhan dan pola pemukiman daerah tersebut. Misalnya PLTS komunal
lebih tepat diimplementasikan di daerah dengan pola pemukiman mengumpul
(cluster), sedangkan PLTS tersebar lebih cocok untuk daerah dengan pola
pemukiman yang terpencar.
c. Biogas
Berdasarkan data dari dokumen Blue Print Bumi Sejuta Sapi Dinas Peternakan
Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta asumsi setiap peternak anggota memiliki
26
Populasi
Sapi
No
Kab/Kota
1
2
3
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Total
67.229
80.574
70.240
218.043
Jumlah
Kandang
Kolektif
Peternak
Anggota
(KK)
324
226
228
259
Daya Tampung
Kandang (Ekor)
7.890
4.580
5.728
18.198
15.780
9.160
11.456
36.396
No
Kab/Kota
1
2
3
4
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Total
Jumlah Sapi
(Ekor)
10.706
12.687
15.205
13.255
51.853 ekor
Produksi
Biogas
(m3/tahun)
2.110.132
2.500.565
2.996.929
2.612.559
10.220.185
Kab/Kota
Pengembangan
Geothermal (MWe)
Sembalun, Kab.
Lombok Timur
Maronge, Kab.
Sumbawa
Huu, Kab.
Dompu
Total
70
6
69
145
e. Biofuel
Terdapat 2 (dua) komponen yang dapat dimanfaatkan dari biji jarak pagar
(Jatropha curcas) yaitu minyak dan cake (ampas biji yang masih mengandung
minyak). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :
Faktor rendemen/expelling ratio adalah 30 %;
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 2.100 kg Crude Jatropha Oil
atau 2.307 liter;
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 4.900 kg cake.
Tabel 22. Peluang Pengembangan Biofuel/Jarak Pagar
No
Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
CJO(kg)
Cake (kg)
45.150
105.350
515.550
1.202.950
3.715.278
8.668.982
3.569.370
8.328.530
1.833.300
4.277.700
2.084.250
4.863.250
1.287.069
3.003.161
2.547.300
5.943.700
16.800
39.200
15.614.067 36.432.823
Nilai di atas kemudian dikonversi dalam Satuan Barel Minyak (SBM), yaitu :
28
Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
CJO(SBM)
Cake (SBM)
333
3.803
27.408
26.331
13.524
15.376
9.495
18.792
124
115.186
363
4.141
29.844
28.672
14.727
16.742
10.339
20.462
135
125.424
f. PLT Biomassa
Pemanfaatan biomassa secara langsung seperti kayu bakar dan arang untuk
keperluan memasak rumah tangga tidak termasuk dalam pemanfaatan energi
terbarukan. Adapun yang termasuk dalam pemanfaatan energi terbarukan
adalah untuk pembangkitan listrik melalui proses gasifikasi biomassa. Peluang
pengembangannya ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 24. Peluang Pengembangan Biogas untuk Pembangkitan Listrik
No Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lombok Utara
Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
Limbah
Biomassa (Ton)
13.061
6.436
111.670
136.937
155.936
24.545
175.481
61.701
122.456
21.503
829.726
Dalam SBM
22.503
12.425
212.335
260.361
322.413
51.074
372.510
127.136
250.163
37.777
1.668.698
Dalam SBM
Listrik
9.001
4.970
84.934
104.145
128.965
20.430
149.004
50.854
100.065
15.111
667.479
Jenis Energi
1
2
3
4
5
6
7
8
PLTM
PLTMH
PLTS
Biogas
PLTP
Biofuel
PLT Biomassa
SKEA
Pemanfaatan
Grid
Local
Local
Local
Grid
Commercial
Industry
Local
2010
1.274
641
1.301
-
2015
2020
2025
96.942
1.449
927
9.648
289.974
255.019
707.451
1.342
99.338
1.953
1.142
9.847
579.947
270.291
749.817
1.342
99.338
1.953
1.357
10.046
608.944
286.477
794.719
1.342
30
Bab 4
Rencana Aksi Pengembangan
Energi Terbarukan
4.1 Target Pengembangan Energi Terbarukan
Berdasarkan proyeksi pemanfaatan energi terbarukan pada sub bab 3.2.2, target
pengembangan energi terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah :
Tabel 26. Target Pengembangan Energi Terbarukan (dalam SBM)
Jenis Energi
PLTM
PLTMH
PLTS
Biogas
PLTP
Biofuel
PLT Biomassa
SKEA
2010
2025
1.274
641
1.301
-
100.000
2.000
1.500
10.000
600.000
300.000
800.000
1.500
< 10 kW
10 1 MW
1 MW 10 MW
> 10 MW
: pikohidro
: mikrohidro
: minihidro
: PLTA
Target pengembangan energi terbarukan di atas dapat dirinci per jenis energi sebagai
berikut.
