Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN PEMBUATAN


KERAJINAN TANGAN
Ayu Candra Dian Paramita, Fridayana Yudiaatmaja, dan I Wayan Bagia
Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail:dyancandra2@gmail.com, yudiaatmaja@gmail.com,
iwayan.bagia@yahoo.co.id,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan deskriptif mengenai evaluasi
pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali,
menggunakan desain penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian adalah seluruh karyawan
yang mengikuti pelatihan sebanyak 18 orang. Objek penelitian ini ada dua, yaitu objek material
dan objek formal. Objek materialnya adalah karyawan UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan
pembuatan kerajianan tangan. Sedangkan objek formalnya adalah proses pelatihan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara pencatatan dokumen dan
kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Temuan hasil penelitian
menunjukan bahwa evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD
Wahyu Artha secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil dengan katagori penilaian sangat
baik. Sehingga pelaksanaan pelatihan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan.
Kata kunci: evaluasi pelaksanaan pelatihan
ABSTRACT
This research was aimed at finding the descriptive result about the evalation of handicraft
training program in UD Wahyu Artha at Menyali village, by using descriptive research design. The
subject of this research was the entire employees in UD Wahyu Artha who followed this training
program. They were 18 employees. The object of this reseacrh defined into two types of object.
The first one was material object and the second one was formal object. Meanwhile the formal
object was a training process. The material object in this reseacrh was the employees of UD
Wahyu Artha who followed this handicraft training program. The data researcher collected the
data by using observation, interview technique, note the written document and questionnaire.
These data were analyzed in descriptive technique. The evaluation of training implementation on
making craft on UD Wahyu Artha overall could be categorized successfully with very good grade.
So the implementation of training could improve and increase the employees performance.
Key words: evaluation training program

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

PENDAHULUAN
Karyawan merupakan faktor
produksi yang senantiasa bergerak dan
selalu berubah-ubah, mempunyai akal
dan perasaan serta motivasi, jika tenaga
kerja sebagai faktor produksi merasa
senang
bekerja
dengan
penuh
semangat dan bergairah, maka dapat
dipastikan bahwa tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan atau organisasi
akan semakin mudah tercapai. Oleh
karena itu kualitas sumber daya
manusia
senantiasa
harus
dikembangkan dan diarahkan agar
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Di samping itu, para
manajer harus mempunyai pelatihan
untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan kepemimpinan mereka.
Dalam sejumlah situasi, para
pemberi kerja telah mendokumentasikan
bahwa pelatihan yang efektif akan
menghasilkan peningkatan produktivitas
yang lebih banyak dari sekadar menutup
biaya
pelatihan.
Suatu
program
pelatihan yang efektif dan efisien yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan
nonformal yang dimiliki karyawan akan
turut meningkatkan kemampuan dan
penguasaan terhadap pekerjaannya
yang pada akhirnya berdampak pada
produktivitas kerja yang baik. Pelatihan
diberikan dalam upaya meningkatkan
kemampuan para karyawan dalam
menghadapi tuntutan atau perubahan
lingkungan sekitar.
Pemberian pelatihan kepada
para
karyawan
bertujuan
memberdayakan karyawan agar mampu
berpartisipasi
aktif
pada
proses
perubahan lingkungan. Melalui pelatihan
para karyawan akan mampu melakukan
menilai sejauh mana efektivitas
dan efisiensi dari program pelatihan
yang telah dilakukan. Salah satu klaster
industri yang ada di Kabupaten Buleleng
adalah klaster industri kerajinan tangan
hidup
mandiri,
contohnya

perubahan dari kebiasaan lama menjadi


lebih baik terhadap perubahan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan dalam
melakukan suatu pekerjaan sesudah
mengikuti program pelatihan. Hal ini
didukung pula dari teori yang dinyatakan
oleh Nasution (1994: 70) Adanya
peningkatan keahlian, pengetahuan dan
sikap
karyawan
terhadap
tugastugasnya dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dalam
pelatihan akan merubah tingkah laku
guna mendapatkan produktivitas yang
tinggi. Setiap pelatihan hendaknya
harus dievaluasi untuk menilai apakah
program
yang
ditetapkan
telah
mencapai tujuan atau tidak sehingga
nantinya bisa dilakukan perbaikan
kembali bila ternyata belum mencapai
tujuan dari organisasi. Harapannya
program ini dapat berlanjut dan
memberikan manfaat bagi organisasi.
Hal ini didukung pula dari teori yang
dinyatakan oleh Sulistiyani (2003: 178)
tujuan dari evaluasi program pelatihan
adalah untuk menguji dan menilai
apakah progam pelatihan yang telah
dijalani, secara efektif mampu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Meningkatnya volume penjualan
merupakan salah satu aspek penting
dalam
perusahaan,
untuk
itu
perusahaan
terus
berupaya
memperbaiki kinerja karyawan degan
melakukan pelatihan sebagai upaya
meningkatkan
produktivitas
kerja.
Berdasarkan wawancara awal ternyata
evaluasi pelatihan pada UD Wahyu
Artha
tidak
terintegrasi
secara
keseluruhan padahal hal ini sangat perlu
dilakukan
agar
dapat
(handicraft) yang terletak di Desa
Pekraman Menyali, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng. Banyak diantara
penduduknya
memulai
dengan

