PENDAHULUAN
Karyawan merupakan faktor
produksi yang senantiasa bergerak dan
selalu berubah-ubah, mempunyai akal
dan perasaan serta motivasi, jika tenaga
kerja sebagai faktor produksi merasa
senang
bekerja
dengan
penuh
semangat dan bergairah, maka dapat
dipastikan bahwa tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan atau organisasi
akan semakin mudah tercapai. Oleh
karena itu kualitas sumber daya
manusia
senantiasa
harus
dikembangkan dan diarahkan agar
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Di samping itu, para
manajer harus mempunyai pelatihan
untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan kepemimpinan mereka.
Dalam sejumlah situasi, para
pemberi kerja telah mendokumentasikan
bahwa pelatihan yang efektif akan
menghasilkan peningkatan produktivitas
yang lebih banyak dari sekadar menutup
biaya
pelatihan.
Suatu
program
pelatihan yang efektif dan efisien yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan
nonformal yang dimiliki karyawan akan
turut meningkatkan kemampuan dan
penguasaan terhadap pekerjaannya
yang pada akhirnya berdampak pada
produktivitas kerja yang baik. Pelatihan
diberikan dalam upaya meningkatkan
kemampuan para karyawan dalam
menghadapi tuntutan atau perubahan
lingkungan sekitar.
Pemberian pelatihan kepada
para
karyawan
bertujuan
memberdayakan karyawan agar mampu
berpartisipasi
aktif
pada
proses
perubahan lingkungan. Melalui pelatihan
para karyawan akan mampu melakukan
menilai sejauh mana efektivitas
dan efisiensi dari program pelatihan
yang telah dilakukan. Salah satu klaster
industri yang ada di Kabupaten Buleleng
adalah klaster industri kerajinan tangan
hidup
mandiri,
contohnya
membangun
industri
kecil
bahan
pertimbangan
dalam
pengendalian diklat sekaligus untuk
bahan penyempurnaan diklat di waktu
yang akan datang, evaluasi pelatihan
dapat dilakukan melalui empat tahapan
evaluasi yaitu: reaction evaluation,
learning evaluation, behavior evaluation
dan result evaluation.
Alasan
perlunya
melakukan
evaluasi pelatihan menurut Noe (2010)
menyatakan bahwa untuk sementara
waktu produktivitas kerja pun menjadi
hilang
karena
pelatihan,
untuk
meyakinkan bahwa program pelatihan
yang diselenggarakan tidak sia-sia,
maka perlu dilakukan evaluasi program
pelatihan. Secara khusus, Kirkpatrick
(1998) mengemukakan alasan mengapa
suatu
pelatihan
perlu
dievaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah pelatihan dapat memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuantujuan organisasi atau tidak. Tidak
hanya itu, pelatihan juga perlu
dievaluasi untuk memutuskan apakah
program pelatihan tersebut perlu
dilanjutkan atau tidak, yang terakhir
adalah evaluasi pelatihan dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai
bagaimana
meningkatkan
dan
mengembangkan program pelatihan
yang akan datang.
Model
Evaluasi
Pelatihan
Kirkpatrick menurut Kirkpatrick (2005)
evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan dilakukan melalui empat level
yaitu sebagai berikut: (a) level 1 (reaksi)
Evaluasi di level 1 bertujuan untuk
mengukur tingkat kepuasan peserta
pelatihan terhadap penyelenggaraan
pelatihan, (b) level 2 (belajar) Evaluasi
di level 2 bertujuan untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta terhadap
materi training atau sejauh mana daya
serap peserta program pelatihan pada
program pelatihan yang telah diberikan,
(c) level 3 (perilaku) Evaluasi di level 3
bertujuan untuk mengukur perubahan
perilaku kerja peserta pelatihan setelah
mereka kembali ke dalam lingkungan
METODE
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif, penelitian dilakukan untuk
memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena.