31
a. PLTM
Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 27. Rencana Pembangunan PLTM
Nama
Kabupaten
2010
2015
2020
2025
PLTM Segara
Lombok Utara
5,8 MW
Lombok Timur
3,8 MW
PLTM Santong
PLTM Kukusan
Lombok Utara
Lombok Timur
0,85 MW
0,2 MW
PLTA Sumbawa
Sumbawa
10 MW
Sumbawa Barat
Sumbawa Barat
8 MW
5,7 MW
PLTM Rhee
Sumbawa
4,3 MW
Lombok Utara
Lombok Barat
1,8 MW
-
1 MW
Total
40,45 MW
1 MW
699.785.000.000
30.488.511.119
b. PLTMH
Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 28. Rencana Pembangunan PLTMH
Nama
Kabupaten
2010
2015
2020
2025
PLTMH Murpeji
Lombok Utara
0,05
Lombok Utara
0,05
PLTMH Sedau
PLTMH Pemotoh
PLTMH Kalijaga Timur
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
0,08
0,03
0,025
Lombok Timur
Lombok Barat
0,012
0,05
0,05
PLTMH Jelateng
PLTMH Tepal - 2
Lombok Barat
Sumbawa
0,022
0,098
PLTMH Baturotok - 2
Sumbawa
0,441
Sumbawa Barat
Dompu
0,05
0,025
32
Total
Kebutuhan Dana (Rp.)
0,05 MW
1.648.258.000
0,417 MW
10.425.000.000
0,516 MW
22.734.207.713
c. PLTS
Terdiri dari rencana pembangunan Solar Home System (SHS) dan PLTS Terpusat .
Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 29. Rencana Pembangunan Solar Home System (SHS) 50 Wp
Kabupaten/Kota
2010
2015
2020
2025
Lombok Utara
100
300
200
200
Lombok Barat
Lombok Tengah
100
400
400
200
200
200
200
Lombok Timur
400
200
200
Sumbawa Barat
Sumbawa
200
300
150
200
150
200
Dompu
200
150
150
Total
200 Unit
300
2.500 Unit
200
1.500 Unit
200
1.500 Unit
1.200.000.000
15.000.000.000
Bima
15.861.075.149
27.952.633.875
2010
2015
2020
2025
0,005
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Lombok Tengah
0,01
0,01
0,01
Lombok Timur
Sumbawa Barat
0,015
0,005
0,015
0,005
0,015
0,005
Sumbawa
0,005
0,005
0,005
Dompu
Bima
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Total
0,005 MW
0,075 MW
0,075 MW
0,075 MW
389.250.000
5.838.750.000
10.289.872.503
18.134.271.226
Lombok Utara
Lombok Barat
33
d. Biogas
Biogas dihasilkan dari limbah kotoran ternak atau limbah industri makanan. Sejauh
ini, pengembangan biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat baru memanfaatkan
kotoran ternak (sapi) yang dipelihara dengan sistem kandang. Tahapan
pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 31. Rencana Pembangunan Biogas
Kabupaten/Kota
2010
2015
2020
Lombok Utara
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Total
Kebutuhan Dana (Rp.)
1
9
61
19
1
7
98 Unit
519.400.000
130
154
184
161
629 Unit
3.333.700.000
3
4
4
4
15 Unit
140.106.164
2025
3
4
4
4
15 Unit
246.914.933
e. PLTP
Tahapan pengembangan geothermal untuk pembangkitan listrik ditabelkan sebagai
berikut.
Tabel 32. Rencana Pembangunan PLTP
Kabupaten
2010
2015
2020
2025
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Total
Kebutuhan Dana (Rp.)