membangun

industri

kecil

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
seperti industri kerajianan tangan dari
aluminium, seng dan tembaga. Pada
awalnya pengarajin di Desa Menyali
hanya membuat kerajinan tangan
dengan jenis produk yang terbatas
untuk fasilitas upakara umat Hindu di
Bali, adapun produk tersebut antara lain:
bokor, dulang, sangku, pabuan, dan
saab. Seiring perkembangan zaman
akhirnya jenis produk kerajinan tangan
lebih banyak menggunakan bahan
dasar aluminium karena harganya yang
lebih murah dan proses pembutannya
lebih mudah. Produk kerajianan tangan
dari aluminium kini telah dapat dinikmati
atau dimanfaatkan oleh umum seperti
pas foto, cermin, pernak-pernik natal,
hiasan lampu gantung, pas bunga,
hiasan dingding, tempat tisu, dan tempat
file. Salah satu pengerajin usaha ini
adalah I Gede Ardana sekaligus pemilik
UD Wahyu Artha. Kerajinan tangan
(Handicraft) sudah ditekuninya sejak
tahun 70-an. Sedangkan UD Wahyu
Artha didirikan pada tahun 2004.
Meningkatnya volume penjualan
merupakan salah satu aspek penting
dalam
perusahaan,
untuk
itu
perusahaan
terus
berupaya
memperbaiki kinerja karyawan degan
melakukan pelatihan sebagai upaya
meningkatkan
produktivitas
kerja.
Berdasarkan wawancara awal ternyata
evaluasi pelatihan pada UD Wahyu
Artha
tidak
terintegrasi
secara
keseluruhan padahal hal ini sangat perlu
dilakukan agar dapat menilai sejauh
mana efektivitas dan efisiensi dari
program pelatihan yang telah dilakukan.
Data hasil wawancara awal
menunjukkan bahwa evaluasi program
pelatihan tidak terintegrasi secara
lengkap dari empat tahapan evaluasi
pelatihan yang dilaksanakan meliputi:
(1) Reaksi peserta pelatihan, (2)
Pembelajaran, (3) Perilaku peserta
pelatihan, dan (4) Hasil peserta
pelatihan. Dari keempat tahapan
tersebut tahapan ketiga hampir jarang
dievaluasi, sedangkan aspek yang

sering dievaluasi adalah hasil dan


pembelajaran. Hal ini mengidentifikasi
bahwa evaluasi dari program pelatihan
masih dianggap remeh atau tidak begitu
penting untuk dilaksanakan sehingga
evaluasi dari pelaksanaan pelatihan
lebih memprioritaskan pada aspek hasil
dan pembelajaran dibandingkan dengan
aspek
lainnya.
Padahal idealnya
evaluasi pelatihan harus mencakup
empat tahapan penilaian, hal ini juga
diperkuat oleh teori yang dinyatakan
Tulus (1995:113) bahwa evaluasi
pelatihan meliputi empat tahapan yaitu:
(1) Reaksi, (2) Proses Belajar, (3)
Perilaku, dan (4) Hasil. Sehingga
berdasarkan permasalahan tersebut
perlu
diadakan
penilaian/menskor
kembali
seberapa
baik
sasaran
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu proses
evaluasi pelaksanaan pelatihan yang
akan menilai atau menskor setiap
komponen dalam evaluasi pelatihan.
Pelatihan ketiga dalam pembuatan
kerajinan tangan berlangsung dari
tanggal 13 Oktober sampai dengan 16
Oktober 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh
temuan
deskriptif
mengenai
evaluasi
pelakasanaan
pelatihan pembutan kerajinan tangan
(handicraft) pada UD Wahyu Artha di
Desa Menyali yang meliputi 4 aspek
penilaian (1) reaksi peserta pelatihan,
(2) pembelajaran peserta pelatihan, (3)
perubahan sikap dan ketrampilan
peserta pelatihan dan (4) hasil kinerja
peserta pelatihan. Hasil penelitian ini
mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat
teoritis hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan
ilmu
ekonomi
manajemen di bidang Manajemen
Sumber Daya Manusia khususnya pada
pelatihan dan pengembangan.
Secara praktis hasil penelitian ini
diharapkan memberikan sumbangan