Menurut Arikunto (2009: 234) bahwa
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan apa adanya tentang
suatu gejala atau keadaan di lapangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan pada UD Wahyu
Artha
yang
mengikuti
pelatihan
pembuatan kerajianan tangan sebanyak
18 orang yang diselengarakan pada
tanggal 13 Oktober sampai dengan 16
Oktober 2015.
Ukuran populasi yang kecil ini
menyebabkan
tidak
dilakukannya
pengambilan sampel, karena seluruh
anggota populasi menjadi unit analisis.
Subjek penelitian ini adalah UD Wahyu
Artha, sedangkan objek dari penelitian
ini ada dua yaitu objek material dan
objek formal. Objek material dalam
penelitian ini adalah peserta pelatihan
pembuatan kerajinan tangan pada UD
Wahyu
Artha,
sedangkan
objek
formalnya adalah proses pelatihan
pembuatan kerajinan tangan.
Variabel dalam penelitian ini
adalah evaluasi pelaksanaan pelatihan
pembuatan kerajinan tangan dengan
indikator yang dapat didefinisikan
sebagai berikut: (1) reaksi merupakan
respon
peserta
terhadap
materi
pelatihan, jenis dan metode pelatihan
yang dipergunakan, instruktur pelatihan,
dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran
merupakan pengetahuan, keahlian,
sikap yang diperoleh sebagai hasil dari
pelatihan, (3) perilaku merupakan
perubahan sikap dan keterampilan yang
terjadi pada peserta akibat dari
pelatihan yang diikuti, dan (4) hasil
Komponen Evaluasi
Pelatihan
Reaksi Peserta Pelatihan
Pembelajaran Peserta
Pelatihan
No
1
Skor
Katagori
Total Nilai
Katagori
28
Reaktif
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
20
18
19
Total
85
Rata-rata
21
19
5
Sangat Baik
Sangat Baik
tangan
yang berbahan dasar
aluminium tinggi.
Perubahan sikap dan keterampilan
peserta pelatihan pembuatan kerajinan
tangan pada UD Wahyu Artha di Desa
Menyali dilihat dari aspek kemandirian,
kejujuran, kedisiplinan dan tanggung
jawab peserta pelatihan berada pada
kategori sangat baik dengan mengacu
pada dua kriteria penilaian: (1)
penilaian berdasarkan perorang yang
mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian
berdasarkan permateri.
Hasil
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan
tangan
memberikan dampak positif terhadap
peningkatan hasil kinerja karyawan
dalam proses pembuatan kerajinan
tangan berada pada kategori sangat
tinggi.
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan
penilaian dari evaluasi pelaksanaan
pelatihan pada karyawan UD Wahyu
DAFTAR RUJUKAN
Ardana, I Komang dkk. 2012.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gorda,
Ngurah.1994.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Denpasar: PT. Widya Kirya
Gematama.
---------.2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Denpasar: Astabrata
Hanggreani, Dewi.2012. Manajemen
Sumber Daya Manusi, Jakarta:
Fakultas Universitas Indonesia.
Haris, J. Pranowo. 2012. Evaluasi
Pendidikan
dan
Pelatihan
Prajabatan Golongan III (Studi
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia)
. Skripsi (tidak diterbitkan).
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Indonesia.
Irianto,
Jusuf.
2001.
Manajemen
Pelatihan
(Dari
Analisis
Kebutuhan sampai Evaluasi
Program Pelatihan), Surabaya:
Insan Cendekia.
Kirkpatrick, D. L. 2005. Kirkpatrics
ttaining
evaluation
model.
Tersedia
pada
http:
//www.bussinesballs.com/
Kirkpatricklearningevaluationmod
el.htm, (diakses pada tanggal 23
september 2015)
Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating
Training Programs : The Four
Levels. San Fransisco: BerrettKhoehler Publisher, Inc.
Kirkpatrick, L. Donald. 2005. Evaluating
Training Programs, 2nd Edition,
Berret- Koehler Publisher, Inc.,
San Fransisco.
Kusdyah,
Ike.
2008.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Marine, Jaene. Tulung. 2014. Evaluasi
Program
Pendidikan
Dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat
IV Di Balai Diklat Keagamaan
Manado. Volume III, Nomor 3