40 MW
20 MW
20 MW
60 MW
622.800.000.000
20 MW
40 MW
40 MW
60 MW
1.097.586.400.297
6 MW
6 MW
193.432.226.416
f. PLT Biomassa
Tahapan pengembangan gasifikasi biomassa hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai
berikut.
34
2010
2015
2020
2025
Lombok Tengah
Sumbawa
Dompu
Total
Kebutuhan Dana (Rp.)
0,03
0,03 MW
389.250.000
0,03
0,03 MW
685.991.500
0,03
0,03 MW
1.208.951.415
2010
2015
2020
2025
0,60 MW
0,60 MW
0,65 MW
0,65 MW
2,50 MW
108.125.000.000
Nama lembaga
Pembina
Ketua Umum
Ketua Harian
Pengembangan PLTA/PLTM
Koordinator
: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB
Anggota
: - Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
- Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
- PT. PLN Wilayah NTB
- Badan Lingkungan Hidup Provinsi NTB
- Dinas Kehutanan Provinsi NTB
Pengembangan PLTMH
Koordinator
: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
Anggota
: - Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB
- Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Provinsi NTB
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi NTB
Pengembangan PLTS
Koordinator
Anggota
Pengembangan Biogas
Koordinator
Anggota
Pengembangan Geothermal
Koordinator
: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
Anggota
: - PT. PLN Wilayah NTB
- Badan Lingkungan Hidup Provinsi NTB
- Dinas Kehutanan Provinsi NTB
Pengembangan Biofuel (Biodiesel dan Bioethanol)
Koordinator
: Dinas Perkebunan Provinsi NTB
Anggota
: - Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi NTB
- Pertamina;
- Asosiasi industri/pedagang.
36
Pengembangan Biomassa
Koordinator
: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
Anggota
: - Dinas Pertanian Provinsi NTB
- Dinas Perkebunan Provinsi NTB
- Dinas Kehutanan Provinsi NTB
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi NTB
- Asosiasi Industri/pedagang
Gagasan mengenai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan
energi terbarukan telah diimplementasikan oleh Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat, namun hanya untuk 2 (dua) jenis
pengembangan energi yaitu PLTMH dan biofuel, yaitu :
1. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 328 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Teknis Pengembangan dan Pengelolaan
PLTMH;
2. Keputusan Gubernur Nomor 468 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi dan Tim Teknis Program Aksi Penyediaan dan Pemanfaatan Energi
Alternatif (Biofuel).
Namun sejak tahun 2011, anggaran dinas/badan di lingkup Provinsi Nusa
Tenggara Barat dibuat mengacu pada indikator kinerja masing-masing. Misalnya
kinerja Dinas Pekerjaan Umum adalah di bidang pemukiman dan sarana wilayah
sehingga tidak mungkin dibebani dengan tanggung jawab pengembangan
PLTA/PLTM yang merupakan kinerja Dinas Pertambangan dan Energi.
Tahun 2020
Tahun 2025
Sharing 25 %
1.099.272.525.000
883.339.623.334
180.731.248.399
Sharing 50 %
732.848.350.000
588.893.082.223
120.487.498.932
Sharing 75 %
366.424.175.000
294.446.541.111
60.243.749.466
37
Pemerintah
Dirjen1.EBT dan KE
ADB
World Bank
PLN
Pertamina
Selain yang tersebut di atas, pembiayaan dapat berasal dari dana Coorporate
Social Responsibility (CSR) perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) lainnya seperti rencana pembangunan PLTMH Kalijaga Timur oleh
PT. Newmont Nusa Tenggara dan program Listrik Mandiri Rakyat (LIMAR)
oleh PT. PLN (Persero).
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c. PLTS
1) Pemberian bantuan SHS dan PLTS terpusat dilakukan di daerah-daerah
yang tidak memiliki potensi energi setempat lain untuk dikembangkan;
2) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
3) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam
bentuk kebijakan feed in tariff, kredit investasi dan pembebasan pajak
impor.
d. PLTP
1)
2)
3)
4)
5)
6)
e. Biogas
1)
2)
3)
4)
f. Biofuel
1)
2)
3)
4)
5)
6)
g. PLT Biomassa
1)
42
Daftar Pustaka
43