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
informasi
bagi
karyawan
untuk
mengikuti
pelatihan-pelatihan
yang
mempunyai manfaat besar dalam
meningkatkan kemampuan dibidang
pembuatan kerajinan tangan dari bahan
aluminium, sedangkan bagi perusahaan
dari laporan ini nantinya perusahaan
dapat melihat bahwa betapa pentingnya
dilakukan sebuah evaluasi pelatihan
untuk mendapatkan kualitas tenaga
kerja yang handal. Pelatihan menurut
Ardana, dkk. (2012: 91) merupakan
bagian pendidikan yang menyangkut
proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan ketrampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dengan metode yang
lebih mengutamakan praktik dari pada
teori. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rivai dan Sagala (2010: 211) yang
menyatakan pelatihan sebagai bagian
pendidikan yang menyangkut proses
belajar
untuk
memperoleh
dan
meningkatkan keterampilan di luar
sistem pendidikan yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat dengan
metode yang lebih mengutamakan pada
praktik daripada teori. Sedangkan Gorda
(2004: 137) menyatakan pelatihan
adalah
suatu
kegiatan
untuk
memperbaiki kemampuan karyawan
dengan
cara
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya di
dalam
melaksanakan
tugas
dan
tanggung jawab. Berdasarkan pendapat
para pakar tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pelatihan sebagai bagian
pendidikan yang menyangkut proses
belajar
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan di luar
sistem pendidikan yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat dengan
metode yang lebih mengutamakan pada
praktik dari pada teori.
Tahapan
proses
pelatihan
terdapat paling kurang tiga tahapan
utama dalam pelatihan yakni: (1)
analisis kebutuhan pelatihan (training
needs analysis/TNA), (2) implementasi
program pelatihan, dan (3) evaluasi

pelatihan (Irianto (2001: 18). Tujuan


pelatihan menurut Simamora (dalam
Sulistiyani dan Rosidah 2003: 176)
adapun tujuan pelatihan meliputi: (a)
memperbaiki kinerja, (b) mengurangi
waktu belajar bagi karyawan baru
supaya menjadi kompeten dalam
karyawan, (c), membantu memecahkan
persoalan
operasional,
(d)
mempersiapkan
karyawan
untuk
promosi, (e) mematuhi kebutuhankebutuhan
pertumbuhan
pribadi.
Hanggraeni (2012: 98) menyatakan
pelatihan memiliki manfaat bukan hanya
bagi perusahaan tapi juga bagi individu,
berikut adalah manfaat pelatihan bagi
perusahaan:
(a)
meningkatkan
profitabilitas,
(b)
meningkatkan
pengetahuan dan keahlian kerja, (c)
meningkatkan produktivitas dan kualitas
kerja, (d) meningkatkan efisiensi dan
mengurangi
biaya
operasi
yang
diakibatkan
karena
kesalahan
operasional,
(e)
meningkatkan
pengembangan
organisasi
(organizational
development).
Sedangkan manfaat bagi individu: (a)
membantu pekerja menyelesaiakan
masalah kerja yang mungkin timbul, (b)
meningkatkan motivasi dan kepuasan
kerja
individu,
(c)
menyediakan
kepercayaan diri dan pengembangan
diri individu, (d) menyediakan informasi
kepada pekerja tentang cara untuk
mengembangkan
kemampuan
kepemimpinan, komunikasi, dan siakap
individu, (e) membantu pekerja untuk
membuat keputusan yang lebih baik,
cepat dan efisien. Sedangkan menurut
Dessler
(1993:
248)
pelatihan
mempunyai upaya untuk memperbaiki
ketrampilan dasar yang diperlukan
pegawai baru dan lama
untuk
melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan
pemaparan para pakar tersebut dapat
disimpukan bahwa tujuan pelatihan
bukan hanya bagi perusahaan saja tapi
juga bagi individu. Tujuan yang cukup
esensial
dalam
penyelenggaraan
pelatihan karyawan yaitu mempunyai

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
andil yang besar dalam menentukan
efektivitas dan efiesiensi organisasi.
Berbagai manfaat dapat dirasakan
antara lain: meningkatkan kualitas dan
produktivitas,
menciptakan
sikap,
loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan, memenuhi kebutuhan
perencanaan SDM, dan lain-lain.
Definisi
Evaluasi
Pelatihan
Menurut Ruky (2003: 248) evaluasi
pelatihan bertujuan untuk menilai
apakah pelatihan yang dilaksanakan
tersebut benar-benar efektif dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, bila pelatihan yang telah
dilaksanakn dinilai telah mencapai hasil
yang diinginkan, pelatihan tersebut
dianggap berhasil guna. Pendapat
yang sama juga dinyatakan oleh
Sunyonto (2012: 142) evaluasi program
pelatihan adalah menguji apakah
pelatihan tersebut efektif di dalam
mencapai
sasaran
yang
telah
ditetapkan, supaya efektif pelatihan
harus merupakan solusi yang tepat bagi
permasalahan organisasi, yaitu bahwa
pelatihan
dimaksudkan
untuk
memperbaiki kekurangan ketrampilan.
Rachmawati (2008) mengemukakan
tingkat pencapaian efektivitas dan
efisiensi suatu program diklat dapat
diketahui dari hasil evaluasi diklat yang
kemudian dapat dijadikan masukan dan
bahan
pertimbangan
dalam
pengendalian diklat sekaligus untuk
bahan penyempurnaan diklat diwaktu
yang akan datang. Sedangkan menurut
Kirkpatrick (1998), evaluasi program
pelatihan dapat dilakukan melalui empat
tahap, yaitu: reaction evaluation,
learning evaluation, behavior evaluation
dan result evaluation. Berdasarkan
pemaparan para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa program evaluasi
pelatihan bertujuan menilai program
pelatihan yang dilaksanakan tersebut
benar-benardapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan yang
kemudian dapat dijadikan masukan dan

bahan
pertimbangan
dalam
pengendalian diklat sekaligus untuk
bahan penyempurnaan diklat di waktu
yang akan datang, evaluasi pelatihan
dapat dilakukan melalui empat tahapan
evaluasi yaitu: reaction evaluation,
learning evaluation, behavior evaluation
dan result evaluation.
Alasan
perlunya
melakukan
evaluasi pelatihan menurut Noe (2010)
menyatakan bahwa untuk sementara
waktu produktivitas kerja pun menjadi
hilang
karena
pelatihan,
untuk
meyakinkan bahwa program pelatihan
yang diselenggarakan tidak sia-sia,
maka perlu dilakukan evaluasi program
pelatihan. Secara khusus, Kirkpatrick
(1998) mengemukakan alasan mengapa
suatu
pelatihan
perlu
dievaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah pelatihan dapat memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuantujuan organisasi atau tidak. Tidak
hanya itu, pelatihan juga perlu
dievaluasi untuk memutuskan apakah
program pelatihan tersebut perlu
dilanjutkan atau tidak, yang terakhir
adalah evaluasi pelatihan dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai
bagaimana
meningkatkan
dan
mengembangkan program pelatihan
yang akan datang.
Model
Evaluasi
Pelatihan
Kirkpatrick menurut Kirkpatrick (2005)
evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan dilakukan melalui empat level
yaitu sebagai berikut: (a) level 1 (reaksi)
Evaluasi di level 1 bertujuan untuk
mengukur tingkat kepuasan peserta
pelatihan terhadap penyelenggaraan
pelatihan, (b) level 2 (belajar) Evaluasi
di level 2 bertujuan untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta terhadap
materi training atau sejauh mana daya
serap peserta program pelatihan pada
program pelatihan yang telah diberikan,
(c) level 3 (perilaku) Evaluasi di level 3
bertujuan untuk mengukur perubahan
perilaku kerja peserta pelatihan setelah
mereka kembali ke dalam lingkungan

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
kerjanya, dan (d) level 4 (hasil)
bertujuan untuk mengetahui hasil
perubahan perilaku kerja peserta

METODE
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif, penelitian dilakukan untuk
memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena.
Menurut Arikunto (2009: 234) bahwa
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan apa adanya tentang
suatu gejala atau keadaan di lapangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan pada UD Wahyu
Artha
yang
mengikuti
pelatihan
pembuatan kerajianan tangan sebanyak
18 orang yang diselengarakan pada
tanggal 13 Oktober sampai dengan 16
Oktober 2015.
Ukuran populasi yang kecil ini
menyebabkan
tidak
dilakukannya
pengambilan sampel, karena seluruh
anggota populasi menjadi unit analisis.
Subjek penelitian ini adalah UD Wahyu
Artha, sedangkan objek dari penelitian
ini ada dua yaitu objek material dan
objek formal. Objek material dalam
penelitian ini adalah peserta pelatihan
pembuatan kerajinan tangan pada UD
Wahyu
Artha,
sedangkan
objek
formalnya adalah proses pelatihan
pembuatan kerajinan tangan.
Variabel dalam penelitian ini
adalah evaluasi pelaksanaan pelatihan
pembuatan kerajinan tangan dengan
indikator yang dapat didefinisikan
sebagai berikut: (1) reaksi merupakan
respon
peserta
terhadap
materi
pelatihan, jenis dan metode pelatihan
yang dipergunakan, instruktur pelatihan,
dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran
merupakan pengetahuan, keahlian,
sikap yang diperoleh sebagai hasil dari
pelatihan, (3) perilaku merupakan
perubahan sikap dan keterampilan yang
terjadi pada peserta akibat dari
pelatihan yang diikuti, dan (4) hasil

pelatihan terhadap tingkat produktivitas


perusahaan.

merupakan outcome yang dicapai


karyawan dalam memproduksi kerajinan
tangan, yang dilihat melalui praktik
setelah pelatihan. Jenis dan sumber
data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data primer yang bersumber dari
tangan pertama (first hand data).
Adapun data primer dalam penelitian ini
yaitu wawancara tidak terstruktur, dan
hasil kuisioner terhadap evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan tangan.
Teknik
pengumpulan
data
merupakan
langkah
yang
paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama
dari
penelitian
adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi
standar
data
yang
ditetapkan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: (a) observasi merupakan
suatu cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap objek yang
akan diteliti, metode ini bertujuan untuk
mengamati kebenaran di lapangan,
dalam hal ini yaitu evaluasi pelaksanaan
pelatihan pembuatan kerajinan tangan
pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali,
(b) wawancara Dalam pelaksanaanya
penulis berinteraksi langsung kepada
pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha.
Jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara tidak terstruktur
yakni penulis mengajukan secara bebas
sesuai
dengan
informasi
yang
diperlukan kemudian hasil dari jawaban
narasumber dikembangkan lebih lanjut
untuk mendapatkan informasi lebih
lengkap.
Dalam
penelitian
ini
wawancara
dipergunakan
untuk

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
menjaring data mengenai hasil evaluasi
pelaksanaan pelatihan pada periode
bulan April 2015, (c) pencatatan
dokumen adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan pencatatan
atau pengumpulan dokumen-dokumen.
Dalam hal ini untuk menjaring data
mengenai profil perusahaan, jumlah
karyawan yang mengikuti pelatihan dan
jenis produk yang dihasilkan, (d)
Kuesioner pada teknik ini diperoleh
dengan memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk menjawab
pertanyaan terutama yang berhubungan
dengan evaluasi pelatihan yang akan
diteliti yaitu, reaksi peserta pelatihan,
pembelajaran peserta pelatihan, dan
perubahan perilaku peserta pelatihan.
Sesuai dengan teknik pengumpulaan
data, instrumen dalam penelitian ini
meliputi dua tahapan yaitu: (1) pedoman
wawancara merupakan panduan berupa
daftar pertanyaan yang digunakan
dalam melakukan wawancara untuk
memperoleh data mengenai evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan tangan (reaksi peserta,
pembelajaran, perilaku peserta dan hasil
peserta). Wawancara ini berpedoman
pada wawancara tidak terstruktur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada bagian ini akan disajikan hasil
penelitian
mengenai
evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha
di Desa Menyali seperti yang nampak
pada Tabel 1.
Tabel 1 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan
Pembuatan Kerajinan Tangan Pada UD
Wahyu Artha di Desa Menyali Pada
Periode Tanggl 13 sampai dengan 16
Bulan Oktober Tahun 2015

terhadap pemilik dan karyawan UD


Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan,
dan (2) tabel kerja merupakan tabel
yang dibuat sedemikian rupa untuk
mencatat hal-hal penting berkaitan
dengan data-data yang dibutuhkan
dalam
penelitian
ini.
Data
ini
berpedoman pada arsip-arsip di UD
Wahyu.
Metode Analisis Data dalam
penelitian ini dilakukan melalui hasil
survei dengan menggunakan metode
analisis data deskriptif. Metode analisis
deskriptif merupakan cara merumuskan
dan menafsirkan data yang ada di
lapangan
sehingga
memberikan
gambaran yang jelas mengenai evaluasi
pelaksanaan pelatihan pada UD Wahyu
Artha yang meliputi: (1) reaksi peserta
pelatihan, (2) pembelajaran peserta
pelatihan, (3) perilaku peserta pelatihan,
dan (4) kinerja peserta pelatihan. Untuk
menganalisis
dimensi
evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan tangan di Desa menyali
diperoleh dengan memberikan kriterian
penilaian penilaian untuk masingmasing indikatornya.

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)

Komponen Evaluasi
Pelatihan
Reaksi Peserta Pelatihan
Pembelajaran Peserta
Pelatihan

Perilaku Peserta Pelatihan

Hasil Peserta Pelatihan

No
1

Skor

Katagori

Total Nilai

Katagori

28

Reaktif
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

20
18
19

Total

85

Rata-rata

21

Hasil penelitian pada Tabel 1


menunjukan bahwa bahwa secara
keseluruhan reaksi peserta terhadap
pelatihan baik dilihat dari reaksi per
materi dan per orangan masuk dalam
katagori reaktif. Hasil ini menunjukkan
peserta pelatihan memiliki reaksi yang
reaktif atau berantusias terhadap materi,
instruktur, metode dan fasilitas yang
disediakan saat pelatihan berlangsung.
Hasil Penelitian ini didukung oleh teori
dari Eko (2005: 4, dalam Kirkpatricks
Training Evaluation Model) menyatakan
mengukur reaksi bisa dilakukan dengan
menggunakan reaction sheet yang
berbentuk kuesioner. Evaluasi terhadap
reaksi ini sebenarnya dimaksudkan
untuk mendapatkan respon dari peserta
terhadap materi, metode, instruktur dan
fasilitas dari penyelenggaraan pelatihan.
Pada tahap kedua yaitu dimensi
pembelajaran peserta pelatihan lebih
menekankan pada sejauhmana materi
yang disampaikan bisa dipahami oleh
peserta
pelatihan
dengan
membandingkan hasil pembelajaran
sebelum mengikuti pelatihan dan
setelah mengikuti pelatihan. Pada
tahapan ini dapat diukur dengan
menggunakan hasil selisih dari pre test
dan post test. Secara keseluruhan
terdapat peningkatan pengetahuan dari
peserta pelatihan terhadap materi yang
diberikan.
Sehingga
aspek
pembelajaran dikatagorikan sangat baik.

19
5

Sangat Baik
Sangat Baik

Pada dimensi perilaku peserta


pelatihan
secara
keseluruhan
perubahan sikap dan keterampilan
peserta
pelatihan
pembuatan
kerajianan tangan dari aluminium
berada pada kategori sangat baik.
Penskoran perubahan sikap dan
ketrampilan dengan memberikan bobot
skor terhadap masing-masing aspek
yang terdiri dari kemandirian, kejujuran,
kedisiplinan dan tanggungjawab dengan
mengunakan dua kriteria penilaian yaitu:
(1) penilaian berdasarkan per orangan
yang mengikuti pelatihan, dan (2)
penilaian berdasarkan per materi.
sehingga
tanggungjawab
atas
pekerjaannyadikerjakan dengan penuh
kesadaran diri serta memiliki perilaku
kerja yang baik.
Pada
dimensi
hasil
dari
pelaksanaan peserta terhadap pelatihan
pembuatan kerajinan tangan pada UD
Wahyu Artha di Desa Menyali bertujuan
untuk mengetahui hasil perubahan
perilaku
kerja
peserta
pelatihan
terhadap
tingkat
produktivitas
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari
hasil produksi yang dibuat peserta
sesuai dengan arahan baik itu materi
dan pembelajaran selama proses
pelatihan berlangsung.
Secara keseluruhan total hasil
penilaian dapat disimpulkan evaluasi
pelaksanaan pelatihan berada pada
katagori sangat baik. Hal ini bisa dilihat

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
dari hasil penilaian masing-masing
aspek, dimana reaksi dan pembelajaran
berada pada katagori sangat baik,
sedangkan perilaku berada pada
katagori cukup baik, serta hasil peserta
pelatihan berada pada katagori baik.
Bobot penilaian yang diberikan sesuai
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai reaksi karyawan memberikan
implikasi bahwa reaksi peserta pelatihan
terhadap materi, instruktur, metode dan
fasilitas pelatihan sudah berada pada
katagori reaktif hal ini dapat dilihat
melalui kriteria penilaian berdasarkan
perorangan dan per materi dimana
peserta berantusias dengan materi,
instruktur, metode dan fasilitas yang
disediakan. Hasil Penelitian ini didukung
dari teori yang dinyatakan Eko 2005: 4,
dalam Kirkpatricks Training Evaluation
Model) mengukur reaksi bisa dilakukan
dengan menggunakan reaction sheet
yang berbentuk kuesioner. Evaluasi
terhadap
reaksi
ini
sebenarnya
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
respon dari peserta terhadap materi,
metode, instruktur dan fasilitas dari
penyelenggaraan
pelatihan.
Kajian
empirik yang turut mendukung temuan
hasil penelitian ini dilakukan oleh Jeane
Marie Tulung (2014) dengan judul
penelitian Evaluasi Program Pendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV
di Balai Diklat Keagamaan Manado
menyatakan pada dimensi reaksi
diperoleh
instansi
penyelenggara
Diklatpim IV, dalam hal ini Balai Diklat
Keagamaan Manado adalah instansi
yang layak untuk menyelenggarakan
Diklatpim IV bagi PNS pemangku
jabatan eselon IV.
Pada
dimensi
pembelajaran
dilakukan berdasarkan perbandingan
pemahaman peserta pelatihan terhadap
materi pelatihan pembuatan kerajinan
tangan sebelum mengikuti pelatihan dan
setelah mengikuti pelatihan. Pada
tahapan ini dapat diukur dengan

dengan pelatihan dengan skor yang


berbeda-beda sesuai dengan pelatihan
yang paling ditekankan. Sehingga
kedepannya pelatihan pada aspek
perilaku perlu di perhatikan dan bisa
menjadi bagian dari prioritas pelatihan.

menggunakan hasil selisih dari pre test


dan post test. Secara keseluruhan
peningkatan pengetahuan dari peserta
pelatihan
terhadap
materi
yang
diberikan selama proses pembelajaran
berlangsung berada pada kategori
sangat baik. Hasil penelitian ini
didukung dari teori yang dinyatakan
Eko (dalam Kirkpatricks Training
Evaluation Model, 2005: 4) program
pelatihan dikatakan berhasil ketika
aspek tersebut mengalami perbaikan
dengan
membandingkan
hasil
pengukuran sebelum dan sesudah
pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan kajian empirik yang dilakukan
oleh Revoldi (2009) dengan judul
penelitian Evaluasi Pendidikan dan
Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas
BPKP) adapun hasil penelitian ini
adalah
evaluasi
dari
dimensi
pembelajaran
peserta
ternyata
mendapatkan kemajuan yang luar biasa
berkaitan dengan kompetensi yang
disampaikan dalam program diklat.
Pada dimensi perilaku peserta
pelatihan diskor melaui observasi atau
pengamatan langsung di lapangan dari
sudut pandang bukan berdasarkan
posisi atau status sosial kerja dengan
katagori sangat baik yang mengacu
pada penilaian baik per orangan dan per
materi. Hasil penelitian ini didukung dari
teori yang dinyatakan oleh Eko (dalam
Kirkpatricks training evaluation model,
2005: 4) evaluasi pada dimensi perilaku
dapat dilakukan melalui observasi
langsung kedalam lingkungan kerja
peserta atau kuesioner. Dari sini
diharapkan dapatmengetahui perubahan
perilaku kerja peserta sebelum dan

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
setelah mengikuti program pelatihan.
Kajian empirik yang turut mendukung
hasil dari penelitian ini dilakukan oleh
Jeane Marie Tulung (2014) yang
menyatakan bahwa evaluasi pada
dimensi perilaku telah memantapkan
sikap dan semangat pengabdian
memperlihatkan bahwa pegawai yang
telah
mengikuti
diklat
meningkat
kemauan kerjanya sehingga tanggung
jawab atas pekerjaannya dikerjakan
dengan penuh kesadaran diri serta
memiliki perilaku kerja yang baik.
Pada dimensi hasil peserta
pelatihan pembuatan kerajinan tangan
sudah
menunjukkan
keberhasilan
pelaksanaan
pelatihan
proses
pembuatan
pembuatan
kerajinan
tangan, hal ini memberikan manfaat
positif di dalam memperbaiki dan
meningkatkan kinerja karyawan. Adapun
yang mendukung hasil penelitian ini
sesuai dengan kajian empirik dari
Revoldi (2009) dengan judul penelitian
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
Reaksi peserta terhadap pelatihan
pembuatan kerajinan tangan pada UD
Wahyu Artha di Desa Menyali yang
mengacu pada dua kriteria penilaian
yaitu: (1) penilaian berdasarkan
perorangan yang mengikuti pelatihan,
dan
(2)
penilaian
berdasarkan
permateri. Secara keseluruhan reaksi
peserta terhadap materi, instruktur,
metode dan fasilitas pelatihan berada
pada kategori reaktif, ini menunjukkan
peserta pelatihan memiliki reaksi yang
reaktif.
Pembelajaran peserta terhadap
pelatihan pembuatan kerajinan tangan
pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali
berada pada kategori sangat tinggi. Hal
ini berkaitan erat dengan peningkatan
pengetahuan peserta terhadap pola
dan motif baru terhadap kerajinan

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan


(Studi Madya Pusdiklatwas BPKP)
adapun hasil penelitian ini diperoleh
evalusi pada dimensi hasil menunjukkan
peningkatan kinerja pegawai terhadap
pekerjaan sehari-hari, karena program
diklat melatih mental sebagai PNS,
program diklat sebagai landasan pola
pikir, aplikatif dan banyak dilaksanakan
diskusi seminar tentang unit-unit kerja.
Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah ruang lingkup penelitian masih
tergolong skala bisnis kecil sehingga
permasalahn yang ditemukan tidak
begitu
kompleks.
Disarankan
kedepannya bagi peneliti yang tertarik
menganalis
evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
untuk
mengembangkan
penelitian
ini
dengan
melakukan
penelitian ke perusahaan bisnis yang
besar, karena biasanya di perusahaanperusahaan besar evaluasi pelaksanaan
pelatihan lebih kompleks.

tangan
yang berbahan dasar
aluminium tinggi.
Perubahan sikap dan keterampilan
peserta pelatihan pembuatan kerajinan
tangan pada UD Wahyu Artha di Desa
Menyali dilihat dari aspek kemandirian,
kejujuran, kedisiplinan dan tanggung
jawab peserta pelatihan berada pada
kategori sangat baik dengan mengacu
pada dua kriteria penilaian: (1)
penilaian berdasarkan perorang yang
mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian
berdasarkan permateri.
Hasil
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan
kerajinan
tangan
memberikan dampak positif terhadap
peningkatan hasil kinerja karyawan
dalam proses pembuatan kerajinan
tangan berada pada kategori sangat
tinggi.
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan
penilaian dari evaluasi pelaksanaan
pelatihan pada karyawan UD Wahyu

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
berjalan dengan sangat baik. Sehingga
dengan
adanya
pelatihan
bagi
karyawan dapat memberikan dampak
positif bagi kemajuan organisasi.
Berdasarkan kesimpulan diatas
dapat
diajukan
beberapa
saran
sebagai berikut.
(1) Bagi karyawan UD Wahyu Artha,
agar
lebih
meningkatkan
efektivitas
pelatihan
yang
dilaksankan, terutama dalam
meningkatkan reaksi dari peserta
agar
tidak
terkesan
membosankan
dengan
memberikan
lebih
banyak
praktek dibandingkan dengan
teori. Sehingga nantinya seluruh
peserta pelatihan benar-benar
dapat
mengaplikasikan
pengetahuan dan ketrampilan
yang
diperolehnya
selama

pelatihan pada pekerjaannya.


Selain itu diperlukan analisis
kebutuhan, tujuan dan desain
program pelatihan yang lebih
matang
terutama
dalam
penentuan
muatan
materi
pelatihan serta sarana dan
prasarana pelatihan.
(2) Bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik untuk mengkaji aspek
yang serupa yaitu evaluasi
pelaksanaan
pelatihan
pembuatan kerajinan tangan
diharapkan
untuk
mengembangkan penelitian ini
dengan menggunakan populasi
dan sampel yang lebih luas agar
hasil penelitian lebih teruji
keandalannya.

DAFTAR RUJUKAN
Ardana, I Komang dkk. 2012.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gorda,
Ngurah.1994.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Denpasar: PT. Widya Kirya
Gematama.
---------.2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Denpasar: Astabrata
Hanggreani, Dewi.2012. Manajemen
Sumber Daya Manusi, Jakarta:
Fakultas Universitas Indonesia.
Haris, J. Pranowo. 2012. Evaluasi
Pendidikan
dan
Pelatihan
Prajabatan Golongan III (Studi
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia)
. Skripsi (tidak diterbitkan).
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Indonesia.
Irianto,
Jusuf.
2001.
Manajemen
Pelatihan
(Dari
Analisis
Kebutuhan sampai Evaluasi
Program Pelatihan), Surabaya:

Insan Cendekia.
Kirkpatrick, D. L. 2005. Kirkpatrics
ttaining
evaluation
model.
Tersedia
pada
http:
//www.bussinesballs.com/
Kirkpatricklearningevaluationmod
el.htm, (diakses pada tanggal 23
september 2015)
Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating
Training Programs : The Four
Levels. San Fransisco: BerrettKhoehler Publisher, Inc.
Kirkpatrick, L. Donald. 2005. Evaluating
Training Programs, 2nd Edition,
Berret- Koehler Publisher, Inc.,
San Fransisco.
Kusdyah,
Ike.
2008.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Marine, Jaene. Tulung. 2014. Evaluasi
Program
Pendidikan
Dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat
IV Di Balai Diklat Keagamaan
Manado. Volume III, Nomor 3

e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
(hlm 1-14).
Muh, A. Ihsan. Afdhalul. 2015. Evaluasi
Pendidikan
dan
Pelatihan
Pegawai Dinas Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika
Kabupaten Wajo. Skripsi (tidak
diterbitkan).
Universitas
Hasanudin.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan (Dari Teori Ke
Praktik). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rosidah,
Sulistiyani.2003.Manajemen

Sumber Daya Manusia (Konsep,


Teori,
Pengembangan
dalam
Konteks
Organisasi
Publik),
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ruky, S. Achmad. 2003. Sumber Daya
Manusia Berkualiats Mengubah
Visi Menjadi Realistis, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunyanto, Danang. 2012. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jakarta:
CAPS.
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai